Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEMINAR

TETANUS

Nama : Eka Putri Rambu Ludja

Nim : PO5303203191123

Mata Ajaran : Keperawatan Medikal Bedah 2

Kode MA : 5.04

Nama Pembimbing : Dwi Febryanto, S.Kep., Ns., M.Kep

Tanggal pengumpulan :

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah seminar dengan
kasus Tetanus.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Dwi Febryanto, S.Kep., Ns., M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyakit
Tetanus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak DwiFebryanto, S.Kep., Ns.,


M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Waingapu, 08 Juni 2021

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................6
2.1 Pengertian Tetanus.............................................................................................................6
2.2 Etiologi...............................................................................................................................6
2.3 Tanda dan Gejala................................................................................................................7
2.4 Pathofisiologi.....................................................................................................................7
2.5 Pathway..............................................................................................................................8
2.6 Pemeriksaan penunjang......................................................................................................9
2. 7 Penatalaksanaa medis........................................................................................................9
2.8 Pendidikan Kesehatan......................................................................................................10
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN......................................................................11
3.1 Pengkajian........................................................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................17
3.3 Intervensi..........................................................................................................................17
3.4 Implementasi....................................................................................................................20
3.5 Evaluasi............................................................................................................................22
BAB IV......................................................................................................................................23
PENUTUP.................................................................................................................................23
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................23
4.2 Saran................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus
otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat
yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Terdapat beberapa bentuk klinis tetanus
termasuk di dalamnya tetanus neonatorum, tetanus generalisata dan gangguan
neurologis lokal (Sudoyo, 2010 : 2911). Menurut Saraswita 2014 Di negara
berkembang, mortalitas tetanus melebihi 50% dengan perkiraan jumlah kematian
800.000-1.000.000 orang per tahun.

Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh dunia.


Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan tingkat
mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Selama 30 tahun terakhir, hanya terdapat
sembilan penelitian RCT (Randomized Controlled Trials) mengenai pencegahan dan
tata laksana tetanus. Pada tahun 2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke
WHO. Berdasarkan data dari WHO, data dari Vietnam diperkirakan insidens tetanus di
seluruh dunia adalah sekitar 700.000-1.000.000 kasus per tahun. (Dire, 2009)

Tetanus yang juga dikenal sebagai lockjaw (kejang mulut), merupakan infeksi
termediasi-eksotoksin akut yang disebabkan oleh basilus anaerobik pembentuk spora,
Clostridium tetani. Tetanus bersifat fatal pada hampir 60% orang yang tidak
terimunisasi, biasanya dalam 10 hari setelah serangan. Komplikasinya antara lain
atelektasis, pneumonia, emboli pulmoner, ulser gastrik akut, kontraktur fleksi dan
aritmia kardiak. Jika gejala berkembang dalam waktu 3 hari setelah paparan,
prognosisnya buruk. Setelah masuk ke tubuh, Clostridium tetani menyebabkan infeksi
lokal dan nekrosis jaringan. Clostridium tetani memproduksi toksin yang menyebar
menuju jaringan sistem saraf pusat. (Tim Indeks, 2011)

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tetanus?
2. Apa saja penyebab Tetanus?
3. Apa saja tanda dan gejala Tetanus?
4. Bagaimana pathofisiologi Tetanus?
5. Bagaimana pathway pada Tetanus ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Tetanus?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada penyakit Tetanus?
8. Bagaimana pendidikan kesehatan pada Tetanus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Tetanus
2. Untuk mengetahui penyebab tetanus
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Tetanus
4. Untuk mengetahuipathofisiologi Tetanus
5. Untuk mengetahui pathway pada Tetanus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Tetanus
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada penyakit Tetanus
8. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada Tetanus

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Tetanus

Tetanus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman clostridium


Tetani yang menyebabkan kejang otot dan diikuti oleh kekakuan seluruh badan
(Muttaqin, 2008). Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kumanclostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus
adalahpenyakit infeksi yang diakibatkan toksinkuman Clostridium tetani, bermanifestasi
sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus
otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkanbahwa tetanus adalah penyakit


infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani,yang ditandai dengan
gejala kekakuan dan kejang otot.(Ritharwan,2004)

2.2 Etiologi
C. tetani adalah bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang. Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora, memberikan
gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Spora ini bisa tahan
beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Jika bakteri ini menginfeksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda lain, bakteri ini akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu
mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.

6
2.3 Tanda dan Gejala
Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya muncul dalam 4-21
hari setelah terkena kuman tetanus. Segera temui dokter jika Anda mengalami luka dan
tidak mendapat antiracun tetanus, terutama jika muncul beberapa gejala seperti:

 Demam
 Pusing
 Berkeringat berlebihan
 Jantung berdebar

Terlebih lagi sudah muncul gejala yang khas untuk tetanus, antara lain:

 Tegang dan kaku pada otot rahang (trismus)


 Otot leher atau otot perut terasa kaku
 Sulit menelan
 Sulit bernapas

2.4 Pathofisiologi
Tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang masuk melalui
luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tida dirawat dan tidak
dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril, dan
penjahitan luka robek yang tidak steril yang lebih beresiko bagi orang-orang yang
belum terimunisasi.

7
Organisme mengeluarkan dua toksin yaitu tetanospasmin/neurotoksin yang
merupakan toksin kuat, dapat menyebabkan ketegangan otot dan mempengaruhi sistem
saraf pusat serta tetanolysin yang merupakan toksin sekunder. Etotoksin yang dihasilkan
akan mencapai sistem saraf pusat dengan melewati akson neuro atau sistem vaskuler.
Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi
dinetralkan oleh antitoksik spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah
sangat mudah dinetralkan oleh antitoksin. (Zulkoni, 2011 ; 167)

2.5 Pathway

8
2.6 Pemeriksaan penunjang
Diagnosis tetanus hanya berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan secara
umum. Seperti pemeriksaan tekanan darah, suhu tubuh, laju napas, dan denyut nadi.
Penderita tetanus tidak dibutuhkan pemeriksaan laboratorium. Namun, ketika pasien
terdapat luka yang diduga terdapat infeksi tetanus, dapat dilakukan pemeriksaan
penyebab tetanus dari bakteri di laboratorium untuk menemukan keberadaan bakteri.

2. 7 Penatalaksanaa medis
Untuk penanganan pasien tetanus, prosedur pengobatan tahap pertamanya
adalah:

 Letakkan pasien pada posisi yang aman dan nyaman


 Jika pasien tidak sadar atau kejang, jangan berikan sendok atau memasukkan
benda apa pun ke dalam mulut
 Bantu pasien untuk melancarkan pernapasan dengan memiringkan posisi tubuh
pasien. Hal ini dimaksudkan agar lidah terjatuh ke belakang

Jika sudah dilakukan prosedur pengobatan tahap pertama, berikut ini tahap lanjutan
yang akan dilakukan oleh rumah sakit:

 Antibiotik, Obat tetanus jenis antibiotik yang diberikan adalah penisilin prokain,
ampisilin, tetrasiklin, metronidazol, dan eritromisin. Bila pasien menderita
radang paru, pasien dapat diberi tambahan obat jenis sefalosporin.
 Netralisasi toksin, Sebelum memberikan serum antitetanus (ATS) pada pasien,
akan dilakukan uji serum terlebih dahulu pada kulit pasien. Bila rumah sakit
memiliki human tetanus immunoglobulin, obat tetanus yang dapat diberikan
juga kepada pasien sebagai tambahan.
 Antikonvulsan, Pemberian obat obat yang dapat mencegah atau mengurangi
kejang (konvulsan) juga bisa dilakukan, seperti diazepam. Obat tetanus ini juga
berfungsi untuk mengatasi rasa cemas.

9
 Perawatan luka, Dilakukan setelah pemberian antitoksin ATS dan
antikonvulsan.
 Terapi suportif, Pada tahap ini, pasien akan dibebaskan jalan napasnya kemudian
diberikan oksigen. Pemberian cairan dan nutrisi serta pemantauan juga akan
dilakukan.

2.8 Pendidikan Kesehatan


 Imunisasi secara rutin
Termasuk imunisasi dasar difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) yang
diberikan sebanyak tiga kali sejak usia 2 bulan. Imunisasi ini dilakukan dengan
jarak 4-6 minggu, yang kemudian dilakukan kembali pada usia 18 bulan dan 5
tahun.
 Penanganan luka segera
Jika mengalami luka, segera bersihkan dan berikan cairan antitetanus
untuk menghindari infeksi. Terutama pada luka dalam, seperti terkena besi,
terjatuh di tempat kotor, atau digigit anjing.

10
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. B No. Reg. : 15-16-283588

Umur : 50 tahun Tgl. MRS : 10 Desember 2021

Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa : Tetanus

Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh bangunan

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl. Gangnam Plaza No. 12 Waingapu

Penanggung : Askes/Astek/Jamsostek/JPS/Sendiri

I. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1.1 Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama : Badan terasa kaku kaku semua

Riwayat keluhan utama :

Keluarga mengatakan 5 hari sebelumnya klien mengeluh kaku diseluruh badan


dan tidak bisa digerakkan, kepala terasa berat, pusing, demam. Keluarga mengatakan
ada luka di telapak kaki kirinya kareana kena pecahan kaca sejak 10 hari sebelum

11
dibawa ke RS. Luka cukup dalam dan tidak lebar, luka sudah dijahit dokter di poliklinik
umum dideket rumah klien, setelah luka klien dijahit dan diberi obat, klien tetap bekerja
sebagai buruh, saat bekerja klien tidak memakai alas kaki dan luka jahitan juga tidak
dibersihkan. pada saat setelah mandi klien tiba – tiba pingsan, sesak nafas dan dada
terasa nyeri. Keluarga mengatakan klien sulit BAK sejak 1 hari setelah kejadian
pingsan, BAB tidak ada keluhan.

Upaya yang telah dilakukan : -

Obat-obat yang biasa dikonsumsi : keluarga mengatakan tidak dalam pengobatan


penyakit apapun

Terapi/operasi yang pernah dilakukan: -

Riwayat Sebelum Sakit: Keluarga mengatakan belum pernah mengalami sakit sampai
parah seperti ini, klien hanya sakit batuk pilek dan sembuh dengan minum obat beli di
warung.

Penyakitberat yang penahdiderita : -

Alergi : keluarga mengatakan selama ini tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan,
minuman ataupun yang lainnya.

Kebiasaan merokok/alkohol : -

1.2 Riwayat Kesehatan Keluarga

Didalam keluarga klien belum ada yang mengalami sakit tetanus, keluarga tidak ada
yang menderita penyakit turunan seperti jantung, DM ataupun hipertensi.

1.3 Riwayat Kesehatan Lingkungan

Dilingkungan klien tinggal tidak ada peternakan seperti unggas ataupun hewan
lainnya, yang bisa menyebabkan bakteri tetanus mudah masuk ke dalam tubuh. Klien
sering ke sawah tanpa alas kaki. Tapi klien bekerja sebagai buruh bangunan yang

12
dilingkungan tersebut ada pecahan kaca dan banyak sisa bahan bangunan yang tidak
dibersihkan. Dan klien dalam bekerja tidak memakai alas kaki.

1.4 Riwayat Kesehatan Lainnya

Alat bantu yang dipakai:

-Gigi palsu : ya tidak

-Kacamata : ya tidak

-Pendengaran : ya tidak

-Lainnya (sebutkan) :

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1.5 Keadaan umum

1.6 Tanda-tanda vital, TB dan BB:

S : 38ºC N : 88x/mnt TD : 145/80 mmHg RR : 24x/mnt

TB : 168cm BB : 48kg.

IMT : 16,65

1.7 Body Systems:

 Kepala

Bentuk mesochepal, tidak ada lesi atau jejas, rambut bersih, distribusi merata, warna
hitam, ekspresi wajah tampak meringis menahan nyeri ( P: saat kejang, Q: - , R : seluruh
tubuh, S : 9, T : terus – menerus )

13
 Mata

Bentuk mata simetris kanan dan kiri, mata sulit untuk dibuka

 Telinga

Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen.

 Hidung

Bentuk simetris, bersih, tidak terdapat pembesaran polip, tidak terdapat secret.

 Mulut

Klien mengalami trimus, mukosa bibir kering, mulut terjadi trismus, kemampuan
membuka bibir ± 1,5 cm dan gigi ±1 cm, terlihat kaku, hipersalivasi (+), reflek menelan
kurang, kebersihan kurang, ada secret

 Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfonodus, tidak ada
peningkatan JVP. Terdapat kaku kuduk Tidak dapat menelan dengan baik

 Abdomen

Inspeksi : Tidak terdapat benjolan/jejas, perut datar seperti papan, peristaltic (+).

Auskultasi : Bising usus 9 x / menit

Perkusi : Thympani

Palpasi : tidak ada pembesaran hati dan limfa.

 Ekstremitas

Bawah : Tidak ada edema, terasa kaku tapi dapat menekuk dan diluruskan secara
perlahan D5%+diazepam 5 ampul 16 tpm pada telapak kaki kanan.

