Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah : Keperawatan Anak
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Kelompok : 5
2021
KATA PENGANTAR
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
dimana makalah ini berisi tentang Pengkajian Pada Anak dengan Kekerasan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak
akan dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN MAKALAH..................................................................................2
BAB II PEMABAHASAN.....................................................................................3
A. DEFINISI......................................................................................................3
B. KLASIFIKASI CHILD ABUSE...................................................................4
C. PENYEBAB TERJADINYA CHILD ABUSE............................................5
D. AKIBAT TERJADINYA CHILD ABUSE..................................................7
E. MANIFESTASI KLINIS CHILD ABUSE...................................................8
F. PENANGANAN DAN PENCEGAHAN CHILD ABUSE........................10
G. ASKEP KELUARGA CHILD ABUSE......................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
A. KESIMPULAN...........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah 24 tahun Indonesia meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak, tepatnya
pada tanggal 25 Agustus 1990 melalui Keppres R.I. No. 36 tahun 1990, Indonesia
belum mempunyai kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang
perlindungan anak yang berorientasi pada Konvensi Hak-hak Anak. Baru pada
tanggal 22 Oktober 2002, Indonesia menetapkan Undang-undang No. 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak yang berorientasi pada hak-hak anak seperti
yang tertuang dalam Konvensi Hak-hak Anak.
Apabila dari salah satu kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dapat berakibat
tingginya tingkat stress di kalangan masyarakat, tetapi ketika kebutuhan tersebut
terpenuhi maka perasaan-perasaaan yang demikian itu tidak akan muncul,
sehingga individu selalu merasa bahwa ia selalu dalam kondisi yang aman
(Mubarak, 2007).
Bila kebutuhan rasa aman dan nyaman tidak terpenuhi maka seseorang akan
merasa bahwa dirinya berada dalam situasi yang tidak aman. Kondisi ini dapat
menimbulkan rasa cemas, dimana klien merasa bahwa ada yang mengancam
dirinya.
1
terjadi adalah perilaku kekerasan yangmerupakan gejala paling sering muncul
pada klien skizoprenia, dimana sekitar 70% dari penderita skizoprenia mengalami
perilaku kekerasan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar child abuse?
2. Bagaimana peran pelayanan kesehatan delam menghadapi atau menyikapi
masalah child abuse?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui apa itu tentang konsep dasar child abuse
2. Untuk mengetahui peran pelayan kesehatan dalam menghadapi atau
menyikapi child abuse
2
BAB II
PEMABAHASAN
A. DEFINISI
Menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare child abuse
merupakan tidakan kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan
penelantaran terhadap anak dibah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang terancam.
Menurut Harry Kempe dkk (1992), child abuse merupakan the battered child
syndrome yang hanya terbatas pada anak-anak yang mendapatkan perlakuan salah
secara fisik yang bersifat ekstrem atau membahayakan anak-anak.
Jadi child abuse merupakan suatu tidak kekerasan kekerasan (fisik dan/atau
mental), eksploitasi (ekonomi, seksual) dan diskriminasi dalam tulisan ini
selanjutnya disebut anak yang mengalami berbagai perlakuan salah. Kondisi dan
situasi anak yang sulit tersebut tergolong ke dalam anak yang memerlukan
perlindungan khusus.
3
9. anak korban perlakuan salah,
10. penelantaran
11. anak yang menyandang cacat
Selain itu, dimasukkan pula kelompok anak rentan lainnya yakni anak jalanan
dan anak tanpa akta kelahiran. Dengan demikian terdapat berbagai jenis kondisi
dan situasi anak yang memerlukan perlindungan khusus dari perlakuan salah.yang
dapat dilakukan oleh orang perorang, keluarga, masyarakat bahkan oleh negara
sekalipun.
1. Dalam keluarga
a. Penganiayaan fisik contohnya seperti memukul anak.
b. Kelalaian atau penelantaraan contohnya nak merasa kurang
mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, pengawasan yang
kurang dari keluarga anak sehingga anak rentan mengalami resiko
trauma fisik maupun mental.
c. Penganiayaan secara emosional contohnya mengucapkan kata-kata
yang tidak seharusnya didengar oleh anak seperti perkataan yang
dapat merendahkan anak atau perkataan yang membuat anak
menjadi malu.
d. Penganiayaa seksual, dimana anak mendapatkan pelecehan seksual
seperti pemerkosaan.
e. Syndrom Munchausen dimana merupakan permintaan pengobatan
terhadap penyakit yang dibuat-buat dan pemberian keterangan palsu
untuk mendukung tuntutan.
2. Diluar Keluarga
a. Dalam institusi atau lembaga
b. Di tempat kerja
c. Di jalan
d. Di medan perang
4
C. PENYEBAB TERJADINYA CHILD ABUSE
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child
abuse, yaitu:
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua yang
memiliki kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada orang lain,
atau orang tua tidak memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka
memiliki harapan yang tidak sesuai dengan keadaan anak. Dapat juga
orang tua terisolasi dari keluarga yang lain, bisa isolasi sosial atau karena
letak rumah yang saling berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak ada
orang lain yang dapat memberikan support kepadanya.
2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain. Hal ini
dapat terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak
direncanakan, anak yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain
yang tidak disukai, misalnya anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak
dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan,
mereka harus berpisah untuk beberapa lama, padahal pada beberapa hari
inilah normal bonding akan terjalin.
3. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak
terlalu berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag
sering terjadi misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak
yang sakit, adanya tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa
pengaruh yang lebih besar bila tidak ada orang lain yang menguatkan
dirinya di sekitarnya Karena stress dapat terjadi pada siapa saja, baik yang
mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi maupun rendah, maka child
abuse dapat terjadi pada semua tingkatan.
Menurut Rusel dan Margolin, wanita lebih banyak melakukan kekerasan pada
anak, karena wanita merupakan pemberi perawatan anak yang utama. Sedangkan
5
laki-laki lebih banyak melakukan sex abuse, ayah tiri mempunyai kemungkinan 5
sampai 8 kali lebih besar untuk melakukannya daripada ayah kandung (Smith dan
Maurer).
6
mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan
keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini
juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak,
sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam
membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak
akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan
munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik,
lemah mental, dsb.
3. Stress berasal dari orang tua
a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan
kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu
mengecewakan orang lain.
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami
perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama
terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas
kejadian yang pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis
akan membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak
mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung
menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan
melakukan tindakan kekerasan.
7
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak
(child abuse), antara lain :
1. Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang
tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan
berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-
anak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang
menjadi agresif.
2. Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang
sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan,
cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia
nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan,
anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki
dorongan bunuh diri.
3. Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003)
diantara korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut
menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski
kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah. Bahkan eksploitasi
seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak ditengarai sebagai
penyebab keterlibatan dalam prostitusi.
4. Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak
mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua
terhadap anak, Hurlock (1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang
dari orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman, gagal
mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah
penyesuaian diri pada masa yang akan datang.
8
misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata
dan cacat lainnya.
9
e. Hubungan sosial
Pada anak yang sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya
atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka
mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau
perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.
f. Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
1) Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal,
sekret vagina, dan perdarahan anus.
2) Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis,
enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.
3) Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai
dengan umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan
memperhatikan vulva, hymen, dan anus anak.
1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program
yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
a. Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera.
1) Individu
a) Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan
masyarakat
10
b) Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
c) Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
d) Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi
e) Pelayanan referensi perawatan jiwa
f) Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku
kekerasan.
2) Keluarga
a) Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di
masyarakat
b) Memfasilitasi jalinan kasih sayang pada orangtua baru
c) Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak
lanjut (follow up)
d) Pelayanan sosial untuk keluarga
3) Komunitas
a) Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga
b) Mengurangi media yang berisi kekerasan
c) Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti:
pelayanan krisis, tempat penampungan anak/keluarga/usia
lanjut/wanita yang dianiaya
d) Kontrol pemegang senjata api dan tajam
b. Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang
stress.
