Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang saat ini paling
banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara maju maupun negara berkembang, telah
banyak penelitian yang dilakukan terhadap endometriosis, namun hingga kini penyebab
dan patogenesisnya belum diketahui secara pasti. Namun dalam satu hal para ahli sepakat,
bahwa pertumbuhan endometriosis sangat dipengaruhi oleh hormon steroid, terutama
estrogen.1

Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih


berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan
stroma, terdapatdi dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di
luar uterus disebut endometriosis. Pad a endometriosis jaringan endometrium
ditemukan di luar kavum uteri dan di luar miometrium. Daerah yang paling sering
terkena adalah organ pelvis dan peritoneum, organ lain seperti paru-paru juga
ikut terkena meskipun jarang. Penyakit ini berkembang dari lesi yang kecil dan
sedikit pada organ pelvis yang normal kemudian menjadi massa keras infil trat
dan kista endometriosis ovarium (endometrioma). Keberlangsungan
endometriosis sering disertai pembentukan fibrosis dan perlekatan luas menyebabkan
gangguan anatomi pelvis. 2

Endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan


g e n e t i k , gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel endometrium
melekat dan berkembang, serta pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sumber lain
menyebutkan bahwa pestisida dalam makanan dapat menyebabkan ketidakseimbangan
hormon. Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian wadah plastik,
microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat menjad i penyebab
3
endometriosis.

1
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan.
Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahun,
walaupun data  p a s t i n y a b e l u m d a p a t d i k e t a h u i . M e n u r u t J a c o e b
( 2 0 0 7 ) , a n g k a k e j a d i a n d i Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum
ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar
13,6-69,5% pada kelompok infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan dengan
jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta
penderita endometriosis pada wanita usia produktif. Kaum perempuan
tampaknya perlu mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat
pada saat haid ini. 3

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah referat ini adalah :
1. Apa definisi endometriosis ?
2. Bagaimana epidemiologi endometriosis ?
3. Bgaimana patofisiologi endometriosis?
4. Apa saja faktor resiko endometriosis?
5. Bagimana gejala klinik endometriosis?
6. Bagimana gambaran mikroskopik endometriosis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk diagnosis endometriosis?
8. Bagaimana klasifikasi endometriosis?
9. Bagaimana menegakkan diagnosis endometriosis?
10. Apa saja differensial diagnosis endometriosis?
11. Bagaimana penatalaksanaan endometriosis?
12. Apa saja komplikasi endometriosis ?
13. Bagaimana pencegahan endometriosis ?

2
BAB II
ISI

2.1 Definisi

Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih


berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan
stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut ademioasis dan bila diluar
uterus disebut endometriosis. Pembagian ini sekarang sudah tidak dianut lagi,
karena baik secarfa patologik, klinik ataupun etiologi adenomiosis dan
endometriosis berbeda. 4

Pada endometriosis jaringan endometrium ditemukan diluar cavum uteri dan


diluar miometrium. Menurut urutan yang tersering endometrium ditemukan di
tempat-tempat sebagai berikut :
1) Ovarium
2) Peritoneum dan ligament sakrouterium, cavum douglasi, dinding
belakang uterus, tuba falopii, plika vesikouterina, ligamentum rotundum
dan sigmoid
3) Septum rectovaginal
4) Appendiks
5) Umbilicus
6) Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum
7) Parut laparotomi
8) Kelenjar limfe
9) Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan di lengan, paha,
pleura, dan pericardium. 4,5

Bentuk endometriosis bervariasi, bisa berupa lesi tipikal, plaque atau


nodul berwarna hitam, coklat gelap, kebiruan dll, atau berupa kista
5
endometrioma.

3
Gambar 1. Lokasi anatomis implantasi endometriosis yang ditemukan melalui laparaskopi
Sumber : http://www.scribd.com/doc/23352341/Endometriosis

2.2 Epidemiologi

Endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka kejadian


endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya, dan lebih dari 50%
terjadi pada wanita perimenopause. Insidennya yang pasti belum diketahui, namun
prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang
dilakukan laparoskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada
kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan
endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada kelompok wanita dengan infertilitas
primer ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Meskipun endometriosis dikatakan
penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia
remaja dan pascamenopause.1,3

Endometriosis jarang diddapatkan pada orang negro., dan lebih sering didapatkan
pada wanita- wanita dari golongan sosioekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian
adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada
umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara
siklik yang terus-menerus tanpa diselingi oleh kehamilan, memegang peran dalam
terjadinya endometriosis. 4

2.3 Patofisiologi

4
Hingga kini penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti. Banyak teori
yang disebut ikut berperan dalam patogenesis endometriosis, sehingga penyakit ini
disebut juga ‘penyakit penuh teori. Tetapi tidak satupun dari teori-teori tersebut yang
benar-benar dapat menjelaskan kenapa jaringan endometrium sampai berada di luar
kavum uteri. 1,4,5

1. Teori Regurgitasi dan Implantasi Haid

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927. Biasanya darah
haid keluar dari kavum uteri melalui vagina, namun kadang-kadang darah haid
mengalir dari kavum uteri melalui tuba fallopi ke kavum peritoneum, dan
berimplantasi pada permukaan peritoneum.

Meskipun tidak ada satu mekanisme tunggal yang dapat menerangkan semua kasus
endometriosis, beberapa bukti mendukung teori ini sebagai teori utama dalam
patogenesis endometriosis :
 Ketika laparoskopi dilakukan saat haid, darah dapat ditemukan dalam cairan
peritoneal pada 75-90% wanita dengan tuba fallopi paten.
 Sel endometrium hidup yang diperoleh dari cairan peritoneal saat haid dapat
tumbuh dalam kultur sel dan dapat melekat dan melakukan penetrasi ke
permukaan mesothelial peritoneum.
 Endometriosis ditemukan lebih sering pada wanita dengan kelainan duktus
mulleri obstruktif daripada wanita dengan malformasi dimana tidak terjadi
obstrusi aliran keluar menstruasi.
 Insidensi endometriosis meningkat pada wanita dengan menarkhe awal,
siklus menstruasi yang pendek, atau menorrhagi.
 Endometriosis ditemukan umumnya pada daerah pelvis, paling sering di
ovarium, lalu daerah cul-de-sac anterior dan posterior, ligamentum
uterosacralis, uterus posterior, dan ligamentum latum posterior.

 Endometriosis eksperimental dapat diinduksi pada primata setelah


menstruasi peritoneal yang diinduksi melalui pembedahan atau injeksi

5
retroperitoneal endometrium menstruasi, dan pada wanita yang menerima
injeksi peritoneal jaringan menstruasi mereka.

Sayangnya teori ini tidak dapat menerangkan kejadian endometriosis di luar


pelvis, seperti di paru, umbilikus, atau di tempat lain. Sebenarnya regurgitasi
darah haid merupakan suatu hal yang fisiologik, namun yang masih menjadi
bahan diskusi adalah faktor-faktor apa saja yang menyebabkan jaringan
endometrium yang terdapat dalam darah haid tersebut dapat terus tumbuh
dengan cepat. 1,4,5

Gambar 2. Menstruasi Mundur dan Transplantasi


Sumber : http://ezcobar.com/dokter- online/dokter15/index.php

2. Teori Metaplasia (Meier - 1919)


Teori ini mengemukakan bahwa lesi endometriosis terbentuk akibat metaplasia dari
sel-sel epitel coelom yang berasal dari saluran Muller. Sel-sel ini berdiferensiasi
menjadi sel-sel peritoneal, pleura dan sel-sel pada permukaan ovarium. Teori ini
sampai kini masih dianut oleh para ahli patologi.

Beberapa fakta yang mendukung :

6

Endometriosis ditemukan pada gadis premenarkhe, pada wanita yang tidak
pernah menstruasi, dan juga pada gadis remaja yang mempunyai siklus
menstruasi yang jarang.

Karena sel endometrium intak tidak mempunyai akses ke thoraks pada
keadaan tidak terdapatnya defek anatomi, teori implantasi tidak dapat
menjelaskan kasus endometriosis di pleura dan pulmo. Metaplasia pada pleura
(yang berasal dari epitelium coelom, seperti pada peritoneum dan duktus
mulleri) diinduksi oleh hormon steroid atau rangsangan kimiawi yang
dilepaskan sel endometrium yang berdegenerasi ke dalam cairan peritoneum
(yang dapat berhubungan dengan kavum thoraks melalui hemidiafragma
kanan), adalah mekanisme yang mungkin terjadi

Metaplasia pada epitelium coelom yang misintegrasi (yang berdekatan
dengan bakal ekstremitas selama embriogenesis awal) adalah satu-satunya
mekanisme yang dapat menerangkan endometriosis pada tempat perifer yang
tidak umum seperti di ekstremitas (jari, kaki, lutut).

Kasus endometriosis yang jarang ditemukan pada pria yang diterapi dengan
estrogen dosis tinggi (vesika urinaria, dinding abdomen)

Sel stroma dan epitelium permukaan ovarium, dikultur bersama dengan
estrogen, membentuk stroma dan kelenjar endometrium.

Endometrium eutopik (dalam uterus) dan ektopik (di luar uterus) jauh berbeda,
baik dari morfologi dan fungsional, suatu fakta yang sulit digabungkan dengan
pendapat bahwa implan endometriosis merupakan autotransplantasi dari
jaringan endometrium normal. 1,4,5

3. Teori Induksi
Teori ini merupakan variasi teori metaplasia bahwa darah haid atau rangsangan atau
paparan lain memicu sel-sel peritoneum sehingga terjadi perubahan sel-sel asal yang
tidak berdiferensiasi menjadi sel-sel endometrium yang berdiferensiasi dan memiliki
kemampuan untuk berimplantasi. 1,4,5

7
4. Teori Aliran Limfe (Halban-1924)
Halban berusaha menerangkan kemungkinan kejadian endometriosis jarak jauh
berdasarkan aliran limfe yang membawa dan akhirnya dapat tumbuh di tempat yang
baru. 1,4,5

5. Teori Iatrogenik
Teori iatrogenik menyatakan terjadinya endometriosis pada dinding abdomen adalah
karena pemindahan desidua saat operasi sesarea. 1,4,5

6. Teori Neurologik
Teori ini merupakan konsep baru dalam patogenesis endometriosis: dimana lesi
tampaknya menginfiltrasi dinding usus besar sepanjang nervus, pada jarak yang jauh
dari lesi primer. Tentu saja, faktor lain seperti imunologi, genetik dan familial, juga
dapat terlibat. Anaf et al, yang mempertimbangkan endometriosis usus besar sebagai
fenomena invasi atau infiltrasi, menemukan bahwa terdapat kontinuitas histologis
antara lesi superfisial dan dalam dibawahnya pada dinding usus besar, menunjukkan
bahwa lesi berasal dari serosa yang secara progresif menginvasi muskulus propria.
Mukosa jarang terlibat karena innervasi yang kurang. 1,4,5

7. Faktor Genetik dan Imunologik


Dmowski dan teman-temannya menduga faktor genetik dan imunologik sangat
berperan terhadap timbulnya endometriosis. Ditemukan penurunan imunitas seluler
pada jaringan endometrium wanita yang menderita endometriosis. Pada cairan
peritoneum wanita dengan endometriosis ditemukan aktivitas sel makrofag yang
meningkat, penurunan aktivitas natural killer cells dan penurunan aktivitas sel-sel
limfosit. Makrofag akan mengaktifkan jaringan endometriosis dan penurunan sistem
imunologik tubuh akan menyebabkan jaringan endometriosis terus tumbuh tanpa
hambatan. Makin banyak regurgitasi darah haid, makin banyak pula sistem
pertahanan tubuh yang terpakai. Pada wanita dengan darah haid yang sedikit, atau
yang jarang haid, sedikit sekali ditemukan endometriosis. Bila salah satu orang tua
(ibu) menderita endometriosis, maka anak dari orang tua tersebut lebih mungkin
menderita endometriosis. Wanita Asia lebih banyak menderita endometriosis
dibandingkan wanita Negro. 1,4

8
2.4 Faktor Resiko

Wanita yang beresiko terkena penyakit endometriosis, yaitu :


1) Wanita yang ibu atau saudara perempuanya menderita endometriosis
2) Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari
3) Menarke terjadi pada usia relatif muda (< 11 thn)
4) Masa menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih
5) Orgasme saat menstruasi
6) usia,
7) peningkatan jumlah lemak tubuh perifer,
8) gangguan haid (polimenore, menoragia, dan berkurangnya paritas) . 2 , 3

2.5 Gambaran Klinik

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah :


1) Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selam haid
(dismenore)
Dismenore pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang
semakinl a m a s e m a k i n m e n g h e b a t . S e b a b d a r i d i s m e n o r e i n i t i d a k
d i k e t a h u i , t e t a p i m u n g k i n a d a hubungannya dengan vaskularisasi dan
perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa
haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainansudah
luas, sebaiknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang keras. 2,4,6

2) Disparunia
Dispareunia merupakan gejala yang sering dijumpai, adalah nyeri pada alat
kelamin atau nyeri di dalam panggul selama melakukan hubungan seksual .
Disebabkan oleh karena adanya endometriosis dikavum Douglasi. 2,4,6

3) Nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu haid;


Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan
olehkarena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-
kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut.
9
Endometriosis kandung kencing jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah
2,4,6
gangguan miksi dan hematuria pada waktu haid.

4) Polimenore dan hipermenore;


Gangguan haid dan siklusnyadapat terjadi pada endometriosis apabila
kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovarium
terganggu. 2,4,6

5) Infertilitas
Faktor   p e n t i n g yang menyebabkan infertilitas pada
e n d o m e t r i o s i s i a l a h a p a b i l a m o b i l i t a s t u b a terganggu karena fibrosis
dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaan ginekologik, khususnya
pada pemeriksaan vagino-rekto-abdominal, ditemukan pada
endometriosis ringan  b e n d a - b e n d a padat sebesar butir beras
s a m p a i b u t i r j a g u n g d i k a v u m D o u g l a s i d a n p a d a ligamentum
sakrouterinum dengan uterus dalam retrofleksi dan terfiksasi. Ovarium mula-
mulad a p a t d i r a b a s e b a g a i t u m o r k e c i l , a k a n t e t a p i b i s a m e m b e s a r
s a m p a i s e b e s a r t i n j u . T u m o r   ovarium seringkali terdapat bilateral dan
sukar digerakkan. 2,4,6

10
Gambar 3 :Patofisiologi nyeri dan infertilitas akibat endometriosis
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMep1000274

2.6 Gambaran Mikroskopik

Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi endometriosis, yakni


kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium, dan perdarahan bekas dan baru berupa
eritrosit, pigmen hemosiderin, dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin. Di sekitarnya
tampak sel-sel radang dan jaringan ikat, sebagai reaksi dari jaringan normal
disekelilingnya. Jaringan endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam
uterus, dapat dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron. Akan tetapi besarnya pengaruh
tidak selalu sama, dan tergantung dari beberapa faktor, antara lain komposisi
endometriosis yang bersangkutan (apakah jaringan kelenjar atau jaringan stroma yang
lebih banyak), dari reaksi jaringan normal di sekitarnya, dan sebagainya. Sebagai akibat
dari pengaruh hormon-hormon tersebut, sebagian besar sarang-sarang endometriosis
berdarah secara periodik. Perdarahan yang periodik ini menyebabkan reaksi jaringan
sekelilingnya berupa radang dan perlekatan. 1, 4

Pada kehamilan, dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis.


Apabila kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan regresi
sarang endometriosis, dan dengan membaiknya keadaan. Pengaruh baik dari kehamilan
kini menjadi dasar pengobatan endometriosis dengan hormon untuk mengadakan apa
yang dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy). 1, 4

Secara mikroskopik, endometriosis merupakan suatu kelainan yang jinak, akan


tetapi kadang-kadang sifatnya seperti tumor ganas. Antara lain, bisa terjadi penyebaran
endometriosis ke paru-paru dan lengan, selain itu bisa terdapat infiltrasi ke bawah
kavum Douglasi ke fasia rektovaginal, ke sigmoid, dan sebagainya. 1, 4

2.7 Klasifikasi

11
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dar
iendometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman
invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari
p e r l e k a t a n . D e n g a n  perhitungan ini didapatkan nilai-nilai
dari skoring yang k e m u d i a n  jumlahnya berkaitan dengan derajat
klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah
ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40
adalah berat (stadium IV) 3

endometriosis <1 cm 1-3cm >3 cm


peritonium permukaan 1 2 4
dalam 2 4 6
ovarium Kanan permukaan 1 2 4
dalam 4 16 20
kiri permukaan 1 2 4
dalam 4 16 20
Perlekatan cavum douglas sebagian komplit
4 40
ovarium Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Kanan Tebal 1 2 4
Tipis 4 8 16
kiri Tebal 1 2 4
Tipis 4 8 16
tuba Kanan Tebal 1 2 4
Tipis 4 8 16
kiri Tebal 1 2 4
Tipis 4 8 16

Tabel 1. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS


Sumber : http://ezcobar.com/dokter- online/dokter15/index.php

12
Gambar 3. American Society for Reproductive Medicine Revised Classification of
Endometriosis
Sumber : http://www.scribd.com/doc/23352341/Endometriosis

13
2.8 Diagnosis

Diagnosis di buat berdasarkan atas :



Anamnesis
Nyeri pelvik siklik atau dismenorea adalah khas untuk endometriosis. Nyeri haid ini
muncul beberapa hari menjelang haid, dan mencapai puncaknya saat haid, dan
menghilang setelah berhenti haid. Pasien tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari
dan memerlukan pengobatan untuk menghilangkan nyeri. Nyeri pelvik dapat juga
terjadi asiklik. Nyeri pelvik siklik maupun asiklik ditemukan hampir pada 70-80%
penderita endometriosis. Tempat nyeri yang dirasakan pasien dapat diduga sebagai
perkiraan lesi endometriosis berada. Endometriosis di peritoneum biasanya
menimbulkan nyeri di perut bagian bawah. Endometriosis di vagina atau cavum
Douglasi mengakibatkan nyeri saat sanggama atau saat dilakukan pemeriksaan
ginekologi. Endometriosis di vesika urinaria mengakibatkan nyeri suprapubik dan
air seni bercampur darah.1

Pada 50% pasutri yang mengalami infertilitas ditemukan endometriosis dan 70-80%
wanita dengan infertilitas yang tidak dapat dijelaskan ditemukan endometriosis.
Pada 15% wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis.
Endometriosis yang ditemukan ini belum tentu merupakan penyebab infertilitas.
Banyak wanita hamil yang atas indikasi tertentu dilakukan seksio sesarea ditemukan
secara kebetulan endometriosis di rongga pelvis. 1

 Pemeriksaan Klinis
Pada pemeriksaan dalam atau colok dubur, kadang teraba adanya nodul-nodul di
daerah kavum Douglasi dan daerah ligamentum sakrouterina yang sangat nyeri.
Uterus biasanya teraba retrofleksi dan sulit digerakkan. Di parametrium terba massa
kistik yang nyeri pada penekanan. Selalu harus dilakukan pemeriksaan kombinasi
retrovaginal.

 Pemeriksaan Penunjang

14

Metode definitif untuk mendiagnosis, penilaian stadium endometriosis dan
evaluasi terhadap rekurensi penyakit setelah pengobatan adalah visualisasi
dengan tindakan bedah.

Saat ini, laparoskopi merupakan gold standar untuk mendiagnosis
endometriosis.

Pendekatan diagnostik non-operatif seperti ultrasonografi transvaginal dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak banyak membantu dalam mendeteksi
adanya adesi dan implantasi di peritoneum dan ovarium. Namun, kedua metode
pencitraan tersebut dapat mendeteksi endometrioma ovarium dengan baik,
dengan kisaran sensitivitas 80 - 90% dan spesifisitas 60 - 98%.

Dengan USG atau Ctscan terlihat adanya massa kistik di satu atau dua ovarium
yang mengarah ke kista coklat, atau terlihat adanya bercak-bercak endometriosis
dalam miometrium (adenomiosis). USG juga dapat menunjukkan karakteristik
aliran darah sedikit ke endometrioma, aliran normal pada jaringan ovarium
normal, dan aliran yang meningkat pada tumor ovarium.

Kadar CA-125 mungkin meningkat pada endometriosis, tetapi tes ini tidak
dianjurkan untuk tujuan diagnostik karena rendahnya sensitivitas dan
spesifisitas.

Nyeri yang disertai darah saat berkemih atau saat buang air besar perlu
dilakukan tindakan endoskopi.1,6

2.9 Differential Diagnosis

15
1. Adenomiosis uteri
2. Radang pelvik dengan tumor adneksa
3. Endometriosis ovarii sulit dibedakan dengan kista ovarium
4. Endometriosis rektosigmoid perlu dibedakan dengan karsinoma. 4

2.10 Penatalaksanaan

Bila diagnosis endometriosis sudah ditegakkan, pilihan terapi


diambil berdasarkanluasnya endometriosis dan kebutuhan pasien.
R e g i m e n p e n g o b a t a n o r a l d a n p e m b e d a h a n ditentukan berdasarkan usia,
status fertilitas, beratnya penyakit, pengobatan sebelumnya, biaya,risiko pengobatan,
dan lama pengobatan. Penatalaksanaan untuk endometriosis antara lain pemberian
analgetik, pengobatan hormonal, dan pembedahan.

A. Pemberian analgetik

Analgesik merupakan terapi nonspesifik, tetapi merupakan bagian terapi


medis yang penting dan satu-satunya modalitas terapi yang tepat untuk wanita yang
menginginkan kehamilan.6
Anti inflamasi non-steroid (AINS) biasanya efektif, karena implan
endometriosis mengeluarkan prostaglandin dan sitokin, yangmana produksinya
diturunkan oleh AINS. Asetaminofen saja memang kurang efektif tapi cukup baik bila
dikombinasi dengan AINS lainnya, atau sebagai monoterapi pada pasien yang
memiliki kontraindikasi terhadap AINS.6
AINS biasanya digunakan untuk mengurangi dismenore, meskipun suatu
studi acak terkontrol tidak menunjukkan penurunan nyeri yang signifikan akibat
endometriosis dengan menggunakan AINS dibandingkan dengan plasebo dan tidak
ada keunggulan salah satu AINS di atas lainnya. 1 Haruslah dicatat bahwa AINS
sebaiknya dihindari pada masa sekitar ovulasi pada wanita yang menginginkan
kehamilan, karena penggunan AINS kronik berhubungan dengan sindrom luteinized
unruptured follicle wall; blokade terhadap prostaglandin menghambat pecahnya
dinding folikel yang menyebabkan keluarnya ovum, sehingga fertilisasi dicegah. Pada
nyeri hebat, terutama pada dismenore yang berat diperlukan suatu narkotik 6
16
B. Pengobatan hormonal

Sebagai dasar pengobatan hormonal endometriosis ialah bahwa pertumbuhan


dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan endomterium yang normal,
dikontrol oleh hormone-hormon steroid. Hal ini didukung oleh data klinik maupun
laboratorium. 4
Data klinik tersebut adalah :
1. Endometriosis sangat jarang timbul sebelum menars
2. Menopause, baik alami maupun karena pembedahan, biasanya menyebabkan
kesembuhan
3. Sangat jarang kasus endometriosis baru setelah menopause, kecuali bila ada
pemberian estrogen eksogen. 4

Prinsip pengobatan hormonal :


1. Menciptakan lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik
2. Menciptakan lingkungna hormone tinggi androgen atau tinggi progesterone.4

Jenis oabat yang dipakasi sebagai terapi hormone adalah :

1. Pil Kontrasepsi
Pil kontrasepsi memiliki sejumlah keuntungan, terutama pada endometriosis ringan
atau sedang, yaitu:

Menurunkan beratnya menstruasi dan lama menstruasi, sehingga menurunkan
jumlah produk menstruasi yang retrograd.

Memberikan efek desidual pada implan-implan endometriosis yang
menghambat pertumbuhan implan lebih lanjut.


Menurunkan level estrogen sirkulasi, terutama estradiol. Dengan menghambat
fungsi ovarium dan memberikan estrogen tambahan, level estradiol darah
umumnya lebih rendah daripada sebelum mengkonsumsi pil kontrasepsi.

17
Level estrogen yang lebih rendah akan menurunkan stimulasi hormonal pada
implan.

Bila dikonsumsi terus, pil kontrasepsi akan menghentikan perdarahan
withdrawal episodik yang terjadi baik pada endometrium normal maupun
implan endometrium.

Pil kontrasepsi dapat diberikan 3-6 bulan.1

2. Danazol
Danazol merupakan turunan testosteron dan mempunyai efek langsung maupun tak
langsung pada endometriosis.

Menghambat pertumbuhan implan melalui efek desidualisasinya.

Menekan sekresi gonadotropin hipofisis, yang mengakibatkan inhibisi fungsi
ovarium dan menurunkan level estrogen.

Memblok enzim steroidogenik.

Kerugian penggunaan Danazol adalah harganya yang mahal dan efek
sampingnya yang bermakna (pertambahan berat badan, maskulinisasi dan
depresi). Tetapi, Danazol sangat efektif dalam terapi endometriosis dan sedikit
pasien yang menghentikan terapi meskipun mengalami efek samping tersebut.1

3. Progestin
Progestin menghambat pelepasan gonadotropin hipofisis, memblokade fungsi ovarium
dan mempunyai efek desidualisasi pada implan endometrium, yang menghambat
pertumbuhannya. Progestin sama efektifnya dengan pil kontrasepsi dalam terapi
endometriosis, tetapi lebih banyak efek samping terutama pertambahan berat badan dan
perdarahan breakthrough. 1

C. Pembedahan

1. Pembedahan konservatif

18
Pembedahan konservatif berarti mengambil sebanyak mungkin lesi endometriosis,
tetapi dengan batasan untuk mempertahankan fungsi reproduksi. Ini berarti
mempertahankan uterus, tuba Fallopi dan ovarium. Pembedahan konservatif adalah
pilihan terbaik untuk pasien infertil karena tidak ada terapi tanpa pembedahan yang
dapat memperbaiki fertilitas pasien. Sebaliknya, pembedahan konservatif mencapai
40-60% angka kehamilan post-pembedahan, tergantung dari derajat
endometriosisnya. 1

5. Pembedahan Definitif

Pembedahan definitif melibatkan histerektomi, dengan atau tanpa mengambil tuba,


ovarium dan tempat lain endometriosis. Pembedahan definitif memberikan
kemungkinan terbesar untuk secara permanen menghilangkan nyeri endometriosis,
tetapi menghilangkan fungsi reproduksinya. 1

Pengangkatan ovarium bersifat kontroversial. Bila diangkat, tingkat kesembuhan


menjadi lebih besar, tetapi akan menimbulkan keadaan menopause. Untuk
menghilangkan gejala menopause tersebut, dapat diberikan terapi pengganti hormon
estrogen segera setelah pembedahan. Pemberian estrogen ini tampaknya tidak cukup
untuk menumbuhkan kembali endometriosis. 1

2.11 Komplikasi


Bila implantasi terjadi di usus atau ureter dapat mengakibatkan obstruksi dan
gangguanfungsi ginjal.

Distorsi pelvis mengakibatkan gangguan fertilitas.

penggunaan kontrasepsi oral  berakibat troboembolisme dan efek
hipoetrogen GnRH analog jangka panjang mengakibatkan osteoporosis.2
sistem Jenis gangguan
Fungsi koitus Dyspareunia
(menurunkan frekuensi
sanggama)
19
Fungsi sperma Inaktivasi sperma, fagosistosis sperma
dengan makrofag
Fungsi tuba falopii Kerusakan fimbriae, penurunan motilitas
tuba akibat prostaglandin
Fungsi ovarium Anovulasi, pelepasan gonadotropin yang
terganggu.

Jenis ganguan sistem yang disebabkan oleh endometriosis


http://www.scribd.com/doc/40213985

2.12 Pencegahan

Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara


pencegahan paling baik u n t u k   endometriosis. Gejala-gejala
endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah
kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab
itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah
perkawinan hendaknyadiusahakan supaya mendapat anak-anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama.S i k a p d e m i k i a n i t u t i d a k hanya
m e r u p a k a n p r o f i l a k s i s y a n g b a i k t e r h a d a p e n d o m e t r i o s i s , melainkan
menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu
janganmelakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan sewaktu
haid, oleh karena hal itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke
tuba dan ke rongga panggul .2,4

BAB III
KESIMPULAN

20
Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan
stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus.

Endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif , namun ditemukan


pula endometriosis pada usia remaja dan pascamenopause. Endometriosis lebih sering
ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai
banyak anak.

Hingga kini penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti. Banyak teori yang
disebut ikut berperan dalam patogenesis endometriosis, sehingga penyakit ini disebut juga
‘penyakit penuh teori. Tetapi tidak satupun dari teori-teori tersebut yang benar-benar dapat
menjelaskan kenapa jaringan endometrium sampai berada di luar kavum uteri.

Wanita yang beresiko terkena penyakit endometriosis, yaitu : Wanita yang ibu atau
saudara perempuanya menderita endometriosis, Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih
dari 27 hari, Menarke terjadi pada usia relatif muda (< 11 thn), Masa menstruasi
berlangsung selama 7 hari atau lebih, Orgasme saat menstruasi , usia, peningkatan jumlah
lemak tubuh perifer, gangguan haid (polimenore, menoragia, dan berkurangnya paritas) .

Gejala klinis endomteriosis meliputi : Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat
paha yang terjadi pada dan selam haid (dismenore), D i s p a r e n u n i a , Nyeri waktu
defekasi, khususnya pada waktu haid, P o l i m e n o r e dan hipermenore,
Infertilitas.

Diagnosis endometriosis dapat ditegakkan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik


serta pemeriksaan penunjang. Endometriosis harus dibedakan dengan Adenomiosis uteri,
Radang pelvik dengan tumor adneksa. Endometriosis ovarii sulit dibedakan dengan kista
ovarium. Endometriosis rektosigmoid perlu dibedakan dengan karsinoma.

Bila diagnosis endometriosis sudah ditegakkan, pilihan terapi


diambil berdasarkanluasnya endometriosis dan kebutuhan pasien.
R e g i m e n p e n g o b a t a n o r a l d a n p e m b e d a h a n ditentukan berdasarkan usia, status

21
fertilitas, beratnya penyakit, pengobatan sebelumnya, biaya,risiko pengobatan, dan lama
pengobatan. Penatalaksanaan untuk endometriosis antara lain pemberian analgetik,
pengobatan hormonal, dan pembedahan.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Miranty Firmansyah. 2008. Mengenal endometriosis. (diakses tanggal 14 Janiarai


2013) http://medicinestuffs.blogspot.com/2008/11/mengenal-endometriosis.html
2. Songkolo. 2009. Referat endometriosis. (diakses tanggal 13 Janiarai 2013)
http://www.scribd.com/doc/23352341
3. Widji. 2010. Makalah endometriosis. (diakses tanggal 13 Janiarai 2013)
http://www.scribd.com/doc/40213985
4. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadi. Endometriosis.
Ilmu kandungan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. 2009: 315-326
5. Lila dewata, samsuldhi, soeharto DS, bambang sukaputra, hendro pramono, djoko
waspodo, hendy hendarto. Endometriosis. Pedoman diagnosis dan terapi bagian ilmu
kebidanan dan penyakit kandungan. Edisi III. Rumah sakit umum dokter sutomo
Surabaya. 2008: 40-43.
6. Linda C. Giudice, M.D., Ph.D. N Engl J Med 2010; 362:2389-2398 June 24, 2010
DOI: 10.1056/NEJMcp1000274. Endometriosis. (diakses tanggal 13 Janiarai 2013)
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMep1000274

23

Anda mungkin juga menyukai