Anda di halaman 1dari 21

PERTEMUAN KE- 12

PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)


DAN USAHA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa:
1. Dapat memahami dan menjelaskan definisi Usaha Kecil dan Menengah
(UKM).
2. Dapat memahami dan menjelaskan bagian-bagian dalam Usaha Kecil dan
Menengah (UKM)
3. Dapat memahami dan menjelaskan bagaimana Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) kebal terhadap krisis.
4. Dapat memahami dan menjelaskan peranan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) dalam pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
5. Dapat memahami dan menjelaskan peranan Usaha Kecil dan Menengah
dalam penciptaan devisa negara.

B. URAIAN MATERI
12.1 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Tujuan Pembelajaran 12.1:
12.1 Usaha Kecil dan Menengah

Usaha Kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh


perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk
memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan
mempunyai omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang.
Sementara Usaha Menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan
untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan
mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 (satu) miliar.
Menurut Departemen Perindustrian (1993) UKM didefinisikan sebagai
perusahaan yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI), memiliki total
asset tidak lebih dari Rp 600 juta (diluar area perumahan dan perkebunan).
Sedangkan definisi yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) lebih
mengarah pada skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Usaha kecil

1
menggunakan kurang dari lima orang karyawan, sedangkan usaha skala
menengah menyerap antara 5-19 tenaga kerja.
Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum
adalah:
1. Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas
antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus
pengelola dalam UKM.
2. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.
3. Daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang
memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra
perdagangan.
4. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana
prasarana yang kecil.

Permasalahan yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pada umumnya
adalah:
1. Faktor Internal, seperti kurangnya permodalan dan terbatasnya akses
pembiayaan, kualitas sumber daya manusia (SDM), lemahnya jaringan usaha
dan kemampuan penetrasi pasar, mentalitas pengusaha UKM, kurangnya
transparansi.
2. Faktor Eksternal, seperti iklim usaha belum sepenuhnya kondusif, terbatasnya
sarana dan prasarana usaha, pungutan liar, implikasi otonomi daerah,
implikasi perdagangan bebas, sifat produk dengan ketahanan pendek,
terbatasnya akses pasar, terbatasnya akses informasi.

Berikut upaya yang perlu dilakukan untuk memperbaiki dan mendukung Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) agar lebih maju :
1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif Pemerintah perlu mengupayakan
terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan

2
ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur
perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
2. Bantuan Permodalan Pemerintah perlu memperluas skema kredit khusus
dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu
peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal,
sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal
ventura. Pembiayaan untuk UKM sebaiknya menggunakan Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) yang ada maupun non bank. Lembaga Keuangan
Mikro bank antara Lain: BRI unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
3. Perlindungan Usaha Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha
tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus
mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang
maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan
(win-win solution).
4. Pengembangan Kemitraan Perlu dikembangkan kemitraan yang saling
membantu antar UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam
negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli
dalam usaha. Selain itu, juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan
bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian, UKM akan mempunyai kekuatan
dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar
negeri.
5. Pelatihan Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam
aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta
keterampilannya dalam pengembangan usahanya. Selain itu, juga perlu diberi
kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk
mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.
6. Membentuk Lembaga Khusus Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus
bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan
dengan upaya penumbuhkembangan UKM dan juga berfungsi untuk mencari

3
solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal
yang dihadapi oleh UKM.
7. Memantapkan Asosiasi Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk
meningkatkan perannya antara lain dalam pengembangan jaringan informasi
usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggotanya.
8. Mengembangkan Promosi Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara
UKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya
mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Disamping itu, perlu juga
diadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya.
9. Mengembangkan Kerjasama yang Setara Perlu adanya kerjasama atau
koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan dunia usaha (UKM) untuk
menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait dengan
perkembangan usaha.
10. Mengembangkan Sarana dan Prasarana Perlu adanya pengalokasian tempat
usaha bagi UKM di tempat-tempat yang strategis sehingga dapat menambah
potensi berkembang bagi UKM tersebut.

Beberapa keunggulan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terhadap usaha besar
antara lain adalah :
a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk.
b. Hubungan kemanusiaan yang akrab didalam perusahaan kecil.
c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapannya terhadap tenaga kerja.
d. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang
berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada
umumnya birokratis.
e. Terdapatnya dinamisme managerial dan peranan kewirausahaan.

4
3 jenis usaha yang dapat dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba, seperti :
1. Usaha manufaktur (manufacturing business) merupakan badan usaha yang
aktivitas usahanya merubah bahan baku menjadi suatu produk yang dapat
digunakan oleh masyarakat atau produsen selanjutnya. Contoh: pabrik
konveksi yang menghasilkan pakaian maupun pengrajin bambu yang
menghasilkan mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagainya.
2. Usaha dagang (merchandishing business) merupakan badan usaha yang
aktivitas usahanya langsung menjual barang yang sudah dibeli tanpa
melakukan perubahan terlebih dahulu. Contoh: pusat jajanan tradisional yang
menjual berbagai macam jajanan tradisional maupun toko kelontong yang
menjual semua jenis barang kebutuhan sehari-hari.
3. Usaha jasa (service business) merupakan usaha yang memberikan jasa atau
layanan kepada konsumen. Contoh: jasa pengiriman barang maupun warnet.

Jika seseorang ingin mendirikan UKM, maka diperlukan diferensiasi


bidang usaha yang akan dilakukan supaya dapat menjadi pusat perhatian dan
dikenal oleh konsumen karena memiliki keunikan tersendiri. Diferensiasi
merupakan segala upaya yang dilakukan seseorang maupun perusahaan untuk
menciptakan perbedaan dengan pesaing usaha kita dengan tujuan memberikan
nilai terbaik di mata konsumen. Berikut yang perlu diperlukan dalam membuat
diferensiasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sebagai berikut :
1. Konten (what to offer) yaitu kelebihan apa yang dapat ditawarkan pemilik
usaha kepada konsumen untuk membedakan jati diri perusahaan dengan
pesaing.
2. Konteks (how to offer) yaitu bagaimana cara sang pemilik usaha dalam
menawarkan kelebihan usahanya kepada konsumen.
3. Infrasturktur (enabler) merupakan faktor lain yang mendukung terlaksananya
diferensiasi usaha dengan menunjukkan perbedaan kemampuan tekhnologi,
kemampuan sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki suatu
perusahaan terhadap pesaing usahanya. Jadi, infrasturktur merupakan segala

5
sesuatu yang dimiliki suatu perusahaan untuk menciptakan apa yang dapat
ditawarkan dan bagaimana cara pemilik usaha untuk memperkenalkan
usahanya kepada konsumen.

Kita juga harus memperhatikan dua hal dalam melakukan diferensiasi


usaha, seperti kreatif dalam menghasilkan segala sesuatu yang unik
berhubungan dengan usaha kita. Positif artinya diferensiasi yang dilakukan harus
memberikan atau menambah nilai pada produk atau layanan yang diberikan
kepada konsumen. Bidang usaha yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan
suatu usaha kecil dan menengah, antara lain:
1. Penasehat. Saat ini, para pengusaha sangat membutuhkan penasehat sebelum
memutuskan untuk melakukan suatu keputusan. Contoh: pengacara, akuntan,
perencana keuangan, jasa konseling dan sebagainya.
2. Perantara atau sering disebut makelar adalah orang yang dapat membantu
seseorang untuk mencari atau dalam usaha menjual produk dan jasa. Untuk
dapat menjadi perantara, tidak membutuhkan modal yang besar hanya mampu
menyebarluaskan kualitas yang kita miliki dalam menyelesaikan suatu
masalah. Biasanya, bagi mereka yang berhasil melakukan publikasi akan
mendapatkan persentase bayaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dari
hasil penjualan suatu produk atau jasa. Contoh: perantara penjualan mobil,
perantara penjualan minuman, perantara real estate dan sebagainya.
3. Pembangun. Jika memiliki keahlian khusus, dapat membuka usaha untuk
menyalurkan bakat yang dimiliki atau dapat mempekerjakan orang untuk
membantu. Contoh: tukang listrik, tukang ledeng dan sebagainya.
4. Pencipta merupakan mereka yang memiliki visi tertentu karena diperlukan
kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi sehingga mampu mengoperasikan suatu
perusahaan. Contoh: desainer grafis dan pendiri bisnis.
5. Pemilik adalah seseorang yang memiliki uang lebih untuk menanamkan uangnya
dalam bentuk saham di suatu perusahaan, berinvestasi di perusahaan real estate atau
membantu usaha yang didirikan oleh orang lain yang kita kenal. Untuk menjadi

6
seorang pemilik usaha membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mempelajari
usahanya agar menghasilkan keuntungan yang diinginkan.
6. Penjual yang handal dibutuhkan dimana saja supaya produk yang dihasilkan
suatu perusahaan dapat laku terjual. Untuk menjadi seorang penjual yang
handal, dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan calon
konsumen, pekerja keras dan ulet.

12.2 Bagian-Bagian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)


Tujuan Pembelajaran 12.2 :
12.2 Bagian-Bagian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Pandangan umum bahwa UKM itu memiliki sifat dan jiwa


entrepreneurship (kewiraswastaan) adalah kurang tepat. Ada sub kelompok UKM
yang memiliki sifat entrepreneurship tetapi ada pula yang tidak menunjukkan sifat
tersebut. Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship maka kita dapat
membagi UKM dalam empat bagian, yakni :
a. Livelihood Activities
UKM yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan
kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku dikelompok ini tidak memiliki jiwa
entrepreneurship. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal. Di Indonesia
jumlah UKM kategori ini adalah yang terbesar.
b. Micro enterprise
UKM ini lebih bersifat “artisan” (pengrajin) dan tidak bersifat
entrepreneurship (kewiraswastaan). Jumlah UKM ini di Indonesia juga relatif
besar.
c. Small Dynamic Enterprises
UKM ini yang sering memiliki jiwa entrepreneurship. Banyak pengusaha
skala menengah dan besar yang tadinya berasal dari kategori ini. Kalau dibina
dengan baik maka sebagian dari UKM kategori ini akan masuk ke kategori
empat. Jumlah kelompok UKM ini jauh lebih kecil dari jumlah UKM yang

7
masuk kategori satu dan dua. Kelompok UKM ini sudah bisa menerima
pekerjaan sub-kontrak dan ekspor.
d. Fast Moving Enterprises
Ini adalah UKM tulen yang memilki jiwa entrepreneurship yang sejati. Dari
kelompok ini kemudian akan muncul usaha skala menengah dan besar.
Kelompok ini jumlahnya juga lebih sedikit dari UKM kategori satu dan dua.

12.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kebal Terhadap Krisis


Tujuan Pembelajaran 12.3 :
12.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kebal Terhadap Krisis

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran penting dalam


perekonomian Indonesia. Karena dengan UKM ini, pengangguran akibat
angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor
UKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan
ekonomi Indonesia. Sektor UKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi Krisis
Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi,
sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. UKM terbukti tahan
terhadap krisis dan mampu survive karena, pertama, tidak memiliki utang luar
negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap
unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor.
Selama 1997-2006, jumlah perusahaan berskala UKM mencapai 99% dari
keseluruhan unit usaha di Indonesia. Sumbangan UKM terhadap produk domestik
bruto mencapai 54%-57%. Sumbangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja
sekitar 96%. Sebanyak 91% UKM melakukan kegiatan ekspor melalui pihak
ketiga eksportir/pedagang perantara. Hanya 8,8% yang berhubungan langsung
dengan pembeli/importir di luar negeri.
Kualitas jasa juga dapat dimaksimalkan dengan adanya penguasaan
teknologi. Penguasaan teknologi ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
pengelolaan, sehingga organisasi dapat lebih terkontrol dengan mudah. Oleh
sebab itu, organisasi harus selalu mengikuti dinamika perubahan teknologi yang

8
terjadi. Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting
dalam membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di
Indonesia. Usaha mikro kecil menengah menjadi salah satu prioritas dalam
agenda pembangunan di Indonesia hal ini terbukti dari bertahannya sektor UKM
saat terjadi krisis hebat tahun1998, bila dibandingkan dengan sektor lain yang
lebih besar justru tidak mampu bertahan dengan adanya krisis.
Pada masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, UKM dapat bertahan dan
mempunyai potensi untuk berkembang. Dengan demikian UKM dapat dijadikan
andalan untuk masa yang akan datang dan harus didukung dengan kebijakan-
kebijakan yang kondusif, serta persoalan-persoalan yang menghambat usaha-
usaha pemberdayaan UKM harus dihilangkan. Konstitusi kebijakan ekonomi
Pemerintah harus menempatkan UKM sebagai prioritas utama dalam pemulihan
ekonomi, untuk membuka kesempatan kerja dan mengurangi jumlah
pengangguran.
Dilihat dari pembinaan yang efektif maka sebaiknya pemerintah
memusatkan perhatiannya pada UKM kategori tiga dan empat. Kelompok ini juga
dapat menyerap materi pelatihan. Tujuan pembinaan terhadap UKM kategori tiga
dan empat adalah untuk mengembangkan mereka menjadi usaha sekala
menengah. Secara konseptual penulis menganggap ada dua faktor kunci yang
bersifat internal yang harus diperhatikan dalam proses pembinaan UKM. Pertama,
sumber daya manusia (SDM), kemampuan untuk meningkatkan kualitas SDM
baik atas upaya sendiri atau ajakan pihak luar. Selain itu dalam SDM juga penting
untuk memperhatikan etos kerja dan mempertajam naluri bisnis. Kedua,
manajemen, pengertian manajemen dalam praktek bisnis meliputi tiga aspek
yakni berpikir, bertindak, dan pengawasan.
Dapat dilihat dari statistik yang dikeluarkan oleh UKM, bahwa 5 sektor
yang memiliki porsi terbesar adalah UKM yang terkait dengan industri makanan
dan minuman. Sektor ini membentuk rantai makanan yang berupa input bahan
baku dan output jadi makanan dan minuman. Industri Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan menyumbang bahan baku untuk pembuatan makanan

9
dan minuman, sementara Industri Perdagangan, Hotel, dan Restoran menjual
makanan dan minuman jadi hasil pengolahan dari industri sebelumnya. Sehingga
jika ditotal, sektor makanan dan minuman memiliki proporsi unit usaha UKM
lebih dari 80%.
Alasan-alasan UKM bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya
pada masa krisis adalah :
1. Sebagian besar UKM memperoduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan
elastitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat
pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap
permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan
juga tidak berpengaruh pada permintaan.
2. Sebagian besar UKM tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya
keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga, tidak banyak
mempengaruhi sektor ini. Berbeda dengan sektor perbankan bermasalah,
maka UKM ikut terganggu kegiatan usahanya. Sedangkan usaha berkala besar
dapat bertahan. Di Indonesia, UKM mempergunakan modal sendiri dari
tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat rendah.
3. UKM mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing, dampaknya
UKM mempunyai spesialisasi produksi yang ketat. Hal ini memungkinkan
UKM mudah untuk pindah dari usaha yang satu ke usaha lain, hambatan
keluar-masuk tidak ada.
4. Reformasi menghapuskan hambatan-hambatan di pasar, proteksi industri hulu
dihilangkan, UKM mempunyai pilihan lebih banyak dalam pengadaan bahan
baku. Akibatnya biaya produksi turun dan efisiensi meningkat. Tetapi karena
bersamaan dengan terjadinya krisis ekonomi, maka pengaruhnya tidak terlalu
besar.
5. Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor
formal banyak memberhentikan pekerja-pekerjanya. Para penganggur tersebut
memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang umumnya
berskala kecil, akibatnya jumlah UKM meningkat.

10
Langkah strategis yang bisa diusulkan untuk pengembangan sektor UKM,
yaitu demand pull strategy dan supply push strategy. Demand pull strategy
mencakup strategi perkuatan sisi permintaan, yang bisa dilakukan dengan
perbaikan iklim bisnis, fasilitasi mendapatkan HAKI (paten), fasilitasi pemasaran
domestik dan luar negeri, dan menyediakan peluang pasar. Langkah strategis
lainnya adalah supply push strategy yang mencakup strategi pendorong sisi
penawaran. Ini bisa dilakukan dengan ketersediaan bahan baku, dukungan
permodalan, bantuan teknologi/ mesin/alat, dan peningkatan kemampuan SDM.
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan
sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar
jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil
baik disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil menjadi bagian
yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola
oleh dua departemen, yaitu:
1. Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
2. Departemen Koperasi dan UKM.
Namun demikian usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih
belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UKM sangat
kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar.
Pelaksanaan kebijaksanaan UKM oleh pemerintah selama Orde Baru, sedikit saja
yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja, sehingga
hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha
besar hampir disemua sektor, antara lain : perdagangan, perbankan, kehutanan,
pertanian dan industri. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena
semakin terbukanya pasar didalam negeri, merupakan ancaman bagi UKM
dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar dampak
globalisasi. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan UKM saat ini
dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat
perekonomian rakyat, maka kemandirian UKM dapat tercapai dimasa mendatang.

11
12.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesempatan Persaingan Kerja
Tujuan Pembelajaran 12.4 :
12.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesempatan Persaingan Kerja

Peranan UKM terlihat cukup jelas pasca krisis ekonomi, yang dapat
dilihat dari besaran pertambahan nilai PDB yang relatif netral dari intervensi
pemerintah dalam pengembangan sektor-sektor perekonmian karena kemampuan
pemerintah yang relatif terbatas, sektor yang menunjukkan pertambahan PDB
terbesar berasal dari industri kecil, kemudian diikuti industri menengah dan besar.
Hal ini mengindikasikan bahwa UKM mampu dan berpotensi untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi pada masa akan datang.
Dari aspek penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian secara absolut
memiliki kontribusi lebih besar dari pada sektor pertambangan, sektor industri
pengolahan dan sektor industri jasa. Arah perkembangan ekonomi seperti ini akan
menimbulkan kesenjangan pendapatan yang semakin mendalam antara sektor
yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan menyerap tenaga kerja
lebih sedikit. Pembangunan ekonomi hendaknya diarahkan pada sektor yang
memberikan kontribusi terhadap output perekonomian yang tinggi dan
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Adapun sektor yang dimaksud
adalah sektor industri pengolahan. UKM memiliki kontribusi terhadap
pertambahan output bruto dan penyerapan tenaga kerja yang lebih besar daripada
Usaha Besar. Tinggi kemampuan UKM dalam menciptakan kesempatan kerja
dibanding usaha besar mengindikasikan bahwa UKM memiliki potensi yang
cukup besar untuk dikembangkan dan dapat berfungsi sebagai katub pengaman
permasalahan tenaga kerja (pengangguran).
Salah satu bentuk proteksi yang dilakukan pemerintah terhadap
pengembangan UKM adalah apa yang tercantum pada dua Undang-Undang (UU)
yang terkait dengan UKM yaitu UU Usaha Kecil No. 9 Tahun 1995 dan UU
Persaingan Usaha Tahun 1999. Lebih menarik lagi karena UU Persaingan Usaha