14
Atas : Tidak ada edema, terasa kaku tapi dapat menekuk dan diluruskan secara perlahan,
terpasang infus Nacl 0,9%, tutofusin, pada tangan kanan

POLA AKTIVITAS

1.8 Makan:

Frekuensi : 2x/hari

Jenis menu : Nasi, sayran, dan ikan

Yang disukai : ikan

Yang tidak disukai : tahu tempe

Pantangan : -

Alergi : -

1.9 Minum:

Frekuensi : 8x/hari

Jenis minuman : air putih

1.10 Kebersihan diri:

Mandi : 1x/

hari Keramas : 2x/minggu

Sikat gigi : 2x/hari

Memotong kuku : 1x/minggu

Ganti pakaian : 1x/hari

15
ANALISIS DATA

Data Penyebab Masalah

1. Ds : Klien mengatakan nyeri dan pegal – pegal Agen injury


Nyeri akut
seluruh tubuhnya. (biologi)
P: saat kejang,
Q: -
R : seluruh tubuh
S:9
T : terus – menerus

Do : Klien dalam keadaan


 gelisah Kkemampuan membuka bibir ± 1,5
cm dan gigi ±1 cm, terlihat kaku,
 Otot perut datar seperti papan,
 TTV
TD: 145/80 mmHg,
Nadi :88x/menit,
RR : 24x/menit
2. Ds : Penyakit tetanus Hipertermi
Do:
 Suhu : 38,3°C,
 RR : 24x/menit
 Terjadi kejang
 Akral teraba hangat

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologis

16
2. hipertermi berhubungan dengan penyakit tetanus

3.3 Perencanaan
Nama pasien : Tn B

No. RM : 15-16-283588

Ruang : Bougenville

NO Diagnosa Perencanaan
keperawa
tan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Atur Suhu 1. Iklim lingkungan
1 hipertermi Setelah dilakukan lingkungan dapat mempengaruhi
berhubun asuhan keperawatan yang nyaman kondisi dan suhu
gan selama 2x 24 suhu 2. Pantau suhu tubuh individu sebagai
dengan tubuh normal dengan tubuh tiap 2 suatu proses adaptasi
penyakit KH jam melalui proses
tetanus -Suhu 36-37°C. 3. Berikan hidrasi evaporasi dan
-hasil lab sel darah atau minum konveksi.
putih(leukosit) antara ysng cukup 2. Identifikasi
5.000- 10.000 adequate perkembangan gejala-
4. Lakukan gajala ke arah syok
tindakan exhaustion
teknik aseptik 3. Cairan-cairan
dan antiseptik membantu
pada menyegarkan badan
perawatan luka dan merupakan
disekitar luka. kompresi badan dari
5. Berikan dalam
kompres 4. Perawatan lukan

17
hangat bila mengeleminasi
tidak terjadi kemungkinan toksin
ekternal yang masih berada.
rangsangan 5. Kompres hangat
kejang merupakan salah satu
6. Kolaborasi cara untuk
dalam menurunkan suhu
pemberian tubuh dengan cara
antipieretif proses konduksi
6. Obat-obat
antibakterial dapat
mempunyai spektrum
lluas untuk mengobati
bakteeerria gram
positif atau bakteria
gram negatif.
Antipieretik bekerja
sebagai proses
termoregulasi untuk
mengantisipasi panas

2 Nyeri Setelah dilakukan 1. Amati isyarat 1. Untuk menentukan


akut tindakan keperawatan non verbal intervensi yang sesuai
berhubun selama 2x24 jam kenyamanan dan keefektifan dari
gan diharapkan klien 2. Ciptakan therapi yang diberikan
dengan terjadi peningkatan lingkungan 2. Membantu dalam
agen kenyamanan, nyeri nyaman dan mengidentifikasi
injuri terkontrol dengan kondusif derajat
(biologi) Kriteria Hasil : 3. Bantu pasien ketidaknyamnan
 Klien menemukan 3. Meningkatkan

18
menyatakan posisi nyaman kenyamanan
nyeri 4. Kolaborasi 4. Menurunkan/meredam
berkurang dalam kan rasa nyeri
(skala 4 – 6) pemberian 5. Menurunkan atau
 Klien mampu analgetik mengurangi rasa nyeri
istirahat/tidur 5. Ajarkan tehnik
 Wajah klien relaksasi jika
rileks memungkinka
 TTV dalam n
batas normal
(TD :
120/80mmHg,
Nadi :60 –
100x/menit)

3.4 Implementasi
Nama pasien : Tn B

No. RM : 15-16-283588

Ruang : Bougenville

19
Hari/tanggal No. DX implementasi SOAP
Memasukkan diit S:
Sabtu, 10-12-2021 1 pada klien O : masuk lewat
10.00 NGT sewaktu masih
hangat habis ½
gelas (200cc) dan
memberikan
hidrasi/minum pada
klien
12.40 1,2 Memonitor TTV S:
(TD, nadi, suhu, O: - TD:
pernafasan dan 145/83mmHg N:
SPO2) 93x/m RR: 22x/m
S : 38,7° C SPO2:
99% Akral teraba
hangat
2 Mengkaji nyeri pada S: klien mengeluh
klien secara nyeri pada seluruh
komprehensif badan dan terasa
pegal-pegal
P: saat kejang,
Q: -
R : seluruh tubuh
S:9
T : terus – menerus
klien dalam keadaan
gelisah. Ekspresi
wajah klien
meringis kesakitan.
13.00 1 Memberikan air S:
minum pada klien O : - Air putih

20
lewat NGT masuk ±50 cc
masuk NGT
Minggu, 11–12- 1 -Mengobservasi S:
2021 07.00 keadaan umum O: - TD: 142/86
klien mmHg, N: 95x/m,
RR: 23x/m,
S:36,4°C SPO2:
99% Ada luka pada
telapak kaki kanan,
sudah dijahit, sekitar
luka warna merah.
07.30 2 Memberikan S:
lingkungan yang O : Mengganti sprei
nyaman dan klien dan
kondusif menciptakan
lingkungan kondusif
dengan
meminimalkan
adanya rangsang

3.5 Evaluasi
Nama pasien : Tn B

No. RM : 15-16-283588

Ruang : Bougenville

Hari/tanggal No. DX SOAP

Sabtu, 11-12- 2021 1,2 S : Klien Mengatakan badannya tidk nyeri


14.00 lagi

21
O : suhu badannya: 36,1°C,
Masalah hipertermi teratasi
A: Tujuan tercapai
P: Pertahankan/Hentikan intervensi

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tetanus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman clostridium
Tetani yang menyebabkan kejang otot dan diikuti oleh kekakuan seluruh badan
(Muttaqin, 2008). C. tetani adalah bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di
tanah dan kotoran binatang. Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora,
memberikan gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Spora ini
bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Jika bakteri ini menginfeksi luka
seseorang atau bersamaan dengan benda lain, bakteri ini akan memasuki tubuh
penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.

Pendidikan Kesehatan yang dapat dilakukan :Imunisasi secara rutin, Termasuk


imunisasi dasar difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) yang diberikan sebanyak tiga kali
sejak usia 2 bulan. Imunisasi ini dilakukan dengan jarak 4-6 minggu, yang kemudian
dilakukan kembali pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Penanganan luka segera, Jika
mengalami luka, segera bersihkan dan berikan cairan antitetanus untuk menghindari
infeksi. Terutama pada luka dalam, seperti terkena besi, terjatuh di tempat kotor, atau
digigit anjing.

4.2 Saran
Klien; menjadikan pengalaman sakit yang sedang di derita sekarang agar lebih
berhati-hati untuk hari-hari kedepannya. Dan sekiranya dapat menuntaskan pengobatan
demi penyembuhan yang maksimal. Keluarga; agar lebih sabar dalam membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari selama klien pada masa penyembuhan. Perawat
atau tenaga medis lainya; kolaborasi yang maksimal akan mempercepat penyembuhan
pada klien. Dan menggunakan sistem penanganan pasien tetanus terbaru akan
memaksimalkan kriteria hasil yang dicapai.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/22239/2/4.a_BAB_I.pdf Diakses tanggal 08, Juni 2021

http://eprints.unipdu.ac.id/278/1/BAB%20I.pdf Diakses tanggal 08, Juni 2021

http://repository.unair.ac.id/97669/4/4.%20BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf
Diakses tanggal 10, Juni 2021

https://123dok.com/document/z1e3g1vy-asuhan-keperawatan-askep-tetanus-dan.html
Diakses tanggal 10, Juni 2021

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/134 Diakses tanggal


10, Juni 2021

https://www.academia.edu/10146822/LAPORAN_PENDAHULUAN_TETANUS
Diakses tanggal 08, Juni 2021

021

021

24

Anda mungkin juga menyukai