Anda di halaman 1dari 1

Nama : Joel Liauw Venno

Kelas : 10
Separatisme

1Papua, wilayah berjuluk Bumi Cenderawasih itu, seolah tidak pernah berhenti bergolak.
Konflik dan kekerasan sepertinya telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah
perjalanannya. 1Seperti yang baru-baru ini terjadi. Tiga puluh satu pekerja PT. 2Isaka Karya
yang tengah membangun jembatan di Distrik Yali, Kabupaten Nduga, Papua ditembak mati
pada hari Minggu, 2 Desember lalu.

3Kuat dugaan pelaku pembantaian itu adalah kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan
Organisasi Papua Merdeka (OPM), kelompok sipil bersenjata di Papua yang kerap
dipersepsikan sebagai organisasi separatis. 4Konon, para pekerja itu ditembaki lantaran
merekam aktivitas upacara peringatan hari kelahiran OPM yang diperingati saban 1
Desember.

5Peristiwa ini tentunya kian menambah panjang daftar aksi kekerasan berlatar isu
separatisme di Papua. 6Sebelumnya, kita kerap disuguhi cerita ihwal penembakan kelompok
bersenjata yang menyasar karyawan PT. Freeport Indonesia. 7Kondisi itu, harus diakui
hanyalah salah satu sisi dari bagaimana rantai kekerasan terjai di Bumi Papua.

8Di sisi lain, kita juga tidak dapat begitu saja menutup mata pada tindak kekerasan yang
dilakukan oleh TNI maupun Polri terhadap masyarakat sipil Papua. 9Ironisnya, kasus-kasus
kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan umumnya tidak terekspose oleh media dan
nyaris tidak tersentuh hukum.

10Pemerintah pusat selama ini terkesan lebih memilih menyelesaikan konflik separatisme di
Papua dengan pendekatan militeristik. 11Hal ini dapat dilihat dari rasio jumlah pasukan TNI
dan Polri di Papua termasuk paling banyak dibanding daerah lain. 12Di lapangan, pendekatan
militeristik dalam merespons isu separatisme ini justru memunculkan masalah baru.
13Kekerasan fisik, penculikan, bahkan pembunuhan masyarakat sipil oleh aparat keamanan

terjadi nyaris setiap minggu tanpa pernah diungkap ke publik.

Anda mungkin juga menyukai