12
muncul setelah Indonesia dihantam badai krisis yang menjadi arena pengujian
ketangguhan masing-masing skala usaha.
Di dalam UU Usaha Kecil tersebut secara jelas dinyatakan betapa
diperlukannya tindakan untuk melindungi UKM dari persaingan yang tidak adil
serta perlunya usaha untuk mengembangkannya. Misalnya, pemerintah
mengeluarkan peraturan pemerintah, perlindungan terhadap pelaksanaan program
kemitraan dimana usaha besar dipaksa bermitra dengan UKM. Sementara dalam
pasal 50 butir (h) dan (i) UU Anti Monopoli dan UU Persaingan ini ternyata
koperasi dan UKM tidak tercakup di dalamnya. Kedua UU ini menyatakan bahwa
salah satu tugas pemerintah dalam pengembangan sektor ekonomi adalah untuk
memberikan perlindungan perundangan dan usaha pengembangan bagi koperasi
dan UKM.
Berdasarkan isi dari kedua UU ini, jelas terlihat bahwa pemerintah
Indonesia mungkin berpandangan bahwa untuk mengembangkan serta
melindungi koperasi dan UKM (sebagai bagian dari sektor ekonomi) dari
persaingan bebas (yang tidak adil) diperlukan suatu peraturan yang ketat agar
dapat digunakan sebagai bagian dari insentif untuk mengembangkan dan
melindungi koperasi dan UKM. Tampaknya pemerintah juga berpendapat bahwa
dalam proses itu, melindungi dan mengembangkan koperasi dan UKM
merupakan unsur yang penting untuk menghadapi persaingan bebas (khususnya
yang tidak adil). Ketika harus memilih antara manfaat persaingan yang didorong
oleh pasar atau perlindungan pemerintah, ternyata pemerintah memilih
perlindungan. Mungkin kita akan memberikan interpretasi: bahwa perlindungan
untuk UKM serta koperasi akan efektif hanya dengan cara memakai perangkat
peraturan pemerintah. Dasar pemikiran ekonomi dari UU nasional ini adalah
bahwa UU dapat memainkan peranan yang penting dalam mendukung usaha
besar, menengah, kecil dan koperasi dalam bersaing di pasar yang sama tetapi kita
harus melindungi UKM dan koperasi.
Secara umum tujuan UU ini adalah bagaimana mengembangkan ekonomi
dengan sifat pasar persaingan bebas dimana UU seharusnya atau sebenarnya tidak

13
ditujukan untuk melawan usaha-usaha besar, tetapi lebih merupakan
pengembangan prinsip persaingan dalam ekonomi pasar yang sedemikian rupa
agar dapat menciptakan kondisi pasar yang dapat mempercepat pertumbuhan
usaha kecil, menengah dan besar secara bersamaan. Hubungan yang terutama dan
logis antara UU ini dan pertumbuhan UKM adalah sebagai berikut: tujuan utama
UU ini adalah meningkatkan keadaan ekonomi melalui persaingan pasar bebas.
Oleh sebab itu, teori pelaku ekonomi mengenai perbuatan yang bersifat anti
persaingan harus dimengerti secara jelas. Apabila pasar yang bersaing (bukan
yang bersifat monopoli atau monopolistik dll.) dikembangkan, maka akan tercipta
ekonomi yang kondusif yang dapat mempercepat pertumbuhan UKM. Namun
demikian perlu dicamkan bahwa pasar yang bersaing tidak dapat dihasilkan hanya
dengan UU Anti Monopoli dan UU Persaingan saja. Permasalahan yang dihadapi
oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM), antara lain meliputi:
1. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan
merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit
usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil
dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya
tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat
terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya
sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta
oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar
bagi UKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua
UKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.
2. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sebagian besar usaha kecil tumbuh
secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun.
Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap
manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk
berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan kualitas

14
SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan
teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.
3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang
pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha
yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah
lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai
kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah
mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang
dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.
4. Mentalitas Pengusaha UKM. Hal penting yang seringkali pula terlupakan
dalam setiap pembahasan mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship
para pengusaha UKM itu sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain
kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta
semangat ingin mengambil risiko Suasana pedesaan yang menjadi latar
belakang dari UKM seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja.
5. Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut
terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang
disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya
menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi
generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.
6. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif. Upaya pemberdayaan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi
perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk
domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan
pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui
pembentukan modal tetap brutto (investasi). Keseluruhan indikator ekonomi
makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan
pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan
kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

15
Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun
dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya
kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang
sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha-
pengusaha besar. Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan
perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar
mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak
murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak
terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak
memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan
dari para pengusaha besar.
7. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang
berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang
diharapkan. Selain itu, tak jarang UKM kesulitan dalam memperoleh tempat
untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena mahalnya harga sewa
atau tempat yang ada kurang strategis.
8. Pungutan Liar. Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan
pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UKM karena menambah
pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya terjadi sekali namun dapat
berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap bulan.
9. Implikasi Otonomi Daerah Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32
Tahun 2004, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan
mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai
implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-
pungutan baru yang dikenakan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera
dibenahi maka akan menurunkan daya saing UKM. Disamping itu, semangat
kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang

16
menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di
daerah tersebut.
10. Implikasi Perdagangan Bebas. Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang
mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap
usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam
hal ini, mau tidak mau UKM dituntut untuk melakukan proses produksi
dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai
dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas
(ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan isu Hak Asasi Manusia (HAM)
serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh
negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu,
UKM perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik secara keunggulan
komparatif maupun keunggulan kompetitif.
11. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek. Sebagian besar produk industri kecil
memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian
dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang
dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.
12. Terbatasnya Akses Pasar menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat
dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
13. Terbatasnya Akses Informasi. Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui
kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang
diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap
kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain
dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa
sebagai hasil dari UKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain,
terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar
internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar
tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestic.

17
12.5 Peran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam Penciptaan Devisa
Negara
Tujuan Pembelajaran 12.5 :
12.5 Peran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam Penciptaan Devisa
Negara

UKM juga berkontribusi terhadap penerimaan ekspor, walaupun


kontribusi UKM jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi usaha
besar. Berdasarkan distribusi pendapatan ekspor menurut skala usaha, sektor
penggerak ekspor terbesar secara total adalah industri pengolahan, dan
penyumbang ekspor terkecil adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan. Khusus pada usaha kecil, penyumbang terbesar ekspor nonmigas
adalah sektor industri pengolahan yang diikuti oleh sektor pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan dan terakhir adalah sektor pertambangan dan
penggalian. Sedangkan untuk usaha menengah sumbangan terbesar terhadap
ekspor adalah sektor industri pengolahan.
Peranan UKM yang tak kalah pentingnya dengan upaya mewujudkan
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah
peranan dalam upaya mewujudkan pemerataan pendapatan. Dalam rangka
meningkatkan peran UKM di Indonesia berbagai kebijakan dari aspek
makroekonomi perlu diterapkan. Dengan memberikan stimulus ekonomi yang
lebih besar kepada industri ini akan memberikan dampak yang besar dan luas
terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan yang
lebih merata di Indonesia. Dengan stimulus yang dimaskud dapat berupa
memberikan dana kepada UKM melalui investasi pemerintah dan investasi swasta
domestik maupun investasi luar negeri. Perlu komitmen yang kuat dalam bentuk
peraturan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk
mengalokasikan sebagian besar dana APBD maupun APBN untuk diinvestasikan
dalam usaha produktif UKM. Sementara itu, untuk menciptakan dan mendorong
berbagai pihak swasta maupun swasta asing menginvestasikan dananya pada
UKM perlu diberikan berbagai kemudahan dalam bentuk penyediaan database,

18
penyediaan infrastruktur, kemudahan sistem administrasi birokrasi, dan
kemudahan pajak. Pemanfaatan dana pinjaman luar negeri dalam bentuk loan bagi
pengembangan UKM juga dapat dilakukan, disamping mengerahkan bantuan
(hibah) luar negeri untuk memperkuat dan meningkatkan peran UKM.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pinjaman
modal berupa kredit berbunga rendah. Untuk pelaksanaanya melibatkan pihak
perbankan, khususnya perbankan milik pemerintah. Upaya ini dilakukan untuk
meningkatkan aksesbilitas para pelaku UKM terhadap modal yang selama ini
relatif terbatas. Diperlukan pula ketegasaan dari pemerintah dalam bentuk
peraturan perundangan ataupun peraturan pemerintah (PP) untuk mendorong
pihak perbankan melakukan tugasnya dengan sungguh sungguh dan penuh
tanggung jawab.

C. Soal dan Latihan


Soal Essay
1. Jelaskanlah definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)?
2. jelaskan bagian-bagian yang terdapat dalam Usaha Kecil dan Menengah
(UKM)?
3. Bagaimana Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat kebal terhadap krisis?
4. Jelaskan peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan kerja?
5. Jelaskanlah peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam penciptaan devisa
negara?
Soal Pilihan Ganda

1. Kegiatan ekonomi perseorangan atau rumah tangga maupun badan bertujuan


untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial
dan mempunyai omzet penjualan sebesar kurang atau lebih dari 1 (satu) miliar
rupiah adalah...
a. BPS b. UKM c. BULOG d. GDP
2. Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, kecuali...

19
a. Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang
tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah
sekaligus pengelola dalam UKM.
b. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik
modal.
c. Daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang
memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra
perdagangan.
d. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana
prasarana dalam skala besar.
3. Permasalahan eksternal yang biasanya dihadapi usaha kecil menengah adalah...
a. Kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan
b. Kualitas sumber daya manusia (SDM), lemahnya jaringan usaha
c. Mentalitas pengusaha UKM, kurangnya transparansi
d. Pungutan liar, implikasi otonomi daerah, implikasi perdagangan bebas
4. Berikut yang bukan merupakan Bantuan Permodalan Pemerintah perlu
memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan bagi UKM adalah...
a. Sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal,
b. Pungli, Pinjaman online
c. Skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura
d. BRI unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
5. Kelemahan dalam usaha kecil dan menengah (UKM) terhadap usaha besar
antara lain adalah...
a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk.
b. Hubungan kemanusiaan dengan kesenjangan sosial didalam perusahaan.
c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapannya terhadap tenaga kerja.

20
d. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar
yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang
pada umumnya birokratis.

D. DAFTAR PUSTAKA

Buku

Fahmi, Irham. 2018. “Pengantar Perekonomian Indonesia Teori, Konsep dan


Realita”. Alphabeta. Bandung.
Basri, Faisal. 2002. “Perekonomian Indonesia : Tantangan dan Harapan bagi
Kebangkitan Indonesia”. Erlangga. Jakarta.
Putra, Windu, 2018. “Perekonomian Indonesia” PT Raja Grafindo Persada.
Depok.
Subandi. 2014. “Sistem Ekonomi Indonesia”. Bandung: AlfaBeta
_______ 2008. “Sistem Ekonomi Indonesia”. Bandung: AlfaBeta
Tambunan, Tulus TH. 2016. “Perekonomian Indonesia” : Era Orde Lama
Hingga Jokowi”. Ghalia Indonesia. Bogor.
_________________. 2009. “Perekonomian Indonesia”. Ghalia Indonesia.
Bogor.

Data Elektronik
https://hisyamjayuz.blogspot.com/2013/05/peran-ukm-terhadap-pertumbuhan-
ekonomi.html
https://perekonomianindonesia-akuntansi.blogspot.com/

21

Anda mungkin juga menyukai