Istilah kurikulum telah menjadi istilah lazim dunia pendidikan dalam bahasa
Indonesia. Secara etimologis atau asal kata, istilah ini merupakan serapan dari bahasa
Yunani. Yang awalnya digunakan untuk dalam dunia olah raga, berasal dari kata
“curir“ artinya pelari . Sementara “curere“ artinya ditempuh atau berpacu. Yaitu
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kurikulum menurut Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003.
Menurut UU No. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19) Konsep kurikulum sudah ada sejak
zaman Yunani kuno, yakni kumpulan beberapa mata pelajaran yang harus
disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
Mendasarkan pada makna yang terkandung dari beberapa uraian tersebut,
kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup: 1) sejumlah mata pelajaran
atau organisasi pengetahuan, 2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar, 3) program
belajar (plan for learning) untuk siswa, 4) hasil belajar yang diharapkan.
Berdasarkan rumusan tersebut, kurikulum diartikan sebagai program dan
pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan. Rumusan ini juga
mengandaikan bahwa kurikulum diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan
yang tersusun secara sistematis yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung
jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan
kompetensi sosial siswa.
Seiring dengan perubahan zaman, pengertian kurikulum berubah. Pandangan
lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk
memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai implikasi sebagai berikut: 1)
kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran; 2) mata pelajaran adalah sejumlah
informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa
akan membentuk mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir, 3)
mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau, 4) tujuan mempelajari
mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah, 5) adanya aspek keharusan bagi
setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama, 6) sistem penyampaian
yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi). Intinya, ruang
lingkup kurikulum adalah berkisar pada rencana pembelajaran. Berdasarkan definisi
para ahli, berikut adalah beberapa definisi kurikulum yang mencerminkan
perkembangan dari zaman ke zaman per definisi kurikulum.
Definisi Kurikulum
1. Definisi Kurikulum Menurut Murray Print (1993)
a. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana. Berdasarkan
pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan yang direncanakan untuk
dialami seluruh siswa, kurikulum berupaya menggabungkan ruang lingkup,
rangkaian, interpretasi, keseimbangan subject matter, teknik mengajar, dal
lain-lain yang dapat direncanakan sebelumnya (Saylor, Alexander, dan
Lewis, 1986).
b. Kurikulum sebagai Hasil Belajar yang Diharapkan. Kajian ini menekankan
perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat (means)
menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends).
c. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural (Cultural Reproduction).
Pengembangan kurikulum semacam ini dimaksudkan untuk meneruskan
nilai-nilai kultural kepada generasi penerus, melalui lembaga penerus.
d. Kurikulum sebagai Curere. Pandangan yang menekankan pada bentuk kata
kerja kuikulum itu sendiri, yaitu curere. Sebagai pengganti interpretasi dari
etimologi arena pacu atau lomba (race course) kurikulum, curere merujuk
pada jalannya lomba dan menekankan masing-masing kapasitas individu
untuk mengkonseptualisasi otobiografinya sendiri. Masing-masing individu
berusaha menemukan pengertian (meaning) ditengah-tengah berbagai
peristiwa terakhir yang dialaminya, kemudian bergerak secara historis ke
dalam pengalamannya sendiri di masa lampau untuk memulihkan dan
membentuk kembali pengalaman semula (to recover and reconstitute the
origins), serta membayangkan dan menciptakan berbagai arah yang saling
bergantung dengan subdivisi-subdivisi pendidikan lainnya.