Anda di halaman 1dari 90

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN


DIARE PADA ANAK USIA SEKOLAH 10-12 TAHUN
DI SD INPRES 12/79 PALLETTE KEC. TANETE
RIATTANG TIMUR KAB. BONE TAHUN 2020

NURSAHIRA BAHRI
1614201008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
2020
SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN


DIARE PADA ANAK USIA SEKOLAH 10-12 TAHUN
DI SD INPRES 12/79 PALLETTE KEC. TANETE
RIATTANG TIMUR KAB. BONE TAHUN 2020

Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi
untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Puangrimaggalatung Sengkang

NURSAHIRA BAHRI
1614201008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
2020

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini akan dipertahankan dihadapan tim penguji dan disetujui sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi

Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung.

Sengkang, April 2020

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Tetti Surianti,A.Md.Keb.,SKM.,M.Kes Hj.Arni AR,S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0905128002 NIDN : 0904058301

Mengetahui

Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Ketua Progran Studi S1 Keperawatan

Dr. Haerunnisa, S.Pi., M.Si Ns. Ruslang, S.Kep.M.Adm.Kes


NIDN. 0910067704 NIDN. 0927089005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
2020
PENGESAHAN TIM PENGUJI

iii
Skripsi ini diajukan :

Nama : NURSAHIRA BAHRI

Nim : 1614201008

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul Skripsi :“HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT DENGAN DIARE PADA ANAK USIA

SEKOLAH 10-12 TAHUN DI SD INPRES 12/79

PALLETTE KEC. TANETE RIATTANG TIMUR KAB.

BONE TAHUN 2020“

Hasil penelitian ini telah disetujui para pembimbing untuk mengikuti ujian

skripsi dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjanan Keperawatan dari Program Studi Strata Satu Keperawatan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang Pada hari

Tanggal Juli 2020.

Tim Penguji

Ketua : Tetti Surianti,A.Md.Keb.,SKM.,M.Kes (.........................................)

Sekertaris : Hj.Arni AR,S.Kep.,Ns.,M.Kes (.........................................)

Anggota : Masrah Hasan S.Kep.,Ns.,M.Biomed (.........................................)

Ikdafila,S.Kep.,M.Kes (.........................................)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

iv
Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : NURSAHIRA BAHRI

NIM : 1614201008

Program Studi : S-1 Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

bahwa sebagian atau keseluruhan karya ilmiah ini hasil kerja orang lain, saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Sengkang, Juli 2020

Yang menyatakan

Tanda tangan

Materai
6000

NURSAHIRA BAHRI

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademik Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang, saya bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Nursahira Bahri

NIM : 1614201008

Program Studi : S-1 Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah (Skripsi)

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Program Studi Keperawatan Univrsitas Puangrimaggalatung Sengkang Hak Bebas

Royalti Noneksklusif (Non Eksklusive Royalty-free Right) atas karya ilmiah saya

yang berjudul : “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Diare pada

Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kec. Tanete Riattang

Timur Kab. Bone Tahun 2020” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan

hak royalty Noneksklusif ini Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Dan

Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang berhak menyimpan,

mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

vi
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Sengkang

Pada tanggal : Juli 2020

Yang menyatakan :

Nursahira Bahri

vii
ABSTRAK

Nursahira Bahri
“HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN DIARE
PADA ANAK USIA SEKOLAH 10-12 TAHUN DI SD INPRES 12/79 PALLETTE
KEC. TANETE RIATTANG TIMUR KAB. BONE TAHUN 2020”

Dibimbing oleh : Tetti Surianti dan Hj. Arni AR

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan


kesehatan masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat,
dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan
teknis dari petugas kesehatan. Masih tingginya masalah kesehatan yang terjadi
didalam sebuah komunitas masyarakat tidak terlepas dari peranan yang dilakukan
kader disebuah posyandu. Bayak faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu
dan yang diteliti pada penelitian ini adalah motivasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja kader posyandu di wilayah
kerja puskesmas pacing kecamatan awangpone kabupaten bone.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 45 orang. Adapun instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan data dianalisis dengan menggunakan
program SPSS 21. Analisis bivariat diperoleh Asymp sing(2-sided) dalam
ρ=0,668>α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
motivasi dengan kinerja kader posyandu di wilayah kerja puskesmas pacing
kecamatan awangpone kabupaten bone tahun 2019.
Adapun saran untuk pihak Puskesmas Pacing Kecamatan Awangpone Kabupaten
Bone agar meningkatkan pelatihan dan memberikan penghargaan yang berbeda
khususnya bagi kader yang aktif agar kinerja kader posyandu yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas Pacing lebih baik lagi.

Daftar Pustaka : 25 (2009-2017)


Kata Kunci : Motivasi, Kinerja, Kader, Posyandu.

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk

mengikuti ujian sidang pada Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang.

Skripsi ini persembahan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Samsul

Bahri dan Ibunda Sulha atas segala pengorbanan yang tak terkira dan doa tulus yang

dilimpahkan kepada penulis, semoga Allah SWT menempatkan di tempat yang

paling tinggi.

Selama proses pembuatan skripsi ini masih banyak kesulitan dan hambatan

yang penulis hadapi, namun atas bantuan dan bimbingan serta kerjasama dari semua

pihak yang terlibat didalamnya sehingga hambatan dan kesulitan itu dapat teratasi

dengan baik.

Ucapan terima kasih bagi penulis adalah ungkapan yang tiada batas. Hanya

kata dan hanya berbentuk kalimat, namun sebagai seorang mahluk tak luput dari

khilaf maka layak jika penulis mengucapkannya pada mereka yang telah

menciptakan semacam imajinasi dan spirit juga semangat ketika penulis mulai

merangkai kata menuai bahasa. Bagaimanapun juga langkahku yang ada sekarang ini

tak akan pernah ada tanpa kehadiran mereka. Untuk itu perkenankanlah penulis

ix
dengan segala hormat dan penuh kerendahan hati mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dr.H.M. Sanusi Karateng selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan

Perguruan Puangrimaggalatung untuk mengikuti pendidikan dan memberikan

bimbingan serta pengetahuannya.

2. Bapak dr. H. Abdul Azis, M. M.Kes selaku Ketua Umum Yayasan Perguruan

Puangrimaggalatung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

mengikuti pendidikan dan memberikan bimbingan serta pengetahuannya.

3. Bapak Prof. Dr. Imran Ismail, M.S. selaku Rektor Universitas

Puangrimaggalatung Sengkang yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

4. Ibu Dr. Haerunnisa, S.Pi., M. Si selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.

5. Ibu Tetti Surianti, A.Md.Keb.,SKM.,M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang dan

sekaligus selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan

pengetahuan, arahan dan motivasi serta saran dan masukan dalam penyusunan

Skripsi ini.

6. Bapak Ns. Ruslang, S.Kep.M.Adm.Kes selaku Ketua Program Studi S1 Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang yang

telah memberikan bimbingan serta pengetahuannya.

x
7. Ibu Hj.Arni AR,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing II yang banyak memberikan

bantuan pengetahuan, arahan dan motivasi serta saran dan masukan dalam

penyusunan Skripsi ini.

8. Para Dosen dan Staf Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang yang telah memberikan

pengetahuan dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2016 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah ikut berkontribusi besar dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, amin.

