Anda di halaman 1dari 10

Pandangan Tokoh-Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap ...

PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI NEGARA-


NEGARA MUSLIM

Sri Wahyuni
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: nee_cyk@yahoo.com

Abstract
This article discusses about family law reform in the moslems countries. This study shows that the reform methods
are intra-doctrinal and extra-doctrinal reform, regulation and codification. There are three typical of the Islamic
law reform in the moslems countries. They are the countries which use the Islamic law as the traditional fiqh, the
countries which adopted the west law, and the countries which establish the Islamic law that combine the methods
and procedures from the west law. The reform aspects of the Islamic family law in the moslems countries are the
limitation the marriage age, the control to the polygamy, court procedure in the divorce, while in the inheritance
law there is the wasiat wajibah concept.
[Tulisan ini membahas tentang pembaharuan hukum keluarga di negara-negara Muslim. Dari
pembahasan ini diketahui bahwa metode pembaharuan dilakukan dengan metode intra-doctrinal
dan extra-diktrinal reform, regulasi dan kodifikasi. Dari sini, terdapat tiga tipologi negara Muslim
berdasarkan pembaharuan hukum Islam yang dilakukan, yaitu negara Muslim yang menggunakan
hukum Islam sebagaimana dalam (fiqh) tradisional; negara muslim yang mengadopsi hukum Barat;
dan negara Muslim yang menerapkan hukum Islam dengan menggunakan metode dan prosedur
layaknya hukum Barat. Adapun aspek pembaharuan hukum keluarga di negara-negara Muslim di
antaranya adalah pembatasan usia perkawinan, kontrol terhadap poligami, dalam hal perceraian
dari suami dan isteri dengan prosedur pengadilan, dalam bidang waris terdapat wasiat wajibah.]

Kata Kunci : pembaharuan, hukum keluarga Islam, negara-negara Muslim

A. Pendahuluan
Term hukum Islam merupakan terjema- juga dengan term hukum Islam mengalami
han dari kata “al-fiqh al-Islami”, yang dalam ambiguitas antara fiqh, yaitu hukum praktis
literatur Barat disebut dengan “the Islamic Law”, yang diambil dari dalil-dalil tafsili (rinci),4 dan
atau dalam batas-batas yang lebih longgar “the syari>‘ah yaitu peraturan yang diturunkan oleh
Islamic Jurisprudence”. Term yang pertama Allah kepada manusia agar dipedomani dalam
lebih cenderung kepada syari>‘ah,1 sedangkan berhubungan dengan Tuhannya, dengan sesa-
yang kedua kepada fiqh, 2 namun keduanya manya, dengan lingkungannya, dan dengan
tidak dapat digunakan secara konsisten.3 Begitu kehidupan. 5

1
Islamic Law is an all embrancing body of religious duties, the totality of Allah’s commands that regulate the life of every Moslem
in its aspects. Joseph Schach, An Introduction to Islamic Law, (Oxford: Clarendom Press, 1982), hlm. 1
2
Ketika menyebutkan Islamic Jurisprudence dibahas tentang bagaimana masyarakat muslim membuat administrasi
peradilan yang baru dan senantiasa berkembang dari masa ke masa yaitu masa nabi, Khulafaur rasyidin, Bani Umayah
dan selanjutnya. Ibid., hlm 3.
3
Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gema Media, 2001), hlm. 1
4
Abd al Wahhab Khalaf, ‘Ilmu Usu>l Fiqh, (Kairo: Dar Al-Qalam, 1978), hlm. 11.
5
Definisi ini menurut Mahmud Syaltut dalam Al-Islam Aqidah wa Syari’ah, (Kairo: Dar Al-Qalam, 1966), hlm. 12.

Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H 211


Sri Wahyuni

Terlepas dari berbagai definisi tersebut di Namun, saat ini terdapat fenomena ‘asimi-
atas, hukum Islam dapat dinyatakan sebagai lasi’ antara hukum Islam dan hukum positif di
devine law (hukum Tuhan) yang mengatur sega- Indonesia. Seperti dilegislasikannya Undang-
la aspek kehidupan manusia, dan tidak memi- undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perka-
lah antara moralitas dan hukum6. Di dalamnya winan yang banyak diadopsi dari materi fiqh
terdapat aspek hukum ibadah, yaitu hukum munakahat. Hukum Islam sebagai hukum aga-
yang mengatur hubungan antara manusia dan ma yang dilegislasikan sebagai hukum nasional
Tuhan; dan aspek hukum mu‘amalah yaitu ini, merupakan fenomena yang banyak terjadi
yang mengatur hubungan hukum antara sesa- di negara-negara muslim, yang telah lama
ma manusia dan antara manusia dengan ling- menerapkan sistem hukum barat. Di Indonesia,
kungannya. Di sinilah, salah satu letak perbe- yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
daan hukum Islam yang merupakan devine law, aspirasi untuk menerapkan hukum Islam
dengan hukum positif (legal positivism) yang sebagai hukum nasional sangat kuat, sehingga
hanya mengatur tatanan masyarakat dalam dengan strategi legislasi materi hukum Islam
hubungan antara individu yang satu (sebagai dalam bentuk legal drafting menjadi RUU untuk
subjek hukum) dengan individu yang lain, atau ditetapkan sebagai hukum perundang-unda-
antara individu sebagai warga Negara dengan ngan ini pun terjadi.
pemerintah atau Negara.7 Fenomena ini juga terjadi di berbagai
Hukum Islam sebagai hukum agama bera- negara Muslim. Pasca-kolonial, negara-negara
sal dari wahyu Allah yang dipedomani oleh Muslim mendapatkan kemerdekaan. Mereka
umat Islam. Sementara itu, hukum positif di mayoritas, seperti Mesir, India, Pakistan,
Indonesia yang menganut sistem hukum Ero- Malaysia juga menerapkan hukum warisan
pha Kontinental, banyak mengadopsi hukum Barat kolonial. Namun, kemudian negara-
dari Belanda seperti Kitab Undang-undang negara Muslim tersebut melaksanakan law
Hukum Pidana (KUHP) yang berasal dari WvS reform, dengan membuat hukum Islam dengan
(Wetboek van Strafsrecht), Kitab Undang- birokrasi modern. Islamic law reform ini teruta-
undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang ma dimulai dari wilayah hukum personal dan
berasal dari BW (Burgerlijk Wetboek), dan Kitab hukum keluarga, yaitu bidang hukum perka-
Undang-undang Hukum Dagang (KUH winan dan kewarisan.
Dagang) yang berasal dari WvK (Wetboek van Tulisan ini membahas tentang Islamic Law
Koopandel). Begitu juga pemberlakuan hukum Reform di Negara-negara Muslim, terutama di
atau peraturan perundang-undangan di Indo- bidang hukum keluarga; konsep, metode dan
nesia, menganut sistem regulasi dan legislasi model pembaharuannya serta aspek pembaha-
sebagaimana yang berlaku di Eropha continen- ruan yang dilakukan.
tal. Seperti adanya legislasi peraturan perun-
dang-undangan oleh badan legislatif.

6
Hukum Islam merupakan devine law yaitu hukum yang berasal dari Tuhan, sedangkan hukum positif merupakan
ciptaan manusia dalam masyarakatnya. Perbedaan mendasar antara hukum Islam dan hukum positif adalah bahwa
dalam hukum Islam tidak terpisah antara law and morality, sementara dalam hukum positif, terdapat pemisahan
antara law and morality. Begitu juga sanksi dalam hukum Islam lebih banyak bersifat eskatologis, sedangkan dalam
hukum positif terdapat sanksi yang tegas yang diberlakukan oleh masyarakat atau Negara. Lihat, Sri Wahyuni,
Konsep Hukum Islam, hukum Romawi Jerman, dan Hukum Inggris (sebuah Studi Komparatif), dalam Jurnal Ilmu
Syari‘ah Asy-Syir‘ah, Fakultas Syariah Vol. 40, No. II, Th 2006.
7
Hukum positif hanya mencakup norma hukum yang tidak mencakup kaidah-kaidah hukum lain dalam masyarakat
seperti norma agama, norma susila dan norma sopan santun. Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1996), hlm. 34.

212 Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H


PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI NEGARA-NEGARA MUSLIM

B. Konsep Pembaharuan mazhab fiqh, karena terdapat beberapa Imam


Pembaharuan hukum Islam di negara- dan Faqih yang mendapatkan banyak pe-
negara Muslim, terutama terjadi setelah ada nganut dari umat Islam. Di antara mereka ada-
persentuhan antara Islam dan barat, ketika lah Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam
masa kolonialisme. Sehingga, pasca-kolonia- Syafi’i dan Imam Hambali, yang dikenal seba-
lisme pembaharuan ini pun terjadi di beberapa gai mazhab Sunny di samping juga terdapat
negara Muslim yang baru merdeka. Ketika berbagai mazhab Syi‘iy.
umat Islam bersentuhan dengan Barat yang Hingga saat ini pengaruh mazhab-mazhab
lebih maju, mereka jadi berpikir, mengapa umat fiqh ini masih kuat di berbagai negara Muslim.
Islam mengalami kemunduran dan Barat men- Seperti Dinasti ‘Us\mani menganut mazhab
jadi lebih maju? Tanggapan dan respon umat Hanafiyah; kemudian mazhab ini menyebar di
Islam terhadap barat pun –terkait dengan ke- dunia Arab; dan dibawa ke Dinasti Mughal
majuan Barat dan kemunduran umat Islam— oleh Turki ‘Us\mani, sehingga mayoritas
berbeda-beda. Pertama, ada yang menolak masyarakat muslim di Afganistan, Pakistan
barat, sehingga pembaharuan mereka adalah dan India juga menganut mazhab ini. Masya-
purifikasi Islam. Menurut mereka, umat Islam rakat muslim di beberapa negara Melayu
mundur karena telah meninggalkan ajaran menganut mazhab Syafi‘i. Iran menganut
Islam yang murni. Sehingga untuk menda- mazhab Ja‘fari (Syi’ah). Adapun Negara-nega-
patkan kemajuannya, umat Islam harus kem- ra muslim di Afrika Utara, Algeria, Libya,
bali kepada ajaran Islam yang murni. Di sisi Tunisia, Maroko, dan sebagainya, menganut
lain, ada yang melihat Barat lebih maju, kemu- mazhab Maliki.
dian langsung mengadopsi system Barat dan Pembaharuan hukum Islam dengan meto-
meninggalkan system Islam –terutama khila- de intra-doctrinal ini merupakan pembaha-
fah—misalnya Turki, langsung membubarkan ruan hukum Islam yang didasarkan kepada
kekhalifahan dan mengubah Turki Utsmani mazhab hukum Islam (fiqh) yang dianut oleh
menjadi Republik Turki Sekular, serta menga- mayoritas masyarakat suatu Negara. Seperti di
dopsi system hukum pidana dan perdata Barat. Indonesia yang menganut mazhab Sunny dan
Di samping dua kelompok ini, terdapat kelom- lebih banyak mengambil dari doktrin Imam
pok yang mau mengadopsi sisi baik yang datang Syafi‘i; Mesir pada awalnya menganut Syafi‘-
dari Barat, dan memadukannya dengan ajaran iyyah, kemudian setelah penyebaran melalui
Islam. Dinasti ‘Us\mani, beralih kepada mazhab
Berkaitan dengan konsep dan metode Hanafiyah hingga sekarang ini, dan seba-
pembaharuan hukum Islam di Negara-negara gainya.
muslim, Taheer Mahmoud memaparkan seba-
2. Extra-doctrinal Reform
gai berikut.
Terkadang pembaharuan hukum Islam di
1. Intra-doctrinal Reform beberapa negara Muslim keluar dari pendapat-
Nabi penah bersabda bahwa perbedaan pendapat mazhab fiqh yang dianut oleh
pendapat di kalangan umat Islam adalah rah- masyarakatnya. Seperti, adanya ijtihad hukum
mat. Hal tersebut telah terbukti dalam perkem- Islam yang baru yang mereka lakukan. Metode
bangan hukum Islam. Hukum Islam yang ini disebut sebagai metode ekstra doctrinal. Di
fleksibel telah menibulkan adanya pluralitas antara penerapan ijtihad yang telah ada adalah
dan perbedaan pendapat di kalangan para ahli wasiat wajibah dalam hukum kewarisan; pela-
hukum Islam. Di masa awal pembentukan rangan poligami dan sebagainya.
hukum Islam, dikenal munculnya berbagai

Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H 213


Sri Wahyuni

3. Regulatory Reform negara-negara Muslim menjadi tiga yaitu (1)


Dalam perkembangan masyarakat muslim negara yang masih menganggap syari‘ah seba-
setelah bersentuhan dengan Barat, maka gai hukum dasar dan masih dapat diterapkan
hukum Islam juga dipengaruhi oleh berbagai seluruhnya; (2) negara yang membatalkan
prosedur yang ada dalam hukum barat, seperti hukum syari‘ah dan menggantikannya dengan
legislasi dan berbagai regulasi administrasi hukum yang seluruhnya sekular (hukum
dengan system administrasi modern. Berbagai Barat), dan (3) negara yang menempuh jalan
negara Muslim telah melakukan pembaharuan kompromi antara syari‘ah dan hukum Barat.8
hukum Islam dengan cara ini, seperti Pakistan, Dalam buku “Family Law Reform in The
Indonesia, Malaysia, Brunai, Singapura dan Muslim World”, Taheer Mahmoud juga menya-
sebagainya. takan adanya tiga kelompok Negara-negara
muslim terkait dengan penerapan hukum
4. Codification keluarganya, yaitu: (1) negara-negara yang
menerapkan hukum keluarga dan hukum
Kodifikasi hukum yaitu pembukuan ma-
perkawinan dari berbagai mazhab yang
teri hukum secara lengkap dan sistematis; pada
dianutnya, dan belum diubah; (2) negara-
awalnya dikenal dari system hukum Barat
negara yang telah mengubah total hukum
terutama Eropa Kontinental. Dalam pertemuan
keluarga dan hukum perkawinannya dengan
antara masyarakat muslim dengan Barat di
hukum modern, tanpa mengindahkan agama
masa kolonial; pengaruh system hukum Barat
mereka; (3) negara-negara yang menerapkan
ini pun diadopsi oleh negara-negara Muslim.
hukum keluarga dan perkawinan Islam yang
Sehingga, berbagai Negara muslim membuat
telah direformasi dengan berbagai proses
kodifikasi dengan mengundangkan berbagai
legislasi modern.9
materi hukum Islam dalam rangka pembaha-
Negara yang termasuk kelompok pertama,
ruan hukum Islamnya. Di antara negara-
yang menerapkan hukum tradisional dari
negara yang telah melakukan pembaharuan
mazhab-mazhab yang dianutnya, diantaranya
tersebut adalah Lebanon, Jordania, Syiria, Tu-
adalah negara Saudi Arabia yang menganut
nisia, Maroko dan Irak, yang membuat peratu-
mazhab Hambali. Hukum keluarga Islam
ran perundnag-undangan yang diambil dari
didasarkan kepada al-Qur’an, sunnah, dan
hukum Islam tradisional tanpa beberapa
teladan dari para sahabat Rasulullah. Begitu
perubahan. Begitu juga di Indonesia, Malaysia,
juga di negara Qatar. Di Yaman, hukum Islam
Brunai, dan Singapura, membuat peraturan-
didasarkan kepada mazhab Zaidi. Namun,
peraturan administratif hukum Islam dengan
penduduk Yaman selatan menganut mazhab
system pengadilan.
Syafi‘i dan Hanafi. Hukum-hukum ini tidak
dikodifikasi dan legislasi. Sementara di
C. Model Pembaharuan
Bahrain, mazhab Maliki, Syafi‘i, dan Syi‘i
Tipologi pemikiran pembaharuan hukum diterapkan secara tradisional, tanpa kodifikasi
Islam yang digunakan dalam penelitian ini dan legislasi.10
adalah tipologi pembaharuan hukum Islam Adapun negara kelompok kedua, yaitu
yang dikemukakan oleh JND. Anderson. Ia negara yang telah meninggalkan hukum Islam,
membagi pembaharuan hukum Islam di dan menerapkan hukum modern dari Barat

8
JND. Anderson, Hukum Islam di Dunia Modern (Islamic Law in The Modern World), terj. Machnun Husain, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1994), hlm 100-101.
9
Tahir Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World, (Bombay: Tripathi, 1972), hlm. 2-3.
10
Ibid., hlm. 3-4.

214 Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H


PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI NEGARA-NEGARA MUSLIM

adalah Turki dan Albania. Code civil diadopsi batas usia seorang laki-laki dan perempuan
di negara ini ditujukan untuk menggantikan untuk melangsungkan perkawinan. Hal ini
hukum Islam—terutama di Turki setelah jatuh- ditujukan untuk mengurangi dan menghapus-
nya khilafah ‘Us\maniyah. Turki menerapkan kan praktik perkawinan anak-anak. Sehingga,
Code Civil Switzerland, tahun 1926. Begitu juga perkawinan yang belum memenuhi syarat usia
dinegara-negara yang terdapat muslim mino- tersebut, dianggap tidak sah oleh hukum
ritas, seperti di Tanzania yang terdapat muslim Negara; bahkan di Negara tertentu diberikan
minoritas di Zanzibar dan di Kenya. Mereka sanksi pidana untuk perkawinan anak di
menerapkan hukum keluarga Barat modern.11 bawah umur.
Kelompok ketiga, yaitu negara-negara Di Turki ditetapkan usia perkawinan
yang telah mereformasi hukum keluarga Islam untuk laki-laki 17 tahun dan perempuan 15
dengan proses legislasi modern; seperti Cyprus tahun, dalam Code Civil 1926; di Lebanon, laki-
yang melegislasikan dan mengkodifikasikan laki 18 tahun dan perempuan 15 tahun; di
hukum perkawinan dan perceraian Islam pada Mesir laki-laki 18 tahun dan perempuan 16
tahun 1951. Di lima negara Asia Selatan dan tahun; di Jordania laki-laki 18 tahun dan pe-
Tenggara, hukum keluarga Islam juga telah rempuan 17 tahun; di Syiria laki-laki 18 tahun
direformasi dengan proses legilasi hukum dan perempuan 17 tahun; di Irak laki-laki dan
modern; yaitu di Brunei, Malaysia, dan Indone- perempuan 18 tahun; di Iran laki-laki 18 tahun
sia yang memiliki muslim mayoritas; dan dan perempuan 15 tahun; di India laki-laki 18
Singapura dan Ceylon yang memiliki muslim tahun dan perempuan 14 tahun; di Pakistan
minoritas. Negara lainnya yaitu Libanon, Jor- laki-laki 18 tahun dan perempuan 16 tahun.
dania, Algeria, Iran, telah mereformasi hukum Di beberapa negara Muslim perwalian
keluarga Islam baik dari segi materi maupun bagi perempuan dalam perkawinan sangat
pada aspek regulatori, dengan mengadopsi ditekankan. Adanya perwalian ini ditujukan
system hukum modern.12 untuk melindungi kepentingan si perempuan;
namun jika wali berbuat tidak adil dan tidak
D. Arah umum Kebijakan Pembaharuan baik maka pengadilan dapat mengambil alih-
Secara umum, pembaharuan hukum nya.
keluarga Islam di negara-negara Muslim,
2. Kontrol terhadap Poligami
berkaitan dengan berbagai hal untuk perbaikan
Poligami merupakan suatu yang diper-
dan kemajuannya; diantara pembaharuan
bolehkan dalam wacana fiqh, dan dibatasi hing-
tersebut adalah dalam bidang:13
ga empat orang isteri. Namun, masalah poliga-
1. Usia Perkawinan dan Perwalian mi ini menjadi polemic di kalangan para pemi-
Dalam fiqh batas usia perkawinan tidak kir muslim kontemporer. Ada pendapat yang
ditentukan dengan angka umur pasti. Para mengatakan bahwa poligami bukanlah meru-
ulama hanya menyebutkan akil baligh; adapun pakan aturan, melainkan merupakan bentuk
baligh sendiri bagi perempuan ketika sudah pengecualian, yaitu untuk menghindari per-
mengalami haid, dan bagi laki-laki adalah yang buatan yang keji. Oleh karena itu, dalam hu-
sudah mengalami mimpi basah. Akan tetapi, kum keluarga di negara-negara Muslim, poli-
beberapa negara muslim telah menetapkan gami cenderung dikontrol oleh hukum negara.

11
Ibid., hlm. 5-6.
12
Ibid., hlm. 7.
13
Disarikan dari Tahir Mahmood, Family Law Reform, hlm. 283-291

Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H 215


Sri Wahyuni

Adapun kontrol hukum keluarga Islam poligami, untuk mendapatkan izin dari
tehadap poligami ini dapat berupa: Pertama, pengadilan.
Menegakkan persyaratan yang telah ditetap- Keempat, Kontrol sosial. Di beberapa
kan dalam al-Qur’an. Dalam al-Qur’an disya- Negara seperti di Indonesia dan Pakistan,
ratkan berlaku adil terhadap para isteri yang menetapkan syarat-syarat tertentu bagi suami
dipoligami. Begitu juga di beberapa Negara yang akan melakukan poligami. Misalnya
muslim yang memperbolehkan poligami, adanya izin dari isteri pertama di pengadilan.
disyaratkan bagi laki-laki harus dapat berlaku Kelima, Pelarangan Poligami. Di Turki
adil terhadap isteri-isterinya. Dalam hukum dalam Code Civil tahun 1926, melarang
keluarga di Libanon, poligami dibatasi hingga perkawinan kedua dan seterusnya. Sehingga
maksimal empat orang isteri dan harus dapat seorang laki-laki yang telah beristeri sah, maka
berbuat adil terhadap isteri-isterinya; dalam perkawinannya yang kedua tidak dianggap sah
hukum keluarga Maroko tahun 1954, menya- secara hukum.
takan bahwa para isteri yang dipoligami harus Keenam, Pemberian sanksi pidana terha-
mendapatkan perlakuan yang sama dari dap pelaku poligami. Beberapa negara Muslim
suami, dan jika ada kekhawatiran tidak dapat menetapkan adanya sanksi pidana bagi suami
berlaku adil, maka poligami tidak diperboleh- yang melakukan poligami atau perkawinan
kan. Di India dan Pakistan, dengan UU Perka- kedua. Misalnya di Tunisia dalam kodifikasi
winan tahun 1939, kegagalan laki-laki untuk hukum perdata tahun 1956; di Iran dan Irak,
berlaku adil terhadap isteri-isteri yang dipoli- poligami yang tidak mendapatkan izin dari
gami, dapat menjadi sebab perceraian di pengadilan dikenai sanksi pidana; hukum
pengadilan. keluarga Pakistan tahun 1961 juga menetapkan
Kedua, Membuat kontrak untuk tidak sanksi pidana bagi perkawinan kedua dan
melakukan poligami. Dalam fiqh Hanafiyah, poligami tanpa perizinan sah.
seorang isteri selama masa perkawinannya,
mempunyai hak untuk menolak suaminya 3. Perceraian dari suami
untuk menikah lagi dengan perempuan lain Perkawinan merupakan “mis\a > q an
atau menolak dipoligami. Dalam Hukum gali>z}an” ikatan yang sangat kuat antara pasa-
Keluarga Utsmani tahun 1917, jika seorang ngan suami dan isteri. Oleh karena itu, hukum
isteri membuat perjanjian untuk menolak keluarga di beberapa negara Muslim, cende-
terhadap perkawinan kedua suaminya, selama rung membatasi kehendak suami untuk memu-
masih dalam masa perkawinan dengan isteri tuskan perkawinan. Jika di masa pembentukan
tersebut, maka jika suami melakukan perka- hukum Islam sebagaimana yang diwacanakan
winan keduanya, otomatis terjadi perceraian. dalam fiqh, seorang suami berhak menjatuh-
Peraturan yang sama juga terdapat di hukum kan talak kepada isterinya; dan ketika suami
keluarga Jordania tahun 1951, juga dalam mengucap talak maka, telah jatuh talak, dan
kodifikasi hukum perdata Maroko tahun 1958. perkawinan menjadi putus; maka hukum
Ketiga, Kontrol dari hukum dan penga- keluarga Islam saat ini cenderung untuk mem-
dilan. Beberapa negara Muslim mensyaratkan batasi hak talak bagi suami tersebut. Beberapa
bagi laki-laki yang hendak berpoligami, harus upaya pembatas tersebut di antaranya adalah:
mendapatkan izin dari pengadilan. Hal ini Pertama, Intervensi pengadilan. Di bebe-
terdapat dalam hukum keluarga di Syiria, Iran, rapa negara Muslim seperti Turki, Tunisia,
Irak, Singapura dan Serawak Malaysia. Aljazair, Irak, dan Iran, seorang suami yang
Negara-negara tersebut mensyaratkan kemam- ingin menceraikan isterinya, harus mendaf-
puan finasial suami yang hendak melakukan tarkan perkaranya ke Pengadilan, begitu juga

216 Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H


PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI NEGARA-NEGARA MUSLIM

di Singapura, Malaysia dan Indonesia. Di Ketiga, Pembatasan secara tidak langsung.


Turki, perceraian hanya sah jika dilakukan Di beberapa negara muslim tidak menerapkan
melalui pengadilan yang diajukan oleh pasa- intervensi administrasi dan pengadilan, dan
ngan suami isteri. Adapun alasan perceraian mereka masih cenderung menganut hukum
yang dibenarkan adalah adanya perzinahan, Islam tradisional. Mereka masih mengakui hak
adanya perbuatan tercela yang dilakukan oleh suami untuk menjatuhkan talak kepada isteri.
pasangan, meninggalkan rumah tangga, dan Di antara negara-negara ini adalah Libanon,
penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Mesir, Sudan, Jordania, Syiria, Maroko dan
Di Tunisia dan Aljazair, pengadilan dapat Irak. Di negara-negara ini, bentuk ucapan talak
memutuskan perceraian antara pasangan sua- dari suami harus benar-benar dimaksudkan
mi isteri atas dasar kesepakatan antara kedua untuk mengungkapkan kehendak suami untuk
belah pihak. Di Iran, berdasarkan ketetapan mentalak isterinya, tidak bersifat bahasa
hukum keluarga tahun 1967, mengatur harus metafora, tidak karena ancaman ataupun
adanya sertifikat dari pengadilan yang menya- adanya provokasi.
takan bahwa kedua psangan tidak dapat rujuk Keempat, Pembatalan talak tiga sebagai ben-
dan tidak dapat didamaikan, sebelum dijatuh- tuk ucapan talak. Jika dalam wacana fiqh talak
kan talak oleh suami. Begitu juga di Irak, dalam tiga yang diucapkan tiga kali telah dianggap
hukum perdata tahun 1959, jika seorang suami sebagai jatuhnya talak tiga, maka dalam
ingin menceraikan isterinya, harus mendapat- pembaharuan hukum keluarga Islam ini, talak
kan pengesahan dari pengadilan. yang diucapkan tiga kali belum dapat dianggap
Sebelum perceraian dilakukan, di beberapa sebagai talak tiga. Bahkan di beberapa negara
negara Muslim tersebut mengatur adanya upaya Muslim, berapa kali pun talak diucapkan, belum
perdamaian yang harus dilakukan oleh pasangan dapat dianggap jatuh talak, sebelum dilaksanakan
suami isteri. Pengadilan belum akan memutuskan prosesnya di pengadilan. Dengan demikian, talak
perkawinan mereka jika ada kemungkinan harus diucapkan di muka pengadilan, untuk talak
rekonsiliasi dan perdamaian dapat dicapai. satu. Seperti di Indonesia, talak harus diproses di
Kedua, Intervensi Administrasi. Di Indo- pengadilan Agama.
nesia dan Pakistan, hukum mengatur adanya 4. Perceraian yang diajukan oleh isteri
intervensi administratif terhadap perceraian. Di
Dalam fiqh, dinyatakan bahwa hak talak
Indonesia, seorang suami yang menginginkan
ada pada suami, namun seorang isteri juga
perceraian dengan isterinya, harus mendaf-
dapat meminta cerai dari suami, dalam apa
tarkan ke Biro Konsultasi di bawah Departe-
yang disebut dengan fasakh. Di negara-negara
men Agama. Mereka akan dinasehati terlebih
Muslim saat ini, perceraian yang diajukan oleh
dahulu untuk rujuk dan berdamai, sebelum
isteri juga diatur dalam hukum keluarga.
mendaftarkan perceraian ke pengadilan.
Seorang sitri dapat mengajukan perceraian ke
Adapun di Pakistan, berdasarkan hukum
pengadilan dengan beberapa alasan yaitu
keluarga muslim tahun 1961, seorang suami
kegagalan suami dalam memberaikan nafkah,
yang telah menceraikan isterinya, akan diberi
suami memiliki halangan fisik, mental dan
catatan oleh kantor cacatan sipil setempat
penyakit yang susah disembuhkan, mening-
yang akan menujuk lembaga arbitrase untuk
galkan rumah tangga, menyakiti sitri, berbuat
mereka. Perceraian tersebut belum dapat ber-
kekerasan terhadap sitri, dipenjara, menghi-
laku sebelum habis waktu sembilan puluh hari
lang dan sebagainya.
dari tanggal catatan tersebut, sedangkan lem-
Inisiatif perceraian dari isteri ini diajukan
baga arbitrase akan mengupayakan perda-
ke pengadilan. Di Iran, seorang isteri yang
maian dan rujuk bagi mereka.

Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H 217


Sri Wahyuni

suaminya melakukan perkawinan kedua atau bidang hukum kewarisan Islam adalah pem-
berpoligami tanpa persetujuan isterinya, maka berian hak waris kepada cucu jika orang tuanya
sang isteri dapat mengajukan perceraian ke penga- telah meninggal dunia. Dalam konsep hukum
dilan; begitu juga di India dan di Pakistan. waris Islam klasik, cucu sepenuhnya tidak
mendapatkan hak waris, karena kedudu-
5. Status hukum anak kannya yang lebih jauh. Namun, beberapa
Anak yang sah adalah anak yang lahir negara Muslim telah memberikan hak waris
dalam perkawinan yang sah. Namun, dalam kepada cucu jika orang tuanya yang seharus-
fiqh terdapat konsep tentang masa ‘iddah, yaitu nya menjadi ahli waris telah meninggal dunia.
masa menunggu setelah perceraian. Hal ini Hal ini dikenal dengan konsep wasiat wajibah.
penting untuk mengetahui apakah isteri ketika Di antara negara yang mengatur wasiat
dicerai dan setelah cerai, dalam keadaan wajibah bagi cucu ini adalah Mesir, Syiria,
mengandung atau tidak. Jika setelah cerai, Tunisia, dan Maroko, begitu juga di Pakistan.
dalam masa ‘iddah si isteri mengandung, maka Kedua, Pasangan yang masih hidup.
berarti anak tersebut masih anak dari suami Dalam hukum kewarisan Islam tradisional,
yang telah menceraikannya. pasangan yang masih hidup hanya menda-
Di beberapa negara Muslim, hukum patkan bagian sesuai dengan yang ditentukan
keluarga mengatur tentang masa iddah, hak dalam al-Qur’an (furud}ul muqaddarah). Dalam
nafkah dan hak waris bagi isteri serta status kasus jika ahli waris yang ada hanya pasangan
anak dalam masa ini. Di negara Mesir ditetap- yang masih hidup, maka sisa harta warisan
kan masa ‘iddah tidak lebih dari satu tahun, dikembalikan ke baitul mal atau negara. Ada-
begitu juga di negara Sudan. Di India dan pun pasangan, hanya mendapatkan bagiannya
Pakistan juga diatur tentang hal tersebut, bah- sesuai dengaan furud}ul muqaddarah-nya, yaitu
wa seorang anak yang dilahirkan dalam masa suami setengah dan isteri seperempat dari harta
‘iddah, dan ibunya belum menikah dengan warisan.
orang lain, anak tersebut masih mendapatkan Di negara-negara muslim saat ini dalam
status anak sah dari perkawinan sebelumnya. hukum kewarisan Islamnya, memberikan
Sementara itu dalam kaitannya dengan seluruh harta warisan kepada pasangan yang
hukum kewarisan, dikenal adanya pewarisan masih hidup, dalam kasus jika hanya dia satu-
secara intestate dan pewarisan secara testa- satunya ahli waris yang ada. Di Mesir, Sudan,
ment. Yang pertama, pewarisan karena golo- Syiria dan Tunisia, India dan Pakistan hal
ngan darah, hubungan perkawinan dan keke- tersebut telah berlaku.
rabatan; sedangkan yang kedua, pewarisan Ketiga, Wasiat bagi ahli waris. Dalam
karena adanya wasiat. Di antara negara-nega- hukum kewarisan Islam klasik, wasiat tidak
ra Muslim hanya terdapat beberapa negara boleh diperuntukkan bagi ahli waris. Namun
yang membuat undang-undang tentang di beberapa negara muslim, wasiat boleh
hukum kewarisannya secara komprehensif, yai- diberikan kepada ahli waris. Seperti di Mesir
tu negara Mesir, Syiria, Tunisia, dan Maroko. dan Sudan, begitu juga di Irak.
Adapun negara Sudan, Irak dan Pakistan mela-
kukan pembaharuan hukum kewarisannya
E. Penutup
dari konsep hukum kewarisan Islam klasik.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan
Adapun pembaharuan dalam ranah
bahwa pembaharuan hukum keluarga di
hukum kewarisan di antaranya adalah:
negara-negara Muslim dilakukan dengan
Pertama, Cucu diberi hak waris dengan
metode intra-doctrinal dan extra-diktrinal reform,
wasiat wajibah. Diantara pembaharuan dalam
regulasi dan kodifikasi. Terdapat tiga tipologi

218 Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H


PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI NEGARA-NEGARA MUSLIM

negara Muslim berdasarkan pembaharuan Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: Citra
hukum Islam yang dilakukan, yaitu negara Aditya Bakti, 1996.
Muslim yang menggunakan hukum Islam Rahman, Fazlur, Islam, terj. Ahsin
sebagainama dalam (fiqh) tradisional; negara Muhammad, Bandung: Pustaka, 2000.
Muslim yang mengadopsi hukum Barat; dan
Rofiq, Ahmad, Pembaharuan Hukum Islam di
negara Muslim yang menerapkan hukum Islam
Indonesia, Yogyakarta: Gema Media, 2001.
dengan menggunakan metode dan prosedur
layaknya hukum Barat. Schach, Joseph, An Introduction to Islamic Law,
Adapun aspek pembaharuan hukum Oxford: Clarendom Press, 1982 .
Islam di Negara-negara muslim terutama Syaltut, Mahmud dalam al-Islam Aqidah wa
dalam bidang hukum keluarga diantaranya Syari>‘ah, Kairo: Dar Al-Qalam, 1966.
adalah pembatasan usia perkawinan, kontrol Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen
terhadap poligami, dalam hal perceraian dari Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
suami dan isteri dengan prosedur pengadilan, Indonesia, (Jakarta: Departemen
dalam bidang kewarisan terdapat wasiat Pendidikan, 2008), hlm. 729.
wajibah dan sebagainya.
Umar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Gender
Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina,
DAFTAR PUSTAKA 2001.
Anderson, JND., Hukum Islam di Dunia Modern ______, Hukum Keluarga Kontemporer di
(Islamic Law in The Modern World), alih Negara-negara Muslim, makalah
bahasa Machnun Husain, Yogyakarta: disampaikan dalam Seminar Nasional
Tiara Wacana, 1994. Hukum Materiil Peradilan Agama, antara
Khalaf, Abd al Wahhab, ‘Ilmu Usu>l Fiqh, Kairo: Cita, Realita, dan Harapan, di Hotel Red
Dar Al-Qalam, 1978. Top, Jakarta, 19 Pebruari 2010.

Mahmood, Tahir, Family Law Reform in The Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Muslim World, Bombay: Tripathi, 1972. Perkawinan

Nasution, Khoiruddin, Pengantar dan Pemikiran Wahyuni, Sri, “Konsep Hukum Islam, hukum
Hukum Keluarga (Perdata) Islam Indonesia, Romawi Jerman, dan Hukum Inggris
Yogyakarta: Tazzafa dan Academia, 2007. (Sebuah Studi Komparatif)”, dalam Jurnal
Ilmu Syari‘ah Asy-Syir‘ah, Fakultas Syariah
______, Metode Pembaruan Hukum Keluarga
Vol. 40, No. II, Th 2006.
Islam Kontemporer, dalam Jurnal UNISIA,
Vol. XXX No. 66 Desember 2007, hlm. 329. Yasid, Abu, Islam Akomudatif; Rekonstruksi
Pemahaman Islam sebagai Agama Universal,
Nugroho, Riant, Gender dan Strategi Pengarus-
Yogyakarta: LkiS, 2004.
utamaannya di Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008. Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Isla > m i wa
Adillatuhu, cet. ke-2, Juz, (Damaskus: Da>r
Partanto, Pius A. dan al-Barry , M. Dahlan,
al-Fikr, 1985)
Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola,
tt.
Qarut, Nur Hasan, Mauqiful Isla>m min Nusyu>z
az-Zaujain aw Ah}adihima wa ma Yattabi‘u
Z\alika min Ah } k a > m , Makkah al-
Mukarramah: Jami’ah Ummul Qura, 1995.

Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H 219


Sri Wahyuni

220 Al-Ah}wa>l, Vol. 6, No. 2, 2013 M/1435 H

Anda mungkin juga menyukai