Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu

LOGIKA

Oleh :

Siur Indah Wati

2031150079

LOGIKA – A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


Merangkum Buku

Judul Buku : Logika

Pengarang : Drs. H. Mundiri

Halaman : 242 Halaman

Penerbit : Rajawali Pers

Tahun terbit : Cetakan ke-21, Januari 2019


PENDAHULUAN

A. ARTI DAN SEJARAH SINGKAT LOGIKA


‘Logika’ adalah bahasa Latin berasal dari kata ‘Logos’ yang berarti perkataan
atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantiq, kata Arab
yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap. Dalam buku
Logic and Language of Education, mantiq disebut sebagai “penyelidikan tentang
dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar, sedangkan dalam kamus Munjid
disebut sebagai “Hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir”.
Prof. Thaib Thahir A. Mu’in membatasi dengan “Ilmu untuk menggerakan pikiran
kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran.” Sedangkan Irving M.
Copi menyatakan, “Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum
yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.”
Kata “Logika rupa-rupanya dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium.
Kaum Sofis, Socrates, dan Plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya Logika.
Logika lahir sebagai ilmu atas jari Aristoteles, Theoprostus, dan kaum Stoa.
Aristoteles meninggalkan enam buah buku oleh murid-muridnya diberi nama
Organon. Buku tersebut adalah Categoriae (mengenai pengertian-pengertian), De
Interpretatiae (mengenai keputusan-keputusan), Analitica Priora (tentang silogisme),
Analitica Posteriora (mengenai pembuktian), Topika (mengenai berdebat), dan De
Sophisticis Elenchis (mengenai kesalahan-kesalahan berpikir). Theoprostus
mengembangkan Logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa mengajukan bentuk-
bentuk berpikir yang sistematis. Buku-buku inilah yang menjadi dasar Logika
Tradisional.
Pada abad XIII sampai dengan XV tampilah Petrus Hispanus, Roger Bacon,
Raymundus Lullus, dan Wilhelm Ocham mengetengahkan Logika yang berbeda
sekali dengan metode Aristoteles yang kemudian kita kenal dengan Logika Modern.
Raymundus Lullus mengemukakan metode baru logika yang disebut Ars Magna,
semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran-kebenaran
tertinggi. Pada abad XIX Logika dipandang sebagai sekedar peristiwa psikologis dan
metodis seperti yang diajarkan oleh W. Wund, J. Dewey dan M. Baldwin. Nama-
nama seperti George Boole, Bertrand Russell, dan G. Frege harus dicatat sebagai
tokoh yang banyak berjasa dalam kehidupan Logika Modern.
B. ARTI ILMU
Logika yang sedang kita pelajari adalah Ilmu. Dalam bahasa Indonesia “Ilmu”
seimbang artinya dengan “science” dan dibedakan pemakaiannya secara jelas dengan
kata “pengetahuan”. Dengan kata lain ilmu dan pengetahuan mempunyai pengertian
yang berbeda secara mendasar. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari aktivitas
mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada
keraguan terhadapnya. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata
“pengetahuan” dan “ilmu” dari apa yang kita tangkap dalam jiwa. Pengetahuan
(knowledge) sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan sesuatu,
sedangkan Ilmu (science) menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang
dituntut oleh pengetahuan (knowledge). Sudah barang tentu ilmu bukan sekedar
onggokan yang gaduh dari sembarang pengetahuan serupa dengan keanekaragaman
jenis barang dalam tong sampah, tetapi menyerupai susunan barang dalam
department-store, di mana barang sejenis dikelompokkan dan ditempatkan secara
spesifik. Pengetahuan dari obyek-obyek sejenis dikelompokkan dan disistematiskan
menjadi kelompok-kelompok tertentu sehingga melahirkan ilmu yang beraneka ragam
seperti yang kita kenal adalah hasil dari pengelompokkan pengetahuan sejenis.

Kita kenal ada Ilmu Ekonomi yang membicarakan pengetahuan tentang usaha
manusia dalam mencapai kemakmuran, ada Ilmu Ukur (Geometri) yang
membicarakan pengetahuan tentang bidang dan garis, ada Ilmu Falaq (Astronomi)
yang membicarakan tentang pengetahuan benda-benda langit dan peredarannya, ada
Ilmu Kimia yang membicarakan tentang pengetahuan unsur benda dan perubahannya,
ada Ilmu Hayat (Biologi) yang membicarakan pengetahuan tentang pertumbuhan
mahluk hidup, dan sebagainya. Selanjutnya, terlihat bahwa pernyataan-pernyataan
keilmuan berkaitan satu sama lain, yang kesemuanya merupakan suatu informasi yang
utuh. Pernyataan seperti: Air laut pasang, Bulan berada di atas laut, Bulan mempunyai
gaya gravitasi; masing-masing terpisah (isolated). Jadi masing-masing merupakan
informasi pengetahuan, bukan keilmuanl. Bila semuanya dirangkai ditambah dengan
pernyataan lain yang menerangkan tentang peristiwa pasangnya air laut, maka
pernyataan itu menjadi informasi keilmuan.

Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas kelompok ilmu a


posteriori, dan kelompok ilmu a priori. Ilmu a posteriori adalah ilmu pengetahuan
yang kita peroleh dari pengalaman inderawi seperti Ilmu Kimia, Ilmu Alam, Ilmu
Hayat, Ilmu Kesehatan, pendeknya semua ilmu yang bersumber pada pengalaman dan
eksperimen. Ilmu a priori adalah ilmu-ilmu yang tidak kita peroleh dari pengalaman
dan percobaan, tetapi bersumber pada akal itu sendiri. Kebenaran ilmu ini tidak dapat
ditemukan dan dikembalikan kepada data empiris sebagaimana ilmu-ilmu a
posteriori, melainkan kepada akal. Semua ilmu yang tidak tergantung kepada
pengalaman dan eksperimen termasuk dalam kelompok ini, begitu juga Logika. Ilmu-
ilmu berbeda-beda bidang yang diselidikinya, tetapi semuanya bersamaan dalam hal:
mencari hukum, patokan-patokan dan rumusan-rumusan yang meliputi masing-
masing bidangnya yang mengendalikan seluruh masalah detail dan partikularnya.

C. ARTI PIKIRAN
Logika menyelidiki, menyaring, dan menilai pemikiran dengan cara serius dan
terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan
dan keinginan perorangan. Ia merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan
patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien, dan
teratur. Dengan demikian, ada dua obyek penyelidikan logika, pertama, pemikiran
sebagai obyek material dan, kedua, patokan-patokan atau hukum-hukum berpikir
benar sebagai obyek formulanya. Pengetahuan kita tidak lain adalah informasi
proposisi-proposisi. Dalam aktivitas berpikir kita selalu membandingkan,
menganalisis serta menghubungkan proposisi satu dengan lainnya. Dengan demikian,
penyelidikan mantiq dalam mencari kebenaran dalam pemikiran selalu berurusan
dengan struktur dan relasi proposisi.
D. ARTI BENAR
Benar pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan. Kita
akan berkata bahwa proposisi berikut adalah salah: Batu hitam tenggelam dalam air
raksa; Batu lebih ringan daripada kapuk; Kepada Nabi Musa Allah menurunkan kitab
al-Quran. Sebaliknya kita mengakui kebenaran dari proposisi berikut: Bumi bergerak
mengelilingi matahari; Napoleon adalah panglima perang yang ulung; Besi lebih berat
daripada air tawar. Apakah dasar kita menentukan demikian itu? Tidak lain dan tidak
bukan adalah sesuai tidaknya proposisi-proposisi itu dengan kenyataan sesungguhnya.
Ukuran kebenaran kedua adalah adanya persesuaian atau tidak adanya pertentangan
dalam dirinya. Suatu pernyataan dikatakan benar manakala ia tidak mengandung
pertentangan dari awal hingga akhir. Penyataan serupa: Ia adalah seorang jujur yang
suka menipu; Fatimah adalah seorang bisu yang pandai berdebat; Di antara bentuk
yang bulat ada bentuk segi, adalah penyataan memperkosa prinsip yang disebut
pertama oleh yang kemudian.
Pertentangan dalam pemikiran tidak saja terdapat dalam pernyataan yang
pendek seperti terlihat dengan adanya dua kata yang bertentangan atau dalam
pengambilan kesimpulan yang keliru tetapi juga dalam uraian yang panjang. Seorang
hakim yang cerdas akan melihat tidak adanya persesuaian isi pembelaan si tertuduh
meskipun berpuluh-puluh halaman panjangnya.
E. ASAS-ASAS PEMIKIRAN
Dalam aktivitas berpikir kita tidak boleh melalaikan patokan pokok yang oleh
Logika disebut Asas berpikir. Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal
dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka “Asas Pemikiran” adalah
pengetahuan di mana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini
bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung
terlaksana tidaknya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu.
Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi:
1. Asas identitas (principium identitatis)
Ini adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain.
Bila kita beri perumusan akan berbunyi: “Bila proposisi itu benar maka
benarlah ia”.
2. Asas kontradiksi (principium contradictoris)
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama
dengan pengakuannya. Jika dirumuskan, akan berbunyi: “Tidak ada proposisi
yang sekaligus benar dan salah”.
3. Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi tertii)
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran
kebenarannya terletak pada salah satunya. Jika dirumuskan, akan berbunyi
“Suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah”.
F. CARA MENDAPATKAN KEBENARAN
Ada dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan pengetahuan baru
yang benar, yaitu melalui metode induksi dan metode deduksi. Induksi adalah cara
berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat
individual. Penalaran ini dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan
terbatas diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Cara penalaran seperti ini
memiliki dua keuntungan. Pertama, kita dapat berpikir secara ekonomis. Kedua,
pernyataan yang dihasilkan melalui cara berpikir induksi tadi memungkinkan proses
penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun secara deduktif.
Deduksi adalah kegiatan berpikir merupakan kebalikan dari penalaran induksi.
Deduksi adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum, menuju kesimpulan
yang bersifat khusus. Jadi antara penalaran induksi dan deduksi mempunyai hubungan
yang erat. Mula-mula orang menggunakan penalaran induktif untuk mendapatkan
pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan umum ini menjadi dasar pemikiran
deduksi. Dengan deduksi kita dapat mengetahui pengetahuan baru yang dicakup oleh
pernyataan induktifnya. Pengetahuan yang benar dapat menggunakan dua metode ini
secara cermat dan kritis. Pengembangan pengetahuan semata-mata menggantungkan
penalaran induksi akan sangat lambat dan boros. Sebaliknya deduksi meminta jasa
induksi dalam menggunakan dasar pemikirannya.
G. PEMBAGIAN LOGIKA
Logika dapat disistematiskan menjadi beberapa golongan, tergantung dari
mana kita meninjaunya. Dilihat dari segi kualitasnya, Matiq/Logika dapat dibedakan
menjadi Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) yaitu kecakapan berlogika berdasarkan
kemampuan akal bawaan manusia. Dilihat dari metodenya dapat dibedakan atas
Logika Tradisional dan Logika Modern. Logika Tradisional adalah Logika
Aristoteles, dan Logika daripada Logikus yang lebih kemudian, tetapi masih
mengikuti system Logika Aristoteles. Logika Modern tumbuh dan dimulai pada abad
XIII. Mulai dari abad ini ditemukan sistem baru, metode baru yang berlainan dengan
sistem Logika Aristoteles. Jika dilihat dari obyeknya, dikenal sebagai Logika Formal
dan Logika Material. Pemikiran dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu yang pertama
disebut berpikir deduktif dipergunakan dalam logika Formal. Cara berpikir yang
kedua ialah induktif dipergunakan dalam logika material. Cabang Logika Formal
disebut juga Logika Minor, Logika Material disebut juga Logika Mayor.
H. MANFAAT LOGIKA
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir
dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini.

Anda mungkin juga menyukai