Sengkang, April 2020

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii

KATA PENGANTAR............................................................................................. iii

DAFTAR ISI........................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 5

A. Tinjauan Umum Tentang Diare.................................................................... 5

1. Definisi Diare......................................................................................... 5

2. Klasifikasi Diare.................................................................................... 5

3. Tanda dan Gejala Diare.......................................................................... 7

4. Komplikasi Diare................................................................................... 7

5. Penyebab Diare...................................................................................... 9

6. Patofisiologi Diare................................................................................. 10

7. Penatalaksanaan Diare........................................................................... 12

B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat........................ 16

1. Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS)................................ 16

xii
2. Manfaat PHBS....................................................................................... 17

3. Sasaran PHBS........................................................................................ 18

4. Macam-Macam PHBS........................................................................... 19

5. PHBS di Sekolah................................................................................... 25

6. Faktor yang Berhubungan dengan PHBS.............................................. 27

7. Akibat Jika PHBS Tidak Diterapkan..................................................... 42

BAB III KERANGKA KONSEP.......................................................................... 43

A. Dasar Pemikiran........................................................................................... 43

B. Bagan Kerangka Konsep............................................................................. 45

C. Definisi Operasionaldan Kriteria Objektif................................................... 46

D. Hipotesa Penelitian...................................................................................... 47

BAB IV METODE PENELITIAN....................................................................... 48

A. Jenis Penelitian............................................................................................ 48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................ 48

C. Populasidan Sampel..................................................................................... 48

D. Pengumpulan dan Penyajian Data............................................................... 49

E. Analisa Data................................................................................................. 50

F. Etika Penelitian............................................................................................ 51

G. Instrument Penelitian................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. viii

LAMPIRAN........................................................................................................... xi

xiii
DAFTAR TABEL

xiv
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

xv
DAFTAR LAMPIRAN

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menciptakan lingkungan yang sehat, diperlukan perilaku hidup bersih dan

sehat, baik individu, kelompok dan masyarakat. Karena dengan berperilaku hidup

bersih dan sehat lingkungan kita akan menjadi sehat dan bersih, serta orang yang

berada di lingkungan sehat tersebut akan menjadi sehat pula.

Perilaku hidup bersih dan sehat harus diterapkan sejak usia anak-anak.

Karena pada usia rentan tersebut jika anak-anak tidak mampu berperilaku hidup

bersih dan sehat makan akan mudah terkena berbagai macam penyakit seperti

diare. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pemerintah sudah berjalan sekitar

15 tahun, tetapi keberhasilannya masih jauh dari harapan. Data Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina

oleh kesehatan lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah(67,52%),

tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan(77,02%), dan

sarana lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan(PHBS) di

lingkungan sekolah sarana-sarana dan lain masih belum berjalan sebagaimana.

(Kementrian Kesehatan RI, 2010).

PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang di praktikkan oleh peserta

didik, dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai

hasil pembelajaran. Hal tersebut secara mandiri mampu mencegah penyakit,

1
2

meningkatkan kesehatannya,pada siswa serta berperan aktif dalam mewujudkan

lingkungan sehat, Salah satunya adalah dengan menanamkan kebiasaan mencuci

tangan yaitu. (Putri,2012).

Indikator pertama PHBS yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas anak usia

sekolah, Kementrian Kesehatan RI, (2010) setiap harinya adalah perilaku

mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Penelitian WHO menunjukan jika

mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi angka kejadian diare pada anak

sampai 40% tetapi di Indonesia kebiasaan mencuci tangan dengan sabun belum di

terapkan sepenuhnya oleh masyarakat.

Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi

cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Pengertian

Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus

halus yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan

cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan

elektrolit (Betz, 2015).

Pada penelitian sebelumnya oleh Almanfaluthi (2015) mengenai pengaruh

PHBS terhadap kejadian diare pada siswa sd negeri 1 boyolali dengan nilai

p=0.002 yang menunjukkan terdapat pengaruh PHBS terhadap kejadian diare

pada siswa sd negeri 1 boyolali. Seseorang dikatakan diare bila feses lebih berair

dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar

berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes,2017). Definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa diare adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dan
3

3 kali perhari pada bayi dan lebih dari 6 kali perhari pada anak, yang disertai

dengan perubahan konsistensi tinja menjadi encer.

Berdasarkan data WHO (2017) menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus diare

terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 215.000 pada anak usia 10 -12

tahun tiap tahunnya. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia (2016), terjadi

KLB diare tiap tahun dari tahun 2013 sampai 2016 dengan disertai peningkataan

CFR (Case Fatality Rate). Pada tahun 2013, CFR diare adalah 1,08% meningkat

menjadi 1,14% pada tahun 2014. Berdasarkan data Dinkes Provinsi Sulawesi

Selatan (2015) sebanyak 238.085 kasus diare yang sudah ditangani di 448

puskesmas disetiap kabupaten/ kota. Sebanyak 93.436 kasus adalah anak usia 10-

12 tahun . Adapun untuk Kabupaten Bone sebanyak 1.574 pada anak usia 10-12

tahun kasus diare yang telah ditangani dan paling banyak terjadi di Desa Pallette

Kecamatan Tanete Riattang Timur.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare Pada

Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete

Riattang Timur Kabupaten Bone Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka peneliti merumuskan ada Hubungan Perilaku

Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di

SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone

Tahun 2020.
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare

Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan

Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia 10-

12 tahun di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete Riattang Timur

Kabupaten Bone Tahun 2020.

b. Teranalisisnya hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare

Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette

Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Diharapkan dapat bermanfaat terhadap instansi, teman-teman dan masyarakat

umum terkait dalam Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan

Gejala Diare Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun.

2. Manfaat teoritis

Sebagai suatu proses pengalaman pertama dijadikan penelitian untuk

menambah wawasan yang bersifat teoritis dan ilmiah tentang Hubungan

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare Pada Anak Usia Sekolah 10-

12 Tahun.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diare

1. Definisi Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,

bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga

kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah perubahan

konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja

melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih

dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan

Liwang, 2014).

Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare

adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari

biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.

2. Klasifikasi Diare

Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare

akut adalah buang air besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari,

disertai dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa

lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare

kronis sering kali dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu

yang lebih lama yaitu diare melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan

5
6

diare akut berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten adalah diare yang

berlangsung 15-30 hari, merupakan diare berkelanjutan dari diare akut atau

peralihan antara diare akut dan kronis biasanya ditandai dengan penurunan

berat badan dan sukar untuk naik kembali (Amabel, 2011).

Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa,dkk,2014) ada dua yaitu

berdasarkan lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.

a. Berdasarkan lama diare

1) Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan

kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to

thrive) selama masa diare tersebut.

b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik

1) Diare sekresi

Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan

elekrtolit dari usus, menurunnya absorb. Ciri khas pada diare ini

adalah volume tinja yang banyak.

2) Diare osmotic

Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena meningkatnya

tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh

obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik seperti (Magnesium Sulfat,

Magnesium Hidroksida), malabsorb umum dan defek lama absorbsi


7

usus misalnya pada defisiensi disakarida, malabsorbsi

glukosa/galaktosa.

3. Tanda dan Gejala Diare

Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah,

suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup

kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi

dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut

jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok),

berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung,

mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014).

4. Komplikasi Diare

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi

beberapa hal sebagai berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun

dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia

jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak


8

dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering

pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein

(KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau

penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa.

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun

hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak– anak.

d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut

diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering

diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu

lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya

perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,

dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak

segera diatasi klien akan meninggal.


9

Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik

akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang

mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis,

hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang,

pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.

5. Penyebab Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare menurut

Ngastiyah (2014) :

a. Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus

yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga

timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila


10

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

selanjutnya timbul diare pula.

6. Patofisiologi Diare

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi

/patomekanisme dibawah ini:

a. Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari

usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis

ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini

akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.

b. Diare osmotic

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari

usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik

malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada

defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

c. Malabsorpsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle

empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

d. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif

Na+ K+ ATPase di enterosit dan absorbsi Na+ dan air yang abnormal.
11

e. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus

sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus halus.

Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.

f. Gangguan permeabilitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan

adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

g. Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada

beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight

junction, Tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik

menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah

merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat

inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan

diare sekretorik (Juffrie, 2010).

h. Diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut

kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif

(merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin

yang disekresikan oleh bakteri tersebut.


12

7. Penatalaksanaan Diare

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana adalah Lima

Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang didukung oleh Ikatan

Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan

satusatunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta

mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak

kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.

Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

a. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah

b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

c. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

d. Antibiotik Selektif

e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1) Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila

tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah

sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit

yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi

rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi

penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita

tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk


13

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit

didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

a) Diare tanpa dehidrasi

i. Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

ii. Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

iii. Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

c) Diare dengan dehidrasi berat Penderita diare yang tidak dapat

minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

(Kemenkes RI, 2011)

2) Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.

Zinc dapat menghambat enzim Inducible Nitric Oxide

Synthase(INOS), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare

dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam

epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan

fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc

selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan

diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume


14

tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc

segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:

a) Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah

berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1

sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada

anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3) Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI

harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga

diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih

termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus

diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih

sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan (Kemenkes RI, 2011).


15

4) Pemberian antibiotik hanya atas indikasi

Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik

hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar

karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-obatan

anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare

karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan

kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi

ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar

menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.

Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh

parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5) Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan

erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah

b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

i. Diare lebih sering

ii. Muntah berulang

iii. Sangat haus

iv. Makan/minum sedikit

v. Timbul demam
16

vi. Tinja berdarah

vii. Tidak membaik dalam 3 hari.

B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1. Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh

pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus yang berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2015).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang

menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang

kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat

menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga

oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh

setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah

tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi

kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan

lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2015).

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,


17

memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan

gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara

hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan

masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program

Perilaku Hidup Bersih Sehat (Muninjaya, 2015).

2. Manfaat PHBS

Menurut Notoatmodjo (2015) kebijakan pembangunan kesehatan

ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi

lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma

sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan

masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan, memelihara, dan

melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk (Akmal, 2016) :

a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur

dan hidup sehat

b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit

c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit

d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.

Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah

yang bersih dan sehat sehingga murid, guru dan masyarakat lingkungan

sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat


18

proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar murid, citra

sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu

minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang

pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain

(Kemenkes RI, 2015).

3. Sasaran PHBS

Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2015) dikembangkan dalam lima

tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat

umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran

PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga. institusi pendidikan yang

terbagi dalam (Akmal, 2016):

a. Sasaran primer

Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya

atau murid dan guru yang bermasalah (individu/ kelompok dalam institusi

pendidikan yang bermasalah).

b. Sasaran sekunder

Sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang

bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader

kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor

terkait.
19

c. Sasaran tersier

Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam

mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya

pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah,

camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua

murid.

4. Macam-Macam PHBS

Menurut Akmal (2016) macam-macam perawatan personal hygiene

diantaranya :

a. Kebersihan Kulit dan Badan

Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat

melindungi tubuh dari berbagai kuman. Perawatan kulit dapat dilakukan

dengan mandi minimal dua kali sehari, yang bermanfaat untuk

menghilangkan atau membersihkan bau badan, keringat dan sel kulit mati,

merangsang sirkulasi darah, serta membuat rasa nyaman (Akmal, 2016).

b. Kebersihan Gigi dan Mulut

Gigi dan mulut harus dipertahankan kebersihannya karena melalui

organ ini kuman dapat masuk. Menyikat gigi bertujuan untuk

menghilangkan plak yang dapat menyebabkan gigi berlubang dan

menyebabkan sakit gigi. Sebagaimana kita ketahui gigi berfungsi

disamping untuk keindahan juga untuk mengunyah makanan. Oleh karena

itu, makanan yang tidak dibersihkan dan menempel di gigi dapat menjadi
20

sarang penyakit. Beberapa penyakit yang muncul akibat perawatan gigi

dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi, gigi berlubang, dan

sariawan. Personal hygiene gigi dan mulut yang baik memberikan rasa

sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan (Akmal, 2016).

Cara merawat gigi antara lain (Akmal, 2016):

1) Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam.

2) Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencungkil benda

yang keras (misalnya membuka tutup botol).

3) Menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur (minimal 2x sehari).

4) Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus, kecil sehingga dapat

menjangkau bagian dalam gigi.

5) Menyikat gigi dari atas kebawah dan seterusnya.

6) Memeriksa gigi secara teratur setiap 6 bulan sekali.

c. Kebersihan Kepala dan Rambut

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai

proteksi serta pengatur suhu. Melalui rambut perubahan status kesehatan

diri dapat diindentifikasi. Rambut bermanfaat untuk mencegah infeksi

daerah kepala. Untuk menjaga supaya rambut kelihatan bersih dan tidak

berketombe dianjurkan minimal dua hari sekali keramas (cuci rambut)

dengan memakai samphoo. Samphoo berfungsi membersihkan rambut,

juga dapat membuat rambut subur dan berkilau (Akmal, 2016).


21

d. Perawatan Kaki dan Kuku

Kaki dan kuku memerlukan perawatan khusus untuk mencegah

infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Seringkali orang tidak sadar akan

masalah pada kaki dan kuku sehingga terjadi nyeri dan ketidaknyamanan.

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam

mempertahankan perawatan diri, karena kuman dapat masuk dalam tubuh

melalui kuku. Memotong kuku jari tangan dan jari kaki dapat menghirdari

masuknya mikroorganisme ke dalam kuku yang panjang (Akmal, 2016).

Cara- cara merawat kuku antara lain (Akmal, 2016):

1) Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya

berbentuk oval, atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku pada kaki

dipotong berbentuk lurus.

2) Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput

kulit dan kulit disekitar kuku.

3) Jangan membersihkan kotoran di balik kuku dengan benda tajam,

karena dapat merusak jaringan dibawah kuku.

4) Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan.

5) Khususnya untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah

mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu.

6) Jangan menggigit kuku karena akan merusak bagian kuku.


22

e. Kebersihan Mata, Hidung dan Telinga

Mata sebagai indera penglihatan, sudah tentu mempunyai tugas untuk

melihat. Kita bisa mengenal suatu benda, baik ukuran, bentuk maupun

keindahan suatu objek. Biasanya mata tidak memerlukan perawatan

khusus karena cairan air mata secara terus menerus membersihkan mata.

Intervensi khusus dibutuhkan pada pasien yang tidak sadar dan pasien

pasca bedah mata. Pada pasien yang tidak sadar reflek mengedipkan mata

bisa saja tidak ada, sehingga kotoran terakumulasi disekitar kelopak mata.

Perawatan mata dapat dilakukan dengan cara membersihkan mata dengan

menggunakan kapas yang diberi air matang atau boorwater, dilakukan

dua kali sehari yang berfungsi untuk membuang kotoran yang umumnya

menumpuk pada sudut mata (Kemenkes RI, 2015). Tujuan untuk menjaga

kebersihan mata adalah untuk mempertahankan kesehatan mata,

mencegah atau menghindari infeksi, penyakit mata dan kecacatan

(kebutaan), yang kemungkinan menularkan kepada orang lain. Mengingat

mata merupakan alat indera yang sangat penting, maka kebersihan dan

kesehatan mata harus selalu tetap dijaga. Mata yang merah dan berarair

adalah suatu tanda bahwa mata tersebut lelah atau ada kelainan. Secara

normal mata terbebas dari infeksi dan iritasi (Perry & Potter, 2010).

Telinga merupakan panca indera untuk mendengar. Kemampuan

telinga harus selalu dijaga untuk mempertahankan fungsi yang maksimal.

Salah satu cara menjaga fungsi telinga dengan mempertahankan


23

kebersihannya. Pembersihan telinga dilakukan jika seseorang memiliki

serumen yang terlalu banyak. Saat membersihkan telinga bagian luar,

hendaknya kita memperhatikan telinga bagian dalam (Kumoro, 2015).

Cara merawat telinga adalah sebagai berikut (Sugandhy, 2015):

1) Bila ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara pelan-

pelan menggunakan penyedot telinga.

2) Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati

agar tidak menimbulkan kerusakan pada telinga akibat tekanan air

yang berlebihan.

3) Aliran air yang masuk hendaknya diarahkan ke saluran telinga dan

bukan langsung ke gendang telinga.

4) Jangan menggunakan peniti atau penjepit telinga, karena dapat

merusak gendang telinga.

Hidung merupakan organ penciuman bau yang pertama dalam sistem

pernafasan. Hidung dijaga kebersihannya dengan tidak adanya kotoran di

hidung. Perawatan hidung dapat dilakukan dengan mengangkat sekresi

hidung secara lembut dengan membersihkan kedalam menggunakan

tissue yang lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan.

Mengeluarkan kotoran dengan kasar dapat mengakibatkan tekanan yang

dapat mencederai mucosa hidung (Sukardi, 2015).


24

f. Cuci Tangan Pakai Sabun

Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan

kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan air

yang mengalir (Depkes RI, 2015). Cuci tangan pakai sabun merupakan

suatu kebiasaan membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi untuk

membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan.

Mencuci tangan yang baik membutuhkan peralatan seperti sabun, air

mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih (Wati, 2014).

Menurut WHO (2015) terdapat dua teknik mencuci tangan yaitu

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan

dengan larutan yang berbahan dasar alkohol.

1) Basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun dengan

kedua telapak tangan.

2) Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan

kanan, begitu pula sebaliknya.

3) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan.

4) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

5) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

lakukan sebaliknya.

6) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak

tangan kiri dan sebaliknya.

7) Bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keringkan.


25

g. Perawatan Genitalia

Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap, seseorang

yang sangat membutuhkan perawatan genitalia adalah yang beresiko

terbesar memperoleh infeksi. Tujuan perawatan genitalia adalah untuk

mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genetalia,

meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene

(Potter dan Perry,2010).

5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan murid, guru,

dan masyarakat lingkungan sekolah agara tahu, mau dan mampu

mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dengan segala

aktifitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum

(Ahmadi, 2015). PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan

dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di

tatanan institusi pendidikan.

Anak sekolah merupakan generasi bangsa yang perlu dijaga,

ditingkatkandan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup

besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan

untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) sehingga anak

sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS,

baik dilingkungan sekolah,keluarga maupun masyarakat. Beberapa kegiatan


26

peserta didik dalam menerapkan PHBS disekolah diantaranya mencuci

tangandengan air bersih dan sabun. Munculnya berbagai penyakit yang sering

menyerang anak usia sekolah(usia 10-12), ternyata umumnya berkaitan

dengan PHBS. Oleh karena itu,penanaman nilai-nilai PHBS disekolah

merupakan kebutuhan mutlak dandapat dilakukan melalui pendekatan usaha

kesehatan sekolah (UKS) (Proverawati, 2012).

Indikator PHBS di institusi pendidikan/ sekolah meliputi (Depkes,

2015):

a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun

b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

d. Olahraga yang teratur dan terukur

e. Memberantas jentik nyamuk

f. Tidak merokok di sekolah

g. Memimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

h. Membuang sampah pada tempatnya

Menurut Maryunani (2015) sosialisasi penerapan PHBS di sekolah

lingkungan internal antara lain:

a. Pengunaan jamban sehat dan air bersih

b. Pemberantasan sarang nyamuk

c. Larangan merokok disekolah dan kawasan tanpa rokok disekolah

d. Membuang sampah pada tempatnya


27

6. Faktor yang Berhubungan dengan PHBS

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2015),

mengembangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah

sebagai berikut:

a. Faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor ini mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya. Seperti

kebiasaan, tradisi, sikap kepercayaan (agama), pengetahuan (pendidikan)

dan lain-lain.

b. Faktor Pendukung (Enebling factor)

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya dalam suatu

materi kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu adanya pengetahuan

tentang manfaat sesuatu hal yang akan menyebabkan orang mempunyai

sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini akan

mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta dalam

kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan dukungan sosial

dan tersedianya fasilitas kegiatan ini disebut perilaku. Berdasarkan teori

WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku ada

tiga alasan diantaranya adalah sumber daya (resource) meliputi fasilitas,

pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.


28

c. Faktor yang memperkuat (Reinforcing factor)

Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan

yang terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru dan petugas

kesehatan untuk saling bahu membahu, sehingga tercipta kerjasama yang

baik antara pihak rumah dan sekolah yang akan mendukung anak dalam

memperoleh pengalaman yang hendak dirancang, lingkungan yang

bersifat anak sebagai pusat yang akan mendorong proses belajar melalui

penjelajah dan penemuan untuk terjadinya suatu perilaku. Hak-hak orang

sakit dan kewajiban sebagai orang sakit sendiri maupun orang lain

(terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit.

d. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan merupakan hasill dari ‘tahu’

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau koqnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah


29

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Contoh: dapat menyebutkan cara penerapan PHBS dalam kegiatan

sehari-hari.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan mengapa

harus menerapkan perilaku PHBS.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
30

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:

dapat menggambarkan,membedakan, memisahkan mengelompokan

dan sebaginya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan senaldiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat

membandingkan antara penerapan PHBS yang baik dan kurang baik.

Notoatmodjo (2015), menyatakan bahwa pengetahuan kesehatan

sebenarnya akan menimbulkan kesadaran diri dan akhirnya akan

menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya itu. Pengetahuan tentang PHBS tidak didapatkan secara

menyeluruh di tempat pendidikan formal saja, melainkan informasi yang


31

mereka dapatkan kebanyakan didapat dari luar tempat pendidikan formal.

Akses pengetahuan tentang PHBS dapat berasal dari perilaku luar seperti

perilaku teman disekolah, guru, dan masyarakat disekitar lingkungan

rumah. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara internal maupun

eksternal. Pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal

dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup. Pengetahuan secara

eksternal yaitu pengetahuan yang diperoleh dari orang lain termasuk

keluarga, teman dan ustadz. Pengetahuan baik diperoleh secara internal

maupun ekternal akan menambah pengetahuan anak tentang PHBS

(Gunarsa, 2012).

Anak yang memiliki pengetahuan serta sikap yang kurang baik dalam

memahami bahaya jajan makanan atau minuman yang tidak sehat, maka

ia akan jajan di sembarangan tempat yaitu di luar sekolah. Makanan dan

minuman yang seharusnya tidak dikonsumsi tetapi dikonsumsi oleh anak-

anak sehingga banyak anak yang terkena penyakit diare, padahal diare

dapat menyebabkan sakit yang serius yaitu kematian yang disebabkan

dehidrasi.

Menurut Notoatmodjo dalam Suryani (2018) mengemukakan

pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui penginderaan mata dan

telinga.Merujuk pada pengertian tersebut masyarakat sebagai unsur


32

stakeholder dalam mengembangkan dan mewujudkan PHBS merupakan

faktor predisposisi. Masyarakat dapat mengerti dan sadar atas hidup sehat

dengan cara meningkatkan pendidikan dan pengetahuan tentang

pentingnya hidup sehat. Pengetahuan tersebut dapat didapatkan melalui

program-program yang di lakukan oleh puskesmas atau yankes lainya.

Pengetahuan yang baik akan mengubah pola pikir dan kesadaran

masyarakat itu untuk menjaga kesehatan tubuh dan menerapkan PHBS

dalam menjaga hidup sehat.

Pengetahuan yang baik akan membuat sikap masyarakat menjadik

baik terhadap pentingnya menerapkan PHBS dan program GERMAS

yang dilakukan oleh pemerintah secara tidk langsung melakukan atau

mempraktekkan langsung tahapan-tahapan GERMAS untuk mewujudkan

masyarakat yag sehat dan mengubah perilaku yang buruk menjadi baik.

e. Peran Orang Tua

Friedmen (2012) menyatakan bahwa peran adalah perilaku yang

berkenaan dengan siapa yang memegang posisi tertentu, posisi

mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial.

Setiap perilaku individu menempati posisi-posisi multiple, orang dewasa,

dan pria suami yang berkaitan dengan masing-masing posisi ini adalah

sejumlah peran, di dalam hal posisi ibu, beberapa peran yang terkait

adalah sebagai penjaga rumah, merawat anak, pemimpin kesehatan dalam

keluarga, memasak, sahabat atau teman bermain bagi anak. Peran


33

merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang diharapkan sesuai

dengan fungsi, potensi, kemampuan serta tanggung jawabnya. Orang tua

merupakan seorang atau dua orang ayah-bunda yang bertanggung jawab

pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot

baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual (Gunarsa, 2012).

Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua dapat

ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah mau dan mampu

melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru dari orang

tuanya (Maulani, 2015).

Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah dan

ibu dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan

keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya

pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu, baik

berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional

yang mandiri. Hal ini dapat dijelaskan oleh Foster (2014), yang

menyatakan bahwa perilaku orang tua sehari-hari akan mempengaruhi

anak dan perilaku orang tua dipengaruhi oleh keyakinan tentang nilai-nilai

kesehatan.

Selanjutnya dijelaskan oleh Lawrance Green (2011), menyatakan

bahwa perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi. Cuci tangan pakai

sabun (CTPS) dapat menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk
34

mencegah infeksi di negara berkembang, bukti epidemiologi terkini

menunjukkan bahwa CTPS sebelum penanganan makanan dan setelah

buang airbesar mencegah sekitar 30-47% diare pada anak dan 85%

penyakit yang disebabkan secara fecal-oral dapat dicegah dengan pasokan

air bersih, terutama penyakit diare. Anak yang mencuci tangan dengan air

bersih yang mengalir dan dengan sabun dapat membunuh bakteri atau

virus penyebab diare yang ada di tangan setelah beraktivitas misalnya

bermain, buang air besar atau kecil, membuang sampah

(Adisasmito,2015).

Hal ini dijelaskan dari hasil penelitian Sandy (2010) menyatakan

dengan mencuci tangan dengan sabun dan meningkatkan kualitas air

dapat menurunkan resiko terkenanya penyakit diare sekitar 48% dan 17%.

Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga

adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian,

mulai dari proses pembelajaran hingga menuju kemandirian.Germas

meliputi kegiatan: melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan

buah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan

secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban.

Pada tahap awal, GERMAS secara nasional di mulai dengan berfokus

pada tiga kegiatan, yaitu: melakukan aktivitas fisik 30 minimal 6 bulan

sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit. Tiga kegiatan tersebut dapat
35

dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini juga, dan tidak

membutuhkan biaya yang besar (KeMenKes, 2016).

f. Peran Guru

Peran guru sebagai pengajar, pendidik dan pelatih memiliki posisi

yang strategis untuk menanamkan prinsip-prinsip PHBS di lingkungan

sekolah. Sosialisasi sejak dini oleh guru kepada siswa mengenai pesan-

pesan yang ada dalam PHBS melalui semua aktivitas harian di sekolah

dikaitkan dengan PHBS dengan tujuan setiap anak akan terbiasa dengan

hal tersebut dan dapat saling mengingatkan antar mereka untuk selalu

melaksanakan praktik PHBS.

Semakin besar peran guru dalam mensosialisasikan pesan PHBS maka

siswa akan lebih baik dalam mempraktikkan PHBS di sekolah. Hal itu

dimungkinkan karena biasanya anak-anak patuh terhadap perintah

gurunya sehingga bila gurunya semakin berperan dalam

mensosialisasikan PHBS maka praktiknya juga akan semakin baik

(Adiwiryono, 2010).

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan

proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi

atau penerapan program pendidikan di sekolah dan juga memiliki peranan

yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan yang

diharapkan (Sugandhy, 2015). Dalam proses interaksi edukatif ini, guru

memiliki peranan yang penting. Guru sebagai model atau contoh yang
36

nantinya akan ditiru oleh siswa. Dengan demikian guru harus menjadi

contoh yang baik bagi siswa, sehingga guru dapat menanamkan

kebersihan diri kepada siswa. Guru mempunyai peran terhadap perilaku

murid dalam memelihara kesehatannya. Guru dapat berperan sebagai

konselor, pemberi instruksi, motivator, manajer, dan model dalam

menunjukkan sesuatu yang baik misalnya dalam perilaku hidup bersih dan

sehat.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar lingkungan selalu

terjaga dari sampah adalah sebagai berikut:

1) Guru memberi contoh pada siswa-siswi membuang sampah selalu

pada tempatnya,

2) Guru wajib menegur dan menasehati siswa yang membuang sampah

di sembarang tempat,

3) Mencatat siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat

pada buku/kartu pelanggaran,

4) Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda

terhadap siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat

(Adisasmito, 2015).

Menurut Evayanti (2015), sekolah sebaiknya menyediakan warung

sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang sehingga

membuat tubuh siswa yang mengkonsumsi makanan/jajanan tersebut

menjadi sehat dan kuat sehingga angka ketidakhadiran siswa menjadi


37

menurun dan proses belajar berjalan dengan baik. Menurut penelitian

yang di lakukan Hermina, (2016) bahwa frekuensi konsumsi makanan

jajanan di sekolah selama seminggu terakhir tampak bahwa sebagian

siswa (50%) mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang beragam jenis

zat gizinya. Mereka umumnya membeli jenis makanan jajanan yang

kandungan zat gizinya hanya satu atau dua jenis sumber zat gizi, yakni

hanya mengandung karbohidrat dan lemak saja.

Dalam pelaksanaan program GERMAS dan kegiatan sekolah sehat

guru pendidikan jasmani mempunyai peran penting selain petugas

kesehatan lainnya, karena guru pendidikan jasmani mempunyai

pengetahuan akan kesehatan, anatomi, fisiologi, dan sebagainnya. Dengan

memiliki pengetahuan tersebut maka guru pendidikan jasmani diharapkan

mempunyai peran dan terlibat langsung dalam mewujudkan sekolah sehat

agar dapat menumbuhkan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat

pada warga sekolah (Suryani, 2018).

g. Lingkungan

Di lingkungan masyarakat khususnya mengenai pengetahuan tentang

menggunakan jamban membutuhkan masa persiapan yang terpanjang

dibandingkan dengan hal lain, dan tergantung pada kekuatan dari sistem

pendidikan dari seorang yang berkaitan dengan mobilisasi atau usaha-

usaha untuk menggunakan jamban itu sendiri. Untuk mencapai hal ini

ditunjang oleh kemampuan masyarakat itu sendiri yang lebih berfokus


38

pada ketrampilan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan

jamban dengan baik (Kemenkes, 2015). Lingkungan tempat tinggal dan

lingkungan sekolah merupakan dua tempat utama yang dilakukan oleh

seorang anak untuk melakukan aktivitas. Sekolah adalah tempat belajar,

berkreasi, bersosialisasi dan bermain, sehingga sebagian besar waktu

mereka dihabiskan di sekolah. Lingkungan sekolah melalui UKS dapat

mempengaruhi PHBS pada siswa dengan mencakup ketiga faktor tersebut

yakni sebagai faktor predisposisi, sekolah melakukan peran untuk

meningkatkan pengetahuan siswa melalui pendidikan kesehatan,

pembiasaan sikap dan perilaku kesehatan yang baik melalui aturan-aturan

sekolah sebagai faktor pemungkin, melalui penyedian fasilitas sarana dan

prasarana yang menunjang PHBS di sekolah; dan sebagai faktor

pendorong, melalui program-program yang mendorong pembiasaan untuk

ber-PHBS seperti program bebas asap rokok, kerja bakti dan olahraga

bersama (Kumoro, 2015).

Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan

meningkatkan kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius

menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam

skala kecil seperti tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan

pengelolaan sampah. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah menjaga

kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan seperti mencegah


39

perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar

(Kemenkes, 2016).

h. Sarana dan Prasarana

Fasilitas PHBS merupakan sarana yang dipergunakan sebagai

pendukung perilaku hidup bersih dan sehat (Gunarsa, 2012). Fasilitas

yang harus tersedia sebagai faktor pendukung untuk PHBS pada murid

sekolah adalah sebagai berikut (Kemenkes, 2016) :

1) Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Penyediaan tempat cuci tangan di sekolah minimal satu tempat cuci

tangan untuk dua kelas yang dilengkapi dengan :

a) Tersedianya air bersih yang mengalir

b) Tersedianya sabun cair/ batang

c) Tersedianya tisu / lap tangan

2) Kantin Sekolah

Pengelolaan kantin dan makanan sehat harus memperhatikan beberapa

aspek yang mengacu pada Keputusan Kementerian Kesehatan Nomor

1429/ Menkes/ SK/ XII/ 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan di Sekolah yaitu :

a) Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus dan

atau tertutup

b) Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam

keadaan baik dan tidak kadaluarsa


40

c) Tempat penyimpanan makanan harus bersih dan memenuhi

persyaratan kesehatan

d) Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih yang

mengalir atau dalam dua wadah yang berbeda dan dengan

menggunakan sabun

e) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan di tempat yang bebas

pencemaran

f) Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan

makanan jajanan harus sesuai dengan peruntukannya

g) Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya

untuk sekali pakai

h) Penyaji makanan di sekolah harus selalu menjaga kebersihan

dengan selalu mencuci tangan sebelum memasak dan dari toilet.

3) Jamban

Jamban yang digunakan oleh murid dan guru adalah jamban yang

memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung

tertutup) dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang

tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak

dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah

dibersihkan dan aman digunakan, terpisah antara laki-laki dan

perempuan.
41

4) Sarana atau tempat olahraga

Tersedianya tempat berolahraga dan bermain bagi murid sekolah.

Harus dalam keadaan bersih, tidak becek dan tidak membahayakan

murid.

5) Pengendalian jentik nyamuk

a) Kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang diamati melalui

indeks container di dalam lingkungan sekolah harus nol.

b) Tersedianya poster tentang 3 M (menguras, menutup dan

mengubur)

6) Peraturan dilarang merokok

Tersedianya atau adanya ketentuan dilarang merokok berupa poster

dan peraturan tertulis.

7) Alat penimbang berat dan pengukur tinggi badan

Tersedianya alat penimbang berat dan pengukur tinggi bada

8) Tempat sampah

a) Di setiap ruangan harus tersedia tempat sampah yang dilengkapi

dengan tutup

b) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari

seluruh ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau

pemusnahan sampah

c) Peletakan tempat pembuangan/ pengumpulan sampah sementara

dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m.


42

7. Akibat Jika PHBS Tidak Diterapkan

Menurut (Muliani,2015) adapun beberapa akibat jika PHBS tidak

diterapkan antara lain :

a. Mudah terserang berbagai macam penyakit seperti, disentri, cacingan,

diare, infeksi kulit akibat jamur, dan gizi buruk.

b. Lingkungan akan menjadi kotor.

c. Individu, keluarga, dan masyarakat akan mudah sakit jika tidak

berperilaku hidup bersih dan sehat.

d. Program pemerintah mengenai PHBS tidak akan berjalan dengan baik.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

(Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang

baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti.

Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan

dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka

juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.

Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk

paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma

penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010).

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam

penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya

membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan

peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing

variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti

(Sugiyono, 2010). Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih,

biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan.

43
44

Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk

hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir

“Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare Pada Anak Usia

Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete Riattang

Timur Kabupaten Bone Tahun 2020” terdiri dari dua variabel utama pada

kerangka pemikiran yaitu Independent Variables (variabel bebas) dan Dependent

Variables (variabel terikat).

Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel

Independen disebut juga dengan variabel perlakuan, kausa, risiko, variabel

stimulus, antecedent, variabel pengaruh, treatment, dan variabel bebas. Dapat

dikatakan variabel bebas karena dapat mempengaruhi variabel lainnya.

Variabel Dependen (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi,

akibat dari adanya variabel bebas. Dikatakan sebagai variabel terikat karena

variabel terikat dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel

Dependen disebut juga dengan variabel terikat, variabel output, Konsekuen,

variabel tergantung, kriteria, variabel terpengaruh, dan variabel efek.


45

B. Bagan Kerangka Konsep

Yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Soekidjo, 2010).

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Hidup Bersih Diare

dan Sehat

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Garis Penghubung
46

C. Definisi Operasional dan Kinerja Objektif

Tabel 1

Definisi Operasional dan Kinerja Objektif

Variabel
No. Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian

1 Perilaku Hidup Perilaku hidup Kuesioner Ya = 1 Nominal


Bersih dan bersih dan sehat Tidak = 0
Sehat (PHBS) adalah Skor :
sekumpulan ≥15 = Baik
perilaku yang ≤14 = Kurang
dipraktikkan Baik
atas dasar
kesadaran
sebagai hasil
pembelajaran
yang
menjadikan
seseorang atau
keluarga dapat
menolong diri
sendiri di
bidang
kesehatan dan
berperan aktif
dalam
mewujudkan
kesehatan
47

masyarakatnya.

2 Diare Diare adalah Kuesioner Ya= 1 Nominal


buang air besar Tidak = 0
dengan konsistensi Skor :
lembek atau cair, ≥8 = Jarang
bahkan dapat ≤7 = Seriing
berupa air saja
dengan frekuensi
lebih sering dari
biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam
satu hari

D. Hipotesis Penelitian

Selain itu, Sugiyono (2013) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hipotesis dalam penelitian

ini adalah Hipotesis Alternatif (Ha) diterima yaitu Ada Hubungan Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat Dengan Diare Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD

Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Tahun

2020.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan deskriptif

analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study, dengan tujuan untuk

mengetahui Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare Pada

Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete

Riattang Timur Kabupaten Bone Tahun 2020.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete Riattang

Timur Kabupaten Bone.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Saryono,2013). Populasi dalam penelitian ini adalah Anak Usia

Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete Riattang

Timur Kabupaten Bone sebanyak 40 orang anak.

48
49

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi yang ada

(Saryono,2013). Sedangkan teknik sampling adalah suatu proses dalam

menyelesaikan porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam,

2013). Adapun tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Non-Probability Sampling dengan cara Total Sampling, yaitu mengambil

semua populasi untuk dijadikan sampel. Adapun jumlah sampel sebanyak 40

orang anak.

D. Pengumpulan Data dan Penyajian Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

a. Data Primer

Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung

diperoleh dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau

alat pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang

dicari dengan menyebarkan kuesioner dan akan diisi oleh responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak puskesmas, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.


50

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan

laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan

dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan.Data yang disajikan harus

sederhanaan jelas agar mudau dibaca.Penyajian data juga dimaksudkan agar

para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita sajikan untuk

selanjutnya dilakukan penilaian atau perbandingan dan lain lain.

Jenis-jenis penyajian data diantaranya, penyajian data dalam bentuk

tulisan (Textular Presentation), penyajian data dalam bentuk tabel (Table

presentation), dan penyajian data dalam bentuk diagram (diagram

presentation).

E. Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk alasan

tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel penelitian.

1. Analisa univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis

satu variabel. Analisis ini digunakan untuk mencari gambaran dari satu

variabel saja. Dalam penelitian ini, variabel yang dianalisis adalah perilaku

hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah 10-12 tahun.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi (Notoatmojo,S. 2010). Dalam penelitian ini analisa bivariat


51

dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat

dengan gejala diare pada anak usia sekolah 10-12 tahun di sd inpres 12/79

pallette kecamatan tanete riattang timur kabupaten bone.

F. Etika Penelitian

Penelitian merupakan upaya mencari kebenaran dalam suatu fenomena

kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, penelitian harus dilakukan sesuai dengan

norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Etika penelitian merupakan masalah

yang sangat penting dalam penelitian keperawatan mengingat penelitian

keperawatan berkaitan langsung dengan manusia. Hal ini menyebabkan perlunya

sebuah etika dalam melakukan penelitian keperawatan. Penelitian diharapkan

menerapkan empat prinsip sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti menghargai hak-hak responden dan memberikan kebebasan kepada

responden untuk bersedia berpartisipasi dalam penelitian atau tidak.

Responden yang bersedia diminta untuk mengisi dan menandatangani

informed consent.29 Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai teknis

penelitian sebelum meminta persetujuan.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

Responden memiliki hak untuk menjaga privasi masing-masing. Peneliti

wajib menjaga kerahasiaan dengan tidak memberitahukan identitas responden

kepada orang lain. Dalam penelitian ini, responden hanya diminta untuk
52

menuliskan inisial. Peneliti juga tidak mengungkapkan identitas responden

secara personal kepada orang lain.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)

Peneliti berusaha untuk menjaga prinsip keadilan, keterbukaan dan kejujuran

dengan menjelaskan terlebih dahulu prosedur penelitian kepada responden.

Responden diberikan kesempatan untuk menanyakan hal yang dianggap

masih belum jelas. Peneliti juga memperlakukan semua responden secara

sama tanpa membedakan suku, agama, ras, status ekonomi, dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms

and benefits)

Peneliti berusaha untuk memberikan manfaat sebaik-baiknya bagi masyarakat

khususnya responden dan subjek penelitian. Responden diharapkan dapat

mengetahui status perkembangan anak-anak mereka. Peneliti tidak merugikan

responden dengan tidak memaksakan kehendak dan tidak mengganggu waktu

aktivitas responden.

G. Instrument Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data ini yaitu menggunakan kuesioner, kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang dibaca dan dijawab oleh responden penelitian

(Suyanto, 2011).
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Lokasi penelitian ini di SD Inpres 12/79 Pallette beralamat di Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan di SD Inpres

12/79 Pallette. Dalam penelitian ini diperoleh data mengenai Hubungan Perilaku

Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di

SD Inpres 12/79 Pallette Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone Tahun 2020.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2019.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti meliputi umur, jenis kelamin, dan

pendidikan.

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Di SD Inpres 12/79

Pallette Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone Tahun 2020.

Jumlah
Umur
F %

10 16 40

11 12 30

12 12 30

53
54

Total 40 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah responden

sebanyak 40 orang yang memiliki kelompok umur paling banyak adalah

umur 10 tahun sebanyak 16 (40%) responden, kelompok umur 11 tahun

sebanyak 12 (30%) responden dan , kelompok umur 12 tahun sebanyak

12 (30%) responden.

b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Di SD Inpres

12/79 Pallette Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone Tahun 2020.

Jumlah
Jenis Kelamin
F %

Laki-Laki 19 47,5

Perempuan 21 52,5

Total 40 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah responden

sebanyak 40 orang yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 19

(47,5%) responden, dan jenis kelamin perempuan sebanyak 21 (52,5%)

responden.
55

c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden Di SD Inpres

12/79 Pallette Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone Tahun 2020.

Jumlah
Pendidikan
F %

SD 40 40

Total 40 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 (100%)

responden, semuanya berpendidikan SD.

2. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan cara mendeskripsikan variabel

independen maupun dependen.

a. Variabel Independen

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang

menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang


56

kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Responden Di SD Inpres 12/79 Pallette Kec. Tanete Riattang Timur Kab.

Bone Tahun 2020.

Jumlah
PHBS
F %

Baik 12 30

Kurang Baik 28 70

Total 40 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah responden

sebanyak 40 orang dengan PHBS baik sebanyak 12 (30%) respomden,

dan PHBS kurang baik sebanyak 28 (70%) responden.

b. Variabel Dependen

Diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih

dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.


57

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Responden Di SD Inpres 12/79 Pallette Kec. Tanete Riattang Timur Kab.

Bone Tahun 2020.

Jumlah
Diare
F %

Jarang 12 30

Sering 28 70

Total 40 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah responden

sebanyak 40 orang jarang terkena diare sebanyak 12 (30%) respomden,

dan sering terkena diare sebanyak 28 (70%) responden.

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

variabel yang diteliti yaitu motivasi dengan kinerja kader.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat dengan Diare Pada Anak Usia 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79

Pallette Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone Tahun 2020.

Diare Pada Anak Usia


10-12 Tahun Total
PHBS P
Jarang Sering
F(%) F(%) F(%)
58

Baik 12(30) 0(0) 12(30)


Kurang Baik 0(0) 28(70) 28(70) 0,668
Total 12(30) 28(70) 40(100)
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa dari 40 responden yang memiliki PHBS

baik dan jarang terkena diare sebanyak 12(30%) responden, PHBS baik dan

sering terkena diare sebanyak 0(0%) responden, sedangkan PHBS kurang

baik dan sering terkena diare sebanyak 28(70%) responden dan PHBS

kurang baik dan jarang terkena diare sebanyak 0(0%).

B. Pembahasan

1. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Diare pada Anak Usia

Sekolah 10-12 Tahun di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete Riattang

Timur Kabupaten Bone Tahun 2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden,anak usia 10-12

tahun yang memiliki PHBS baik dan jarang terkena diare sebanyak 12(30%)

responden, yang memiliki PHBS baik dan sering terkena diare sebanyak

0(0%) responden, sedangkan anak usia 10-12 tahun yang memiliki PHBS

kurang baik dan sering terkena diare sebanyak 28(70%) responden dan yang

memiliki PHBS kurang baik dan jarang terkena diare sebanyak 0(0%).

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square dengan Pearson Chi-Square diperoleh

nilai hitung ρ=0,668<α =0,05 dan analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha
59

diterima atau ada Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare

Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan

Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Tahun 2020.

Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan PHBS baik dan jarang

terkena diare sebanyak 12(30%) responden. Hal ini terjadi karena kesadaran

dan pengetahuan akan pentingnya PHBS agar tidak terkena diare pada diri

responden sudah sangat baik. Sehingga responden bisa menerapkannya di

lingkungan sekolah maupun rumah seperti mencuci tangan dan membuang

sampah pada tempatnya.

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Hamzah (2012)

mengatakan bahwa ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan

kejadian diare. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah suatu aktifitas atau

tindakan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

mengenai kesehatan pribadi dan lingkungan, yaitu yang mencakup beberapa

kebiasaan hidup bersih yang merupakan salah satu upaya pencegahan

penyakit diare.

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak

sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah

tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan

oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.

Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi


60

kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan

lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2015).

Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan PHBS kurang baik dan

sering terkena diare sebanyak 28(70%) responden. Hal ini terjadi karena

kesadaran dan pengetahuan akan pentingnya PHBS agar tidak terkena diare

pada diri responden masih kurang. Sehingga responden tidak menerapkannya

di lingkungan sekolah maupun rumah seperti mencuci tangan dan membuang

sampah pada tempatnya akibatnya mereka mudah terserang diare.

Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Almanfaluthi (2015)

mengenai pengaruh PHBS terhadap kejadian diare pada siswa sd negeri 1

boyolali dengan nilaip=0.002 yang menunjukkan terdapat pengaruh PHBS

terhadap kejadian diare pada siswa sd negeri 1 boyolali.

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan

gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara

hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan

masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program

Perilaku Hidup Bersih Sehat (Muninjaya, 2015).


61

Akibat jika PHBS tidak diterapkan :

a. Mudah terserang berbagai macam penyakit seperti, disentri, cacingan,

diare, infeksi kulit akibat jamur, dan gizi buruk.

b. Lingkungan akan menjadi kotor.

c. Individu, keluarga, dan masyarakat akan mudah sakit jika tidak

berperilaku hidup bersih dan sehat.

d. Program pemerintah mengenai PHBS tidak akan berjalan dengan baik

Peneliti berasumsi bahwa kurangnya PHBS pada anak usia 10-12 tahun

disebabkan kurangnya pengetahuan tentang PHBS, kurangnya peran orang

tua dan lingkungan sekitar, sarana dan prasarana kurang memadai. Sedangkan

PHBS baik pada anak usia 10-12 tahun disebabkan karena kesadran akan

pentingnya PHBS sudah baik, adanya dukungan dari orang tua dan

lingkungan sekitar, serta adanya sarana dan prasarana yang memadai.

Sebaiknya PHBS sejak dini harus sudah diterapkan dengan baik. Dengan

memberikan pemahaman arti pentingnya PHBS, memberikan dukungan, serta

menyediakan sarana dan prasarana maka PHBS akan mudah terlaksana

dengan baik.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square dengan Pearson Chi-Square diperoleh nilai

hitung ρ=0,668<α =0,05 dan analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha

diterima atau ada Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare

Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan

Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Tahun 2020.

B. Saran

1. Bagi Pihak SD 12/79 Pallette

Disarankan agar pihak SD 12/79 Pallette agar dapat memberikan pemahaman

dan pengetahuan kepada siswa siswinya arti pentingnya PHBS agar bisa

hidup sehat sehingga tidak terjangkit berbagai macam penyakit seperti diare.

2. Bagi Siswa Siswi SD 12/79 Pallette

Disarankan agar siswa siswi SD 12/79 Pallette agar lebih meningkatkan dan

menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari agar tidak terjangkit diare.

62
viii

DAFTAR PUSTAKA

Aca, Sugandhy dan Hakim, Rustam. 2015. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara.

Adisasmito, Wiku. 2015. Sistem Kesehatan Edisi Kedua. Bandung : PT.


RajaGrafindo Perkasa.

Aditianti1, Sri Prihatini dan Hermina, 2016. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Individu Tentang Makanan Beraneka Ragam sebagai Salah Satu Indikator
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No.
2, Juni 2016 : 117 – 126

Adiwiryono, R. M. (2010). Pesan Kesehatan : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


(PHBS) Anak Usia Dini Dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka, hlm. 52.

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati Nur. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Amabel,S. 2011 .Diare Pada Anak. https://ml.scribd.com/doc/61043992/Diare-pada-


Anak (diakses pada tanggal 31 Maret 2020)

Atikah Proverawati, Eni Rahmawati. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2015. Buku Saku Keperawatan Pediatriik.


Jakarta,EGC.

Departemen Kesehatan RI.2011.Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita.


Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI; 2016.

Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2017. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI; 2017.

Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. Profil Dinas Kesehatan Provinsi


Sulawesi Selatan. In: Kesehatan, editor. Jakarta 2015.
ix

Dwienda, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogjakarta; deepublish publisher

Foster, Bill. 2014. Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja Karyawan. PPM. Jakarta.
Penerjemah: Ramlan

Friedman.2012.Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Green, W, Lawrence.et.al.Helath Education Planing A Diagnostik Approach.


TheJohns Hapkins University: Mayfield Publishing Company, 2011

Gunarsa, Yulia Singgih D. & Singgih D Gunarsa.(2012).Psikologi Untuk


Keluarga.Jakarta ; Penerbit Libri.

Hidayat A.A.A.(2014).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba


Medika

Juffrie. 2010. Gastroenterologi-Hepatologi, Jilid 1. Jakarta: Badan penerbit IDAI

Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes; 2017.

Kumoro, A. C. (2015) Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Alam dari Tanaman


Obat. Yogyakarta: Plantaxia.

Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

Maulani, R.R., dkk.2012. “Karakteristik Fisik dan Kimia. Rimpang dan Pati Garut
(Marantha arundinacea L.) pada Berbagai Umur Panen”. Seminar Nasional
Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
Madura. (diakses tanggal 30 Maret 2020).

Muninjaya G. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC; 2015.

Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit (2 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran.

Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2015.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nunuk Suryani,dkk. (2018). Media Pembeljaarann Inovatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya
x

Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta:Salemba Medika

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.Edisi


7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Soenarto Y., 2012. Diare Kronis dan Diare Persisten. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Suci Chairiya Akmal.(2016).Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies


Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pecah Kecamatan
Koto Tengah Padang. diunduh dari http://jurnal.fk.unand.ac.id pada tanggal
1April 2020

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Tanto, C Liwang, F., dkk.(2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medika


Aesculapius.

Wahyudi, Sandy.2012. Entrepreneurial Branding and Selling. Jakarta : Ghaha Ilmu

Yulistiana, Evayanti, 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Suami Pada
Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (Anc) Di
Puskesmas Wates Lampung Tengah Tahun 2015. Jurnal Kebidanan Vol 1, No
2, Juli 2015: 81-90.
xi

LAMPIRAN 1

I. Kuesioner PHBS

A. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah terlebih dahulu dengan teliti pertanyaan di bawah ini.

2. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan pendapat

anda seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang tersedia.

3. Berikan tanda (√) pada salah satu pilihan yang tertera pada lembar

kuesioner.

B. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat ?

a. Pernah

b. Belum Pernah

5. Jika pernah darimana anda mendapatkan informasi tersebut ?

a. orang tua

b. Guru

c. Petugas Kesehatan

d. Teman/tetangga

e. Media Massa
xii

f. Lainnya, Sebutkan...

Indikator
No Ya Tidak
Mencuci tangan dengan air
bersih yang mengalir dan sabun
1 Apakah adik-adik mencuci tangan
sebelum makan?
2 Apakah adik-adik mencuci tangan
setelah bermain?
3 Apakah adik-adik mencuci tangan
menggunakan air bersih yang
mengalir?
4 Apakah adik-adik mencuci tangan
menggunakan sabun?
5 Apakah adik-adik setelah
membuang ingus dari hidung
mencuci tangan?
6 Apakah adik-adik mencuci tangan
setelah membuang sampah?
Mengkonsumsi makan/jajanan
sehat di sekolah
7 Apakah adik-adik membeli jajanan
yang ada di kantin sekolah?
8 Apakah adik-adik membeli
makanan yang tidak dikeru ni
lalat?
9 Apakah adik-adik terbiasa sarapan
pagi sebelum pergi ke sekolah?
10 Apakah adik-adik membawa bekal
makanan dari rumah ke sekolah?
11 Apakah adik-adik membawa
minuman dari rumah ke sekolah?
12 Apakah adik-adik memilih jajanan
pada pedagang keliling?
Menggunakan jamban bersih
dan sehat
13 Apakah adik-adik mempergunakan
jamban sekolah untuk buang air
besar?
14 Apakah adik- adik menyiram
jamban dengan air bersih setiap
selesai menggunakannya?
xiii

15 Apakah adik-adik mempergunakan


jamban sekolah untuk buang air
kecil?
16 Apakah adik-adik membersihkan
jamban sekolah?
Membuang sampah pada
tempatnya
17 Apakah adik membuang sampah
pada tempat sampah yang tersedia
di sekolah?
18 Apakah adik-adik membuang
sampah seperti daun-daunan, kayu
yang tidak tajam, sisa makanan
basah dan lain-lain di tempat
sampah berwarna hijau?
19 Apakah adik-adik membuang
sampah seperti kertas, kantong
plastik kering, bungkus makanan
dan lain-lain di tempat sampah
berwarna kuning?
20 Apakah adik-adik membuang
sampah seperti paku, pecahan
kaca, jarum, tusuk sate, dan
benda-benda berbahaya lainnya di
tempat sampah berwarna merah?
21 Apakah adik-adik membuang
sampah di laci meja kelas?
Kejadian Diare satu bulan
terakhir
22 Apakah adik-adik pernah BAB
encer/cair dengan frekuensi 3x
sehari/lebih
xiv

II. Kuesioner Diare

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Pendidikan :

Berilah tanda () pada jawaban yang menurut anda benar !

1. Apakah Anda pernah mendengar tentang penyakit diare?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika pernah apakah Anda tahu apa yang dimaksud dengan penyakit diare?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah Anda mengetahui penyebab penyait diare?

a. Ya

b. Tidak

4. Menurut Anda, diare dapat menular atau tidak?

a. Ya

b. Tidak
xv

5. Apakah Anda mengetahui berapa kali buang air besar dalam sehari hingga

disebut sebagai penderita diare?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda mengetahui cara mencegah diare?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah anda tahu yang pertama kali harus diberikan kepada penderita

diare?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah Anda setuju akan pemberian oralit pada penderita diare?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah Anda setuju bahwa penderita diare balita harus segera dibawa ke

dokter?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah Anda setuju bahwa sebelum makan harus mencuci tangan dengan

sabun?

a. Setuju

b. Tidak
xvi

11. Apakah Anda setuju diadakan penyuluhan tentang Diare?

a. Ya

b. Tidak

12. Apakah Anda setuju diadakan kerja bakti di lingkungan tempat tinggal

Anda untuk mencegah diare?

a. Setuju

b. Tidak
xvii

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPOENDEN

Kepada Yth

Responden

Di-

Tempat

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nursahira Bahri

Nim : 1614201008

Adalah mahasiswi Program Studi S1 Keperawatan Universitas

Puangrimaggalatung Sengkang yang akan mengadakan penelitian dengan judul :

“Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Diare Pada Anak Usia Sekolah

10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan Tanete Riattang Timur

Kabupaten Bone Tahun 2020”.

Apabila Responden bersedia, mohon menandatangani Lembar Persetujuan dan

mengisi pertanyaan yang disertakan dalam lembaran ini.

Demikian, atas perhatian dan kesediaan Responden diucapkan banyak terima

kasih.

Bone, April 2020

Peneliti

Nursahira Bahri
xviii

LAMPIRAN 3

INFORMED CONSENT MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

No. Responden :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menandatangani lembaran ini, saya memberikan persetujuan

untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa penelitianini

bertujuan untuk mengetahui Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan

Diare Pada Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SD Inpres 12/79 Pallette Kecamatan

Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Tahun 2020.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak mengandung resiko yang berarti dan

saya telah memberitahu bahwa kuesioner ini bersifat rahasia dan jawabannya hanya

untuk penelitian.

Saya telah diberi kesempatan bertanya mengenai penelitian atau peran saya

dalam penelitian ini. Saya secara sukarela berperan serta dalam penelitian ini.

Bone, April 2020

Tanda TanganPeneliti

(Responden)Nursahira Bahri
xix

Anda mungkin juga menyukai