BLOK 14
MAKSILOFASIAL I
LAPORAN PEMICU IV
DISUSUN OLEH :
Indah Nurhaliza
NIM 190600007
FASILITATOR
Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya
saya mampu menyelesaikan laporan Pemicu 4 Blok 14 yang berjudul “Bengkak di pipi kiri”.
Saya harap laporan ini dapat memenuhi standar kriteria dan learning issue dari laporan
Pemicu 4 Blok 14. Namun, adapun laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya juga mengharapkan kritik maupun saran dari fasilitator guna perbaikan dan
peningkatan kualitas laporan selanjutnya di masa mendatang.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mencari dari berbagai sumber referensi yang
diakui dan berdasar (memenuhi evidence based). Saya berterima kasih kepada dosen yang
telah memberi pengajaran melalui mata kuliah dan fasilitator yang bersedia memeriksa
jawaban saya.
Indah Nurhaliza
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario :
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke klinik bedah mulut RSGM USU
dengan keluhan bengkak pada pipi kiri sejak 6 hari yang lalu dan pasien sulit
membuka mulut sekitar 3 hari terakhir, nyeri menelan, sering membuang ludah.
Awalnya pasien merasakan nyeri pada daerah gigi geraham pertama kiri atas,
kemudian pasien merasakan demam dan mulai terasa pembengkakan pada pipi kiri
hingga rahang bawah kiri. Pada pemeriksaan klinis ekstraoral di dapatkan
pembengkakan pada pipi kiri yang meluas ke rahang bawah kiri hingga ke leher kiri
bagian lateral, suhu lebih hangat dari sekitar, konsistensi lunak, pus (+) aspirasi, ulkus
(-), angulus mandibula tidak teraba. Intraoral sulit dinilai karena pasien sulit
membuka mulut, buka mulut hanya sekitar 0.5 cm. Hasil pemeriksaan panoramik
didapatkan gigi 36 karies profunda dan gigi 36 sisa akar.
More Info
Ditemukan pemeriksaan vital sign S: 37.4C, R: 30x/mnt; T:90/60mmHg; HR:
100x/mnt. Pada pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium darah (terlampir)
1.3. Pertanyaan
1. Jelaskan diagnosis kasus di atas dan sebutkan penyebabnya?
2. Jelaskan intrepretasi hasil laboratorium tersebut!
3. Bagaimana patogénesis terjadinya infeksi pada daerah tersebut dan sesuaikan dengan
hasil laboratorium darah yang ditemukan?
4. Apakah pemeriksaan penunjang lanjutan apa yang harus dilakukan untuk kasus di
atas?
5. Jelaskan rencana perawatan yang harus dilakukan pada kasus diatas!
6. Jelaskan peresepan rasional pada kasus tersebut dan alasan pemilihan obat tersebut!
BAB II
PEMBAHASAN
4. Apakah pemeriksaan penunjang lanjutan apa yang harus dilakukan untuk kasus di
atas?
Secara radiologis, gambaran infeksi odontogenik yang mengandung abses dapat
dilihat dengan adanya gambaran radiolusen di sekitar gigi yang terinfeksi. Infeksi dapat
terlihat di bagian akar gigi dan periapikal. Pemeriksaan Radiologis:
- Panoramik
Adapun keuntungan dari teknik radiografi panoramik yaitu hasil foto
radiografi yang luas mencakup gigi dan tulang wajah, kenyamanan pemeriksaan
untuk pasien, dapat digunakan pada pasien yang tidak bisa membuka mulut, dosis
radiasi rendah, dan waktu yang diperlukan untuk membuat gambar relatif singkat (3-4
menit). Adapun kerugiannya adalah tidak dapat mendeteksi lesi karies yang kecil,
gambar yang dihasilkan tidak memperlihatkan anatomi yang detail seperti pada
radiografi periapikal, dan terkadang terjadi tumpang tindih struktur yang dapat
mengakibatkan lesi odontogenik tidak tampak.5
Gambar 3. Tampak radiolusen yang berbatas jelas (tepi kortikal) didaerah periapikal
gigi pada radiografi oklusal maksila
2) Pembedahan
Setelah dilakukan kontrol sumber, dapat dilakukan pembedahan berupa
drainase infeksi. Langkah pertama dalam manajemen bedah untuk infeksi
odontogenik adalah menentukan rute yang paling tepat untuk akses bedah untuk
insisi dan drainase. Pada kasus pasien mengalami trismus sehingga akses kedalam
rongga mulut tidak mencukupi, maka dapat diberi analgesia dan anxiolysis. Langkah
selanjutnya dalam manajemen bedah adalah sayatan. Secara umum, sayatan
ditempatkan langsung di atas area pembengkakan maksimum untuk memungkinkan
drainase. Untuk prosedur insisi dan drainase ekstraoral untuk infeksi odontogenik
kompleks, ada faktor lain yang harus dipertimbangkan, yaitu bekas parut di wajah
dan potensi cedera vaskular dan saraf wajah. Panjang sayatan harus cukup setidaknya
10 sampai 15 mm dan kedalamannya harus setidaknya melewati lapisan jaringan
mukosa dan submukosa. Lalu rongga abses dialiri dengan saline normal steril
menggunakan semprit dengan ujung tipis. Kemudian drainase dijahit ke jaringan
yang berdekatan dengan sayatan (atau dekat tepi sayatan) dengan bahan jahitan yang
tidak dapat diserap. Drainase harus ditempatkan di kedalaman rongga abses dan
dijahit ke jaringan yang tampak sehat untuk menghindari robekan melalui jaringan
saat memasukkan jarum. Irigasi harus tetap di tempatnya sampai terjadi epitelisasi
saluran atau ketika pasien membaik secara klinis dan drainase lanjutan berhenti. Ini
biasanya terjadi dalam 2 hingga 5 hari setelah prosedur insisi dan drainase. Setelah
drainase diangkat, luka dibiarkan sembuh dengan penyembuhan sekunder.8
3) Terapi suportif
Tindakan suportif ini termasuk hidrasi, peningkatan nutrisi, kontrol nyeri,
terapi antibiotik tambahan, dan kontrol glukosa darah. Kebanyakan pasien dengan
infeksi odontogenik mengalami dehidrasi dan defisiensi nutrisi karena asupan oral
yang buruk karena rasa sakit dan ketidaknyamanan. Perawatan bedah menyeluruh
(yaitu, kendali sumber dan sayatan dan drainase) harus selalu dilengkapi dengan
pengendalian nyeri yang memadai dan dorongan hidrasi oral (atau intravena) dan
peningkatan asupan nutrisi. Untuk pasien dehidrasi akut, dokter dapat memilih untuk
memberikan cairan secara intravena untuk mengisi volume intravaskular yang
hilang.8
6. Jelaskan peresepan rasional pada kasus tersebut dan alasan pemilihan obat
tersebut!
Dosis, waktu, dan durasi pemberian antibiotik yang tepat sama pentingnya dengan
pemilihan antibiotik yang tepat. Tujuannya adalah untuk mencapai kadar plasma yang
cukup tinggi untuk membunuh atau menghentikan bakteri yang sensitif terhadap
antibiotik sambil meminimalkan efek samping yang merugikan. Level plasma puncak
target biasanya setidaknya empat sampai lima kali konsentrasi penghambatan minimal
dari bakteri target. Pada kasus dapat diberikan klindamisin secara oral empat kali sehari,
atau amoksisilin-klavulanat (Augmentin) diberikan secara oral dua kali sehari, namun
disesuaikan dengan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dan karenanya merupakan bentuk
pengobatan antibiotik yang lebih efektif.
Alasan pemilihan obat tersebut adalah karena obat seperti penisilin, amoksisilin,
klindamisin, dan azitromisin, lebih efektif melawan streptokokus aerobik dan fakultatif
serta anaerob oral. Sedangkan obat golongan metronidazole, antibiotik nitroimidazole
yang menargetkan anaerob obligat, jarang digunakan pada infeksi rutin dan kadang-
kadang hanya digunakan bersama dengan antibiotik standar pada infeksi berat dengan
kultur positif untuk tingkat signifikan bakteri anaerob.8
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN