Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK (SNH)


Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pembimbing : Bapak Subandiyo, S.Kep, M.Kes

Disusun oleh:
Yudisa Bela Novana
P1337420218017
Tingkat 3A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2021
A. Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik (SNH)
1. Pengertian
Stroke Non Hemoragik (SNH) adalah jenis stroke yang terjadi ketika
pembuluh darah di leher atau otak mengalami penyumbatan. Penyumbatan
dapat disebabkan oleh “pembentukan gumpalan di dalam pembuluh darah
otak atau leher, yang disebut trombosis; pergerakan bekuan darah dari bagian
lain tubuh seperti jantung ke otak, yang disebut emboli; atau penyempitan
arteri yang parah di atau mengarah ke otak, yang disebut stenosis” (Susan,
2016).
Stroke Non Hemoragik (SNH) merupakan stroke yang disebabkan
oleh suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan
yang menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan. Sumbatan
tersebut dapat disebabkan oleh trombus (bekuan) yang terbentuk di dalam
pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak. Stroke ini ditandai dengan
kelemahan atau hemiparesis, nyeri kepala, mual muntah, pendangan kabur,
dan disfagia.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Stroke Non
Hemoragik (SNH) merupakan jenis stroke yang terjadi ketika suplai darah
yang menuju otak mengalami penyumbatan. Penyumbatan dapat disebabkan
oleh trombus (penyumbatan dipembuluh darah) maupun emboli (pecahnya
gumpalan darah yang berada dipembuluh darah).
2. Patofisiologi
Stroke Non Hemoragik (SNH) atau sering disebut iskemik disebabkan
oleh adanya penyumbatan dalam aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis
pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah
ke area thrombus menjadi berkurang menyebabkan iskemia kemudian
menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli
disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba -
tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak
dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli
(Caplan, 2018).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Mubarak (2015) tanda dan gejala dari Stroke Non Hemoragik (SNH)
meliputi:
a. Jika terjadi peningkatan tekanan intracranial (TIK) maka dijumpai tanda
dan gejala berikut:
1) Perubahan tingkat kesadaran: penurunan orientasi dan
respon terhadap stimulus
2) Perubahan kemampuan gerak ekstremitas: kelemahan sampai
paralisis
3) Perubahan ukuran pupil: bilateral atau unilateral dilatasi.
Unilateral merupakan tanda dari perdarahan serebral
4) Perubahan tanda vital: nadi rendah, tekanan nadi melebar, napas
tidak teratur, peningkatan suhu tubuh
5) Keluhan kepala pusing
6) Muntah proyektil (tanpa adanya rangsangan)
b. Kelumpuhan dan kelemahan
c. Penurunan penglihatan
d. Defisit kognitif dan bahasa (komunikasi)
e. Pelo/disartri
f. Kerusakan nervus kranialis
g. Inkontinensia alvi dan urin
4. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi
pada pasien dengan stroke yaitu :
a. Berhubungan dengan immobilisasi
1) Infeksi pernafasan
2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
3) Konstipasi
4) Tromboflebitis
b. Berhubungan dengan mobilisasi
1) Nyeri pada daerah punggung
2) Dislokasi sendi
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
1) Epilepsi
2) Sakit kepala
3) Kraniotomi
Komplikasi secara umum:
1) Edema serebral yang signifikan setelah Stroke Non Hemoragik
(SNH) kini terjadi meskipun agak jarang (10-20%)
2) Transformasi hemoragik, beberapa pasien mengalami transformasi
hemoragik pada infark mereka.
3) Insiden Kejang.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Priscilla (2016) pemeriksaan penunjang Stroke Non Hemoragik
(SNH) meliputi:
Pemeriksaan Diagnostik
1) CT Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pas.
2) Angiografi selebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vascular
3) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak
4) Fungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragik pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakrania
5) MRI (Magnetic Imaging Resonance)
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetic
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.
6. Penatalaksanaan
Kowalak (2018) menyatakan bahwa penatalaksanan yang dapat dilakukan
pada penderita Stroke Non Hemoragik (SNH) yaitu:
1) Terapi trombolitik
Terapi ini bertujuan untuk melarutkan bekuan, menghilangkan oklusi dan
memulihkan aliran darah sehingga kerusakan otak dapat dikurangi.
2) Terapi antikoagulan (heparin, warfarin) untuk mempertahankan patensi
pembuluh darah dan mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut pada
kasus-kasus stenosis karotis derajat tinggi atau penyakit kardiovaskuler
yang baru terdiagosis.
Penatalaksanaan non farmakologi pada Stroke Non Hemoragik (SNH)
yaitu melakukan rehabilitasi dengan latihan rentang gerak atau yang sering
disebut Range Of Motion (ROM) pada ekstermitas yang lemah atau lumpuh
agar menjadi kuat sehingga pasien pasca stroke dapat mengerakkan
ekstremitasnya, selain itu latihan Range of Motion dapat mencegah terjadinya
atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas, mengurangi
kelumpuhan vaskcular, memberikan kenyamanan dan juga dapat menghindari
adanya komplikasi akibat kurang gerak seperti kontraktur dan kekakuan sendi
pada pasien pasca stroke.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian riwayat kesehatan
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat keluarga (Genogram)
d. Riwayat pekerjaan
e. Riwayat lingkungan hidup
f. Riwayat rekreasi
g. Sumber/ sistem pendukung yang digunakan
h. Kebiasaan ritual
i. Status kesehatan saat ini
j. Status keseehatan masa lalu
k. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
b. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
c. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
d. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
e. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas
yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
h. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
i. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
k. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
2. Pemeriksaan integument
Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga
dikaji tanda - tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis .
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi
4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan
reflex batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine
7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
- Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
- Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
- Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli
dengan reflex patologis.
3. Analisa Data
Data Etilogi Problem
DS : - Gejala terkait penyakit Resiko
DO : Pasien tergeletak ketidakefektifan
diatas bed perfusi jaringan otak
DS : - Penurunan kekuatan Hambatan imobilitas
DO : Pasien terlihat otot fisik
kesulitan menggerakan
kakinya.
4. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gejala terkait penyakit
2. Hambatan mobilitas fisk b.d penurunan kekuatan otot
5. Perencanaan

