Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

BAKAT KHUSUS

A. Pengertian Bakat Khusus


Pengertian Bakat Khusus dari beberapa pengamat antara lain :
Menurut Prof. Dr. Soegarda Poerbakawatja :
Bakat adalah benih dari suatu sifat yang baru akan tampak nyata jika ia mendapat
kesempatan atau kemungkinan untuk berkembang.
Menurut Crow and Crow :
“an aptitude also may be regarded as a special form of superiority in an limited field
of performance, for example, music, mathematics or mechanics.”
(Bakat juga dapat dipandang sebagai suatu bentuk khusus superioritas dalam
lapangan pekerjaan tertentu, seperti musik, ilmu pasti atau teknik).
Menurut Bingham :
“an aptitude... as a condition or set characteristic regarded as symptomatic ofan
individual’s ability to acquire with training some (usually spesified) knowledge, skill,
or set of responses such as the ability to speak a language, to produce misic,...etc
(Sumadi Suryabrata, 1991:168-169).
Pengertian Bakat Khusus dimaksudkan seseorang yang mempunyai
kemampuan bawaan untuk bidang tertentu, misalnya bakat menggambar dan
sebagainya dikemukakan oleh Webster (1957:1486), sebagai berikut :
“Talent implies a native for a specific pursuit and connotes other that it is or
can be cultivated by the one possessing it (a talent for drawing).
Menurut Voctor Serebriakoff dan Dr. Steve Langger :
Kedua ahli ini tidak mendefenisikan, tetapi menjelaskan tanda-tanda anak berbakat
sebagai berikut :
1. Istimewa dalam kemampuan berpikir, mengolah permasalahan yang abstrak,
membuat generalisasiatas fakta-fakta yang ada.
2. Memiliki intelektual yang besar.
3. Selalu mudah mempelajari sesuatu dan menyukainya.
4. Hal-hal yang menarik hatinya mencakup bidang yang luas.
5. Kemampuan melakukan observasi yang besar.
6. Cepat dalam menghafal.
7. Memiliki imajinasi yang tidak biasa.
8. Mudah mengikuti petunjuk yang komplek.
9. Merupakan pembaca cepat.
10. Mempunyai beberapa hobi.
11. Dan lain-lain.
Guilford (Sumadi.S, 1991:169) mengemukakan bahwa bakat itu mencakup 3
dimensi psikologis, yaitu : (1) dimensi perseptual, (2) dimensi psikomotor, (3)
dimensi intelektual.

1) Dimensi Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi dan ini
meliputi faktor-faktor antara lain :
a) Kepekaan indera
b) Perhatian
c) Orientasi waktu
d) Luasnya daerah persepsi
e) Kecepatan persepsi dan sebagainya

2) Dimensi Psikomotor
Dimensi psikomotor ini mencakup 6 faktor antara lain:
a) kekuatan
b) impuls
c) kecepatan gerak
d) ketelitian tang terdiri atas dua macam, yaitu :
(1) Faktor kecepatan statis, yang menitikberatkan pada posisi.
(2) Faktor kecepatan dinamis, yang menitikberatkan pada gerakan.
e) koordinasi f) keluwesan
3) Dimensi Intelektual
Dimensi inilah yang umumnya mendapat sorotan luas karena memang
dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi 5 faktor,
yaitu :
a) Faktor ingatan yang mencakup mengenai :
(1) substansi
(2) relasi
(3) sistem
b) Faktor ingatan mengenai pengenalan terhadap:
(1) keseluruhan informasi
(2) golongan (kelas)
(3) hubungan-hubungan
(4) bentuk atau struktur
(5) kesimpulan
c) Faktor evaluatif, yang meliputi evaluasi mengenai :
(1) identitas
(2) relasi-relasi
(3) sistem
(4) penting tidaknya problem
d) Faktor berpikir konvergen, yang meliputi faktor untuk menghasilkan :
(1) nama-nama
(2) hubungan-hubungan
(3) transformasi
(4) sistem-sistem
(5) implikasi-implikasi yang unik.
e) Faktor berpikir divergen, yang meliputi faktor :
(1) untuk menghasilkan unit-unit
(2) untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan.
(3) kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan
(4) untuk menghasilkan sistem
(5) untuk transformasi divergen
(6) untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka

B. Jenis-jenis Bakat Khusus


Yang dimaksud dengan anak berbakat ialah mereka yang mempunyai bakat-
bakat dalam derajat yang tinggi dan bakat-bakat yang unggul.
Penelitian terhadap anak berbakat luar biasa, anak yang memperlihatkan
kehebatan luar biasa, keunggulan, baik secara umum maupun bidang-bidang khusus
sudah dilakukan abad yang lalu, antara lain Buckley (1983) dan Sir Francis Galton
(1869) mengenai manusia unggul. Nama-nama terkenal seperti Terman (yang
memulai penelitian-penelitian pada permulaan abad ini dan memakan waktu puluhan
tahun, a. I dengan pendekatan longitudinal), Binet (1905), Garrison, Burke &
Hollingworth (1917), Rusk (1917), Coy (1918), dan tokoh akhir-akhir ini seperti
Feldhusen, Joe Khatana, Sternberg, Gallagher dan Renzulli.
Manusia unggul adalah modal (asset) yang tidak ternilai harganya yang perlu
diidentifikasi, dibina sehingga benar-benar muncul, berfungsi positif bagi kita semua.
H. Klein (1986) dalam hubngan ini mengemukakan :
1. Keberbakatan luar biasa tidak identik dengan intelegensi tinggi, sekalipun dalam
kenyataan perkembangan kemampuan intelektual yang tinggi merupakan aspek
sentral.
2. Keberbakatan luar biasa meliputi keseluruhan kepribadian seseorang yakni minat,
motivasi, kegigihan, dan ketekunan.
3. Keberbakatan luar biasa terdapat pada semua aspek aktivitas manusia seperti
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, olah raga dan kemampuan
berorganisasi.
Bermacam-macam bakat unggul yang terdapat di sekolah seperti ada anak
yang berbakat intelektual umum, biasanya mereka mempunyai taraf inteligensi yang
tinggi dan menunjukkan prestasi sekolah yang menonjol. Ada pula yang mempunyai
bakat akademik khusus, misalnya dalam matematika atau bahasa sedangkan dalam
mata pelajaran lainnya belum tentu mereka menonjol. Ada anak yang inteligensinya
yang mungkin tidak terlalu tinggi tetapi unggul alam kemampuan berpikir kreatif
produktif. Ada pula anak yang berbakat dalam bidang olah raga atau dalam suatu
bidang seni seperti melukis atau misik. Ada anak di sekolah tidak termasuk siswa
pandai, tetapi ia menonjol dalam keterampilan teknik. Kita mengenal pula anak-anak
yang oleh teman-temannya atau oleh guru selalu dipilih menjadi pimpinan karena
bakat mereka yang terletak dalam bidang psikososial. Jelaslah bahwa keberbakatan
dapat meliputi bermacam macam bidang, dapat bersifat umum atau khusus.
Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud
meliputi ;
1. Kemampuan intelektual umum
2. Kemampuan akademik khusus
3. Kemampuan berpikir secara kreatif-produktif
4. Kemampuan psikososial atau bakat kepemimpinan
5. Kemampuan psikomotorik/ kinostetik.
Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasarkan
atas bidang apa bakat itu berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat
olah raga, bakat seni, bakat musik, bakat klerikal, bakat guru, bakat dokter, dan
sebagainya. Dengan demikian, maka macam bakat akan sangat tergantung pada
konteks kebudayaan dimana seseorang individu hidup dan dibesarkan. Mungkin
penanaman itu bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang
pekerjaan.

C. Kaitan Antara Bakat Dan Prestasi


Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi yang tinggi sesuai
dengan jenis bakat yang dimilikinya. Realisasi anak ini membutuhkan program
pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan yang diluar jangkauan program
sekolah biasa agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal baik
untuk dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan masyarakat dan
negara. Dalam mencapai prestasi tinggi khususnya prestasi tingkat nasional atau
Internasional (dunia) beberapa unsur dibawah ini perlu diperhatikan :
1. Unsur anak yang meliputi :
Derajat/ kadar bakat yang dipunyai si anak. Kadar bakat yang tinggi akan
memperlihatkan prestasi yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Minat, motivasi/
dorongan pribadi yang kuat, tidak pernah merasa bosan dan mempunyai kreativitas
yang berhubungan dengan bakatnya.
Kemampuan psikis dam fisik yang prima agar dapat mengikuti acara latihan
belajar yang padat dan melelahkan.

2. Unsur Pelatih/ Guru


Ada kalanya guru/ pelatih di sekolah atau di tempat latihan tertentu, tidak
mampu memberikan layanan pengalaman belajar apalagi prestasi yang ditargetkan
prestasi dunia atau Internasional. Untuk menanggulangi kekosongan pelatih/ guru
yang berkualitas dari luar negeri yang prestasinya lebih menonjol dalam jenis bakat
yang dilatihnya.
Atau sebaliknya anak-anak yang berbakat unggul dikirim ke luar negeri,
belajar di sana dengan pelatih atau guru setempat.
Kalau terpenuhi kedua unsur diatas yaitu unsur si anak yang komplek dan
unsur pelatih/guru dapat diperkirakan prestasi tinggi akan dapat diraih.
Sebaliknya kalau satu unsur saja dari tiga unsur tidak terpenuhi maka prestasi
yang diharapkan tidak memenuhi harapan. Atau mengandalkan kadar bakat yang
tinggi saja tanpa memperhatikan unsur lain hasil potensinya tidak seimbang dengan
bakat yang dipunyainya atau dengan perkataan lain, prestasinya dibawah potensinya.
Maka dapat diambil kesimpulan untuk mencapai prestasi puncak dalam jenis-
jenis bakat tertentu 3 unsur yaitu :
Unsur si anak (kadar bakat yang tinggi, motivasi/ kreativitas, kemampuan
psikis serta fisik), unsur pelatih/ guru yang berkualitas dan sarana dan prasarana yang
menunjang, harus diperhatikan sungguh-sungguh.
Keunggulan dalam satu bidang apakah itu Sastra, Matematika, atau Seni
merupakan hasil interaksi dari bakat pembawaan dan faktor lingkungan yang
menunjang, termasuk minat dan dorongan pribadi.
Identifikasi anak dan manusia unggul perlu diaktifkan, namun yang tidak
kalah pentingnya ialah bagaimana membina lebih lanjut agar apa yang ada benar-
benar bisa muncul (actualized). Sungguh menarik apa yang ditemukan oleh Thomas
A. Edison : “Genius is one percent inspiration an ninety-nine percent perspriration”.
Juga menarik apa yang ditemukan John Spaventa dalam dunia stimulasi berpengaruh
besar. Usaha mendeteksi keberbakatan luar biasa perlu dilakukan seawal mungkin
agar pembinaan selanjutnya bisa dilakukan sebaik-baiknya sehingga apa yang ada
benar-benar bisa muncul.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bakat Khusus


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus atau
mengapa seseorang tidak dapat mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal, terletak
pada anak itu sendiri, keluarga, atau kondisi lingkungan.
1. Faktor Anak
Misalnya anak itu tidak atau kurang berminat mengembangkan bakat-bakat
yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi atau
mungkin pula mempunyai kesulitan dalam masalah :
- Kesehatan atau cacat tubuh yang berhubungan erat dengan jenis bakat tang
akan dikembangkannya.
- Masalah pribadi
- Postur tubuh yang tinggi.
2. Faktor Keluarga
Orang tua kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana
pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya cukup tinggi tetapi kurang memberi
perhatian terhadap pendidikan anak.
3. Faktor Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan, terutama di desa jauh dari kota. Kurang mendukung
dalam pengembangan bakat seseorang disebabkan kurangnya/ tidak adanya sekolah/
kursus/ latihan, begitu juga minimnya tidak ada guru yang berkualitas untuk
mendukung tujuan tersebut.
E. Perbedaan Individu Dalam Bakat Khusus
Masalah bakat meliputi macam-macam bidang termasuk misalnya bakat
musik atau melukis dan lain-lain yang sifatnya non intelektual. Adakalanya seseorang
mempunyai jenis bakat yang sama, perbedaannya terletak pada :
- Kadar/ derajat bakat itu sendiri
- Aliran
- Cabang/ nomor
Masalah perbedaan individu dalam kebakatan, saudara kembarpun bakatnya
berbeda, termasuk saudara kandung.
Pada prinsipnya bakat sudah tampak pada usia dini tetapi adakalanya sesudah
dewasa bakat baru muncul. Bakat yang demikian pada umumnya tidak dapat
mencapai prestasi tinggi. Kalau bakat si anak sudah nampak pada usia dini, orang tua
dapat mengarahkan anaknya untuk memasukkan anak tersebut ke suatu tempat
latihan/ privat les atau ke sekolah yang sesuai dengan jenis bakat anak misalnya ke
sekolah yang bersifat kejuruan.
Program pendidikan hendaknya dirancang tidak hanya memperhatikan
kemampuan untuk belajar tetapi juga mempertimbangkan kecakapan khusus atau
bakat yang dimiliki siswa.

F. Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja Dan Implikasinya Dalam


Penyelenggaraan Pendidikan
Bakat anak dapat dikenali dengan observasi terhadap apa yang selalu
dikerjakan anak. Dengan mengenal ciri-ciri anak tersebut, orang tua dapat
menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bakat anak. Mereka dapat
membantu anak memahami dirinya agar tidak melihat bakat sebagai suatu beban tapi
sebagai suatu anugerah yang dihargai dan dikembangkan. Manfaat lain dari
kemampuan orang tua untuk mengenal bakat anak ialah agar orang tua dapat
membantu sekolah dalam prosedur pemandu anak berbakat, dengan memberi
informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak mereka.
Sekolah mengirim daftar perilaku kepada orang tua dengan penjelasan bahwa
sekolah perlu mengetahui sifat-sifat siswa untuk dapat merencanakan pengalaman
pendidikan yang sesuai baginya. Sebagai contoh orang tua diminta memberi
keterangan tentang butir-butir berikut ini :
- Hobi dan minat-minat anak yang khusus
- Jenis buku yang disenangi
- Masalah dan kebutuhan khusus
- Prestasi unggul yang pernah dicapai
- Pengalaman-pengalaman khusus
- Kegiatan kelompok yang disenangi
- Kegiatan mandiri yang disenangi
- Sikap anak terhadap sekolah/guru
- Cita-cita untuk masa depan
Perbedaan individu termasuk perbedaan bakat terpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa. Justru itu perbedaan individu perlu diperhatikan guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kurang
memperhatikan masalah perbedaan individu. Guru melaksanakan pembelajaran di
kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata.
Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat
diperbaiki dengan beberapa cara antara lain :
1. Penggunaan strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan
kemampuan siswa dapat terlayani
2. Penggunaan media instruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan
siswa dalam belajar
3. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah memberikan
tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai atau
berbakat dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang.
4. Disamping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan
minat dan kemampuan siswa sehingga siswa yang pandai maupun kurang akan
merasakan berhasil di dalam belajar.
Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat memupuk bakat anak
adalah keamanan psikologi dan kebebasan psikologi. Anak akan merasa aman secara
psikologi apabila :
a. Pendidik dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala
kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan kepadanya bahwa pada
dasarnya ia baik dan mampu.
b. Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa “dinilai” oleh orang
lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman,
sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
c. Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pikiran, perasaan
dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari
sudut pandang anak. Dalam suasana ini anak merasa aman untuk mengungkapkan
bakatnya.
Anak akan merasa kebebasan psikologi apabila orang tua dan guru
memberikan kesempatan padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan
perasaan-perasaannya. Kecuali itu pendidikan hendaknya berfungsi mengembangkan
bakat anak, jangan semata-mata menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat
skolastik.
Berikut ini saran-saran kepada guru untuk dapat menerapkan pada semua
anak, terutama tentang pentingnya peningkatan kebiasaan belajar seumur hidup dari
anak berbakat (Barbe dan Renzulli 1975:442), yaitu :
1. Bentuklah pengalaman belajar sesuai rasa ingin tahu alamiah anak dengan
kebutuhan, tujuan dan minat anak.
2. Perkenalkanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan
kegiatan-kegiatan belajar.
3. Berilah pengalaman dari kehidupan nyata dan meminta peran serta keaktifan anak
dan kembangkan kemampuan yang perlu untuk itu.
4. Bertindaklah sebagai sumber belajar dari pada sebagai penyampai informasi,
jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak.
5. Ushakanlah agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa
melakukan penyelidikan, percobaan dan penemuan sendiri.
6. Doronglah dan hargai inisiatif, keinginan mengetahui atau kreatifitas si anak
dalam berbagai hal.
7. Biarkanlah anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya.
Perbedaan antara fungsi pendidikan sebagai “fasilitator” dan sebagai
“pengarah” baik dalam orientasi maupun perilaku. Seorang pengarah berdiri di depan
anak dan menekankan tujuan, dan kebutuhannya kepada anak. Seorang fasilitator
berada di belakang anak, membimbing mereka mencapai tujuannya, keinginannya
dan kebutuhannya sesuai dengan bakat yang dipunyai anak. “Pengarah” memberikan
tugas memberikan persyaratan, menilai hasil belajar. Seorang fasilitator membantu
anak dalam belajar mandiri dalam menentukan tujuan sendiri, dan dalam memberi
umpan balik terhadap penilaian diri.

Anda mungkin juga menyukai