Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ARIVAN SAMUEL NAIBAHO

NIM : B10018264
MK : PENGANTAR FILSAFAT HUKUM

SOAL :
1. Jelaskan arti penting Filsafat hukum dalam ilmu hukum!
2. Jelaskan hubungan antara filsafat hukum dengan filsafat ilmu, beri contoh!
3. Jelaskan fungsi hukum sebagai sosial kontrol dan rekayasa sosial, beserta
contohnya!
4. Jelaskan ciri-ciri perkembangan filsafat hukum pada zaman modern, beri contoh
beserta filsufnya !
5. Menurut Glastra van Loon, terbentuknya hukum dikelompokkan dalam tiga kategori,
diantara ketiga aliran tersebut, aliran mana yang lebih baik, jelaskan !
6. Salah satu ciri berfikir filosofis adalah sistematik , jelaskan maksud pernyataan ini!
7. Jelaskan hubungan hukum alam dengan hukum positif!

JAWABAN :
1. Filsafat ilmu sangat berfungsi dalam pengembangan ilmu sebagai landasan filosofis
untuk memahami berbagai konsep dan teori dari disiplin ilmu termasuk ilmu hukum. Jadi
filsafat ilmu sangat berperan dalam memahami konsep atau teori ilmu untuk membangun
teori ilmiah melalui landasan filosofis melalui kajian filsafat, termasuk teori ilmu hukum.

2. Ilmu hukum merupakan studi tentang hukum, ilmu hukum tidak dapat diklasifikasikan
kedalam ilmu sosial yang bidang kajiannya kebenaran empiris. Ilmu sosial tidak
memberi ruang untuk menciptakan konsep hukum. Studi-studi sosial hanya berkaitan
dengan implementasi konsep hukum dan acap kali hanya memberi perhatian terhadap
kepatuhan individu terhadap aturan atau menekankan pada factual patterns of behavior
(pola fakta dari prilaku atau studi tentang prilaku). Demikian pula ilmu hukum tidak
termasuk dalam ilmu humaniora, humaniora tidak memberikan tempat untuk
mempelajari hukum sebagai aturan tingkah laku sosial. Dalam studi humaniora, hukum
dipelajari dalam kaitannya dengan etika dan moralitas. Tidak dapat disangkal bahwa
keadilan merupakan isu dalam ruang lingkup filsafat. Keadilan merupakan unsur esensial
dalam hukum, namun filsafat tidak berkaitan dengan pelaksanaan keadilan.
Contoh : ilmu hukum sebagai ilmu sui generis, artinya ilmu hukum merupakan ilmu yang
tersendiri, karena dengan kualitas ilmiahnya maka ilmu hukum sulit untuk
dimasukkan ke dalam salah satu cabang pohon ilmu baik IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam) maupun IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).

3. Fungsi hukum sebagai alat kontrol sosial adalah dalam tahapan kedudukan hukum
untuk melakukan pengedalian terhadap tingkah laku masyarakat didalam pergaulannya.
Pengendalian social terjadi dalam tiga taraf yakni:
1. kelompok terhadap kelompok
2. kelompok terhadap anggotanya
3. pribadi terhadap pribadi
Yang artinya posisi hukum sebagai social control atau pengendali masyarakat adalah
agar masyarakat dalam pergaulannya tetap dalam koridor yang telah ditentukan hukum
sebelumnya. Ada indikator tertentu dalam hukum melakukan pengendalian terhadap
masyarakat. Sehingga bentuk hukum yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat
amat-lah menentukan bagaimana nantinya masyarakat sebagai realitas dapat
melaksanakan aktivitas dalam pergaulan hidup.
Arti dari social control sendiri sebenarnya adalah mengatur tindakan masyarakat yang
sekarang dan mungkin yang akan datang melihat dari kebiasaan (hukum) yang telah
terjadi sebelumnya. Atau tingkah laku masyarakat yang sekarang dan mungkin yang
akan datang dibatasi dengan hukum yang dirumuskan dari tingkah laku masyarakat
sebelumya.
Contoh : Ahmad Ali menyebutkan sanksi pezina berbeda bagi masyarakat penganut
Islam secara konsekuen dengan masyarakat Eropa Barat.19 Orang Islam
memberikan sanksi yang lebih berat, sedangkan orang Eropa Barat memberi
sanksi yang ringan saja.

Fungsi hukum sebagai rekayasa sosial sangat diperlukan dalam proses perubahan
masyarakat yang di manapun senantiasa terjadi, apalagi dalam kondisi kemajuan yang
menuntut perlunya perubahanperubahan yang relatif cepat. Fungsi Hukum sebagai
rekayasa sosial ini, juga sering disebut sebagai a tool of engineering yang pada
prinsipnya merupakan fungsi hukum yang dapat diarahkan untuk merubah pola-pola
tertentu dalam suatu masyarakat, baik dalam arti mengokohkan suatu kebiasaan menjadi
sesuatu yang lebih diyakini dan lebih ditaati, maupun dalam bentuk perubahan lainnya.
Fungsi hukum sebagai rekayasa sosial mempunyai arti yang tidak selalu positif, dan
bahkan dapat diartikan negatif, terutama karena ketidakjelasan arah yang akan dituju
oleh hukum dalam merekayasa masyarakat yang bersangkutan.
Contoh : Putusan Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tahun 1954 yang menetapkan
bahwa orang kulit hitam harus dipersamakan dengan orang kulit putih.

4. Zaman pembentukan abad modern ini dapat dibagi kepada 4 fase yaitu : Fase
Renaissance (abad XV-XVI); Fase Rasionalisme (abad XVII); Fase
Aufklarung/Pencerahan (abad XVIII); dan Fase Era Modern.
a. Fase Renaissance (abad XV-XVI)
Dalam bidang hukum, terlihat bahwa pengertian hukum pada zaman ini lebih
bersifat empiris, artinya ; (a) tekanan tidak lagi pada hukum sebagai tatanan yang ideal
(hukum alam) melainkan pada hukum yang dibentuk manusia sendiri, baik itu raja atau
rakyat, yang merupakan hukum positif dan tata hukum negara di mana hukum terjalin
dengan politik negara; (b) tata-hukum negara diolah oleh para sarjana hukum secara
lebih ilmiah; (c) dalam membentuk tata-hukum makin banyak dipertimbangkan fakta-
fakta empiris yaitu kebudayaan bangsa dan situasi-ekonomis masyarakat yang
bersangkutan. Percikan pemikiran hukum pada zaman ini adalah :
· Hukum merupakan bagian kebijakan manusia
· Tertib hukum diwujudkan dalam bentuk negara, di mana di dalamnya memuat
peraturan perundang-perundangan yang harus ditaati oleh warga negara dan memuat
peraturan hukum dalam hubungannya dengan negara lain
· Pencipta hukum adalah raja
Tokoh-tokoh filosof yang memunculkan pemikiran tersebut adalah Machiavelli
(1469-1527), Jean Bodin (1530-1596), Hugo Gratius (1583-1645) dan Thomas
Hobbes (1588-1679). Dengan semangat ini pula Eropa kemudian mencari dunia baru,
yang menghasilkan penemuan sebuah wilayah pada tahun 1492 yang dinamai
Amerika.
b. Fase Rasionalisme (abad XVII)
Pemikiran hukum pada zaman ini, pertama; hukum dimengerti sebagai bagian
sistem pikiran yang lengkap yang bersifat rasional semata. Kedua; muncul ide dasar
konsepsi negara ideal yaitu bahwa negara ideal adalah negara hukum. Awalnya
(Grotius dan Hobbes), kekuasan hukum harus diserahkan kepada negara melalui
pemimpin-pemimpinnya. Kemudian John Locke menyatakan tentang pembelaan hak
warga negara terhadap pemerintahan yang berkuasa. Montesqiue selanjutnya
menyatakan tentang pemisahan kekuasaan negara dalam tiga bagian yaitu eksekutif,
legislatif, dan yudikatif (trias politika). J.J. Rosseau menyatakan tentang keunggulan
manusia sebagai subjek hukum dan memberikan konsep baru bahwa untuk mencapai
kehidupan demokratis maka kekuasaan raja sebagai pencipta hukum perlu diganti
dengan kekuasaan rakyat. Maksudnya rakyat harus berperan menentukan hukum dan
menjadi subjek hukum untuk kepentingan kehidupan mereka. Immanuel Kant
menyatakan bahwa pembentukan hukum merupakan inisiatif manusia guna
mengembangkan kehidupan bersama yang bermoral.
Tokoh aliran rasionalisme yaitu Rene Descartes atau dikenal Cartesius (1596-1650),
yang juga disebut sebagai Bapak Filsafat Modern.
c. Fase Aufklarung (Pencerahan) (abad XVIII)
Berkenaan dengan hukum, Kant mengatakan bahwa hukum dengan sendirinya
tidak mewajibkan, tetapi motif-motif empiris bisa dijadikan dasar untuk mewajibkan
orang mentaatinya. Tentang hubungan hukum dengan keadilan, Kant menganalisis
perlunya pemisahan antara materi hukum dan bentuk hukum. Isi hukum tidak
menentukan justifikasi suatu hukum. Hukum positif adalah undangundang yang
berlaku dalam suatu negara tertentu pada satu waktu tertentu. Yang membuat suatu
aturan menjadi hukum adalah bila diundangkan dan diberlakukan secara formal. Isi
hukum dan aturanaturan hukum alam tidak menentukan keabsahan hukum positif.
Prinsipprinsip umum hukum hanya menjadi petunjuk isi hukum bukan menentukan
status yuridis suatu aturan.
Immanuel Kant dan Voltaire yang merupakan tokoh-tokoh zaman Pencerahan.

5. Aliran yang lebih baik adalah menurut Heersende Leer (abad 20)
Karena hukum terbentuk melalui berbagai cara:
o Lewat pembentukan UU
o Dengan interpretasi UU
o Penjabaran dan penyempurnaan UU oleh hakim
o Melalui pergaulan hidup
o Lewat kasasi.
6. Sistematik yaitu unsur unsur dalam pemikirannya ada keterkaitannya yang satu dengan
lainnya teratur dengan keseluruhan sehingga dapat tersusun suatu pola pemikiran yang
filosofis. Ciri berpikir filosofis secara sistematik artinya berfikir secara teratur dan logis
dengan urutan-urutan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.

7. Bagi aliran hukum alam, dasar validitas hukum positif bersumber dari hukum alam.
Hukum positif baru teruji keabsahannya bila sesuai dengan hukum alam. Sementara
menurut positivisme hukum, dasar validitas hukum positif bersumber dari norma hukum
itu sendiri. Dasar validitas norma hukum yang satu berasal dari norma hukum lain yang
lebih tinggi. Hukum positif menempatkan grundnorm sebagai dasar validitas tertinggi
dari semua norma hukum. Hukum alam lebih menekankan pada usaha untuk menemukan
hukum yang adil. Sementara hukum positif berupaya untuk mencapai suatu kepastian
hukum. Bagi aliran hukum positif suatu perbuatan yang menurut hukum dianggap adil,
sebaliknya perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum dianggap tidak adil. Jadi disini
yang ditekankan adalah keadilan menurut sudut pandang hukum, bukan atas pertimbagan
etis, sosiologis ataupun politik.

Anda mungkin juga menyukai