1) Individu
a) Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada
keluarga pada tiap pelayanan kesehatan
b) Rencana penyelamatan diri bagi korban secara adekuat
c) Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta bantuan dan
perlindungan
d) Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban
11
2) Keluarga
a) Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
b) Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-
group). Misalnya: kelompok pemerhati keluarga sejahtera
c) Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikan
pelayanan pada korban.
3) Komunitas
a) Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada
korban dengan standar prosedur dalam menolong korban.
b) Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon,
melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak
hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera.
c) Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya bayi
dan anak.
d) Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah
setempat.
e) Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi.
f) Kontrol pemegang senjata api dan tajam.
c. Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan
kekerasan.
1) Individu
a) Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban
b) Konseling profesional pada individu
2) Keluarga
a) Reedukasi orangtua dalam pola asuh anak
b) Konseling profesional bagi keluarga
c) Self-help-group (kelompok peduli)
12
3) Komunitas
a) “Foster home”, tempat perlindungan
b) Peran serta pemerintah
c) “follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan
d) Kontrol pemegang senjata api dan tajam
2. Pendidikan
4. Media massa
13
G. ASKEP KELUARGA CHILD ABUSE
1. Pengkajian
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan berkaitan dengan child abuse, antara lain:
a. Psikososial
1) Melalaikan diri
2) Gagal tumbuh
3) Keterlambatan perkembangan koognitif, psikomotor dan
psikososial
4) Memisahkan diri dari orang-orang dewasa
b. Muskuloskeletal
1) Dislokasi
2) Sprain
3) Fraktur
c. Genital urinaria
1) Luka pada vagina/penis
2) Luka pada anus
3) Infeksi saluran kemih
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan memakan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan
karena faktor psikologis.
NOC: setelah dilakukan tindaan keperawatan maka pasien
menunjukkan adanya perubahan status gizi; asupan makanan, cairan,
dan gizi. Ditandai dengan indikator berikut: rentang nilai 1-5: tidak
adekuat, ringan, sedang, kuat dan adekuat total.
Intervensi:
1) Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi nafsu makan
pasien.
2) Memantau hasil labotarium seperti hasil albumin dan elektrolit.
14
3) Pengelolaan nutrisi dengan memantau kandungan nutrisi dan kalori
asupan gizi yang dikonsumsi pasien.
b. Kerusakan pengasuh berhubungan dengan usia muda, kurang
pengetahuan tentang perawatan kesehatan anak dan ketidakadekuatan
pengaturan perawatan anak.
NOC: setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga orang tua
diharapkan dapat menunjukkan kepada anak cara yang benar
mengungkapkan marah, perasaan yang tidak senang atau frustasi yang
tidak membahayakan anak dan orang tua berperan aktif dalam kegiatan
konseling keluarga.
Intervensi:
1) Berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
2) Membantu orang tua untuk mengidentifikasi perubahan menjadi
orang tua.
3) Memberikan kesempatan interaksi yang sering untuk orang tua
atau anak.
4) Memotivasi keluarga untuk menciptakan komunikasi yang terbuka
didalam keluarga.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar.
Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan
fisik maupun kekerasan psikis. Dampak dari kekerasan terhadap anak antara lain;
Kerusakan fisik atau luka fisik; Anak akan menjadi individu yang kukrang
percaya diri, pendendam dan agresif; memiliki perilaku menyimpang, Pendidikan
anak yang terabaikan.
Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka
bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan
adanya kerusakan organ dalam lainnya. Akibat pada tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada
umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu: Pencegahan dapat dilakukan
dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak dan di rumah
tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan
kesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W.I. (2007).Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktek.Cetakan pertama. Jakarta: EGC.
Stuart , Sudeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.
Diana, N (2017)
https://www.academia.edu/31003896/ASUHAN_KEPERAWAT_ANAK_PADA_C
HILD_ABUSE?auto=download (diakes pada tanggal 5 Juni 2021)
17