BLOK 14
MAKSILOFASIAL I
LAPORAN PEMICU III
DISUSUN OLEH :
Indah Nurhaliza
NIM 190600007
FASILITATOR
Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya
saya mampu menyelesaikan laporan Pemicu 3 Blok 14 yang berjudul “Keluar air campur
darah dari hidung”. Saya harap laporan ini dapat memenuhi standar kriteria dan learning issue
dari laporan Pemicu 3 Blok 14. Namun, adapun laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya juga mengharapkan kritik maupun saran dari fasilitator guna perbaikan
dan peningkatan kualitas laporan selanjutnya di masa mendatang.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mencari dari berbagai sumber referensi yang
diakui dan berdasar (memenuhi evidence based). Saya berterima kasih kepada dosen yang
telah memberi pengajaran melalui mata kuliah dan fasilitator yang bersedia memeriksa
jawaban saya.
Indah Nurhaliza
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Pertanyaan
1. Pemeriksaan apa yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus tersebut?
2. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penangan kasus diatas tersebut!
3. Jelaskan informed consent yang harus di lakukan pada pasien tersebut?
4. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan berikut interpretasinya.
5. Jelaskan alat dan bahan yang digunakan pada pasien tersebut!
6. Jelaskan bagaimana cara penatalaksanaan kasus diatas?
7. Jelaskan instruksi dan edukasi pada kasus pasien diatas!
BAB II
PEMBAHASAN
2. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penangan kasus diatas tersebut!
Langkah awal dari penentuan rencana perawatan komunikasi oroantral akibat
ekstraksi gigi posterior rahang atas adalah dengan melakukan suatu pemeriksaan atau
observasi klinis. Keberadaan komunikasi oroantral umumnya dapat diketahui melalui
pemeriksaan klinis dengan menggunakan cermin dan lampu yang terang. Metode lain
yang dapat diterapkan yaitu dengan melakukan nose blowing test/Valsalva Test.2
Selain itu, operator juga dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap gigi yang
telah diekstraksi, apakah di permukaan akarnya terdapat fragmen atau patahan dari dasar
sinus maksilaris atau tulang yang ikut terekstraksi. Hal ini juga dapat memberikan
informasi mengenai besarnya komunikasi oroantral yang telah terbentuk. Penggunaan
teknik radiografi sebagai pemeriksaan penunjang juga merupakan langkah penting yang
dapat membantu menentukan diagnosis serta rencana perawatan dari sebuah kasus
komunikasi oroantral.2
Besarnya ukuran lubang komunikasi oroantral menentukan rencana perawatan yang
harus dilakukan. Ketika defek tersebut memiliki ukuran diameter yang kecil (kurang dari
2 mm) dan belum mengalami epitelisasi, maka tindakan bedah tidak diperlukan karena
defek dapat sembuh dengan sendirinya. Defek yang berdiamater sedang (2-6 mm)
memerlukan suatu perawatan segera yaitu prosedur penjahitan jaringan lunak untuk
memastikan terjadinya pembentukan bekuan darah untuk proses penyembuhan yang
maksimal.3
Tujuan utama dari perawatan segera ini adalah untuk menjaga agar proses
pembentukan dan regenerasi dari tulang baru antara rongga mulut dan rongga sinus
berjalan dengan baik, yaitu dengan cara mempertahankan kestabilan dari bekuan darah.
Saat hendak menentukan teknik perawatan bedah yang tepat untuk sebuah komunikasi
oroantral, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, diantaranya ukuran dari lubang
komunikasi oroantral, waktu diagnosis, serta ada tidaknya infeksi. Seleksi dari metode
perawatan ini juga dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas dari jaringan yang tersedia
untuk proses perbaikan. Beberapa metode yang termasuk dalam teknik bedah penutupan
komunikasi oroantral atau fistula oroantral dapat dikelompokkan sebagai berikut:
autogenous soft tissue flaps, autogenous bone grafts, bahan allogenous, xenografts,
penutupan dengan bahan sintetis, dan teknik alternatif lainnya. 2
Gambar 2. Lembar persetujuan pasien yang akan menerima prosedur ekstraksi dengan
percapaian tiingkat kesadaran seperti pasca anastesi lokal
Informed consent sebelum tindakan pencabutan gigi posterior rahang atas merupakan
salah satu tindakan yang paling penting, mengingat tingginya risiko terjadinya oroantral
communication paska pencabutan gigi. Apabila dari gambaran radiografi telah diketahui
ukuran sinus maksilaris yang melebar karena usia serta morfologi akar gigi yang
divergen, maka hindari pencabutan gigi secara intraalveolar. Lakukan teknik separasi gigi
terlebih dahulu dan keluarkan bagian-bagian gigi satu per satu sehingga trauma paska
pencabutan gigi dapat diminimalkan.1 Pada kasus seperti skenario ini lebih baik
dilakukan persetujuan secara tertulis. Dengan penjelasan yang lengkap, pasien dapat
menentukan sendiri keputusannya sesuai dengan pilihan dia sendiri (informed decision)
karena pasien juga berhak menolak tindakan medis yang dianjurkan. Pasien juga berhak
untuk meminta pendapat dokter lain (second opinion). Memang harus diakui bahwa hak-
hak pasien masih cenderung sering dikalahkan oleh kekuasaan pemberi pelayanan
kesehatan.
