Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

OLEH :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES

PUANGRIMAGALATUNG BONE

TAHUN AJARAN 2017/2018


I. KONSEP DASAR TEORI

a. Pengertian

1. Batasan Lansia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia

meliputi:

a) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai

59 tahun.

b) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

c) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

d) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2. Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa

anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini

berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua

berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.

Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut

memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional

meningkat dan kurang gairah.


Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai

organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia

lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:

a) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

b) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari

– hari,

c) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat

(Rahardjo, 1996).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –

angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya

(Barbara C.Long, 1996).

b. Etiologi

1. Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis

2. Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar

oleh sinar X atau benda – benda radioaktif.

3. Penyakit mata seperti uveitis.

4. Penyakit sistemis seperti DM.

5. Defek kongenital.

c. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya

keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang

tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi


peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat

mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi

dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam

lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein

dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang

dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan

cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut

menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan

gangguan penglihatan.

d. Manifestasi Klinik

Keluhan yang timbul adalah :

1. Penurunan tajam penglihatan secara progresif.

Penglihatan seperti berasap atau ditutupi kabut, dan seakan-akan

tertutup oleh air terjun di daerah matanya.

2. Membaca menjadi sukar dan bila mengendarai kendaraan terutama

di malam hari penglihatan akan silau terhadap sinar yang datang.

kadang-kadang pada pasien katarak akan melihat ganda sebuah

benda/multiple.
e. Komplikasi

Komplikasi katarak akan terjadi apabila penanganan terhadap

penyakit ini tidak cepat. Beberapa komplikasi katarak yang biasa terjadi

antara lain adalah sebagai berikut.

1. Pandangan mata semakin samar akibat lensa yang terus-menerus

buram dan berwarna seperti susu.

2. Sensitivitas terhadap cahaya matahari lebih tinggi dari waktu ke

waktu sehingga penderita benar-benar tidak nyaman terhadap silau.

3. Pada awalnya mungkin penglihatan terhadap suatu benda masih bisa

jelas, namun lama-kelamaan penderita akan merasa kurang nyaman

dan melihat sebuah objek seakan menjadi dua.

4. Lensa mata semakin buram dan terus berwarna seperti susu.

f. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan

koreksi terbaik serta menggunakan pinhole.

2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.

3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact,

aplanasi atau Schiotz.

4. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil

dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar

dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat serajat

kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien.


5. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan.

6. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya

kelainan lain pada mata selain katarak.

7. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL

jika pasien akan dioperasi katarak dan retinometri untuk

mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi.

g. Penatalaksanaan

1. Pembedahan dengan membersihkan lensa mata yang keruh

2. Katarak tidak dapat dibedah dengan sinar

3. Hasil bedah katarak sangat baik, 90% pasien pasca bedah dapat

mempergunakan matanya seperti sedia kala

4. Ada dua jenis operasi katarak yakni Ekstraksi Katarak Intrakapsuler

(EKIK) dan Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK). 

5. EKIK adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa

bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau

berdegenerasi dan mudah diputus. Pada EKIK tidak akan terjasi

katarak sekunder.kontraindikasi EKIK adalah pada pasien < 40 tahun

yang masih mepunyai ligament hialoidea kapsuler. Penyulit yang

sering terjadi: astigmat, glaucoma, uveitis, endoftalmus dan

perdarahan.EKIK sekarang jarang dilakukan karena tersedianya

teknik bedah yang lebih canggih.


6. EKEK adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana

dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek

kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat

keluar melalui robekan tersebut. Termasuk ke dalam golongan ini

ekstraksi linier, aspirasi dan irigasi. Penyulit yang dapat timbul pada

pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katark sekunder, yakni

terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling

cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.

h. Pathway Katarak
II. Konsep Dasar Keperawatan

1) Pengkajian    

a) Data Subyektif

1) Nyeri

2) Mual

3) Diaporesis

4) Riwayat jatuh sebelumnya

5) Pengetahuan tentang regimen terapeutik

6) Sistem pendukung, lingkungan rumah.

b) Data obyektif

1) Perubahan tanda – tanda vital

2) Respon yang azim terhadap nyeri

3) Tanda – tanda infeksi:

3.1) Kemerahan

3.2) Edema

3.3) Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)

3.4) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata

3.5) Zat purulen

3.6) Peningaktan suhu tubuh

3.7) Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil

pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.

4) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.

5) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.

6) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;

6.1) Tempat sampah


6.2) kaki kursi, perabot yang rendah

6.3) Tiang infus

6.4) Sandal

7) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh

b) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap

interupsi permukaan tubuh.

c) Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di

lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman

persepsi karena pelindung mata.

3. Perencanaan

a) Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh

1) Tujuan: nyeri teratasi

2) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan

penghilangan nyeri setelah intervensi.

3) Intervensi:

3.1) Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang

efektif.

Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.

3.2) Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah

pembedahan.

Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.


3.3) Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang

diresepkan.

Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan

menimbulkan kenyamanan pada klien.

b) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap

interupsi permukaan tubuh.

1) Tujuan: infeksi tidak terjadi.

2) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala

infeksi.

3) Intervensi:

3.1) Tingkatkan penyembuhan luka:

3.1.2)Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan

asupancairan yang adekuat.

3.2.2)Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari

pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan

Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara

keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan

3.2) Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata.

Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan

mengurangi resiko infeksi.

3.3) Kaji tanda dan gejala infeksi:

Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk

meminimalkan keseriusan infeksi.


c) Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di

lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman

persepsi karena pelindung mata.

1) Tujuan: Cidera tidak terjadi.

2) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama

dirawat.

3) Intervesi:

3.1) Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.

Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi

kecelakaan.

3.2) Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya.

Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan

pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal

dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi.

3.3) Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat

melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.

Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh.

4. Pelaksanaan

Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien.

5. Evaluasi

Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.

Anda mungkin juga menyukai