Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing :
Dr. Moch. Ma’roef Sp.OG
Oleh :
Era Anggoro Kusuma N NIM 201520401011094
Erdiyan Pranidana Hariyanto NIM 201520401011114
Laksita Anindhita Putri NIM 201520401011123
Vonny Riska Rahmawati NIM 201520401011132
Aulia Nur Cahyani NIM 201520401011140
M Jathy Oktariansyah NIM 201520401011155
Putri Dewi Kretany NIM 201520401011161
terjadi pada usia produktif. Diperkirakan bahwa sekitar 16% dari wanita hamil di
Amerika Serikat mungkin memiliki BV pada waktu tertentu. Angka kejadian sulit
metode skrining. Faktor resiko dari BV termasuk berhubungan seksual pada usia
berhubungan dengan sesama jenis. Wanita yang tidak pernah behubungan seksual
1.2 Definisi
nonspesifik, disebut bakterial vaginosis karena bakteri adalah agen etiologi infeksi
viridans Streptococcus, dan Atopobium vaginae juga telah dikaitkan dengan BV. 2
1.3 Epidemiologi
wanita. Setiap tahun lebih dari 10 juta wanita berobat karena vaginal discharge.
Peningkatan prevalensi berhubungan dengan merokok, obesitas, kehamilan
terdapat pada 100% wanita dengan tanda dan gejala BV, dan 70% wanita tanpa
tanda dan gejala BV. Angka kejadian BV pada klinik obstetri dapat mencapai 10-
25 %. 2
Predominan kolonisasi dan infeksi G vaginalis terjadi pada wanita. Pada pria, G
vaginalis jarang menimbulkan infeksi, akan tetapi uretra pria yang pasangan
seksualnya memiliki gejala BV biasanya akan terjadi kolonisasi strain yang sama.
1.4 Etiologi
Peptostreptococcus sp. 1
1.5 Patofisiologi
BV adalah penyebab paling umum dari vaginitis dan infeksi paling umum
yang ditemui pada klinik ginekologi. Peningkatan cairan vagina dan bau tak sedap
vagina yang disebabkan oleh perubahan flora vagina merupakan ciri dari BV.
Pada BV, flora vagina menjadi berubah melalui berbagai mekanisme yang masih
belum diketahui pasti, dan menyebabkan peningkatan pH lokal. Hal ini mungkin
ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada vagina yang sehat. Di BV, populasi
pada vagina, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa biofilm tersebut dapat
biofilm ini telah menunjukkan bertahan dalam hidrogen peroksida (H2 O2), asam
seksual telah dikaitkan dengan perkembangan infeksi ini. Beberapa studi yang
pasangan seksual, (2) pasangan seks baru dapat terkena BV, dan (3) pasangan
1.6 Diagnosis
pemeriksaan penunjang. 2
Anamnesis
berlebih, sekret encer keabu-abuan, berbau amis, dan memberat saat berhubungan
seksual. Perlu ditanyakan juga mengenai faktor presisposisi pada pasien seperti
penggunaan antibiotik baru-baru ini, penggunaan IUD, sabun cuci vagina, dan
aktivitas seksual 2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Menurut kriteria Amstel dalam mendiagnosa BV, tiga dari empat kriteria
b. Whiff tes positif, yang melibatkan produksi bau amis saat pencampuran
indikator BV.
a. Kandidiasis vagina
b. Servisitis
d. Gonore
e. Trikomoniasis
1.8 Penatalaksanaan 1
Manfaat yang diambil dari terapi BV pada wanita yang tidak hamil adalah
untuk: (1) meredakan gejala vagina dan tanda-tanda infeksi dan (2) mengurangi
1.9 Komplikasi 1
kelahiran prematur pada kehamilan. BV juga dikaitkan sebagai faktor risiko untuk
1.10 Prognosis
Beberapa infeksi dapat membaik tanpa terapi. Sebagian besar infeksi tidk
kejadian infeksi berulang, dan regimen pengobatan yang lebih lama dapat
2526
http://emedicine.medscape.com/article/254342-overview#showall
VULVITIS
1. Definisi
Gambar 1. Vulvitis
2. Etiologi
1. Infeksi
c. Deodoran
d. Zat di dalam air mandi
e. Pembilas vagina
menyerap keringat
g. Tinja
4. Terapi penyinaran
5. Obat-obatan
6. Perubahan hormonal.
3. Klasifikasi
- Membengkak.
- Terasa nyeri.
- Membengkak.
Leukorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi oleh
gerakan.
Gangguan koitus.
Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak, sering tertutup oleh
secret.
6. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan
Rasa gatal dan perih di kemaluan, serta keluarnya cairan kental dari
Gejala Klinis:
b. Gatal
d. Keputihan
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang : -
4. Diagnosis Klinis
5. Diagnosis Banding
Dermatitis Alergika
6. Komplikasi
a. Infertilitas
c. Vulva distrofi
7. Penatalaksanaan
1. Infeksi Bakterial
- Klotrimazol : 100 gram tablet atau 7 gram krim 1 – 2 kali per
tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga
(misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan
sebum gliserin).
(tablet).
Sarwono Prawirohardjo
: EGC
Definisi
Etiologi
1. Infeksi.
kondom, diafragma, sabun cuci dan pelembut pakaian, zat di dalam air
mandi, pembilas vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat dan tidak
menyerap keringat.
vaginitis.
Gejala Klinis
Gejala yang pling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina.
disertai gatal- gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental
dan warnanya bermacam- macam. Misalnya bisa berwarna seperti keju, kuning
kehijaun atau kemerahan. Gejala yang timbul biasanya berbeda- beda tergantung
penyebab vaginitis.
Penatalaksanaan
Cairan vagina yang keluar akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya.
butoconazole atau terconazole (bisa dalam bentuk krim, tablet vagina atau
Sarwono Prawirohardjo
: EGC
SALPINGITIS
1. Definisi
2. Epidemiologi
Namun hal ini dianggap sebagai efek dari riwayat seks sebelumnya, gonta - ganti
berganti – ganti pasangan, maka prevalensi tertinggi salpingitis adalah remaja (15-
24 tahun).
3. Etiologi
hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur
Tuberkulosis.
meliputi:
Klamidia
Mycoplasma
Staphylococcus
Streptococcus.
4. Patofisiologi
akuisisi infeksi vagina atau leher rahim. Yang kedua melibatkan peningkatan
saluran kelamin bagian atas. Meskipun mekanisme yang tepat untuk peningkatan
tidak diketahui, siklus menstruasi mundur dan pembukaan leher rahim selama
menstruasi tapi hal tersebut merupakan faktor yang dapat meningkatkan infeksi.
5. Diagnosis
Gambaran klinis
a. Salpingitis akut
Salpingitis akut, saluran tuba menjadi merah dan bengkak, dan mengeluarkan
bersatu. Tabung mungkin juga tetap berpegang pada struktur terdekat seperti usus.
Kadang-kadang, sebuah tabung tuba bisa mengisi dan mengasapi dengan nanah.
Dalam kasus yang jarang terjadi, tabung pecah dan menyebabkan infeksi yang
b. Salpingitis Kronis
Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu serangan akut. Infeksi ini lebih
ringan, lebih tahan lama dan mungkin tidak menghasilkan banyak terlihat gejala.
tuba bisa menjadi rusak tanpa wanita bahkan menyadari bahwa ia memiliki
Demam
6. Penatalaksanaan
infeksi akut, sehingga menjaga kesuburan dan mencegah kehamilan ektopik, serta
Wanita dengan PID atau salpingitis dapat berobat jalan maupun di rawat
(PEACH) trial, 831 wanita dengan gejala PID ringan biasanya menerima pasien
rawat inap dengan pengobatan melalui intravena (IV) : cefoxitin dan doxycycline,
sedangkan untuk pesien rawat jalan diberi intramuskular (IM) cefoxitin dan
7. Komplikasi
rahim.
Wanita pasangan atau mitra dapat kontrak bakteri dan terinfeksi juga.
Tubo-ovarium abses
Kehamilan Ektopik
Tabung tuba yang diblokir mencegah telur yang telah dibuahi memasuki
Infertility
Tabung tuba cacat atau terdapat luka sehingga telur dan sperma tidak dapat
Prognosis untuk salpingitis sangat bagus jika penyakit ini didiagnosis dan
diobati dini, meskipun sebagian kecil pasien akan menjadi tidak subur
DAFTAR PUSTAKA
1. Definisi
servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual dan, bisa juga karena cedera
pada jaringan serviks, kontrol jalan lahir yang berkurang seperti diafragma dan
bahkan kanker.
2. Etiologi
servisitis meningkat saat seorang wanita menderita diabetes, vaginitis akut dan
pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang
mengalami trauma.
Gambar 2.1 Gambaran sitologi servisitis kronis.
dan terlihat juga adanya perdarahan. Servisitis dapat juga disebabkan oleh robekan
terjadi akibat alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
Infeksi Chlamydia trachomatis
Mycoplasma.
Beberapa kasus servisitis disebabkan oleh: Penggunaan kondom wanita
(cervical cap dan diafragma), penyangga uterus (Pessarium), alergi spermisida pada
untuk kontak seksual, penggunaan buffer internal, intrauterine device (IUD), cacat
ektopik bawaan (epitel kelenjar pada saluran serviks), lokal manuver seperti
kuretase, histeroskopi.
Servisitis sering terjadi dan mengenai hampir 50% wanita dewasa dengan
faktor resiko:
Riwayat IMS
3. Diagnosis
adanya perubahan inflamasi, lesi ulseratif, cacat atau sekret dari leher
infeksi serviks.
a) Flour hebat, biasanya berlangsung lama, warna putih keabu-abuan atau kuning
keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka
e) Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput
Pasca sanggama
Pasca menopause
Diantara haid
Keputihan
Servik kemerahan
4. Klasifikasi
A. Servisitis Akut
lain-lain. Dalam hal ini streptococcus merah dan membengkak dan mengeluarkan
B. Servisitis Kronik
Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka
kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan masuknya
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pertama kali yang dilakukan adalah dengan spekulum. Pada pasien-
pasien dengan flour albus dapat dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan inspeksi
kolposkopi tes Lugol juga dilakukan (solusi diterapkan pada mukosa serviks).
leher rahim).
6. Penatalaksanaan
1. Medika mentosa
pada agen etiologi dan kepekaan agen etiologi yang ditemukan, dengan
antibiotik atau anti jamur oral. Untuk servisitis yang disebabkan oleh infeksi
2. Pembedahan
tidak boleh dilakukan pada keadaan peradangan akut serviks, pada keadaan ini
peradangan.
Metode pembedahan yang dilakukan tergantung pada usia, kedalaman dan
Electrocauterization
menyebabkan nekrosis jaringan, tidak ada luka dan karena itu tidak
dilakukan biopsi.
displastik.
7. Prognosis
Servisitis ringan dengan etiologi jelas biasanya memberi respon baik terhadap
servisitis itu disebabkan oleh penyakit menular seksual, kedua pasangan harus
8. Komplikasi
sedikit atau banyak, biasanya tanpa rasa sakit, demam, gangguan haid atau
Aksara.
2009;36:33-51. [PubMed]
9. http://obginround.blogspot.com/2011/05/servisitis.html.
ABSES TUBO OVARIUM
1.1 DEFINISI
ovarium yang ditandai dengan radang bernanah, baik di salah satu tuba-ovarium,
jangka panjang dari salfingitis akut tetapi biasanya akan muncul dengan infeksi
(35%), diare (24%), mual dan muntah (18%), haid tidak teratur (12%).
Pada pemeriksaan touching : nyeri goyang portio, nyeri kiri dan kanan
uterus atau salah satunya, kadang-kadang terdapat penebalan tuba (tuba yang
abdomen sampai syok septik. Karateristik pasien biasanya yang muda serta
paritasnya rendah dengan riwayat infeksi pelvis. Durasi dari gejala pada wanita
biasanya kurang lebih 1 minggu dan onsetnya biasanya terjadi 2 minggu atau lebih
1.3 ETIOLOGI
1.4 PATOFISIOLOGI
Adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan atau
parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis. Keadaan ini bisa
terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan genekologi
ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai
tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja,
dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar,buli-buli atau
adneksa yang lain. Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon
pecahnya abses.
1.5 PEMERIKSAAN
laboratorium kurang bermakna. Hitung jenis sel darah putih bervariasi dari
pyuria tanpa bakteriuria. Nilai laju endap darah minimal 64 mm/h serta
diagnosa TOA.
b. USG
organ besar seperti rahim. Habitus tubuh besar dan adanya loop dari usus
transabdominal.
c. CT (computed tomography)
US dan MRI, peran terbatas dalam evaluasi radiologi dari PID. Kinerja CT
baik. Sejumlah kecil cairan dalam cul de sac bisa dideteksi oleh CT. Suatu
dengan komponen padat dan kistik, dengan peningkatan semua atau bagian
d. Kuldosentesis
Cairan kuldosentesis pada wanita denagn TOA yang tidak ruptur
akut. Apabila terjadi ruptur TOA maka akan ditemukan cairan yang
purulen.
1.6 DIAGNOSIS
Diagnosa banding :
- KET
- Mioma uteri
- Hidrosalping
- Perforasi apendik
infertilitas
abses paru/otak.
1.8 PENATALAKSANAAN
ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika
dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x /
1.9 PROGNOSIS
1.1 Definisi
pada traktur reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba fallopi, dan struktur
penunjang pelvis.
1.2 Epidemiologi
PID adalah masalah kesehatan yang cukup sering. Sekitar 1 juta kasus PID
terjadi di Amerika Serikat dalam setahun dan total biaya yang dikeluarkan
melebihi 7 juta dollar per tahun. Lebih dari seperempat kasus PID membutuhkan
rawatan inap. PID menyebabkan 0,29 kematian per 1000 wanita usia 15-44 tahun. 4
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya PID, namun yang utama adalah
aktivitas seksual. PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan
aktivitas seksual berjumlah sekitar 85%, sedangkan 15% disebabkan karena luka
1.4 Etiologi
endogen yang ditemukan di vagina juga sering ditemukan pada traktus genitalia
mukosa serviks.
1.5 Patofisiologi
traktus genital atas dari vagina dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung
jawab atas penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktivitas seksual mekanis
akuisisi dari vagina atau infeksi servikal. Penyakit menular seksual yang
barier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul
akibat terapi antibiotik dan penyakit menular seksual yang dapat mengganggu
akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama
1.6 Jenis-jenis
Salpingitis
Mikroorganisme yang tersering menyebabkan salpingitis adalag N.
nyeri perut bawah dan nyeri pelvis yang akut. Nyeri dapat menjalar ke kaki. Dapat
timbul sekresi vagina. Gejala tambahan berupa mual, muntah, dan nyeri kepala.
Abses ini dapat muncul setelah onset salpingitis, namun lebih sering akibat
infeksi adnexa yang berulang. Pasien dapat asimptomatik atau dalam keadaan
septic shock. Onset ditemukan 2 minggu setelah menstruasi dengan nyeri pelvis
dan abdomen, mual, muntah, demam, dan takikardi. Seluruh abdomen tegang dan
1.7 Diagnosis
mengeluhkan gejala yang bervariasi. Gejala muncul pada saat awal siklus
menstruasi atau pada saat akhir menstruasi. Nyeri abdomen bagian bawah
dijumpai pada 90% kasus dengan kriteria nyeri tumpul, bilateral, dan konstan.
Pemeriksaan Fisik
pada pergerakan serviks, nyeri tekan uteri, nyeri tekan adnexa yang
bilateral
3. Mungkin ditemukan adanya massa adnexa
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari 100.000
mengkonfirmasi PID.
Pemeriksaan Radiologi
dengan adanya ketebalan dinding tuba lebih dari 5 mm, adanya septa
inkomplit dalam tuba, cairan mengisi tuba fallopi, dan tanda cogwheel.
penebalan, tuba yang berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis bebas
1. tumor adnexa
2. appendicitis
3. servisitis
4. kista ovarium
5. torsio ovarium
6. aborsi spontan
8. kehamilan ektopik
9. endometriosis
1.9 Penatalaksanaan
ditambah doxisiklin 100 mg per oral atau iv per 12 jam. Lanjutkan regimen ini
selama 24 jam setelah pasien pasien membaik secara klinis, lalu mulai doxisiklin
100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari. Jika terdapat abses tubaovarian,
BB dosis awal iv diikuti dengan dosis lanjutan 1,5 mg/kg BB per 8 jam. Terapi iv
dihentikan 24 jam setelah pasien membaik secara klinis, dan terapi per oral 100
mg oral 2 kali sehari selama 14 hari, dengan atau tanpa metronidazole 500 mg 2
dosis tunggal atau dosis tunggal cephalosporin generasi ketiga tambah dozisiklin
100 mg oral 2 kali sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg
Terapi Pembedahan
Pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis setelah 72 jam terapi harus
4 Februari 2010]
10 September 2010]
Wilkins.
McGrawhill Companies.
Blackwell Publishing.
Definisi
adalah infeksi jaringan membarana fetalis beserta cairan amnion yang terjadi
sebelum partus sampai 24 jam post partum. Insidensi dari chorioamnionitis adalah
berhubungan dengan pecahnya selabut ketuban yang lama dan persalinan yang
lama. Hal ini dapat dilihat dengan menjadi keruhnya (seperti awan) selaput
membrane. Selain itu bau busuk dapat tercium, tergantung jenis dan konsentrasi
tersbut berasal dari ibu. Sebaliknya, jika leukosit ditemukan pada cairan amnion
(amnionitis) atau selaput plasenta (funisitis), sel-sel ini berasal dari fetus.
Epidemologi
substansif. Alexander dan kolega (1998) mempelajari 1367 neonatus dengan berat
dengan grup terinfeksi mempunyai insidensi yang lebih tinggi menderita sepsis,
Pada penelitian lain (Yoon dan kolega, 2000) menemukan bahwa infeksi intra
palsy pada usia 3 tahun. Petroya dan kolega (2001) mempelajari lebih dari 11 juta
kelahiran hidup dari 1995 hingga 1997 yang terdaftar pada National Center for
Health Statistics linked birth-infant death cohort. Selama persalinan, 1,6 % wanita
Patofisiologi
Jalur bakteri memasuki cairan amnion yang intak masih belum jelas
diketahui. Gyr dan kolega (1994) telah menunjukkan bahwa Escherichia coli dapat
absolut untuk infeksi ascending. Jalur lain inisiasi bakteri pada persalinan preterm
mungkin tidak membutuhkan cairan amnion. Cox dan rekan kerja (1993)
menemukan bahwa sitokin dan sel-sel mediasi imunitas dapat teraktivasi di dalam
jaringan desidual yang membatasi membrane fetalis. Pada peristiwa ini, produk
sehingga berkontraksi
Etiologi
manifestasi klinis infeksi dan dengan membrane fetalis yang intak (Cox dan rekan
kerja, 1996; Watts dan kolega, 1992). Produk viral juga ditemukan (Reddy and
colleagues, 2001). Infeksi tidak terbatas pada cairan amnion. Pada penelitian yang
dilakukan pada 609 wanita dengan sectio caesarea dengan membrane yang intak,
Hauth dan rekan kerja (1998) mengkonfirmasi bahwa organism dari korioamnion
penyembuhan dari bakter patogen juga berhubungan secara terbalik dengan usia
kehamilan.
Faktor predisposisi
1. Persalinan prematur
2. Persalinan lama
6. Alkohol
7. Rokok
Gambaran Klinis
infeksi yang meningkat (Ho dan kolega, 2003). Jika korioamnionitis terdiagnosis,
Demam, suhu di atas 38°C (100.4°F) atau lebih tinggi disertai ruptur
Uterine tenderness
Diagnosis
1. Anamnesis
spesifik dan tidak selalu terbukti terjadi infeksi pada ibu. Sebagai contoh,
sulit dibedakan apakah infeksi terlebih dahulu atau ruptur membran terlebih
dahulu yang terjadi. Gambaran khasnya adalah selaput ketuban yang terlihat
eksudat) disertai infiltrasi leukosit perivaskular pada tali pusat clan pembuluh
2. Pemeriksaan Fisis
3. Pemeriksaan Penunjang
tidak dilakukan.
tidak) dan pada pasien yang PROM (apakah induksi perlu dilakukan).
Penatalaksanaan
48 jam.
1. Duff P. Maternal and perinatal infection. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson
JL, eds. Obstetrics: normal and problem pregnancies, 4th ed. Philadelphia, PA:
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-11-korioamnionitis/
HEPATITIS B PADA KEHAMILAN
Definisi
disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi akut dapat terjadi pada saat tubuh
terinfeksi untuk pertama kalinya. Infeksi akut ini dapat berubah menjadi kronis
berbahaya di dunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu
hati akut atau menahun. Seperti halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat
chloroform, = arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam
yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia
beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi
Faktor Predisposisi
• Transfusi darah
Mekanisme penularan
kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya tidak
Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus
setelah persalinan.
Secara horizontal, terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik
telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi
berdarah) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah
demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih / sklera).
selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata
tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti
teh.
Diagnosis:
Penatalaksanaan
a. Tatalaksana Umum
pertama kehamilannya.
b. Tatalaksana Khusus
Bila ibu dengan HbsAg positif maka bayi diberikan suntikan HBIG 0,5
ml IM pada lengan atas segera setelah lahir (dalam 12 jam kelahiran)
sisi lain pada saat yang sama kemudian pada usia 1 bulan dan 6 bulan.
Bila ibu dengan HbsAg negatif maka bayi hanya diberikan vaksin
Tidak ada larangan pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan ibu
HbsAg positif terutama bila bayi telah divaksinasi dan diberi HBIG setelah
lahir.
Pencegahan
3. Ibu hamil dengan HBs Ag (+), periksa HBe Ag, bila (+), beri HBIG dan
4. Ibu hamil dengan HBs Ag (+)/(-), HBe Ag (-), lakukan imunisasi aktif.
setiap bulan 0,16 cc/kg sampai 6 bulan, vaksin diberikan selambatnya 7 hari
pasca persalinan (dianjurkan diberikan segera setelah lahir pada sisi berlawanan
Pengertian
Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini sama-
sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang
spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap
adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin
keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa,
baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan
kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka
ragam.
a. Toxoplasma
Afrika Utara (Tunisia) oleh Nicolle dan Manceaux tahun 1908. Tahun
Castellan
b. Rubella
Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya
kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan
pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama
kira 10-20% pada minggu ke 16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena
susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-
gejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa
sebagian besar wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan
tidak mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila seorang wanita baru
d. Herpes Simplek
tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan
hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang
laten dan adanya kecenderungan untuk kambuh kembali. Ada 2 jenis virus
Cara Penularan
secara aktif (didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara
a. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi
manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui masakan sati yang setengah
matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak tidak semnpurna, termasuk
tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia
bulan
d. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya
e. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika
f. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH.
Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit
salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa
g. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit
juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi
apabila seorang yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang
antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar
yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu,
i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara
Oleh karena itu dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga
terkena penyakit tersebut maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada
beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek
- nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya terkena penyakit
TORCH.
Gejala klinis
a. Toxoplasma
adanya ulkus dangkal multiple yang nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan
- Demam,
- Letih
- Lesu
yang diserang
- Umumnya janin yang terinfeksi cmv lahir prematur dan berat badan
lahir rendah
d. Rubella
Tanda dan gejala yang muncul biasanya bertahan dalam dua hingga
- Sakit kepala
yang sama.
Diagnosis
suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar
bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang
lengkap, cacat fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak,
Penatalaksanaan
Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau
dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati.
Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus
Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG
Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya
rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi
pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup
lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu
%.
menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya
obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut.
Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada
waktu makan.
untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif
sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya
positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan
pengobatan.
INFEKSI MALARIA
Definisi
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh
Faktor Predisposisi
Demam
Menggigil/kedinginan/kaku
Sakit kepala
Nyeri otot/persendian
Diare
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
dan telapak tangan
Ikterik
Oliguria
Diagnosis
diagnostic test (RDT).
o Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT,
o Urinalisis
Tatalaksana
Malaria falsiparum
Untuk usia kehamilan <3 bulan, berikan kina 3×2 tablet selama 7 hari atau
bila demam.
Malaria vivaks
Untuk usia kehamilan > 3 bulan, berikan DHP 1 x 3 tablet (BB 41-59 kg) /
minum obat.
Anjurkan pasien untuk meneruskan minum tablet zat besi dan asam folat
di kebun.
menyelesaikan pengobatan.
ke Puskesmas, Pustu, atau Polindes segara bila ada 1 atau lebih tanda-
o Tidak sadar
o Kejang
o Muntah berulang
malaria berat.
ibu sendirian.
Jika ibu tidak sadarkan diri, periksa jalan napasnya dan posisikan ibu
bagian punggungnya.
kejang.
Bila menemukan ibu hamil dengan gejala malaria berat, maka
hamil trimester I).
sejumlah 2 ampul.
Referensi
Medika
http://www.edukia.org/web/kbibu/7-5-5-hepatitis-b/
4. WHO country office for Indonesia. Malaria. 2013. Available at
http://www.edukia.org/web/kbibu/7-5-4-malaria/
ABORTUS
1. Pendahuluan
persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan,
tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak
aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi
gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000).
Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak
2. Definisi
sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,3,4,5
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi
adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
atau lebih.5
genital.5
h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat
atau peritonium.5
3. Etiologi
a. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. 3Data ini
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari
autosom.3
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum
Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam
Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang
kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. 3 Gangguan genetik
b. Faktor anatomi
uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik
uterus adalah septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%),
dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%).3 Mioma uteri juga bisa
mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat dari gangguan passage dan
endometrium dapat juga berpengaruh.3 Selain itu, kelainan yang didapat misalnya
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti dapat
meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.1 Pada kelainan ini,
dilatasi serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28 minggu. 1
signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. 1
Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan
metoda yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten
namun, setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi
segmen uterus bahagian bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan
c. Faktor endokrin
sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem
humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi
janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk
abortus.3
korpus luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan jika diberikan
kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase luteal. Namum pada
saat ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk mendiagnosa kelainan
ini.3
implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang berlebihan pada
jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit
pada mukosa uterus berperan penting di mana sebahagian besar leukosit adalah
large granular cell, dan makrofag dengan sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai
NK untuk membunuh sel target dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA. 3
Trofoblast ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang
yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini akan
d. Faktor infeksi
sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.3 Infeksi janin
yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk
bertahan hidup.3
bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram
positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus.3 Infeki virus pada
misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan
varisella zoster.3
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian
abortus
e. Faktor imunologi
spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE. 3 Peluang terjadinya
pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. 3 Menurut
merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid. 3
- trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
- komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,
tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
fosfolipid)3
aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari
33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,
ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.3
f. Faktor trauma
bahan kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.6 faktor-
Pada wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2
kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok.1 Rokok mengandung ratusan
unsur toksik antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta.6 Karbon monoksida juga menurukan pasokan
oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.6 Meminum alkohol pada 8
anomali fetus.1 Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap
caffiene satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang
meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah
tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level
paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada
kontrol.1
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
signifikan.1
4. Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan
nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan
tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi
karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka,
biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.6 Perdarahan yang banyak terjadi karena
miometrium.6
5. Gambaran klinis
Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules. 1,2,3,4
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon
yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan
keluarnya fetus atau jaringan.6 Ini penting untuk melihat progress abortus. 6 Pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi infeksi
yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan
lembek, nyeri tekan,dan luekositosis.6 Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang
baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa
jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil
6. Diagnosis
6.1 Anamnesis
3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. 7 Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di
dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi
kurang 20 minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai
jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa
jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat
malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi,
keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak
sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di
liang vagina.4
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
tanda
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus
gestasi bawah,riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Kram atau Abortus
bawah,
ekspulsi
sebahagian
hasil konsepsi
Terbuka Lunak dan Mual/muntah, Abortus
janin, keluar
jaringan seperti
anggur
ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.6
7. Diagnosis banding.2
- polip endoserviks
- karsinoma serviks
8. Penatalaksanaan
dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan
seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa
dan penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang
khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan
aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual
(AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg
dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per
menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg
pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus
sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan
cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan
kultur.
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan,
Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang
lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus
diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2.
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal yang
biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang
adalah cerah kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya
setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali
bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat
atau infeksi. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan
kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri
setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan
9.1 Perdarahan.6
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
9.2 Perforasi.6
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.
9.3 Syok.6
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
9.4 Infeksi.6
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi yang
curiga DIC. Insidens adalah lebih dari 200 kasus per 100,000 aborsi.
10. Prognosis.6
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-inkomplit , accessed on
http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview , accessed on
http://emedicine.medscape.com/article/795439-overview , accessed on
TINJAUAN PUSTAKA
gravidarum merupakan bentuk yang paling berat dari mual dan muntah dalam
kehamilan 2.
1.12 Definisi
dengan penurunan berat badan dan ketosis 2. Kondisi ini dapat menyebabkan
hingga kematian 2.
1.13 Epidemiologi
50-90% kehamilan. Mual muntah pada kehamilan biasanya dimulai dari usia
kehamilan 9-10 minggu, memuncak pada minggu ke 11-13, dan pada sebagian
kasus menurun pada minggu ke 12-14 kehamilan. Pada 1-10% kehamilan, gejala
1.14 Etiologi
100
Penyebab penyakit ini masih belum diketahui pasti, tetapi diperkirakan
1.15 Patofisiologi
gravidarum, yaitu: 2
a. Perubahan hormonal
fungsi tiroid akan kembali normal pada pertengahan trimester kedua tanpa
b. Disfungsi gastrointestinal
101
gangguan tiroid, abnormalitas vagal dan simpatik, dan sekresi vasopresin
c. Gangguan metabolik
memiliki kekurangan dalam native thiol dan total thiol, berkorelasi dengan
d. Perubahan lipid
e. Sistem penciuman
mual.
f. Genetik
102
pada saat kehamilan dan wanita yang lahir tanpa adanya hiperemesis saat
g. Psikologis
1.16 Klasifikasi
Tingkat I
lendir dan sedikit cairan empedu. Nadi meningkat sampai 100x/menit dan
tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung, lidah kering, dan turgor kulit
Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat > 100-140 x/menit, tekanan darah sistolik < 80
mmHg, apatis, kulit pucat, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun
Tingkat III
103
Sangat jarang terjadi. Ditandai dengan gangguan kesadaran (delirium-koma),
1.17 Diagnosis
1.17.1 Anamnesis 1
Mulai terjadi pada trimester pertama, keluhan yang sering adalah mual,
sehari-hari terganggu.
(livide)
kehamilan molahidatidosa
1.18 Penatalaksanaan 1
104
Stop makanan per oral 24-48 jam
Obat
gizi.
105
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua gizi, kecuali
kalsium.
1.19 Komplikasi 1
Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus
ke-6, nistagmus, ataksia, dna kejang. Jika tidak segera ditangani, akan terjadi
ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu
Fetal
106
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo. h 814-818
http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#showall
107
PREEKLAMPSIA
A. Definisi
keduainvasi trofoblas saat kehamilan 16-20 minggu kehamilan, hal ini pada
makinmeningkat tersebut, hasil dari disfungsi plasenta inilah yang tampak secara
ditinjaukembali.
sebagaisuatu tekanan darah yang menetap ≥ 140/90 mmHg pada wanita yang
urine > 300mg/24 jam atau ≥ +1pada urinalisis bersih tanpa infeksi traktus
diagnosis.
108
B. Epidemiologi
pada wanita dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi kronis dan
penyakit ginjal. Pada ibu hamil primigravida terutama dengan usia muda lebih
predisposisi lainnya adalah usia ibu hamil dibawah 25 tahun atau diatas 35 tahun,
a Usia
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat.
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi
yang menetap.
b. Paritas
c. Faktor Genetik
109
Jika ada riwayat preeklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor
risiko meningkat sampai 25%. Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive
trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin. Terdapat bukti bahwa
sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita preeklampsia. Atau
d. Diet/gizi
yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang
obese/overweight.
e. Tingkah laku/sosioekonomi
janin terhambat yang jauh lebih tinggi. Aktifitas fisik selama hamil atau
f. Hiperplasentosis
g. Mola hidatidosa
Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini/pada usia
110
kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga
h. Obesitas
preeklampsia jelas ada, dimana terjadi peningkatan insiden dari 4,3% pada
wanita dengan Body Mass Index (BMI) < 20 kg/m2 manjadi 13,3% pada
i. Kehamilan multiple
ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu
kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan
pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin lebih dari
satu.
C. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum
diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab dari
penyakit ini tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori
mola hidatidosa. Selain itu teori tersebut harus dapat menjelaskan penyebab
111
penyebab terjadinya perbaikan keadaan penderita setelah janin mati dalam
proteinuria, kejang dan koma. Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
teori”. Namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori
plasenta”. Teori ini pun belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan
terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti
112
3. Peran Faktor Genetik
yang dibawa melalui sirkulasi ke dalam intra sel. Peningkatan kadar kalsium
113
menyebabkan ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat
dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang berkurang. Selain itu hipoperfusi
aldosteron) sehingga terjadi tonus pembuluh darah yang lebih tinggi. Oleh
pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai
Jika endotel mengalami gangguan oleh berbagai hal seperti shear stress
dan proteinuria. Jika terjadi disfungsi endotel maka pada permukaan endotel
114
akan diekspresikan molekul adhesi. seperti vascular cell adhesion molecule-1
kadar soluble VCAM-1 ditemukan dalam supernatant kultur sel endotel yang
peningkatan molekul adhesi lain seperti ICAM-1 dan E-selektin. Oleh karena
D. Patofisiologi
2. Hipovolemia Intravaskuler
115
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan volume plasma hingga mencapai
menyeluruh pada sistem pembuluh darah arteriole dan pra kapiler pada
hipertensi akan berada dalam syok kronik. Perjalanan klinis dan temuan
116
kemungkinan disebabkan oleh vasospasme dan iskemia, telah ditemukan pada
akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot polos pembuluh
darah, reaksi imunologi, maupun radikal bebas. Semua ini akan menyebabkan
lain-lain). Selain itu, jejas endotel juga menyebabkan gangguan pada sistem
fungsi normal berbagai macam organ dan sistem. Gangguan ini dibedakan atas
efek terhadap ibu dan janin, namun pada dasarnya keduanya berlangsung
secara simultan. Gangguan ibu secara garis besar didasarkan pada analisis
E. Manifestasi Klinis
Otak
penguat endotel akan terbuka dan dapat menyebabkan plasma dan sel-sel darah
117
petekie atau perdarahan intrakranial yang sangat banyak. Pada penyakit yang
belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri.
preeklampsia, aliran darah ke otak dan penggunaan oksigen otak masih dalam
batas normal. Pemakaian oksigen pada otak menurun pada pasien eklampsia.
(2)
Perubahan Kardiovaskuler.
kehamilan atau yang secara iatrogenic ditingkatkan oleh larutan onkotik atau
Mata
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat.
Spasmus arteri retina yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang
berat, tetapi bukan berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan.
Pada preeklampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intraokuler
118
Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan
gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam
retina.
Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat dan eklampsia
dan merupakan penyebab utama kematian. Edema paru bisa diakibatkan oleh
cairan yang sangat banyak. Hal ini juga dapat berhubungan dengan penurunan
pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang dihasilkan oleh hati.
Hati
serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta.
besar penyebab terjadinya peningkatan enzim hati dalam serum. Perdarahan pada
lesi ini dapat menyebabkan ruptur hepatika, atau dapat meluas di bawah kapsul
119
Ginjal
yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam
urat plasma biasanya meningkat, terutama pada wanita dengan penyakit berat.
volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada
plasma dapat meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau
berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan
intrinsik ginjal yang ditimbulkan oleh vasospasme hebat yang dikemukakan oleh
Kelainan pada ginjal yang penting adalah dalam hubungan proteinuria dan
retensi garam dan air. Taufield (1987) dalam Cunningham (2005) melaporkan
120
Untuk mendiagnosis preeklampsia atau eklampsia harus terdapat
minimal terdapat 300 mg protein per 24 jam pada 92% kasus. Sebaliknya,
proteinuria yang samar (trace) atau negatif memiliki nilai prediktif negatif hanya
34% pada wanita hipertensif. Kadar dipstick urin +3 atau +4 hanya bersifat
terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Maka ekskresi
Filtrasi yang menurun hingga 50% dari normal dapat menyebabkan diuresis turun,
bahkan pada keadaan yang berat dapat menyebabkan oligouria ataupun anuria.
normal pada tujuh wanita dengan preeklampsia berat yang mengalami oligouria
globulin dan transferin. Biasanya molekul-molekul besar ini tidak difiltrasi oleh
proses glomerulopati. Sebagian protein yang lebih kecil yang biasa difiltrasi
Darah
121
destruksi eritrosit (lebih jarang) sering dijumpai pada preeklampsia menurut
yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/μl yang ditemukan
pada 15-20% pasien. Level fibrinogen meningkat sangat aktual pada pasien
preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Level
peningkatan enzim hati dan jumlah platelet rendah. Sindrom biasanya terjadi tidak
jauh dengan waktu kelahiran (sekitar 31 minggu kehamilan) dan tanpa terjadi
normal dalam dua hingga tiga hari setelah kelahiran tetapi trombositopenia bisa
kisaran normal pada ibu tidak hamil. Pada retensi natrium dan atau hipertensi,
darah.
natriuretik atrium. Hal ini terjadi akibat ekspansi volume dan dapat menyebabkan
meningkatnya curah jantung dan menurunnya resistensi vaskular perifer baik pada
122
normotensif maupun preeklamptik. Hal ini menjelaskan temuan turunnya
Pada pasien preeklampsia, jumlah natrium dan air dalam tubuh lebih banyak
mengeluarkan air dan garam dengan sempurna. Hal ini disebabkan terjadinya
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu dan pada
hipertensi yang singkat dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat
Kenaikan tonus dari otot uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering
123
pada segmen miometrium dari arteri spiralis. Atheroma akut adalah nekrosis
arteriopati pada ujung-ujung plasenta yang mirip dengan lesi pada hipertensi
lumen vaskular. Lesi ini dapat menjadi pengangkatan lengkap dari pembuluh
F. Klasifikasi
• Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,
• Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
• Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam/kurang dari 0,5
cc/kgBB/jam.
epigastrium.
124
• Hemolisis mikroangiopatik
• Sindrom HELLP.
G. Diagnosis
Gejala subjektif
gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan
pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.
Pemeriksaan fisik
dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat ≥ 140/90 mmHg pada
preeklampsia ringan dan ≥ 160/110 mmHg pada preeklampsia berat. Selain itu
otak.
Penemuan Laboratorium
ringan kadarnya secara kuantitatif yaitu ≥ 300 mg perliter dalam 24 jam atau
125
secara kualitatif +1 sampai +2 pada urine kateter atau midstream. Sementara pada
preeklampsia berat kadanya mencapai ≥ 500 mg perliter dalam 24 jam atau secara
kualitatif ≥ +3.
benang fibrin dan faktor koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya meningkat
diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada
preeklampsia berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat
H. Penatalaksanaan
preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin
1.Preeklampsia Ringan
aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena
pada ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut
kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan
126
sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas
ginjal masih normal. Pada preeklampsia ibu hamil umumnya masih muda,
berarti fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam. Diet
yang mengandung 2 gram natrium atau 4-6 gram NaCl (garam dapur) adalah
cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi
cairan yang banyak, berupa susu atau air buah. Diet diberikan cukup protein,
pemeriksaan laboratorium HB, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi
Rawat inap
rumah sakit ialah a) Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria
selama 2 minggu b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia
127
Doppler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan
sampai ≤ 37 minggu. Pada kehamilan preterm (<37 minggu) bila tekanan darah
2.Preeklampsia Berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut
kehamilan.
plasenta baik akut maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress
penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan. Pemeriksaan
sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda tanda klinik berupa :
128
nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium dan kenaikan cepat berat
Medikamentosa
rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan
terjadinya edema paru dan oligouria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut
belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan
karena itu monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output
dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda tanda edema paru, segera dilakukan
129
yang tiap 1 liternya diselingi dengan infuse ringer laktat (60-125 cc/jam) 500
cc.
terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.
kejang, dapat menghindari resiko aspirasi asam lambung yang sangat asam.
MgSO4
fenitoin, berdasar Cochrane review terhadap enam uji klinik yang melibatkan
rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan
ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat
kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan
- Loading dose : initial dose 4 gram MgSO 4: intravena, (40 % dalam 10 cc)
selama 15 menit
130
- Maintenance dose : Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer/6 jam;
- Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah
Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang yaitu diazepam atau
otak dan efek antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi intravena. Fenitoin
131
Diuretikum
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paruparu,
janin.
Antihipertensi
mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmhg dan MAP ≥ 126
mmHg.
penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan
mencapai < 160/105 atau MAP < 125. Jenis antihipertensi yang diberikan
sangat bervariasi. Obat antihipertensi yang harus dihindari secara mutlak yakni
(apresoline) injeksi (di Indonesia tidak ada), suatu vasodilator langsung pada
labetalol injeksi, suatu alfa 1 bocker, non selektif beta bloker. Obat-obat
132
antihipertensi yang tersedia dalam bentuk suntikan di Indonesia ialah clonidin
mg dalam 24 jam
iv/kg/5 menit.
Kortikosteroid
ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x 24 jam. Obat ini juga
pemberian medikamentosa.
133
2. Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan
Perawatan konservatif
tanpa disertai tanda –tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif,
kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai
Bila setelaah 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini dianggap sebagai
preeklampsia ringan.
Perawatan aktif
Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah
ini, yaitu:
Ibu
laboratorik memburuk
134
Janin
4. Terjadinya oligohidramnion
Laboratorium
dengan cepat
Referensi
135
8. Prawirohardjo Sarwono dkk. Ilmu Kebidanan, Hipertensi Dalam
136
EKLAMPSIA
A. Definisi
Dahulu, disebut pre eklampsia jika dijumpai trias tanda klinik yaitu :
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi sekarang edema
tidak lagi dimasukkan dalam kriteria diagnostik, karena edema juga dijumpai pada
klonik yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita
pre eklampsia juga disebut eklampsia. Namun kita harus membatasi definisi
diagnosis tersebut pada wanita yang mengalami kejang dan kematian pada kasus
tanpa kejang yang berhubungan dengan pre eklampsia berat. Mattar dan Sibai
dengan eklampsia antara tahun 1978 – 1998 di sebuah rumah sakit di Memphis,
adalah solutio plasentae (10 %), defisit neurologis (7 %), pneumonia aspirasi
(7 %), edema pulmo (5 %), cardiac arrest (4 %), acute renal failure (4 %) dan
kematian maternal (1 %)
sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini
adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana
137
jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan
invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua.
Hal ini akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna
Eklampsia biasanya terjadi akibat oedema otak yang luas, yang terjadi
penyebab terjadinya udem serebri fokal yaitu adanya vasospasme dan dilatasi
metabolisme energi pada membrane sel sehingga akan terjadi kegagalan ATP-
dependent Na/K pump yang akan menyebabkan udem sitotoksik Apabila proses
ini terus berlanjut dapat terjadi rupture membrane sel yang menimbuklan lesi
barier otak dengan terbukanya tight junction sel-sel endotel pembuluh darah.
Udem vasogenik ini mudah meluas keseluruh sistem saraf pusat yang
138
hanya terjadi pada 6% saja, dan 30%-nya dapat berkembang menjadi herniasi
C. Faktor Predisposisi
kronik, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah
dan eklampsia.
D. Manifestasi Klinis
saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan.
Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari
daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian
seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat
berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka
dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata,
otot – otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan
relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang – kadang
139
begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat
tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot –
otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara
berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya
normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti
dengan kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan
Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi
Namun pada kasus – kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan
kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan
asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat
140
apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan
saraf pusat.
E. Penatalaksanaan
Parkland Hospital dan rejimen ini sampai sekarang masih digunakan. Pada tahun
Circulation
selanjutnya dapat diikuti dengan pemberian MgSO4 per infus atau MgSO4
periodik.
4. Pemberian obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk
berbahaya. Batasan yang digunakan para ahli berbeda – beda, ada yang
mengatakan 100 mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli mengatakan 110
mmHg.
141
6. Hindari penggunaan diuretik dan batasi pemberian cairan intra vena
kecuali pada kasus kehilangan cairan yang berat seperti muntah ataupun
7. Terminasi kehamilan
Pengobatan Medisinal
1. MgSO4 :
Initial dose :
masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual atau oral
tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah diastolik jangan
142
kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah maksimal 30%.
didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
3. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar
2000 ml, berpedoman kepada diuresis, insensible water loss dan CVP .
Pemberian oksigen.
Pada koma yang lama ( > 24 jam ), makanan melalui hidung ( NGT
143
- Edema paru
- Edema anasarka
sesarea.
Catatan:
intoksikasi MgSO4.
Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/
diurese
Pengobatan Obstetrik :
2. Terminasi kehamilan
144
Sikap dasar : bila sudah stabilisasi ( pemulihan ) hemodinamika dan
metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :
F. Komplikasi
Setelah persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal
menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler
kronis.
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi
karena pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas
yang disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena
145
penderita mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat dan
bersamaan atau beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang
masiv. Apabila perdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat
mengalami hemiplegia. Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia
lebih tua dengan riwayat hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan
malformation.
terjadinya iskemia atau edema pada lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk
dapat melihat kembali adalah baik dan biasanya pengelihatan akan pulih dalam
waktu 1 minggu.
yang berat bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat
edema serebri yang luas. Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula
Pada kasus yang jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis,
penderita berubah menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari
sampai sampai 2 minggu namun prognosis penderita untuk kembali normal baik
146
antipsikosis dengan dosis yang tepat dan diturunkan secara bertahap terbukti
G. Prognosis
1997 kira – kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat
bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan
Referensi
1. Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders
Wayne R. Cohen
147
5. Sibai BM. Hypertension in pregnancy. In : Obstetrics normal and problem
183 : S1 – S22.
148
JANIN TUMBUH LAMBAT
1. Definisi
pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter
(lingkar kepala, berat badan, panjang badan). Bayi yang beratnya dibawah 10
2. Faktor Resiko
kecil karena adanya faktor genetik, tetapi kebanyakan bayi dengan IUGR
Diabetes
149
Infeksi
Anemia
Rokok,obat,alkohol
Multiple gestation
Malformasi janin.
3. Klasifikasi.
tipe simetris dan tipe II atau tipe asimetris. Kedua tipe ini kemungkinan
terjadi akibat perbedaan saat mula timbul dan lama kejadian yang
mengemukakan tiga fase pertumbuhan seluler dalam plasenta dan janin. Fase
pertama terdiri dari peningkatan jumlah sel (hiperplasi), fase kedua adalah
peningkatan jumlah dan ukuran sel (hiperplasia dan hipertrofi) dan fase ketiga
Tipe I (simetris)
cedera toksik yang sangat dini, yaitu pada saat pertumbuhan janin terutama
pertumbuhan kepala, badan dan ekstremitas yang tidak adekuat, dan biasanya
terjadi pada 25% kasus IUGR. Paling sering disebabkan kelainan struktur dan
150
Tipe II (Asimetris)
terjadi akibat efek yang merugikan pada fase hipertrofi seluler yaitu fase yang
pertumbuhan yang asimetris akan mempunyai jumlah sel yang sesuai tetapi
berukuran lebih kecil dari normalnya. Cedera janin pada saat ini diperkirakan
terjadi dini pada kehamilan, dan keadaan ini benar-benar terlihat secara klinis.
pada sistem saraf pusat. Proses patologis yang paling sering mengakibatkan
kejadian tersebu dapat terlihat pada janin kembar ketika suplai darah dan
151
Semua perubahan dalam aliran darah uteroplasenta danpengangkutan
oksigen serta nutrien berlangsung dalam suatu periode yang panjang, yang
darahnya berkurang sehingga tedapat hati dan lingkaran abdomen yang lebih
152
Tipe intermediate (Kombinasi simetrik dan asimetrik)
kombinasi efek maternal dan fetal di samping saat mula timbul dan lama
cedera.
a. Obat-obatan teratogenik
b. Malnutrisi berat
4. Gejala klinik
kepala dan tubuh yang tidak cukup, rasio lingkar kepala dan lingkar perut
terhindar, sehingga ukuran kepala lebih besar daripada ukuran perut. Baik
5. Diagnosa
153
a. tinggi fundus uteri berkurang lebih dari 2 cm dibanding umur gestasi yang
autoimmune.
b. lingkar kepala
c. lingkar perut
e. panjang femur
Pemeriksaan Klinis
2. Tekanan darah
3. Denyut nadi
4. Pemeriksaan sistemik
5. IPPA
154
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Penunjang
- Perbandingan biparietal
6. Diagnosis banding
Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang
tubuhnya kecil secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jika
wanita itu memulai kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100 pound.
Resiko melahirkan bayi yang kecil menurut usia gestasionalnya akan meningkat
paling tidak dengan sebanyak dua kali lipat (Eastman dan Jackson,1986;Simpson
dkk.,1975). Pada wanita yang kecil dengan ukuran panggul yang kecil, kelahiran
bayi yang kecil dengan berat lahir yang secara genetic dibawah berat lahir rata-
rata untuk masyarakat umum, tidak selalu merupakan kejadian yang tidak
dikehendaki.
Penatalaksanaan
155
Tatalaksana tergantung dari berat ringannya dari keterbelakangan
pertumbuhan dalam rahim(IUGR) dan seberapa cepat masalah ini dimulai pada
keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim (IUGR) itu terjadi, maka resiko yang
dihadapi akan semakin besar pada janinnya. Monitoring yang teliti terhadap janin
dengan IUGR dan test yang terus menerus akan sangat dibutuhkan.
Di bawah ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
fetus.
Ultrasound
156
digunakan untuk melihat organ dalam sesuai fungsinya, dan untuk
umbilicalis.
- Pada IUGR yang sedang, pengujian dua kali setiap minggu diindikasikan.
Kalau NST reaktif atau OCT negative dan volume cairan amnion
memadai, kehamilan harus dibiarkan berlanjut, karena tidak ada data untuk
menyokong kelahiran dini dari bayi ini dengan tidak adanya bukti gawat
Kalau NST menjadi nonreaktif disertai dengan OCT yang positif dan
7. Pengobatan
Sebelum Kehamilan :
157
Perbaikan nutrisi dan berhenti merokok adalah dua pendekatan yang
pasti memperbaiki pertumbuhan janin pada wanita yang terlalu kurus atau
sebelumnya.
Antepartum :
meminimalkan efeknya.
4. Perjalanan penyakit
1. Nutrisi
2. Merokok
158
Karena merokok mempengaruhi berat lahir pada setengah kehamilan,
3. Bed rest
Istirahat di rumah sakit atau di rumah pada posisi lateral kiri dapat
4. Persalinan
8. Prevensi
resiko dari IUGR, seperti merokok dan nutrisi maternal yang buruk. Dengan
dapat membantu menurunkan resiko dari IUGR. Deteksi dini juga dapat
9. Prognosis
sesudah kelahiran
159
Untuk perkembangan kognitif dan neurology akan berjalan lebih baik
160
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: YBB-SP
4. Anonymous,2007.http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=398&idktg=19&idobat=&UID=20080222191500125.164.203.
26
161
ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL
1.1 DEFINISI
Kondisi ibu dengan kadar Hb di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
1.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi sekitar 35-75% serta
1.3 ETIOLOGI
1.4 PATOFISIOLOGI
162
proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
maternal ke janin untuk eritopoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan dan
laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2
liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia
defisiensi besi.
Gejala umum anemia : badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang,
Gejala khas : koilonychias, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, disfagia, atrofi
1.6 TATALAKSANA
Bila pemeriksaan hapusan darah tepi tidak tersedia, maka berikan suplementasi
tablet besi dan asam folat (60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat) diberikan
163
sampai 42 hari pasca salin. Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam
Bila hasil hapusan darah tepi menunjukkan mikrositik hipokrom : cek kadar
ferritin. Kadar ferritin < 15ng/ml berikan terapi dosis setara 180 mg besi
elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal lakukan pemeriksaan SI dan
TBC.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsler, soenita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka :
jakarta
2. Fatimah, Hadju et al. 2011. Pola konsumsi dan kadar hemoglobin pada ibu
Jakarta
3. Kemenkes RI. 2013. Buku Saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
164
4. Ojofeitimi EO, Ogunjuyigbe PO, Sanusi, et al. 2008. Poor Dietary Intake of
prawirohardjo : Jakarta.
dan oral pada anemia defisiensi besi dalam kehamilan. Maj kedktr Indon.
165
PERSALINAN PRETERM
Definisi
Diagnosis PPI dibuat jika pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu mengalami kontraksi yang teratur, setidaknya sekali setiap 10 menit, yang
dapat berhubungan dengan dilatasi dan/atau penipisan dari serviks. Pendapat lain
mengatakan PPI adalah persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG 1995). Namun, batas
bawah usia kehamilan yang digunakan untuk membedakan PPI dengan abortus
Semarang tahun 2005 menetapkan bahwa PPI adalah persalinan yang terjadi pada
prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum 37 minggu , dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan
saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
166
Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata,
di bawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari
2.500 gram. Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
partus prematurus iminen adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
akan timbul persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (28 sampai 37
Epidemiologi
Pemicu obstetri yang mengarah pada PPI antara lain: (1) persalinan atas
indikasi ibu ataupun janin, baik dengan pemberian induksi ataupun seksio sesarea;
(2) PPI spontan dengan selaput amnion utuh; dan (3) PPI dengan ketuban pecah
dini, terlepas apakah akhirnya dilahirkan pervaginam atau melalui seksio sesarea.
Sekitar 30-35% dari PPI berdasarkan indikasi, 40-45% PPI terjadi secara spontan
dengan selaput amnion utuh, dan 25-30% PPI yang didahului ketuban pecah dini.
Konstribusi penyebab PPI berbeda berdasarkan kelompok etnis. PPI pada wanita
kulit putih lebih umum merupakan PPI spontan dengan selaput amnion utuh,
sedangkan pada wanita kulit hitam lebih umum didahului ketuban pecah dini
sebelumnya. PPI juga bisa dibagi menurut usia kehamilan: sekitar 5% PPI terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu (extreme prematurity), sekitar 15%
terjadi pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar 20% pada
usia kehamilan 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia
167
kehamilan 34-36 minggu (near term). Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan
angka kejadian PPI, yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah
Etiologi
Saat ini, telah diketahui bahwa penyebab PPI multifaktorial dan sesuai
polihidramnion),
trikomonas),
adrenal, baik pada ibu maupun janin (misalnya, karena stres pada ibu atau
janin), dan
Tabel 2.1 Etiologi dan alur PPI yang diakui secara umum
168
Faktor Risiko
faktor risiko yang diketahui berperan pada PPI, dan pengetahuan terhadap adanya
faktor risiko ini penting dalam menilai kemungkinan terjadinya PPI. Namun
sayangnya upaya untuk menilai faktor risiko tersebut tidaklah mudah, karena
lebih dari setengah dari PPI terjadi pada wanita yang tidak memiliki faktor risiko
yang jelas.
1. Kehamilan multipel
2. Polihidramnion
3. Anomali uterus
169
Faktor risiko minor
2. Riwayat pielonefritis
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor;
a. Faktor ibu
Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi,
berat.
b. Faktor kehamilan
c. Faktor janin
Disamping faktor risiko di atas, faktor risiko lain yang perlu diperhatikan
adalah tingkat sosio-biologi (seperti usia ibu, jumlah anak, obesitas, status
170
kehamilan yang diperoleh melalui bantuan medikasi, terlambat atau tidak
asuhan prenatal serta penyuluhan agar ibu dapat mengurangi risiko tambahan.
Patogenesis
Penyebab PPI multifaktorial dan dapat saling berinteraksi satu sama lain.
Stres yang didefinisikan sebagai tantangan baik psikologis atau fisik, yang
atau ibu. Stres semakin diakui sebagai faktor risiko penting untuk PPI. Beberapa
171
penelitian telah menemukan 50% hingga 100% kenaikan angka kelahiran preterm
berhubungan dengan stres pada ibu, dan biasanya merupakan gabungan dari
tubuh, dan proses perilaku (seperti depresi) telah dikaitkan dengan PPI terkait
stres. Namun, proses yang paling penting, yang menghubungkan stres dan
dilepaskan dari kultur sel plasenta manusia dalam dosis yang sesuai responnya
oksitosin, angiotensin II, dan interleukin-1 (IL-1). Dalam penelitian in vivo juga
ditemukan hubungan yang signifikan antara stres psikososial ibu dan kadar CRH,
ACTH, dan kortisol plasma ibu. Beberapa penelitian menghubungkan kadar awal
CRH plasma ibu dengan waktu persalinan. Hobel dkk. melakukan penilaian kadar
wanita yang melahirkan aterm, wanita yang melahirkan preterm memiliki kadar
CRH selama kehamilan. Selain itu, mereka menemukan bahwa tingkat stres
172
Gambar 2.2 Alur yang umum terjadi pada PPI
Data ini menunjukan bahwa hubungan antara stres psikologis ibu dan
Pada persalinan term, aktivasi CRH plasenta sebagian besar didorong oleh aksis
HPA janin dalam suatu feedback positif pada pematangan janin. Pada PPI, aksis
HPA ibu dapat mendorong ekspresi CRH plasenta. Stres pada ibu, tanpa adanya
biologi dari stres termasuk kortisol dan epinefrin, yang mengaktifkan ekspresi
173
CRH plasenta. CRH plasenta, pada gilirannya, dapat menstimulasi janin untuk
aktivasi aksis HPA janin) dan menstimulasi plasenta untuk mensintesis estriol dan
yang umum pada berbagai alur yang meliputi stres, perdarahan, preeklampsia, dan
infeksi. Asfiksia memainkan peranan penting dalam PPI, bayi lahir mati, dan
kronik), dan ditandai oleh aktivasi aksis HPA janin dan berikutnya kelahiran
preterm.
persalinan prematur spontan (gambar 3). Invasi bakteri pada rongga koriodesidua,
174
menyebabkan pecah ketuban. Metalloprotease juga meremodeling kolagen dalam
Terdapat jalur lain yang memiliki peranan yang hampir sama. Sebagai
janin itu sendiri. Pada janin dengan infeksi, peningkatan produksi corticotropin-
ketika fetus itu sendiri terinfeksi, produksi sitokin fetus meningkat dan waktu
175
Gambar 2.5 Alur kolonisasi bakteri koriodesidua yang menyebabkan persalinan
prematur
biasanya dihubungkan dengan PPI dan ketuban pecah dini. Lesi plasenta
dilaporkan 34% dari wanita dengan PPI, 35% dari wanita dengan ketuban pecah
dini, dan 12% kelahiran term tanpa komplikasi. Lesi ini dapat dikarakteristikan
sebagai kegagalan dari transformasi fisiologi dari arteri spiralis, atherosis, dan
176
longitudinal miometrium, secara in vitro. Baru-baru ini, observasi in vitro
peningkatan aktivitas uterus secara klinis yang diamati pada abrupsi plasenta serta
Mungkin juga terdapat hubungan antara trombin dan ketuban pecah dini.
janin dan choriodesidua, serta terlibat terhadap KPD, seperti dibahas di bawah ini.
MMP-9 pada sel-sel desidua dan membran janin yang dikumpulkan dari
Abrupsi plasenta terbuka, sebuah contoh ekstrim dari perdarahan desidua, ditandai
infiltrasi neutrofil pada desidua, sumber yang kaya protease dan MMPs. Ini
desidua.
ovulasi dan fertilisasi in vitro, dan merupakan satu dari penyebab yang paling
177
penting dari PPI di negara-negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, ART
merupakan 1% dari semua kelahiran hidup, tetapi 17% dari semua kehamilan
multipel; 53% neonatus hasil dari ART pada tahun 2003 merupakan anak kembar.
Mekanisme dari distensi uterus yang berlebihan hingga menyebabkan PPI masih
protein gap junction, seperti connexin-43 (CX-43) dan CX-26, serta menginduksi
menunjukan peningkatan produksi IL-8 dan kolagen, yang pada gilirannya akan
mengenai uterine overdistension hingga saat ini belum ada, dan penelitian pada
Insufisiensi serviks
pada trimester kedua, tetapi baru-baru ini bukti menunjukan bahwa gangguan
variasi yang cukup luas, termasuk PPI. Insufisiensi serviks secara tradisi telah
trimester kedua, tanpa adanya kontraksi uterus. Terdapat lima penyebab yang
diakui atau dapat diterima, yaitu: (1) kelainan bawaan; (2) in-utero
178
Secara tradisi, wanita dengan riwayat insufisiensi serviks akan disarankan
cerclage mungkin tidak selalu tepat dan lebih baik diprediksi oleh panjang serviks
dengan risiko PPI. Selanjutnya, terdapat hubungan antara panjang serviks dari
kehamilan berikutnya, tetapi tidak ada hubungannya antara riwayat obstetri dari
serviks prematur, hasil dari proses patologis. Infeksi dan inflamasi mungkin
dengan dilatasi serviks asimptomatik pada trimester kedua, dan 9% dari pasien
Selain berhubungan dengan beberapa hal di atas, risiko PPI juga meningkat
pada perokok. Mekanisme meningkatnya risiko PPI pada wanita yang merokok
sampai saat ini belum jelas. Terdapat lebih dari 3000 bahan kimia dalam batang
179
Namun, baik nikotin dan karbon monoksida merupakan vasokonstriktor yang kuat
prostaglandin dehydrogenase).
yang juga dianggap dapat meningkatkan risiko PPI, melalui peningkatan produksi
sitokin.
Cara utama untuk mengurangi risiko PPI dapat dilakukan sejak awal,
berisiko, untuk diberi penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap PPI serta
dalam meramalkan terjadinya PPI. Bila dijumpai seviks pendek (< 1 cm) disertai
180
dengan pembukaan yang merupakan tanda serviks matang/inkompetensi serviks,
Skoring risiko
Metode skoring risiko ini dirancang oleh Papiernik dan dimodifikasi oleh
Creasly dkk. Pada metode ini, diberikan skor 1 sampai 10 untuk berbagai macam
faktor risiko, antara lain sosioekonomi, riwayat obstetri, kebiasaan hidup, serta
penyulit kehamilan yang dihadapi saat ini. Wanita dengan skor 10 atau lebih
dianggap berisiko tinggi mengalami PPI. Meskipun Creasy dkk. serta Covington
prakteknya, penerapan metode ini belum terbukti berguna. Dan karena metode ini
sangat bergantung dengan riwayat obstetri sebelumnya, maka metode ini tidak
sesuai untuk nulipara. Oleh karena itu, metode ini tidak menawarkan keuntungan
telematika dari kontraksi rahim, dengan menggunakan alat sensor kontraksi yang
kecil yang dipasang dipinggang, kemudian hasil aktivitas uterus akan dihantarkan
181
kesehatan akan memberikan saran serta dukungan setiap harinya terhadap pasien
aktivitas uterus di rumah tersebut tidak efektif dalam mencegah PPI, baik pada
wanita yang berisiko rendah atau wanita yang berisiko tinggi. Bahkan penggunaan
metode ini akan meningkatkan kunjungan diluar jadwal asuhan prenatal yang
tokolisis profilaktik pada wanita hamil. Selain itu metode ini membutuhkan biaya
yang cukup besar dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, metode ini tidak
Estriol saliva
konsentrasi estriol saliva ibu dengan kelahiran preterm. Hal ini dapat dijelaskan
Diperkirakan pada kehamilan manusia, aktivasi prematur dari aksis HPA pada PPI
akan meningkatkan kadar estriol pada serum dan saliva ibu, dan ini dapat menjadi
mengalami PPI atau aterm. Tingkat estriol saliva ibu menggambarkan tingkat
estriol dalam serum ibu, dan estriol saliva digunakan untuk menilai risiko PPI
182
Dua penelitian prospektif menunjukan bahwa estriol saliva lebih efektif
dalam memprediksi PPI dibandingkan metode skoring risiko. Namun, tes ini
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang sangat buruk, dan memiliki tingkat
positif palsu yang sangat tinggi, yang dapat meningkatkan biaya perawatan
kehamilan karena intervensi yang tidak perlu. Tingkat estriol saliva dapat diukur
bahwa tingkat estriol saliva positif satu (≥ 2,1 ng/ml) dapat memprediksikan suatu
peningkatan risiko PPI 3-4 kali lipat pada wanita dengan resiko rendah maupun
tinggi. Jika dua kali secara berturut-turut hasil tes positif, ini menunjukan
merupakan tindakan yang tidak invasif, sampel saliva yang mudah didapatkan,
persalinan.1 Namun, adanya variasi diurnal dari tingkat estriol saliva ibu, serta
penelitian lebih lanjut mengenai intervensi dan pengobatan yang potensial pada
pecah dini, infeksi korion dan amnion, serta infeksi cairan amnion. Platz-
bakterialis dapat mencetuskan PPI dengan suatu mekanisme yang serupa dengan
183
jalur jaringan sitokin yang diusulkan untuk bakteri cairan amnion. Banyak
2. adanya “clue cells” (sel epitel vagina yang terlapis tebal oleh basil) pada
pewarnaan gram
Bukti terkini tidak mendukung skrining dan terapi pada semua wanita hamil
yang ditujukan untuk vaginosis bakterialis. Untuk wanita risiko tinggi dengan
riwayat PPI sebelumnya, skrining dan terapi vaginosis bakterialis dapat mencegah
PPI pada sebagian dari wanita. Namun, meta-analisis terbaru menunjukan banyak
kesimpulan yang pasti. Telah banyak hasil yang tidak meyakinkan dan tidak
molekul yang berbeda oleh berbagai jenis sel, termasuk hepatosit, sel ganas,
fibroblast, sel endotel, dan amnion janin. Glikoprotein ini terdapat dalam
konsentrasi tinggi di darah ibu dan di cairan amnion, serta dianggap memainkan
peranan pada adhesi antarsel dalam kaitannya terhadap implantasi serta dalam
184
mempertahankan adhesi plasenta ke desidua. Fibronektin janin diukur dengan
terdeteksi pada sekret serviks sampai usia kehamilan 16-20 minggu. Pada
kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau lebih
pada sekret servikovagina sebelum selaput amnion pecah dapat menjadi suatu
janin pada vagina, serviks dan cairan amnion memberikan indikasi adanya
penelitian telah menunjukan adanya peningkatan risiko PPI, jika fFN positif pada
Spesifisitas dari tes fibronektin janin untuk memprediksi PPI dalam 1 dan 2
minggu kemudian ialah 89%, sedangkan untuk memprediksi PPI dalam 3 minggu
kemudian ialah 92%. Sensitivitas dari tes ini, dalam memprediksi dimulainya PPI
dalam 1 minggu dan 3 minggu kemudian, masing-masing ialah 71% dan 59%.
185
tersebut, Jackson dkk. (1996) memperlihatkan bahwa sel amnion manusia in vitro
sampai persalinan, dan serviks akan berdilatasi untuk memungkinkan bagian dari
tergantung pada kesatuan antara anatomi dan komposisi biokimia dari serviks.
Salah satu indikator dini dari inkompetensi serviks atau dimulainya persalinan
dkk. (1996) menentukan distribusi normal dari panjang serviks setelah umur
kehamilan 22 minggu. Hal ini kemudian diterima secara luas, bahwa panjang
menunjukan suatu risiko relatif terhadap PPI ialah 9.57, 13.88, dan 24,94 untuk
panjang seviks masing-masing < 26 mm, < 22 mm, < 13 mm, pada usia kehamilan
serviks sebagai prediktor PPI tidak selalu dapat dipercaya.terdapat variasi yang
melibatkan penilaian panjang serviks menunjukan variasi yang sangat luas dalam
sensitivitas (68-100%) dan spesifisitas (44-79%). Oleh karena itu hingga saat ini
186
tidak ada bukti kuat yang mendukung penggunaan penilaian panjang serviks
kehamilan dengan risiko tinggi atau dalam kombinasi dengan test fFN.
bermanfaat. Suatu penelitian yang menilai risiko terulangnya PPI spontan pada
wanita yang memiliki riwayat PPI sebelumnya melaporkan, risiko sebesar 65%
jika panjang serviks kurang dari 25 mm dan fFN positif. Namun, jika fFN negatif,
risiko PPI hanya sebesar 25%. Seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah,
risiko terulangnya PPI pada wanita dengan panjang serviks > 35 mm dan fFN
negatif, hanya sebesar 7%. Oleh karena itu, kombinasi penilaian panjang serviks
Tabel 2.2 Kombinasi penilaian panjang serviks dan fibronektin janin dalam
Diagnosis
Diferensiasi dini antara persalinan sebenarnya dan persalinan palsu sulit dilakukan
187
sebelum adanya pendataran dan dilatasi serviks. Kontraksi uterus sendiri dapat
sebagai kontraksi yang tidak teratur, tidak ritmik, dan tidak begitu sakit atau tidak
sakit sama sekali, namun dapat menimbulkan keraguan yang amat besar dalam
penegakan diagnosis PPI. Tidak jarang, wanita yang melahirkan sebelum aterm
mempunyai aktivitas uterus yang mirip dengan kontraksi Braxtons Hicks, yang
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
188
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
PPI :
darah janin.
2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, aktivitas
Penatalaksanaan
Hal pertama yang dipikirkan pada penatalaksanaan PPI ialah, apakah ini
Bila proses PPI masih tetap berlangsung atau mengancam, meski telah
atau berapa persen yang akan hidup menurut berat dan usia gestasi tertentu.
3. Komplikasi apa yang akan timbul, misalnya perdarahan otak atau sindroma
gawat nafas.
189
4. Bagaimana pendapat pasien dan keluarga mengenai konsekuensi perawatan
5. Seberapa besar dana yang diperlukan untuk merawat bayi preterm, dengan
outcomes.
4 cm.
4. Penyebab/komplikasi PPI.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
190
1. Menghambat proses persalian preterm dengan pemberian tokolisis,
antibiotik.
Tokolisis
tidak ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian tokolisis masih perlu
paru janin
4. Optimalisasi personil.
hanya diperlukan 20 mg. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil.
Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per oral: 4
mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-
191
15 µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5
mg setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah:
paru.
3. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat
ini jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada
ibu ataupun janin.7 Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi,
terhadap obat-obat tokolitik saat ini karena spesifisitasnya yang tinggi dan
kurangnya efek samping terhadap ibu, janin atau neonatus. Atosiban adalah
obat sintetik baru pada golongan obat ini dan telah mendapat izin
192
Dosis awal 6,75mg bolus dalam satu menit, diikuti 18mg/jam selama 3 jam
i. Oligohidramnion
mimetik.
193
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian
Antibiotika
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang
dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lainnya ialah
necrotising enterocolitis.7
anaerob. Yang terbaik bila sesuai dengan kultur dan tes sensitivitas kuman.
Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor risiko PPI, bila tidak
194
Cara Persalinan
terutama pada berat janin yang sangat rendah dan preterm sungsang, pemakaian
forseps untuk melindungi kepala janin, dan apakah ada manfaatnya dilakukan
episiotomi profilaksis yang luas untuk mengurangi trauma kepala. Bila janin
Seksio sesarea tidak memberikan prognosis yang lebih baik bagi bayi,
bahkan merugikan ibu. Oleh karena itu prematuritas janganlah dipakai sebagai
indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Seksio sesarea hanya dilakukan atas
indikasi obstetrik.
1. Janin sungsang
2. Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
3. Gawat janin
sebagainya).
195
Komplikasi
Pada ibu, setelah PPI, infeksi endometrium lebih sering terjadi sehingga
bagi bayi, PPI menyebabkan 70% kematian prenatal atau neonatal, serta
sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun morbiditas jangka panjang yang
196
DAFTAR PUSTAKA
ed.McGraw- Hill.
Indonesia.
Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5 th
ed.Saunders.
11Persalinanpreterm.pdf/145.30
Joseph HK, dkk. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (obsgyn).
pre- persalinan.html
Cipta.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
EGC.
197
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Sarwono Prawirohardjo.
198
BAYI POST MATUR
hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara
38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun,
atau lebih. Kehamilan posterm terutama berpengaruh terhadap janin, meskipun hal
1.21 Definisi
minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). 1
1.22 Epidemiologi
1.23 Etiologi
oksitosin, herediter. 1
Pengaruh progesteron
199
Penurunan progesteron dalam