Dx Tujuan Intervensi Rasional

Resiko Setelah dilakukan tindakan NIC :


ketidakefektifan keperawatan selama 3x24 jam Identifikasi
perfusi jaringan diharapkan masalah Resiko (6610):
otak b.d gejala ketidakefektifan perfusi
1. Kaji ulang
terkait penyakit jaringan otak teratasi dengan 1.Untuk
dari
kriteria hasil: mengetahui
pengkajian
NOC : faktor resiko
resiko secara
Tingkat kelelahan (0007) secara
rutin
Indika Skala berkala
tor Awal Tujuan
Mengidentif 2 4
2. Indentifikasi
ikasi faktor 2.Untuk
strategi
risiko stroke mengetahui
koping yang
Mengenali 2 4 strategi yang
biasa
faktor tepat
digunakan
resiko
stroke pada 3. Pertimbangk 3.Untuk
diri sendiri an status mengetahui
Menonitor 2 4 pemenuhan pemenuhan
TTV kebutuhan kebutuhan
Memonitor 2 4 sehari hari sehari-hari
perubahan
4. Instruksikan
faktor 4.Untuk
faktor resiko
mengurangi
kesehatan dan rencana
untuk
Keterangan : mengurangi
1 : tidak pernah menujukan faktor resiko
2 : jarang menunjukan
3 : kadang kadang menunjukan
4 : sering menunjukan
5 : secara konsisten
menunjukan
Hambatan Setelah dilakukan tindakan NIC:
peningkatan
mobilitas fisk keperawatan 3x24 jam
latihan : latihan
b.d penurunan diharapkan hambatan mobilitas kekuatan (0201)
kekuatan otot fisik pada pasien dapat teratasi 1. Dapatkan
dengan kriteria hasil: persetujuan 1. Agar
pergerakan (0208) medis untuk program
NOC: memulai latihan dapat
Indika Skala progam dipertanggu
tor Awal Tujuan latihan ngjawabkan.
Gerakan 3 4 kekuatan,
otot jika
Gerakan 3 4 diperlukan
sendi
2. Sediakan
Bergerak 3 4 2. Untuk
informasi
dengan mengetahui
mengenai
mudah tentang
fungsi otot,
Keterangan: fungsi otot.
latian
1 : Sangat terganggu
fisiologi dan
2 : Banyak terganggu
konsekuensi
3 : cukup terganggu
dari
4 : tidak terganggu penyalahgun
aannya

3. Bantu
mendapat
3. Agar
sumber yang
meningkatk
diperlukan
an informasi
untuk terlibat
tentang
dalam
latihan otot.
latihan otot

4. Lakukan
latihan ROM
4. Untuk
meregangka
5. Merencanak n otot
an untuk karena tirah
melaksanaka baring.
n mobilisasi 5. Agar
tempat tidur. tidak terjadi
decubitus.

6. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan sesuai dengan perencanaan
diharapkan:
1. Klien dapat menggerakan ektremitasnya
2. Tidak ada kekakuan otot atau sendi
DAFTAR PUSTAKA

Caplan, L. R., & Goldszmidt, A. J. (2018). Esensial stroke. Jakarta : EGC.

Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2018). Buku Ajar patofisiologi (Profesional
guide to pathophysiology). Jakarta: EGC.

LeMone, P., et al. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Mubarak, I. W., et al. (2015). Buku ajar ilmu keperawatan dasar (buku 1). Salemba
Medika: Jakarta.

Susan, A., Randolph, MSN, RN, COHN-S, FAAOHN. (2016). Ischemic stroke.
SAGE Journal. p444.

Wijaya, A.S & Putri, Y. M. (2018). Keperawatan medical bedah 2, keperawatan


dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai