KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak dapat
menggunakan insulin secara efektif dengan peningkatan kadar gula darah yang
dapat menyebabkan kerusakan jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf
kehamilan trisemester ke-2 atau ke-3), dan DM tipe khusus karena penyebab lain
diabetes of the young), penyakit pankreas eksokrin seperti fibrosis kistik, akibat
2016).
8
9
didefinisikan sebagai kaki penderita diabetes dengan ulserasi, infeksi, dan atau
memperkirakan terdapat 422 juta orang di dunia dengan usia lebih dari 18 tahun
menderita DM pada tahun 2014, dengan prevalensi sebanyak 8,5% (World Health
terdapat kenaikan prevalensi penderita DM dengan usia lebih dari 15 tahun yaitu
ulkus kaki diabetik dengan angka morbiditas tinggi, yang mana 40-80% penderita
sebesar 0,5-0,8% dan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa sekitar 85% dari
jika tatalaksana efektif dijalankan, namun sayangnya sampai saat ini belum
disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, seperti mata, ginjal, saraf, jantung, dan
kerusakan autoimun sel beta pankreas dengan konsekuensi difisiensi insulin dan
2016).
pada populasi DM 1,7-3,3% pada usia muda dan 5-10% pada usia tua
(Katsilambros, et al., 2007). Pada gambar 2.1 terdapat hasil pengumpulan data
Di RSUP Sanglah Denpasar, proporsi UKD sekitar 74,6% Wagner 3-4 dan
25,4% Wagner 1-2, dengan semakin tinggi keparahan ulkus kaki diabetik maka
semakin besar risiko amputasi (Mulyawan, et al., 2007; Yasa, 2014). Operasi
debridemen di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014 sebanyak 256 orang dan 92
11
orang dilakukan amputasi, serta sekitar 95% penderita dirawat dengan UKD
%
60 54
50
40 33,4
30 26,5
20
10,9 8,7
10 7,4 5,3 5,3
2,7 1,3 0,5
0
Gambar 2.1
Persentase Komplikasi DM di RSCM tahun 2011 (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014)
gestasional, berat badan lebih dan obesitas, diet tidak sehat, kurangnya aktivitas
2016). Adanya kelebihan lemak badan, diet yang tidak sehat, dan kurangnya
aktivitas menjadi risiko tinggi terjadinya DM. Beberapa diet yang dapat
gula tinggi. Pada perokok aktif khususnya perokok berat dapat meningkatkan
risiko terjadinya DM lebih tinggi 10 kali dibanding perokok ringan (World Health
Organization, 2016).
Ulkus kaki diabetik lebih banyak terjadi pada pasien dengan faktor risiko
neuropati dengan insiden tahunan 5-7%, yang dipengaruhi oleh faktor genetik,
UKD (Katsilambros, et al., 2007). Sifat multifaktor dari ulkus kaki diabetik pada
gambar 2.2 telah dipaparkan oleh beberapa penelitian observasional, antara lain
limitasi mobilitas sendi, deformitas kaki, tekanan kaki yang abnormal, trauma
minor, riwayat ulkus atau amputasi, dan gangguan dari ketajaman penglihatan
risiko terjadinya ulkus kaki diabetik paling sering adalah neuropati perifer
(prevalensi 79%, 84%, dan 80%, berurutan), diikuti dengan penyakit vaskular
perifer lebih sering di Jerman (48%) dibandingkan di Tanzania (14%) dan India
Gambar 2.2
Faktor Risiko Ulkus Kaki Diabetik (Frykberg, et al., 2006)
Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh triad klasik dari neuropati, iskemia,
dan infeksi (Singh, et al., 2013). Selain itu ada yang menyebutkan penyebab UKD
penderita akibat iskemia, 50% akibat neuropati, dan 30% akibat kombinasi
dan otonomik. Penderita dengan gangguan saraf sensorik berisiko 7 kali menderita
UKD karena penderita kurang peka terhadap nyeri, ulkus, dan infeksi. Pada
14
penderita DM risiko terjadi PAD 2 kali dibanding penderita tidak DM, yang
merupakan awal mula terjadinya UKD dan amputasi ekstremitas bawah (Wounds
Pada gambar 2.3 patofisiologi terjadinya UKD sesuai dengan faktor risiko
Gambar 2.3
Patofisologi Ulkus Kaki Diabetik (Frykberg, et al., 2006)
15
panas (Alexiadou dan Doupis, 2012). Sedangkan pada kerusakan saraf otonomik
infeksi mikroba (Vinik, et al., 2003; Alexiadou dan Doupis, 2012). Paling sering
Tabel 2.1
Karakteristik Ulkus Kaki Diabetik berdasar Etiologi (Wounds International, 2013)
Karakteristik Neuropati Iskemia Neuroiskemia
Sensasi Hilangnya sensori Nyeri Derajat hilangnya
sensori
Kalus/nekrosis Ada kalus dan sering Sering nekrosis Kalus minimal
tebal dan rentan
nekrosis
Dasar luka Merah muda dan Pucat dan slough Granulasi buruk
granulasi, dikelilingi dengan granulasi
kalus buruk
Suhu kaki dan Hangat dengan Dingin dengan Dingin dengan
pulsasi pulsasi bounding tidak ada pulsasi tidak ada pulsasi
Lokasi Area menahan beban Ujung jempol kaki, Tepi kaki dan jari
di kaki, seperti kepala tepi kuku, dan kaki
metatarsal, tumit, dan antara jari kaki dan
dorsal clawed toes batas lateral kaki
Lainnya Kulit kering dan Penyembuhan Risiko tinggi
pecah-pecah terlambat infeksi
16
dari faktor internal (kalus, kuku, dan deformitas kaki) dan faktor eksternal (sepatu,
luka bakar, dan benda asing) yang tidak diketahui oleh penderita. Kondisi ini akan
lebih jelek jika terjadi pada penderita dengan PAD. Pada penderita DM dengan
PAD jika terjadi trauma minor di kaki, membutuhkan peningkatan aliran darah
tetapi aliran darah tidak cukup baik. Hal ini mengakibatkan ulkus kaki meluas dan
dalam yang dapat mengarah amputasi ekstremitas (Alexiadou dan Doupis, 2012).
proses glikosilasi kolagen. Hal ini menyebabkan kekakuan struktur kapsular dan
2006).
Pada kondisi tekanan yang bersifat rendah namun berlangsung lama pada
daerah penonjolan tulang (gambar 2.4), menyebabkan luka pada daerah medial,
lateral, dan dorsal kaki distal, serta berkaitan dengan sepatu yang tidak pas atau
terlalu sempit. Trauma akibat sepatu, hilangnya sensasi, dan terjadinya deformitas
pada kaki menjadi pemicu utama terjadinya ulkus pada pasien dengan DM.
17
Hilangnya sensori kulit yang bersifat protektif dan adanya fokus tekanan yang
tekanan sedang yang lama dan berulang menyebabkan ulkus di plantar kaki dan
Gambar 2.4
Area Kaki yang Berisiko Ulkus Kaki Diabetik (Wounds International, 2013)
Infeksi sering terjadi pada penderita DM dan sering ditemukan lebih parah
daripada penderita tidak DM dan memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi
osteomielitis (Frykberg, et al., 2006). Sekitar 56% UKD menjadi terinfeksi dan
18
International, 2013).
kaki diabetik disebabkan oleh kuman polimikrobial pada gambar 2.5 (Frykberg, et
predominan yang berkoloni dan menginfeksi akut pada kulit. Bakteri kokus gram
Gambar 2.5
Infeksi Ulkus Kaki Diabetik (Frykberg, et al., 2006)
19
seperti ukuran, kedalaman, penampilan luka, dan lokasi (Clayton dan Elasy,
Salah satu sistem klasifikasi yang paling sering digunakan adalah sistem
Pada klasifikasi Wagner tidak dapat menilai adanya infeksi dan iskemia,
oleh karena itu dibuat sistem klasifikasi University of Texas pada tabel 2.3, untuk
menilai kedalaman ulkus dengan adanya infeksi dan iskemia. Luka dengan kelas
dan stadium yang lebih tinggi akan susah sembuh jika tidak dilakukan amputasi
20
Tabel 2.2
Sistem Klasifikasi Wagner-Meggitt (Katsilambros, et al., 2007)
Kelas 0 Tidak ada ulkus
Kelas 1 Ulkus superfisial terlokalisir sampai dermis, tidak meluas ke
subkutis
Kelas 2 Ulkus meluas ke subkutis yang mengenai tendon atau tulang
dan tanpa terbentuk osteomielitis atau abses
Kelas 3 Ulkus dalam dengan terbentuk osteomielitis atau abses
Kelas 4 Gangren terlokalisasi di jari kaki atau kaki bagian distal
Kelas 5 Gangren seluruh kaki
Gambar 2.6
Ilustrasi Sistem Klasifikasi Wagner-Meggitt (Pinzur, et al., 2016)
21
Tabel 2.3
Sistem Klasifikasi University of Texas (Frykberg, et al., 2006)
Kelas
Stadium
0 1 2 3
A Lesi pre- atau Luka superfisial, Luka Luka
post- ulserasi tidak melibatkan melibatkan melibatkan
dengan epitelisasi tendon, kapsul, atau tendon atau tulang atau
sempurna tulang kapsul sendi
B Ada infeksi Ada infeksi Ada infeksi Ada infeksi
C Iskemia Iskemia Iskemia Iskemia
D Ada infeksi dan Ada infeksi dan Ada infeksi Ada infeksi
iskemia iskemia dan iskemia dan iskemia
Depth, Infection, and Sensation) pada tabel 2.4, yang mengevaluasi 5 karakteristik
Tabel 2.4
Sistem Klasifikasi PEDIS (Chuan, et al., 2015)
Kelas Perfusi Perluasan Kedalaman Infeksi Sensasi Skor
1 Tidak Kulit Kulit intak Tidak ada Tidak 0
PAD intak hilang
2 PAD, <1 cm2 Superfisial Permukaan Hilang 1
tidak CLI kulit
3 CLI 1-3 cm2 Fascia, otot, Abses, fasitis, 2
tendon artritis septik
4 >3 cm2 Tulang / SIRS 3
sendi
CLI: Critical Limb Ischemia, SIRS: Systemic Inflammatory Response Syndrome
22
Tabel 2.5
Sistem Klasifikasi Diabetic Foot Infection (Lipsky, et al., 2012)
Keparahan
Manisfestasi klinis infeksi
Infeksi IDSA
Tidak ada gejala/tanda infeksi lokal. Tidak terinfeksi
Adanya infeksi lokal, jika ada ≥2 dari:
• Bengkak/indurasi
• Eritema
• Nyeri
• Hangat
• Keluar nanah purulen (kental, sekret opak putih
hingga sanguinus)
Infeksi lokal di jaringan kulit dan subkutan, tanpa keterlibatan Ringan
jaringan lebih dalam dan tidak ada tanda respon inflamasi
sistemik. Jika ada eritema, ukuran 0,5-2 cm sekitar ulkus.
Eksklusi penyebab lain renspon inflamasi di kulit seperti
trauma, gout, Charcot neuro-osteoartropati akut, fraktur,
trombosis, dan vena stasis.
Infeksi lokal dengan eritema >2 cm atau adanya keterlibatan Sedang
struktur jaringan lebih dalam seperti abses, osteomielitis,
artritis septik, dan fasitis.
Tidak ada tanda respon inflamasi sistemik.
Infeksi lokal dengan tanda respon inflamasi sistemik (SIRS), Berat
jika ada ≥2 dari:
• Suhu >38oC atau <36oC
• Denyut jantung >90 kali/menit
• Laju nafas >20 kali/menit atau PaCO2 <32 mmHg
• Jumlah leukosit >12.000 atau <4.000 sel/µL atau
>10% bentuk imatur (batang)
America) untuk menilai tingkat keparahan infeksi pada ulkus kaki diabetik, maka
dirumuskan sistem klasifikasi DFI (Diabetic Foot Infection) pada tabel 2.5
untuk meningkatkan hasil terapi dan menurunkan risiko amputasi. Evaluasi ulkus
fisik, dan pemeriksaan penunjang diagnostik (Frykberg, et al., 2006). Pada tabel
2.6 merupakan hal yang perlu diketahui pada anamnesis riwayat penyakit yang
dapat dikelompokkan sebagai keadaan pasien secara umum dan khusus untuk
terutama pemeriksaan ektremitas bawah agar tidak ada bagian yang terlewat,
termasuk tanda vital. Pada tabel 2.7 merupakan pemeriksaan ekstremitas bawah
klinis penderita DM dengan ulkus kaki diabetik berupa gula darah puasa, gula
darah acak, HbA1c, darah lengkap, laju endap darah, kimia darah, C-reactive
protein, fosfatase alkaline, kultur darah dan luka, dan urinalisis (Frykberg, et al.,
2006).
24
Tabel 2.6
Anamnesis Riwayat Penyakit (Frykberg, et al., 2006)
Riwayat Khusus Penyakit pada Kaki
Riwayat Umum
Umum Riwayat Luka/Ulkus
• Durasi diabetes • Aktivitas harian, • Lokasi
• Tatalaksana/kontrol termasuk bekerja • Durasi
glikemia • Alas kaki • Kejadian pemicu/trauma
• Evaluasi • Paparan kimia • Rekurensi
kardiovaskular, • Pembentukan kalus • Infeksi
ginjal, optalmik • Deformitas kaki • Perawatan di rumah sakit
• Komorbid lainnya • Infeksi • Perawatan luka
• Pengobatan dokter kaki/operasi • Teknik offloading
• Status nutrisi sebelumnya • Respon luka
• Kebiasaan sosial: • Gejala neuropatik • Kepatuhan penderita
alkohol, rokok, obat • Klaudikasio/nyeri • Gangguan dalam
• Obat saat ini saat istirahat perawatan luka (masalah
• Alergi keluarga/sosial)
• Perawatan di rumah • Trauma/operasi kaki
sakit/operasi sebelumnya
sebelumnya • Adanya edema
unilateral/bilateral
• Kaki Charcot saat
ini/sebelumnya
• Terapi Charcot
struktur kaki. Jika pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan kecurigaan
al., 2006).
25
Tabel 2.7
Pemeriksaan Ekstremitas Bawah (Frykberg, et al., 2006)
Pemeriksaan Vaskular Pemeriksaan Neurologik
• Palpasi pulsasi arteri femoral komunis, • Persepsi vibrasi dengan garpu tala
poplitea, dorsalis pedis, dan tibialis 128, diukur ambang persepsi vibrasi
posterior dengan biotesiometer
• Pemeriksaan Doppler • Tekanan ringan dengan monofilamen
• Perubahan warna kulit/ekstremitas Semmes-Weinstein 10 gram
seperti sianosis, eritema, palor, dan • Sentuhan ringan dengan kapas
rubor • Diskriminasi dua titik
• Adanya edema • Nyeri dengan pinprick jarum steril
• Suhu pada ekstremitas ipsilateral dan • Persepsi suhu panas dan dingin
kontralateral • Refleks tendon dalam yaitu tendon
• Termometri dermal patella dan Achilles
• Perubahan integumentari seperti kulit • Pemeriksaan klonus
atropi (tipis, halus, dan parchment-like • Pemeriksaan Babinski
skin), keriput, tidak ada rambut, dan • Pemeriksaan Romberg
onikodistrofi
• Perawatan di rumah sakit/operasi
sebelumnya
Pemeriksaan Dermatologik Pemeriksaan Muskuloskeletal
• Gambaran kulit seperti warna, tekstur, • Abnormalitas biomekanik
turgor, kualitas, dan kulit kering • Deformitas struktural seperti
• Kalus pucat/perdarahan subkalus hammertoe, bunion, tailor’s bunion,
• Fisura terutama di tumit posterior hallux limitus/rigidus, kaki flat/high-
• Gambaran kuku seperti onikomikosis, arch, deformitas Charcot, dan
onikodistrofi, onikogrifotik, atrofi, deformitas setelah operasi/amputasi
hipertrofi, dan paronikia • Amputasi sebeumnya
• Pertumbuhan rambut • Kontraktur/ekuins tendon Achilles
• Ulserasi, gangren, infeksi (lokasi, • Evaluasi cara berjalan
ukuran, kedalaman, dan status infeksi) • Uji kekuatan otot aktif/pasif, non-
• Lesi interdigital weightbearing/weightbearing, kaki
• Tinea pedis jatuh/foot drop, dan atrofi otot
• Tanda diabetes seperti shin instrinsik
spot/dermopati diabetik, necrobiosis • Penilaian tekanan plantar dengan alat
lipoidica diabeticorum, bullosis digital atau Harris ink mat
diabeticorum, granuloma annulare,
dan acanthosis nigricans
Pemeriksaan Alas Kaki
• Jenis sepatu
• Kecocokan dengan kaki
• Kedalaman tempat jari kaki
• Jenis sepatu
• Lapisan sepatu
• Benda asing
• Insoles/orthoses
26
komponen utama dari terapi standar antara lain mengontrol gula darah,
terdapat terapi adjuvan seperti TOH, terapi maggot, terapi faktor pertumbuhan,
produk kolagen, jaringan bioengineered, dan sel punca juga dimanfaatkan dalam
tatalaksana ulkus kaki diabetik (Kessler, et al., 2003; Frykberg, et al., 2006;
perawatan luka pada ulkus kaki diabetik harus merupakan debridemen yang
radikal dan berulang, kontrol bakteri dan inflamasi, dan perawatan kelembapan
untuk mencegah maserasi. Terdapat banyak metode untuk debridemen antara lain
International, 2013).
infeksi pada UKD, dan hal ini memerlukan tatalaksana yang agresif. Infeksi pada
antibiotik secara empiris dan memiliki spektrum luas (tabel 2.8). Terapi definitif
disesuaikan berdasarkan hasil biakan bakteri dan uji kepekaannya serta respon
Tabel 2.8
Antibiotik Empiris Infeksi Kaki Diabetik (Frykberg, et al., 2006)
Limb-Threatening
• Ampisillin / Sulbactam
• Ticarcillin / Clavulanate
• Piperacillin / Tazobactam
• Ceftazidime + Clindamycin
• Cefotaxime ± Clindamycin
• Fluoroquinolone + Clindamycin
• Vancomycin + Levofloxacin + Metronidazole
• Linezolid
• Imipenem / Cilastatin
• Ertapenem
• Tigecycline
Life-Threatening
• Ampisillin / Sulbactam + Aztreonam
• Piperacillin / Tazobactam + Aztreonam
• Vancomycin + Metronidazole + Ceftazidime
• Imipenem / Cilistatin
• Fluoroquinolone + Vancomycin + Metronidazole
• Ertapenem
• Tigecycline
Non Lim-Threatening
• Chephalosporin (Cephalexin, Cefadroxil, Cefdinir)
• Fluoroquinolone (Levoflxacin, Moxifloxacin, Gatifloxacin)
• Penicillins (Dicloxacillin, Amoxicillin / Clavulanate)
• Linezolid
• Trimethoprim / Sulfamethoxazole
• Doxycycline
kaki di area ulkus agar tekanan dapat didistribusikan ke area yang tidak ada ulkus.
Pada kondisi offloading yang tidak baik akan menimbulkan kerusakan jaringan
dan ulkus bertambah luas. Penderita dapat menumpu berat badannya dengan
2.2.1 Definisi
Society (UHMS) adalah suatu intervensi yang mana seseorang bernafas dengan
oksigen 100% secara intermiten di dalam ruang hiperbarik dengan tekanan lebih
besar dari tekanan permukaan air laut (1 ATA). Pada peningkatan 1 ATA setara
multiplace (gambar 2.7). Ruang monoplace digunakan untuk terapi satu orang,
sehingga tidak menggunakan masker atau sungkup kepala (hood) karena oksigen
dapat digunakan untuk beberapa orang pada saat bersamaan, sehingga setiap
oksigen (Bhutani dan Vishwanath, 2012; Weaver, 2014; Wibowo, 2015; Irawan
dan Kartika, 2016). Pada umumnya untuk terapi UKD menggunakan 100%
oksigen bertekanan 2-3 ATA dalam ruangan hiperbarik selama 90 menit per hari
(Kessler, et al., 2003; Bhutani dan Vishwanath, 2012; Irawan dan Kartika, 2016).
Frekuensi TOH bervariasi mulai dari 3-5 kali untuk kasus akut (Bhutani dan
Vishwanath, 2012; Wibowo, 2015), 20 kali pada UKD (Kessler, et al., 2003), dan
50-60 kali untuk kasus kronik (Bhutani dan Vishwanath, 2012; Wibowo, 2015).
29
(A) (B)
Gambar 2.7
Ruang Hiperbarik Monoplace (A) dan Multiplace (B) (Irawan dan Kartika, 2016)
terikat Hb dan 0,32 ml oksigen terlarut plasma. Jika kondisi bernafas dengan
mencapai batas maksimal 20 ml, dan oksigen terlarut plasma mencapai 2,09 ml.
30
Pada TOH dengan Hb 100% tersaturasi akan terjadi peningkatan oksigen terlarut
plasma 4,4 ml% pada tekanan 2 ATA dan 6,8 ml% pada tekanan 3 ATA (tabel
2.9) (Sahni, et al., 2003; Bhutani dan Vishwanath, 2012). Kondisi hiperoksigenasi
baik untuk kondisi crush injury, sindrom kompartemen, flap, dan anemia akibat
Tabel 2.9
Efek Tekanan Oksigen Arteri (Sahni, et al., 2003)
Tekanan Total Jumlah Oksigen yang Terlarut Plasma (vol %)
ATA mmHg Bernafas di udara biasa Oksigen 100%
1 760 0,32 2,09
1,5 1140 0,61 3,26
2 1520 0,81 4,44
2,5 1900 1,06 5,62
3 2280 1,31 6,8
4 3040 1,80 Oksigen tidak
5 3800 2,30 dilarutkan pada
6 4560 2,80 tekanan lebih dari
3 ATA
gelembung menurun akibat peningkatan tekanan dan hal ini berperan penting
dalam penanganan gangguan dekompresi dan emboli gas arteri (Bhutani dan
mengurangi edema jaringan setelah trauma, yang berperan dalam terapi crush
injury, sindrom kompartemen, dan luka bakar. Kondisi vasokonstriksi ini tidak
oksigen plasma dan aliran darah mikrovaskular. Peningkatan dan perbaikan aliran
reperfusi pada daerah iskemia (Sahni, et al., 2003; Flood, 2007; Bhutani dan
kolagen dan maturasi kolagen untuk penyembuhan luka. Kondisi hipoksia akan
yang cukup. Terapi oksigen hiperbarik akan meningkatkan gradien oksigen antara
dinukleotida hidrogen (NADH) pada siklus Krebs. Hal ini akan terjadi
(Bhutani dan Vishwanath, 2012; Wibowo, 2015; Irawan dan Kartika, 2016).
antioksidan jaringan (Flood, 2007; Irawan dan Kartika, 2016). Pada jaringan, ROS
diabetes (Irawan dan Kartika, 2016). Pada konsentrasi rendah ROS berperan
factor, proliferasi dan migrasi sel, angiogenesis, adhesi sel endotel, dan sintesis
oksigen, yang akan mengoksidasi protein dan membran lipid, merusak DNA
dan makrofag saat tekanan oksigen di jaringan yang terinfeksi tinggi. Hiperoksia
Wattel, 2006; Bhutani dan Vishwanath, 2012; Wibowo, 2015; Irawan dan Kartika,
2016).
Pada studi in vitro didapatkan efek letal pemberian TOH pada bakteri
dan Enterococcus faecalis setelah paparan oksigen 100% dengan tekanan antara
1,5 ATA sampai 3 ATA. Pada studi eksperimen in vivo didapatkan efek baik TOH
dengan operasi dan antibiotik dalam membunuh bakteri anaerob (Mathieu dan
Wattel, 2006).
Pada suatu studi penderita kaki diabetik yang mendapat TOH terjadi
penurunan kadar glikemia (HbA1c dan gula darah puasa) dan penurunan jumlah
dibandingkan nilai dasar sebelum terapi dengan sesi TOH ke-10, sesi TOH ke-10
dengan ke-20, dan sesi TOH ke-20 dengan ke-30. Penurunan kadar gula darah
pada studi ini 24,7% dan hal ini menyerupai penelitian terdahulu 23%
Pada studi TOH untuk penderita tidak diabetes dan diabetes memiliki
penurunan kadar gula darah yang bermakna, hal ini dapat diakibatkan oleh
penurunan glukosa darah, dan penurunan protein glikosilasi selama TOH. Hasil
observasi ini dapat mengindikasikan suatu harapan pengobatan yang efektif untuk
Suatu studi dengan tikus percobaan dengan model gagal ginjal akut, pada
kelompok yang diberikan TOH memiliki penurunan kadar ureum dan kreatinin
plasma lebih tinggi dan bermakna dibandingkan kelompok tanpa TOH. Selain itu
(Ayvaz, et al., 2012). Studi lain menunjukan terjadi perbaikan laju filtrasi
glomerular pada kelompok ginjal sehat yang mendapat TOH, pada ginjal yang
34
iskemia tanpa TOH terjadi penurunan laju filtrasi glomerular 94% dibandingkan
ginjal sehat, dan pada ginjal iskemia dengan TOH terjadi penurunan laju filtrasi
glomerular 68% dibandingkan ginjal sehat. Pada studi ini TOH meningkatkan
Terapi oksigen hiperbarik sudah digunakan sejak tahun 1930 dan sudah
pengobatan para penyelam yang mengalami gangguan dekompresi dan emboli gas
arteri. Pada tahun 1940, TOH merupakan terapi standar di angkatan laut Amerika
menetapkan batas aman, keselamatan, dan aspek medis dan fisiologis dari ruangan
tekanan tinggi. Adanya pengawasan untuk aplikasi klinis dari HBO maka UHMS
mendirikan komite TOH pada tahun 1976. Komite ini bertanggung jawab untuk
menganalisis dan mengkaji data penelitian dan uji klinis baik in vitro, in vivo, dan
hewan percobaan untuk mengetahui manfaat dan keamanan dari TOH. Berbagai
indikasi TOH yang sudah ditetapkan oleh UHMS terdapat pada tabel 2.10
(Weaver, 2014).
pengaruh baik pada hasil akhir terapi dan sudah dilakukan uji double-blind
35
Tabel 2.10
Indikasi TOH berdasarkan UHMS (Weaver, 2014)
1. Emboli gas atau udara 8. Kerusakan radiasi (nekrosis tulang
2. Insufisiensi arteri dan jaringan lunak)
a. Oklusi arteri retina sentral 9. Kehilangan pendengaran
b. Peningkatan kesembuhan pada
sensorineural mendadak idiopatik
luka
3. Keracunan karbon monoksida 10. Abses intrakranial
4. Mionekrosis klostridia (gas gangren) 11. Infeksi jaringan lunak nekrotisasi
5. Graft dan flap 12. Osteomielitis refraktori
6. Crush injuries dan sindrom 13. Anemia berat
kompartemen otot skeletal 14. Luka bakar termal
7. Gangguan dekompresi
ATA dan durasi terapi kurang dari 120 menit, tidak ada bahaya pada TOH. Efek
samping yang paling sering terjadi adalah nyeri pada telinga (barotrauma aural)
berbahaya akibat adanya robekan vaskular paru akibat tekanan tinggi, dengan
kejadian yang sangat jarang. Kondisi lain seperti toksisitas oksigen, katarak,
biasa dan 30 menit oksigen. Pasien klaustrofobia akan tidak nyaman berada di
36
ruang TOH. Kebakaran dapat dicegah dengan prosedur yang aman (Sahni, et al.,
2003).
TOH pada pasien dengan luka kronis seperti luka kaki diabetik dengan kekuatan
yang cukup dan desain penelitian yang mampu meminimalkan bias yang ada.