Penjelasan pada proses informed consent setidaknya harus meliputi :
- Diagnosa penyakit (dokter harus menjelaskan keadaan yang abnormal dari tubuh
pasien yang ditemui, sehingga diharapkan pasien mengetahui tentang kondisi
abnormal tersebut, baik diminta maupun tidak),
- Pemeriksaan (pasien berhak untuk menolak atau melanjutkan pemeriksaan serta
mengetahui hasil dan tujuan pemeriksaan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara
pasien dan dokternya),
- Terapi (suatu pemulihan kesehatan yang diselenggarakan untuk mengembalikan
status kesehatan, dan fungsi tubuh akibat cacat atau menghilangkan kecacatan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan ilmu yang dimiliki serta memiliki
kewenangan untuk melakukan pengobatan dan dapat dipertanggungjawabkan),
- Resiko (setiap tindakan medis memiliki resiko yang mungkin terjadi dalam
melakukan pengobatan dan tindakan medis, misal terjadinya alergi),
- Alternatif (harus disampaikan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi,
dimana setiap proses harus dijelaskan apa prosedur, manfaat, kerugian, dan efek yang
mungkin dapat timbul dari pilihan tersebut), serta
- Prognosis (pasien berhak mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu tindakan medis,
meskipun kondisi ini tidak bisa dipastikan, namun berdasarkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh seorang dokter, prediksi tindakan medis yang akan
dijalani oleh seorang pasien harus dijelaskan, komplikasi yang akan terjadi,
ketidaknyamanan, biaya dan resiko dari setiap pilihan, termasuk9tidak mendapatkan
pengobatan atau tindakan).4
Gambar 3. Radiografi periapikal gigi molar kiri rahang atas dan hubungannya
dengan sinus maksilaris
2) Radiografi panoramik
Radiografi panoramik memberikan pandangan luas pada rahang, gigi, sinus
maksilaris, fossa hidung, dan TMJ. Fase gigi bercampur, ada tidaknya kelainan gigi,
dan banyak lesi traumatis dan patologis pada tulang, serta radiografi panoramik
adalah jenis radiografi yang menjadi pilihan pemeriksaan awal pasien edentulous.
Karena radiografi ini merupakan teknik ekstraoral dan menggunakan layar yang
mengintensifkan, resolusi gambar lebih kecil daripada radiografi intraoral.5
3) Computed Tomography (CT-scan)
CT-scan memberikan gambaran rongga hidung dan sinus maksilaris yang
terperinci sehingga reaksi penyakit sinus yang timbul dalam sinus maksilaris dapat
terdeteksi. CT-scan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan radiografi
konvensional dan tomografi. Pertama, CT-scan dapat menghilangkan superimposisi
struktur gambar di luar bidang yang diminati. Kedua, resolusi CT-scan memiliki
tingkat kekontrasan yang tinggi, perbedaan antara jaringan yang berbeda dalam
kepadatan fisik kurang dari 1% dapat dibedakan; radiografi konvensional
membutuhkan perbedaan 10% dalam kepadatan fisik untuk membedakan antara
jaringan. Kemudian CT-scan memiliki kemampuan melihat anatomi normal atau
proses patologis secara bersamaan dalam tiga bidang orthogonal.5
4) Magnetic Resonance Imaging (M.R.I)
MRI mempunyai kelebihan dan unggul dalam mengamati jaringan lunak serta
sirkulasi darah dalam sinus maksilaris. Gambaran MRI memiliki keuntungan khusus
sebagai noninvasif, menggunakan radiasi nonionisasi, dan memberikan gambaran
berkualitas tinggi dari resolusi jaringan lunak dalam bidang pencitraan gambaran
radiografi dari bagian manapun.5
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN