PROPOSAL TA - MIZAR OKFARIZAL - 167011113 - Judul 2
PROPOSAL TA - MIZAR OKFARIZAL - 167011113 - Judul 2
Oleh
MIZAR OKFARIZAL
167011113
Oleh
MIZAR OKFARIZAL
167011113
Pembimbing I Pembimbing II
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas
Akhir ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada
jungjunan alam, Nabi Muhammad SAW.
Proposal Tugas Akhir yang berjudul “ANALISIS PERBANDINGAN
PENJADWALAN METODE BARCHART DENGAN KOMBINASI
PENJADWALAN METODE LINE OF BALANCE (LOB) DAN
PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) PADA PROYEK
KONSTRUKSI BERULANG (REPETITIF) (Studi Kasus: Proyek
Perumahan Goldland Estate Garut) ” ini ditujukan untuk memenuhi
persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu di
Universitas Siliwangi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan do’a
dari semua pihak, Proposal Tugas Akhir ini tidak dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang,
motivasi, do’a, arahan dan bimbingan, serta dukungan moril maupun
materiil.
2. Bapak H. Asep Kurnia Hidayat, Ir., M.T. selaku selaku Ketua Jurusan
Teknik Sipil Universitas Siliwangi.
3. Seluruh jajaran dosen di Jurusan Teknik Sipil Universitas Siliwangi yang
telah memberikan ilmu kepada penulis.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan proposal ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi
penyempurnaan laporan di masa yang akan datang. Semoga Proposal Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Tasikmalaya, Mei 2021
Penulis
iii
i
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang berkembang pada saat ini,
seperti metode bagan balok (barchart), metode kurva S (Hanumm curve), metode
penjadwalan linear line of balance (LoB), dan metode jaringan kerja (network
planning) yang terdiri dari critical path method (CPM), precedence diagram
method (PDM) dan sebagainya. Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Pemilihan penggunaan metode penjadwalan tersebut
didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja
penjadwalan.
c. Sumber daya dalam hal ini tenaga kerja, bekerja sesuai dengan bidang
pekerjaannya saja, tidak ada tenaga kerja serba guna yang mampu
mengerjakan beberapa jenis pekerjaan yang berbeda.
d. Durasi pengerjaan setiap item pekerjaan yang digunakan dalam membuat
penjadwalan proyek berasal dari data yang dibuat oleh pihak kontraktor/
developer tanpa adanya perhitungan ulang.
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis, menjadi sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari bangku perkuliahan yang dituangkan dalam suatu penelitian
terhadap studi kasus dilapangan.
b. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan bacaan dan literatur untuk penulisan
karya ilmiah yang berhubungan dengan manajemen konstruksi khususnya
penjadwalan proyek.
c. Bagi pelaku konstruksi, dapat menjadi bahan bacaan dalam
mempertimbangkan metode penjadwalan proyek yang akan digunakan
terhadap kasus yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Contoh 6 menunjukan hal yang dapat dilakukan PDM dan tidak dapat
dilakukan oleh diagram AOA, yaitu aktivitas yang dimulai setelah dua aktivitas
sebelumnya selesai.
Dalam Precedence Diagramming Method, aktivitas atau kegiatan
ditunjukan dengan nodes yang berbentuk persegi dan berukuran besar. Di dalam
node tersebut biasanya diisikan hal-hal sebagai berikut;
1. Durasi;
2. Nomor kegiatan atau aktivitas;
3. Deskripsi aktivitas;
4. ES,LS,LS,LF;
5. Float yang terjadi.
Bentuk-bentuk node pada PDM bermacam-macam, seperti contoh-contoh
dibawah ini:
23
Gambar 2.410 Beberapa Model Node AON dan PDM (Callahan, 1992)
Apapun bentuk dan isi node yang dipilih tidak menjadi masalah sejauh
penjadwalan konsisten dengan node yang pilihannya. Beberapa program computer
memiliki metode tersendiri untuk mengindikasikan kegiatan-kegiatan dengan
metode PDM, sementara yang lainnya membebaskan penjadwalan memilih
informasi yang akan ditampilkan pada node.
Hubungan logis Finish to Start (FS) pada PDM merupakan hubungan logis
yang terjadi pada metode AOA dan AON. Jika hanya FS yang digunakan pada
PDM, berarti penjadwalan tersebut sama dengan metode AOA dan identik dengan
metode AON.
Gambar 2.412 Hubungan Finish to Start dengan Lag Nol dan Lag Positif
Hubungan start to start dengan lag nol juga biasanya dibuat untuk dua
kegiatan dengan dua subkontraktor yang berbeda atau dua kegiatan dengan di
bawah satu kontraktor; tetapi menggunakan tenaga kerja, material, dan
peralatan yang berbeda.
Hubungan start to start dengan lag negatif sangat jarang digunakan karena
sangat sulit untuk dipahami sehingga lebih baik dihindari.
mana lantai kayu panel sudah harus terpasang baru diikuti dengan pemasangan
karpet.
Hubungan yang tepat adalah mulainya kegiatan pemasangan lantai kayu
dengan selesainya pekerjaan pemasangan karpet (dengan lag postif). Contoh
tersebut dapat terlihat pada Gambar 2.4-18.
Penggunaan hubungan start to finish secara umum menghindari
kebingungan pada ketidaktergantungan kegiatan pada jadwal.
mempersiapkan jadwal PDM. Selain itu, PDM juga menghapus kebutuhan akan
kegitan dummy dan detail tambahan untuk menunjukan overlap antar kegiatan
(Callahan, 1992).
PDM sangat berguna pada saat menyajikan kegiatan-kegiatan konstruksi
yang berulang ataau repetitive, seperti pada proyek pembangunan gedung
bertingkat, perumahan ataupun jalan raya. Metode ini mampu membuat model
dari kegiatan-kegiatan yang saling betumpuk tanpa harus membagi kegiatan-
kegiatan tersebut. Penambahan hubungan antarkegiatan dapat dilakukan pada
PDM dan dapat mengarahkan penjadwalan untuk berasumsi bahwa hasil jadwal
akan lengkap dan akurat. Kegagalan dalam mempertimbangkan hubungan dalam
membuat penjadwalan akan membuat sebuah PDM menjadi setidak akurat
penjadwalan dengan barchart.
PDM yang menggunakan lag menambahkan elemen ketidakpastian dan
banyaknya jenis hubungan dalam penjadwalan ini menyebabkan analisis jaringan
kerjanya menjadi lebih sulit dibandingkan dengan metode diagram AOA. Karena
hal ini, biasanya penjadwal menyarankan penggunaan hubungan hanya finish-to-
start (FS) untuk menghindari penumpukan (overlap) dan lag sehingga jadwal
menjadi lebih mudah dimengerti dan dianalisis. Akan lebih mudah menganalisis
sebuah jaringan kerja dengan hubungan antarkegiatan yang sederhana. Hubungan
logis Start-to-Start (SS), Start-to-Finish (SF) atau Finish-to-Finish (FF) sebaiknya
digunakan hanya jika terjadi hubungan antarkegiatan yang tidak dapat
direpresentasikan dengan hubungan Finish-to-Start (FF)
berorientasi pada sumber day aini ternyata lebih sesuai dan realistic daripada
metode penjadwalan yang berorientasi dominasi kegiatan. Metode LoB kemudian
diadaptasi untuk perencanaan dan pengendalian proyek (Lumsden, 1968), di mana
produktifitas sumber daya dipertimbangkan sebagai bagian yang paling penting.
LoB adalah metode yang menggunakan keseimbangan operasi, yaitu tiap-
tiap kegiatan adalah kinerja yang terus menerus. Keuntungan utama dari
motodologi LoB adalah menyediakan tingkat produktifitas dan informasi durasi
dalam bentuk format grafik yang lebih mudah dibaca. Selain itu, plot LoB juga
dapat menunjukan dengan sekilas apa yang salah pada kemajuan kegiatan, dan
dapat mendeteksi potensial gangguan yang akan datang. Dengan demikian, LoB
mempunyai pemahaman yang lebih baik untuk proyek-proyek yang tersusun dari
kegiatan berulang daripada teknik penjadwalan lain, karena LoB memberikan
kemungkinan untuk mengatur tingkat produktifitas kegiatan, mempunyai
kehalusan dan efisiensi dalam aliran sumber daya dan membutuhkan sedikit
waktu dan upaya untuk memproduksinya daripada penjadwalan network (Arditi
dan Albulak, 1986).
Metode ini cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan
bertingkat atau berulang dengan keragaman masing-masing tingkat atau unit
relative sama. Pada proyek yang cukup besar, metode ini membantu memonitor
kemajuan beberapa kegiatan tertentu yang berada dalam suatu penjadwalan
keseluruhan proyek. Hal ini dapat dilakukan bila dikombinasikan dengan metode
Network, karena metode penjadwalan linear dapat memberikan informasi tentang
kemajuan proyek yang tidak dapat ditampilkan oleh metode Network (Husen,
2008 : 137).
Di dalam berbagai literatur Internasional biasanya LoB ditunjukan sebagai
alat penjawalan yang hanya cocok untuk proyek-proyek yang tersusun atas
kegiatan berulang, dan kurang cocok untuk proyek non-repetitif (Arditi et al.,
2002(1)). Namun di Finlandia, LoB telah menjadi sebuah metode penjadwalan
yang pokok pada perusahaan konstruksi besar sejak tahun 1980 an, dimana LoB
ini digunakan untuk penjadwalan proyek-proyek yang special dan proyek
konstruksi residential (Kiiras, 1989; Kankainen dan Sandvik, 1993).
35
Gambar 2.53 Contoh Format LoB Yang Menunjukan Informasi Yang Dimuat
Dalam PDM (Sumber : Hinze, 2008 : 298)
37
Gambar 2.54 Time dan Space Buffer (Sumber: Hinze, 2008 ; 306)
38
2.5.3 Restraint
Restraint adalah waktu tunggu antara selesainya suatu kegiatan dengan
mulainya kegiatan yang lain. Hal ini terjadi antara lain karena kedua kegiatan
mempunyai sumber daya yang sama dan jumlahnya terbatas sehingga diperlukan
waktu transfer sumber daya dari kegiatan sebelumnya.
Keterangan: Restraint =
zone, segmen, section, dan unit (Hassanein dan Moselhi, 2004), seperti terlihat
pada gambar 2.5-6 dibawah ini:
Gambar 2.56 WBS Proyek Jalan (Sumber : Hassanein dan Moselhi, 2004)
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan dan
Pengolahan Data Schedule
Precedence
Barchart Line of Balance
Diagramming Method
KOMPARASI
Segi penggunaan metode
Segi Perhitungan dan Kecepatan Produksi
Segi logika ketergantungan
Segi lintasan kritis
Segi hambatan pada aktifitas kegiatan
5 DAFTAR PUSTAKA
Ir. Irika Widiasanti, M.T dan Lenggogeni, M.T., 2013. Manajemen Konstruksi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad Abrar Aulia, Aulia Hashemi Farisi, M. Agung Wibowo *), Arif
Hidayat *)., 2017. Jurnal Karya Teknik Sipil, Volume 6, Nomor 1 : 211-219
Semarang: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro.