Anda di halaman 1dari 14

NASKAH PUBLIKASI (MANUSCRIPT)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG


GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA
PERAWAT PELAKSANA DI RSUD. I.A MOEIS

CORRELATION BETWEEN THE CHIEF LEADERSHIP PERCEPTION


WITH PERFORMANCE OF NURSES IN I.A MOEIS HOSPITAL
SAMARINDA

Sita Liana, Enok Sureskiarti

SITA LIANA
1311308230743

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA
2017

1
Persetujuan Publikasi

Saya dengan ini mengajukan surat persetujuan untuk publikasi penelitian


dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG


GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA
PERAWAT PELAKSANA DI RSUD. I.A MOEIS

Bersamaan dengan surat persetujuan ini saya lampirkan naskah publikasi

Mengetahui, Peneliti
Ketua
Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M.Kep Sita Liana


NIDN. 11150017703 NIM. 1311308230743

Pembimbing

Ns. Enok Sureskiarti, M.Kep


NIDN. 1119018202

2
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG


GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA
PERAWAT PELAKSANA DI KLINIK ISLAMIC CENTER SAMARINDA

NASKAH PUBLIKASI

Di Susun Oleh
SITA LIANA
NIM. 1311308230743

Disetujui untuk diujikan


Pada tanggal, 04 Agustus 2017

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. Hj. Nunung Herlina, S.Kp, M.Pd Ns. Suwanto, S.Kep, M. Adm. Kes Ns. Enok Sureskiarti, M.Kep
NIDK. 8830940017 NIP. 1971103271996031001 NIDN. 1119018202

Mengetahui,
Ketua
Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M.Kep


NIDN. 11150017703

3
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG GAYA
KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI
RSUD. I.A MOEIS

CORRELATION BETWEEN THE CHIEF LEADERSHIP PERCEPTION WITH


PERFORMANCE OF NURSES IN I.A MOEIS HOSPITAL SAMARINDA
1 2
Sita Liana , Enok Sureskiarti
1
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda
2
Dosen STIKES Muhammadiyah Samarinda

INTISARI

Latar belakang: Kepemimpinan kepala ruangan bertanggungjawab untuk menilai kinerja


perawat. Dimana kinerja perawat dinilai melalui standar asuhan keperawatan yaitu
memberikan pedoman arahan bagi suatu ruangan menetapkan indikator-indikator spesifik
yang digunakan untuk mengukur dan memantau hasil kerja atau kinerja perawat
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara persepsi perawat pelaksana tentang gaya
kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di RS. I.A Moeis
Samarinda
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskritip korelasional dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 82 responden di RS. I. A Moeis Samarinda.
Uji Bivariat menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Hasil Penelitian: Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 (<α:0,05), maka dapat
disimpulkan ada ada hubungan signifikan antara persepsi perawat pelaksana dan kinerja.
Saran: Kepala ruangan lebih dapat meningkatkan fungsi-fungsi kepemimpinan agar perawat
lebih termotivasi serta kepala ruangan diharapkan untuk bisa memperhatikan kondisi
perawat pelaksananya seperti beban kerja

Kata Kunci: Persepsi perawat, Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan, Kinerja Perawat

ABSTRACT

Background: The chief leadership of the nursing ward is responsible for assessing the
performance of the nurse. Where the performance of the nurse is assessed through the
standard of nursing care is to provide guidance for a to set specific indicator used to measure
and monitor the work or performance of nurses.
The Purpose: to know the relation between perception of nurse executor about leadership
style of head with performance of nurse executor in I.A Moeis hospital Samarinda
The Methods: This research type is descritical correlation by using cross sectional approach.
Sample as many as 82 respondents in RS. I. A Moeis Samarinda. Bivariate test using Chi
Square test to know the relationship between variables.
The Result: The result of statistic test obtained p value = 0,001 (<α: 0,05), hence can be
concluded there is no significant correlation between perception of nurse executor and
performance.
The Conclusion: The head of the room is more able to improve the leadership functions so
that the nurse is more motivated and the head of the room is expected to be able to pay
attention to the condition of the executing nurse such as work load

Keywords: Nursing Perception, Chief Leadership, Nurse Performance

4
PENDAHULUAN dikordinatori oleh kepala ruang rawat.
Kepala ruangan sebagai manajer harus
Keperawatan adalah salah satu dapat menjamin pelayanan yang
profesi di rumah sakit yang berperan diberikan oleh perawat pelaksana
penting dalam upaya menjaga mutu dalam memberikan pelayanan yang
pelayanan kesehatan di rumah sakit. aman dan mementingkan kenyamanan
Pada standar evaluasi dan pasien (Rachman, 2006).
pengendalian mutu dijelaskan bahwa Kemampuan manajerial yang
pelayanan keperawatan menjamin harus dimiliki oleh kepala ruangan
adanya asuhan keperawatan yang antara lain perencanaan, (planning),
bermutu tinggi dan terus menerus pengorganisasian (organizing),
melibatkan diri dalam program penggerakan dan pelaksanaan
pengendalian di rumah sakit. Kinerja (aktuasi), pengawasan serta
perawat yang mempunyai kedudukan pengendalian (controlling), dan
penting dalam menghasilkan kualitas evaluasi. Dari beberapa fungsi
pelayanan kesehatan di rumah sakit, manajerial kepala ruangan tersebut
karena pelayanan yang diberikannya terlihat bahwa salah satu yang harus
berdasarkan pendekatan bio-psiko- dijalankan oleh kepala ruangan adalah
sosial-spiritual merupakan pelayanan bagaimana menilai kinerja perawat
yang unik dilaksanakan selama 24 jam untuk meningkatkan kualitas dan mutu
dan berkesinambungan merupakan pelayanan keperawatan (Arwani, 2005).
kelebihan tersendiri dibanding Kepemimpinan kepala ruangan
pelayanan lainnya. bertanggungjawab untuk menilai kinerja
Undang - Undang Nomor 8 Tahun perawat. Dimana kinerja perawat dinilai
1999 tentang Perlindungan Konsumen melalui standar asuhan keperawatan
disebutkan bahwa perawat dituntut yaitu memberikan pedoman arahan
sebagai pemberi jasa untuk mampu bagi suatu ruangan menetapkan
memberikan pelayanan bermutu sesuai indikator-indikator spesifik yang
standar pelayanan yang ditentukan. digunakan untuk mengukur dan
Kira-kira 40 - 60% pelayanan di rumah memantau hasil kerja atau kinerja
sakit merupakan pelayanan perawat. Komponen kinerja tersebut
keperawatan (Budiyanto, 2006). dapat dilakukan dengan cara observasi
Kinerja merupakan hasil sesuai tahapan proses keperawatan
pekerjaan yang mempunyai hubungan yaitu pengkajian, diagnosa,
kuat dengan tujuan strategis organisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan
kepuasan konsumen dan kontribusi evaluasi. Penilaian kinerja perawat
pada ekonomi. Kinerja merupakan dilakukan sebagai pengawasan untuk
implementasi dari rencana yang telah melihat apakah tindakan keperawatan
disusun. Implementasi kinerja dilakukan itu dilakukan atau tidak.
oleh sumber daya manusia yang RSUD I.A. Moeis sendiri sebagai
memiliki kemampuan, kompetensi tempat penelitian adalah rumah sakit
motivasi dan kepentingan tipe C, selain sebagai rumah sakit
(Wibowo,2007). rujukan. Kapasitas tempat tidur 163
Kepemimpinan kepala ruangan buah sedangkan jumlah sumber daya
yang menangani pelayanan manusia yang terlibat dalam
keperawatan di ruang rawat memberikan pelayanan kesehatan

5
sebanyak 425 orang, dan 175 orang menyesuaikan jadual dinas sesuai
diantaranya adalah perawat. dengan situasi dan kondisi ruangan,
Pengamatan yang ditemui di beberapa selain itu dalam dalam mengambil
ruang rawat inap rumah sakit ini keputusan kepala ruangan selalu
diperoleh gambaran yaitu ketika sepihak dan tidak pernah berdiskusi
perawat melaksanakan peran dan sebelumnya dengan perawat
fungsinya secara rutin ada banyak pelaksana. Selain itu berkaitan dengan
pekerjaan yang dilakukan. Kegiatan pendelegasian tugas kepala ruangan
mereka sangat variatif, mulai dari kepada perawat pelaksana selalu tidak
tindakan keperawatan langsung seperti proposional sehingga menambah berat
mengkaji pasien baru, merawat luka, beban kerja perawat. Hal ini diperkuat
memberi makan dan minum, dengan pernyataan 2 perawat
membagikan obat makan dan injeksi, pelaksana yang lain dengan
mengukur tanda-tanda vital (TTV), menambahkan terkadang kepala
mengedukasi pasien, keluarga dan ruangan terlalu egois memindahkan
sebagainya (Data Bidang Keperawatan perawat pelaksana ke ruangan lain
RSUD I.A. Medis, 2016). tanpa terlebih dahulu konfirmasi ke
Pada tahun 2009 Studi oleh perawat pelaksana yang bersangkutan.
BPPSDM Depkes RI bekerjasama 1 Orang perawat pelaksana
dengan WHO di 4 provinsi di Indonesia, mengatakan jika ada masalah akan
yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, berusaha meyelesaikan sendiri karena
Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur khawatir jika lapor kepala ruangan
ditemukan kinerja perawat baik 50 %, masalah akan bertambah besar.
sedang 34,37 %, dan kurang 15,63 %. Berdasarkan uraian diatas, peneliti
Kinerja keperawatan di rumah sakit merasa tertarik untuk mengadakan
dikatakan baik bila kinerja perawat lebih penelitian. Adapun judul penelitian ini
75 % (Maryadi, 2010). Hasil survei di adalah “Hubungan antara persepsi
RSUD Inche Abdul Moies Samarinda, perawat pelaksana tentang gaya
selama 6 bulan terakhir dari bulan Juli kepemimpinan kepala ruangan dengan
sampai dengan Desember 2016 kinerja perawat pelaksana di RS. I.A
didapatkan rata-rata pasien rawat inap Moeis Samarinda.”
sebanyak 7.440 (Data Rekam Medis
RS. I.A Moeis, 2016). TUJUAN PENELITIAN
Kemampuan kepala ruangan Penelitian ini bertujuan untuk
dalam mengatur manajemem ruangan mengetahui hubungan antara persepsi
sangat penting untuk meningkatkan perawat pelaksana tentang gaya
kualitas kinerja perawat. Khususnya kepemimpinan kepala ruangan dengan
dalam proses pendekatan manajemen kinerja perawat pelaksana di RS. I.A
yang terdiri dari ketenagan, alat, Moeis Samarinda
fasilitas serta menetapkan Standar
Asuhan Keperawatan (SAK). Dari hasil METODE PENELITIAN
studi pendahuluan dengan metode Jenis penelitian ini adalah
wawancara tak terstruktur didapatkan deskritif korelasional dengan
bahwa dari 10 perawat pelaksana di menggunakan pendekatan cross
ruang rawat inap 7 orang mengatakan sectional. Deskritif korelasional
bahwa kepala ruangan tidak dapat bertujuan untuk menentukan ada

6
tidaknya hubungan dan apabila ada, 2. Persepsi Perawat tentang
berapa eratnya hubungan serta berarti Kepemimpinan Kepala Ruangan
atau tidaknya hubungan itu Penelitian
ini menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang Persepsi n %
menekankan pengukuran data variabel Kurang Baik 25 41.5
independen dan dependen hanya satu Baik 48 58.5
kali pada satu saat (Nursalam, 2007). Total 73 100.0
Tabel 4.2 Distribusi Persepsi Perawat
HASIL PENELITIAN tentang Kepemimpinan Kepala
1. Karakteristik Responden Ruangan di Rsud Inche Abdul Moeis
Tabel 4.1 Karakteristik responden Samarinda 2017
berdasarkan umur di klinik islamic center Sumber : Data Primer 2017
samarinda Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.2 persepsi
Item Kategori n (%)
Umur
perawat tentang kepemimpinan kepala
< 31 tahun 30 41,1
≥ 31 tahun 43 58,9 ruangan dikatagorikkan menjadi 2 yaitu
Jenis baik dan kurang baik. Dari hasil yang
Laki-laki 16 21,9 didapatkan persepsi perawat tentan
Kela
Perempuan 57 78,1
min kepala ruangan yang baik sebanyak 48
Pendi D3 Kep 59 80,8 responden (58,5 %) dan kurang baik
dikan D4 Kep 4 5,5 sebanyak 34 responden (41,5 %).
S1 Kep/ Ns 10 13,7
3. Kinerja Perawat
Sumber : Data Primer 2017 Tabel 4.3 Distribusi Kinerja Perawat di
Berdasarkan tabel 4.1 diatas Rsud Inche Abdul Moeis
didapatkan data bahwa responden Samarinda 2017
berdasarkan kelompok umur dari segi Kinerja Perawat n %
tingkat kematangan biologis, sebagian Kurang Baik 28 45.1
besar adalah kelompok umur dewasa Baik 45 54.9
akhir (≥ 31 tahun) yang merupakan usia Total 73 100.0
produktif sebanyak 43 orang (52,4%). Sumber : Data Primer 2017
Kemudian berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan tabel 4.3 diatas kinerja
didapatkan sebagian besar berjenis seseorang dinilai dari 2 aspek apakah
kelamin perempuan sebanyak 57 orang seseorang itu bekerja baik atau kurang
(78,1 %) dan sebagian berjenis kelamin baik dari hasil yang didapatkan kinerja
laki-laki sebanyak 16 orang (21,9%). perawat yang baik sebanyak 45
Dilihat dari pendidikan didapatkan responden (54,9 %) dan kinerja kurang
sebagian besar berpendidikan D3 baik sebanyak 37 responden (45,1 %).
Keperawatan sebanyak 59 orang
(80,8%) dan sebagian kecil 4. Analisa Bivariat
berpendidikan D4 Keperawatan Tabel 4.4 Hasil Analisa Bivariat Responden
sebanyak 4 orang (5,5%) dan S1 Hubungan persepsi perawat pelaksana
Keperawatan sebanyak 10 orang tentang kepemimpianan kepala ruangan
(13,7%). dengan kinerja perawat Rsud Inche Abdul
Moeis Samarinda 2017

7
Persepsi Kinerja Perawat Total OR P
Perawat Kinerja Kinerja 95% CI Value
Pelaksana Baik Kurang Baik
N % N % N %
Baik 34 70,8 14 29,2 48 100 5,078 0,001
Kurang Baik 8 32,4 17 67,6 25 100 (1,963-
Total 42 54,9 31 45,1 73 100 13,138)
dan sebagian berjenis kelamin laki-laki
PEMBAHASAN sebanyak 16 orang (19,5%).
Berdasarkan data bahwa sebagian Menurut teori yang dikemukakan
besar responden berumur lebih dari 31 oleh Siagian (2009), bahwa tidak ada
tahun sebanyak 43 orang (52,4%) dan bukti ilmiah yang konklusif yang
sebagian kecil berusia dibawah 31 menunjukkan ada perbedaan antara
tahun sebanyak 39 orang (47,6%). Hal laki-laki dan perempuan dalam berbagai
ini menunjukkan bahwa responden segi kehidupan organisasi seperti
lebih banyak merupakan usia produktif. kemampuan dalam memecahakan
Hal ini sesuai dengan Dessler masalah, kemampuan analitik,
(2010), yang menyatakan bahwa umur dorongan, kepemimpinan atau
produktif terbagi beberapa tahap yaitu kemampuan bertumbuh dan
umur 31 tahun yang merupakan awal berkembang secara intelektual.
individu berkarir, umur 31 tahun Menurut analisis bahwa tidak ada
merupakan tahap penentu bagi perbedaan antara jenis kelamin laki-laki
seseorang untuk memilih bidang dan perempuan terhadap pekerjaan,
pekerjaan yang sesuai dengan karir. tetapi pada kenyataan pekerjaan yang
Menurut analisis umur produktif profesi sebagai keperawatan
merupakan suatu pemikiran seseorang didominasi oleh perempuan. Pada
memilih bidang karir, dimana bekerja kenyataannya di RSUD Inche Abdul
memerlukan kerjasama, pengendalian Moeis sekitar 80,5% % perawat berjenis
emosi, berpikir rasional dan toleran kelamin perempuan dan sisanya 19,5 %
terhadap perbedaan pandangan dan berjenis kelamin laki-laki, oleh sebab itu
perilaku, pengakuan serta berkomitmen peneliti menyarankan untuk selalu
tinggi terhadap pemberian pelayanan meningkatkan kemampuan dalam
keperawatan yang bermutu. Pembagian menerapkan kepemimpinan dalam
kelompok umur didasarkan atas tingkat ruangan itu sendiri.
kematanganyang dimana lebih banyak Berdasarkan didapatkan data
responden berada di masa dewasa bahwa sebagian besar responden
akhir. Dilihat dari masa kerja pun berpendidikan D3 Keperawatan
responden lebih banyak bekerja lebih sebanyak 68 orang (82,9%) dan
dari 3 tahun, oleh sebab itu peneliti sebagian kecil berpendidikan D4
menyarankan untuk bisa Keperawatan sebanyak 4 orang (4,9%)
mempertimbangkan setiap masukan dan S1 Keperawatan sebanyak 10
yang diberikan oleh perawat orang (12,2%).
pelaksanan terhadap kepala ruangan. Pendidikan merupakan suatu
Berdasarkan data bahwa sebagian indikator yang mencerminkan
besar responden berjenis kelamin kemampuan seseorang untuk dapat
perempuan sebanyak 66 orang (80,5%) menyelesaikan suatu pekerjaan.

8
Dengan latar belakang pendidikan mental, kemampuan merespon
seseorang dianggap mampu tantangan, kapabilitas integratif,
menduduki jabatan tertentu (Hasibuan, keterampilan berkomunikasi dan
2010). keterampilan memotivasi. Kemampuan
Menurut analisis dalam selalu terkait dengan bagaimana
menumbuhkan persepsi dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berlangsung
pendekatan yang holistik membutuhkan didalam kependidikan yang
pengetahuan luas, pemahaman menghasilkan kinerja yang benar-benar
berbagai displin ilmu yang ada profesional dan mampu
berhubungan dengan tujuan, strategi, mengembangkan misi pendidikan.
rencana dan kegiatan organisasi. Untuk Dalam kaitan ini dapat dinyatakan
memperoleh keterampilan yang baik bahwa masalah penting saat ini
tidak hanya diperoleh melalui bukanlah terlalu banyak atau terlalu
pendidikan formal saja tetapi sedikit jumlah orang yang mampu
pendidikan non formal seperti pelatihan, menjalankan profesinya, tetapi yang
oleh sebab itu peneliti menyarankan dibutuhkan adalah penguasaan yang
kepada kepala ruangan untuk bisa lebih lebih baik terhadap keterampilannya.
memfasilitasi SDM dengan Penguasaan adalah kemampuan
meningkatkan pendidikan yang lebih manajemen proses-proses
tinggi, sehingga perawat pelaksana bisa kependidikan sebagai hasil atau
mendapatkan ilmu terbaru dari jenjang prestasi belajar sehingga mampu
pendidikan yang lebih tinggi lagi. Dan mencapai jenjang pendidikan yang lebih
perawat yang memiliki pendidikan yang tinggi atau lebih baik.
lebih tinggi diharapkan agar dapat Menurut analisis kepala ruangan
menelesaikan suatu pekerjaan dengan yang memilki kepemimpinan yang baik
mempertimbangkan segala aspek yang membantu kinerja perawat. Hal ini
berhubungan dengan pekerjaan ditunjukkan di ruang IRNA RSUD Inche
tersebut, sehingga output yang Abdul Moeis kepala ruangan membantu
dihasilkan sesuai dengan standar yang perawat pelaksana dalam menangani
ada. pasien serta keluhan yang di dapatkan
Bersasarkan hasil didapatkan dari pada saat pasien atau perawat
48 responden persepsi perawat mengalami masalah. Sedangkan
pelaksana baik dan kinerja perawat kepemimpinan kepala ruangan dan
yang baik sebanyak 34 responden kinerja perawat yang kurang baik
(70,8%). Kepemimpinan kepala dikarenakan hal kepala ruangan
ruangan dianggap baik oleh perawat terkadang meninggalkan ruangan pada
sehingga perawat pelaksana jam sibuk hal ini ini dikarenakan kepala
menampilkan kinerja yang baik juga. ruangan harus menghadiri rapat yang
Adapun dari 34 responden persepsi berada di rumah sakit serta kurangnya
perawat pelaksana kurang baik dan info yang diberikan kepada perawat,
kinerja kurang baik sebanyak 23 orang sehingga perawat di RSUD Inche Abdul
(67,6%). Moeis lambat mendapatkan informasi
Menurut Pierc (1993) dalam yang akurat.
Waridin (2009) indikator kemampuan Adapun persepsi kepemimpinan
adalah pendidikan pengetahuan yang yang kurang baik tetapi kinerja baik,
luas, kemampuan berkembang secara hal ini memungkinkan perawat yang

9
kinerjanya baik memilki motivasi dalam yang secara langsung mempengaruhi
berkerja meskipun kepala ruangan perilaku individu dan hal-hal yang
kurang baik menerapkan dikerjakan oleh pegawai yang
kepemimpinan yang ada di ruangan bersangkutan, ketiga perangkat variabel
sedangkan kemampuan tersebut dapat dikelompokan dalam
kepemimpinan yang kurang baik dan variabel individu, psikologis dan
kinerja kurang baik, hal ini keorganisasian.
dimungkinkan terjadinya kurangnya Dalam memotivasi para bawahan
sosialisasi dalam menerapkan dalam meningkatkan kinerja,
kepemimpinan yang dipengaruhi oleh hendaknya menyediakan peralatan,
faktor misalnya kepala ruangan kurang menciptakan suasana kerja yang baik
memberikan informasi yang teraktual dan memberikan kesempatan untuk
atau kepala ruangan yang sering promosi. Dengan demikian
mengikuti pelatihan sehingga tidak ada memungkinkan perawat pelaksana
waktu dalam mensosialisasikan tugas- dapat meningkatkan kinerja yang lebih
tugas perawat. baik sesuai penerapan manajemen di
Menurut Waridin (2012) kinerja rumah sakit. Berdasarkan hasil
merupakan perbandingan hasil kerja penelitian terdahulu motivasi salah satu
yang dicapai oleh karyawan dengan faktor yang mempengaruhi kinerja
standar yang telah ditentukan. perawat menjadi baik dengan
Sedangkan menurut Hakim (2009) kemampuan manajerial kepala ruangan
mendefinisikan kinerja sebagai hasil hal ini dibuktikan dari hasil penelitian
kerja yang dicapai oleh individu yang Parmin (2009), indikator kepemimpinan
disesuaikan dengan peran atau tugas yang memiliki hubungan dengan kinerja
individu tersebut dalam suatu perawat sehingga perawat lebih
perusahaan pada suatu periode waktu bermotivasi dalam bekerja adalah
tertentu, yang dihubungkan dengan perencanaan, pengorganisasian,
suatu ukuran nilai atau standar tertentu pengarahan, pengarahan yang memiliki
dari perusahaan dimana individu nilai signifikan yang kurang dari 0,05.
tersebut bekerja. Kinerja merupakan Dari analisa statistik tersebut dapat
perbandingan hasil kerja yang dicapai disimpulkan bahwa pada kepala
oleh pegawai dengan standar yang ruangan yang memiliki kepemimpinan
telah ditentukan (Waridin, 2012). yang baik dalam melaksanakan tugas
Kinerja merupakan gabungan dapat meningkatkan kinerja perawat
dari tiga faktor penting yaitu secara baik dan sebaliknya pada kepala
kemampuan atau minat seorang ruangan yang tidak mampu
pekerja, kemampuan dan penerimaan melaksanakan kepemipinan ruangan
atas penjelasan delegasi tugas, serta akan mempengaruhi kinerja perawat
peran dan tingkat motivasi seorang yang tidak baik juga.
pekerja, semakin tinggi nilai ketiga Analisis keeratan hubungan antara
faktor tersebut semakin baik pula dua variabel didapatkan OR = 5,078
prestasi kerja pegawai yang artinya persepsi tentang
bersangkutan. Pengamatan dan kepemimpianan kepala ruangan yang
analisis manajer tentang perilaku dan dianggap tidak baik berpeluang 5 kali
prestasi individu memerlukan untuk menyebabkan kinerja perawat
pertimbangan ketiga perangkat variabel yang tidak baik dibandingkan

10
kemampuan kepemimpinan kepala untuk meningkatkan kinerja perawat
ruangan yang dianggap baik. dalam meningkatkan pelayanan
Nilai confidence Interval dari tabel keperawatan.
diatas (95% CI :1,963-13,138), memilki 2. Bagi Kepala Ruangan
jarak yang cukup jauh ini berarti Diharapkan kepala ruangan lebih
semakin jauh interval maka dapat meningkatkan fungsi-fungsi
hubunganya pun semakin lemah kepemimpinan agar perawat lebih
dikarenakan masih ada beberapa faktor termotivasi serta kepala ruangan
lain yang mungkin berpengaruh dalam diharapkan untuk bisa
meningkatkan kinerja perawat. memperhatikan kondisi perawat
KESIMPULAN pelaksananya seperti beban kerja
1. Karakteristik berdasarkan 73 yang yang tidak sebanding dengan
responden mayoritas responden jumlah pasien. Serta dapat
berumur lebih dari 31 tahun memberikan kesempatan kepada
sebanyak 43 orang (52,4%), perawat pelaksana untuk dapat
berjenis kelamin perempuan mengikuti pelatihan yang belum di
sebanyak 57 orang (78,1%), ikuti.
berpendidikan D3 Keperawatan 3. Bagi Perawat
sebanyak 59 orang (80,8%). Diharapkan mampu menjadi
2. Hasil persepsi perawat pelaksana motivator bagi perawat untuk
tentang kepemimpinan kepala meningkatkan kinerja perawat
ruangan yang baik sebanyak 48 dalam melaksanakan asuhan
responden (58,5 %) dan kurang baik keperawatan sesuai dengan standar
sebanyak 25 responden (41,5 %). operasional prosedur. Perawat juga
3. Hasil kinerja perawat yang baik perlu meningkatkan pengetahuan
sebanyak 45 responden (54,9 %) dan keterampilan dalam melakukan
dan kinerja kurang baik sebanyak pengkajian secara bio-psiko-sosio
28 responden (45,1 %). dan spiritual terhadap pasien karena
4. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = ini merupakan hal dasar dalam
0,001, maka dapat disimpulkan ada proses keperawatan.
perbedaan proporsi persepsi 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
perawat pelaksana tentang Diharapkan kepada peneliti
kepemimpinan kepala ruangan selanjutnya agar dapat melakukan
dengan kinerja perawat yang baik penelitian lanjutan dengan
dimana ada hubungan signifikan memperluas area penelitian tidak
antara persepsi perawat pelaksana hanya terbatas pada area persepsi
dan kinerja. kepemimpinan kepala ruangan saja.
SARAN Menambahkan variabel yang lain
1. Bagi RSUD Inche Abdul Moeis seperti lingkungan kerja dan
Samarinda kompensasi untuk mengetahui
Diharapakan dari hasil penelitian ini hubungan dan pengaruhnya
RSUD Inche Abdul Moeis terhadap kinerja perawat. Peneliti
Samarinda dapat menggunakan selanjutnya ini dapat membahas
hasil penelitian ini sebagai informasi lebih lanjut tentang faktor-faktor
dan bahan pertimbangan dalam yang mempengaruhi hubungan
membuat aturan atau kebijakan kepemimpinan transformasional

11
kepala ruang dengan kinerja 836/MENKES/SK/VI/2005 tentang
perawat pelaksana. pedoman pengembangan manajemen
kinerja perawat dan bidan. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI.
Adiputra (2014). Makalah Strategi
Manajemen. Perspektif Strukturasi. Fattah. 2010. Manajemen
Yogyakarta : Fisipol UGM. Pemasaran; Dasar, Konsep dan
Strategi. Jakarta: Rajawali
Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Guritno, Waridin. 2005. Pengaruh
(edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap
Kinerja. Jakarta. Raja Grafindo
Arwani. (2005). Manajemen
Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC Gillies, D.A. (1996). Manajemen
Keperawatan: Suatu Pendekatan
As'ad, M. (2008). Psikologi industri. Sistem. Edisi kedua. Philadelphia: W. B.
Yogyakarta: Yogyakarta Lyberty. Saunders.

Basri¸ A. F. M., dan Rivai¸ V.2005. Harahap (2009) yang meneliti


Performance appraisal. Jakarta: PT. “Pengaruh Kepemimpinan dan
Raja. Grafindo Komunikasi terhadap Kinerja Perawat
Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD
Bidang Keperawatan, (2016). Data Kota Padangsidimpuan”
Tenaga Bidang Keperawatan RSUD
I.A. Moeis 2016. Samarinda. Hasibuan, M.S.P. (2009).
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Budiyanto. (2006). Analisis Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.
Hubungan Antara Motivasi dan
Kemampuan Kerja Perawat dengan Hidayat, A.A.A. (2009). Metode
Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Penelitian Keperawatan dan Teknik
RSU Tarakan Jakarta. Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Ilyas.Y, 2001. Kinerja Teori Penilaian &
Dahlan, M. S. (2013). Statistik Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi
untuk Kedokteran dan Kesehatan (edisi Kesehatan FKM UI,Depok.
3). Jakarta: Salemba Medika.
Kreitner&Kimicki (2005). Essential
Rekam Medis, (2016). Data Rekam of Nursing leadership and Management.
Medis RSUD I.A. Moeis 2016. New York: Thomson Delmar Learning.
Samarinda.
Kunanto (2003). Kepemimpinan
Dessler, Gary, 2010. Manajemen dan Manajemen Keperawatan: Teori
Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta:
Indeks. EGC.
.
Depkes RI. (2012). Keputusan Mangkunegara. 2007. Evaluasi
menteri kesehatan RI nomor: Kinerja. Bandung : Refika Aditama

12
Muninjaya. A.A.G. (2008). Suwignyo. (2007). Manajemen
Manajemen Kesehatan. Edisi empat. Sumber Daya Manusia: Suatu
Jakarta: EGC. Universitas Sumatera Pendekatan Sistem. Jakarta: EGC.
Utara
Suarli & Bahtiar. (2009).
Notoadmojo, S. (2007). Pendidikan Manajemen Keperawatan: Dengan
dan perilaku Kesehatan. Jakarta: Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga.
Rhineka Cipta.
Sulistiyani. 2003. Manajemen
Nursalam. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan.
Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Pertama. Penerbit Graha Ilmu
Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika. Suyanto. (2009). Mengenal
Kepemimpinan dan Manajemen
Potter, A.P. & Perry, A.G. (2007). Keperawatan di Rumah Sakit.
Buku Ajar Fundamental keperawatan: Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Konsep, Proses dan Praktik. Edisi
Keempat. Jakarta: EGC. Thoha, Miftah, 2009,
Kepemimpinan dalam Manajemen,
Purwanto dan Sulistyastuti. (2011). Penerbit PT. Raja. Grafindo
Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk
Psikologi dan Pendidikan.Yogyakarta : Tika, P. (2006). Budaya Organisasi
Pustaka Pelajar. Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
PT. Bumi Aksara. Jakarta.
PPSDM Kemenkes. 2009.
pedoman pengembangan manajemen Tjiptono, Fandy, 2008, Strategi
kinerja tenaga kesehatan. Jakarta. Pemasaran, Edisi 3, ANDI: Yogyakarta.
Depkes RI
Bimo Walgito. (2004). Pengantar
Riyanto, A. (2011). Aplikasi psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi
Metodologi Penelitian Kesehatan. Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala
Yogyakarta: Nuha Medika. Sekolah Dalam Organisasi
Pembelajaran (Learning Organization).
Robbins, S.P. (2003). Perilaku Pontianak. Alfabeta.
organisasi. Jakarta : PT. Indeks
Kelompok Gramedia. Wibowo. 2007. Manajemen
Kinerja. PT. Raja Grafindo Parsada:
Salafudin (2010) “Pengaruh Jakarta
Persepsi Faktor-Faktor Kepemimpinan
Kepala Ruang Tarhadap Kinerja Nursalam. 2008. Konsep dan
Perawat Dalam Pelayanan penerapan metodologi penelitian
Keperawatan Di RSUD R.A. Kartini keperawatan. Jakarta
Jepara”
Sibagariang, Eva Ellya dkk.
(2010). Buku Saku
Metodologi Penelitian Untuk

13
Mahasiswa Diploma Kesehatan. Sugiharto, A 2007, Faktor-faktor Resiko
Jakarta: Trans Info Media. Hipertensi pada Masyarakat (

14

Anda mungkin juga menyukai