Anda di halaman 1dari 8

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 2019, 1-8

Kopontren dan Ekosistem Halal Value Chain

Arna Asna Annisa*


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, Indonesia
*Email korenpondensi: arnaannisa@gmail.com

Abstract
The development of the economic potential of Islamic boarding schools can have a positive impact on
improving the national economy. As an educational institution, Islamic boarding schools have the
potential of human resources which are also large for high fighting ability, which supports
accompanied by capabilities that become a great potential that can become the basis of Indonesia's
new economic flows through strengthening boarding schools (kopontren). This paper aims to examine
the ecosystems in Islamic boarding schools which have to do with changes in the lifestyle of its
members to apply halal values. The research using this qualitative descriptive method. Based on the
results of the analysis, the role of kopontren as the driving force of the boarding school is an important
diversion as a determinant of how to turn on the halal value chain in every part of the environment in
the Islamic boarding school ecosystem with halal values in production, distribution for consumption
needs goods or services.

Keywords: Halal industry, Halal value chain, Halal lifestyle, Kopontren

Abstrak
Pengembangan potensi ekonomi pondok pesantren dapat berdampak positif untuk perekonomian
nasional. Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren memiliki potensi SDM yang besar juga daya
juang tinggi, yang apabila diiringi dengan kemampuan berusaha menjadi sebuah potensi besar
sehingga dapat menjadi basis arus baru ekonomi Indonesia melalui penguatan koperasi pondok
pesantren (kopontren). Tujuan penelitian ini untuk mengkaji ekosistem dalam pondok pesantren
terhadap perubahan gaya hidup anggotanya untuk menerapkan nilai-nilai islam. Penelitian ini
menggunkan pendekatan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil analisis, peran kopontren
sebagai motor penggerak perekonomian pondok pesantren berpengaruh secara signifikan sebagai
penentu bagaimana menghidupkan halal value chain (rantai nilai halal) pada setiap bagian
lingkungan dalam ekosistem pondok pesantren dengan menerapkan nilai-nilai halal dalam aktivitas
produksi, distribusi hingga aktivitas konsumsi anggotanya baik berupa barang ataupun jasa.

Kata kunci: Industri Halal, Halal Value Chain, Halal Lifestyle, Kopontren
Saran sitasi: Annisa, A.A. (2019). Kopontren dan Ekosistem Halal Value Chain. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 5(01), 1-8. doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v5i01.398

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v5i01.398

1. Pendahuluan Indonesia menunjukkan angka 7,5% pada tahun


Laju pertumbuhan industri halal global 2015 menjadi lebih dari 8% pada tahun 2016.
menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun Kondisi tersebut diperkirakan akan terus
terakhir, data dari departemen komunikasi Bank

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 2019, 2
meningkat pada tahun 2017 dan seterusnya Pengembangan zona industry halal ini bisa
(Bank Indonesia, 2018). dilakukan dengan optimal dengan memperkenal-
Pasar industri halal di Indonesia sendiri, kannya pada kelompok muslim yang melakukan
khususnya sektor makanan halal, travel, fashion, aktivitas dan bermukim bersama. Seperti halnya
obat-obatan serta kosmetik halal telah mencapai pondok pesantren, disana memenuhi syarat seba-
sekitar 11% dari pasar global pada tahun 2016. gai sebuah ekosistem yang mendukung tercipta-
Capaian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia nya perubahan social (Zuhriy, 2011). Atas
memiliki potensi yang besar dalam pengemba- aktifitas pemukiman yang dilakukan dalam ling-
ngan sektor industri halal. Besarnya potensi kungan pondok pesantren tersebut, daur rantai
Indonesia di sektor industri halal inilah yang kegiatan ekonomi dapat dilakukan dengan
dapat mendukung pertumbuhan ekonomi sempurna, mulai dari aktifitas produksi, distri-
nasional. busi, dan konsumsi. Dalam hal amal usaha, di
Peningkatan nilai dalam aktifitas indusri pondok pesantren sudah terbentuk koperasi
halal di Indonesia didukung pula oleh pening- pondok pesantren (kopontren) yang menjadi
katan kesadaran akan pentingnya konsumsi wadah pemenuhan kebutuhan ekonomi warga
sektor industri halal dari penduduk Indonesia pondok pesantren (Fitra & Rasyid, 2016). Oleh
yang merupakan 12,7% dari populasi penduduk karena itulah, penjaminan rantai nilai halal atau
muslim dunia. Kesadaran inilah yang pada halal value chain dalam setiap produk lebih bisa
akhirnya merubah gaya hidup akan konsumsi dijamin melalui peran kopontren sebagai motor
barang produksi. Perubahan ini berdampak dalam ekosistem yang mampu menciptakan
signifikan pada tren gaya hidup halal atau halal perubahan sosial yang lebih baik.
lifestyle yang menjadi indicator universal sehing-
2. Metode Penelitian
ga diterima dan diikuti untuk semua kalangan Metode analisis data dalam penelitian ini
masyarakat (Baharuddin, Kassim, Nordin, & menggunakan analisis kualitatif-deskriptif. Pene-
Buyong, 2015). litian kualitatif dilaksanakan untuk membangun
Perubahan pada gaya hidup halal masyarakat pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan,
yang nampak pada perubahan permintaan barang sehingga diharapkan dapat mengungkap berbagai
halal mengandung konsekuensi pada keterse- informasi yang teliti dan penuh makna, namun
diaan penawaran produk halal. Tidak sampai
juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam
disini, halal lifestyle menuntut penjaminan keha- bentuk angka (Batubara, 2017). Informasi
lalan rantai produksi hingga konsumsi. Maka didapat penulis dengan metode telaah literatur
menjadi sebuah keniscayaan untuk menciptakan (literature review) dari berbagai penelitian dan
kawasan industri yang bisa mengakomodasi tulisan yang telah dilakukan sebelumnya juga
kebutuhan tersebut. kebijakan tentang Ekosistem Halal Value Chain.
Strategi pengembangan industri halal di Data yang digunakan adalah data sekunder yang
Indonesia terus digencarkan, mulai dari regulasi diperoleh dari jurnal, buku, dokumentasi, dan
hingga pengembangan zona industri halal. Zona publikasi, diantaranya dari lembaga-lembaga
industri halal merupakan kawasan industri yang terpercaya seperti Bank Indonesia (BI), Kemen-
di dalamnya semua industri menerapkan atau terian Perindustrian, Badan Pusat Statistik (BPS).
sesuai dengan standar Islam mulai dari hulu Metode ini mendeskripsikan dan menggam-
sampai hilir (Kementerian Perindustrian, 2018). barkan data lapangan yang bersifat alamiah,
Hal ini menjadi penting mengingat produk halal dalam hal ini adalah kehidupan kopontren di
harus terjamin kehalalannya dari sumber bahan Indonesia, ataupun rekayasa manusia, termasuk
baku yang didapat, proses produksi, hingga kebijakan pemerintah dalam rangka peningkatan
pendistribusian produk ke tangan konsumen.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 2019, 3
industry halal di Indonesia dengan membentuk Dalam hal keyakinan beragama atau keper-
kawasan atau ekosistem halal value chain. cayaan, Hawkins menggolongkannya dalam
Proses analisis data penelitian diatas dilaku- faktor eksternal berupa budaya. Budaya didefini-
kan secara komprehensif dengan lebih memper- sikan sebagai keseluruhan kepercayaan, pengeta-
hatikan mengenai karakteristik data, kualitas data, huan, hukum, moral, adat istiadat, seni, dan
dan juga keterkaitan antar hal serta memban- setiap kemampuan lainnya yang diperoleh
dingkan dengan konsep dan teori yang relevan, manusia sebagai anggota masyarakat, mencakup
sehingga dapat memberikan informasi yang tepat juga segala sesuatu yang mempengaruhi proses
tentang peran kopontren untuk mengembangkan pemikiran individu dan perilaku (Hawkins, Best,
ekosistem halal value chain Coney, Carril Villarreal, & Domette Nicolesco,
2004).
3. Hasil dan Pembahasan
Selaras dengan teori Hawkins, bagi seorang
3.1. Gaya Hidup Halal (Halal Lifestyle)
muslim membeli barang konsumsi bukan sekedar
Gaya hidup (life style) merupakan perilaku untuk memenuhi kebutuhan atau mengikuti gaya
yang nampak dari aktivitas seseorang. Menurut hidup, tetapi mereka juga diwajibkan untuk taat
Kotler, gaya hidup adalah pola hidup seseorang pada ketentuan syariat sebagai konsekuensi dari
di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas keimanan mereka, salah satunya yaitu prinsip
(activity), minat (interest) dan opininya (opinion). halal. Secara bahasa, kata halal berasal dari
Gaya hidup itu sendiri menggambarkan “keselu- bahasa Arab halla, yahillu, hillan, wahalalan
ruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan yang mempunyai makna dibenarkan atau
lingkungannya (Kotler & Keller, 2006). Gaya dibolehkan oleh hukum syarak, sebagai sesuatu
hidup akan berpengaruh terhadap perilaku yang dibolehkan atau diizinkan oleh Allah (Al
konsumen dalam membelanjakan dan mengalo- Qordhowi, 1994), sedangkan kebalikannya yaitu
kasikan waktu dan uang yang dimiliki, dimana haram berarti dilarang (Astogini, Wahyudin, &
hal tersebut ditentukan dari faktor eksternal dan Wulandari, 2012). Halal tidak dimaknai sebagai
faktor internal konsumen.

Gambar 1. Model Perilaku Konsumen menurut Hawkins (Hawkins et al., 2004)

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 2019, 4
pembatasan, melainkan untuk memperkenalkan Dasar penentuan halal haramnya makanan bagi
ajaran Allah SWT dari sudut pandang syariah seorang muslim terdapat dalam Al Qur’an seperti
yang dinyatakan dalam Alquran dan hadist yang tercantum pada ayat-ayat berikut: bahan
(Adinugraha & Sartika, 2019). Dengan begitu, yang diharamkan Allah adalah bangkai, darah,
gaya hidup halal tidak bisa terpisahkan dari babi dan hewan yang disembelih dengan nama
kehidupan sehari-hari seorang muslim. selain Allah (QS. Al Baqarah: 173). Sedangkan
Gaya hidup halal menurut Muslim Judicial minuman yang diharamkan Allah adalah semua
Council Halaal Trust (MJCHT) merupakan tingkah bentuk khamar (minuman yang mengandung
laku seseorang yang dilakukan sesuai dengan alkohol) (QS. Al Baqarah: 219). Hewan yang
kemampuan yang dimiliki secara benar, jujur, dihalalkan akan berubah statusnya menjadi
berintegritas, berkeadilan, bermartabat, dan juga haram jika mati karena terbentur, tercekik, jatuh
tidak menyimpang dari ajaran Islam (MJCHT, karena ditanduk, diterkam binatang buas dan
2018). Gaya hidup halal dapat dilakukan dengan yang disembelih untuk berhala (QS. Al Maidah:
mengamalkan konsep 3 HM, yaitu halal 3). Mengacu pada ayat-ayat diatas, maka dapat
memperoleh, halal mengkonsumsi dan halal disebutkan bahwa yang dimaksud dengan produk
memanfaatkan (Jambilink, 2018). Dengan kata halal adalah produk yang memenuhi syarat
lain, gaya hidup halal bisa dilakukan oleh setiap kehalalan sesuai dengan syari’at Islam yaitu
individu dengan memastikan kehalalannya mulai (Astogini et al., 2012):
dari bahan baku, proses produksi, pengemasan, a. Tidak mengandung babi dan juga bahan yang
distribusi barang, penjualan retail, hingga produk berasal dari babi.
siap dikonsumsi. b. Tidak mengandung bahan-bahan yang
3.2. Halal Value Chain dalam Produk Barang diharamkan seperti organ manusia, kotoran,
Dewasa ini, prinsip halal menjadi indikator darah, dan sebagainya.
universal untuk jaminan kualitas atas sebuah c. Semua bahan dari hewan halal yang
produk dan standar hidup (Gillani, Khan, & Ijaz, disembelih menurut syari’at Islam.
2017), didalamnya terdapat unsur kesehatan, d. Semua tempat pengolahan, penyimpanan,
keselamatan, keamanan, kemakmuran dan marta- penjualan, dan transportasinya tidak boleh
bat manusia (Adinugraha & Sartika, 2019). digunakan untuk babi atau barang yang tidak
Konsumsi produk halal tidak hanya berlaku halal. Jika pernah digunakan untuk hal
untuk makanan saja, namun meliputi sejumlah tersebut, harus dibersihkan dulu dengan cara
bidang, seperti keuangan dan perbankan, yang diatur menurut syari’at Islam.
peternakan, fashion, kosmetik, obat-obatan, e. Semua makanan dan juga minuman yang
wisata, juga rumah sakit. Semakin banyaknya tidak mengandung khamar.
ragam produk konsumsi dalam industri halal, Syarat kehalalan tersebut menjadi standar
menunjukkan gaya hidup halal semakin diminati yang juga digunakan untuk sektor industri halal
oleh semua kalangan. Perubahan dan selain makanan. Hal itu dipastikan melalui
perkembangan gaya hidup halal ini harus mampu manajemen rantai persediaan barang halal (Halal
dilayani oleh sektor industri halal dengan baik, Supply Chain). Didalam manajemen rantai
yaitu dengan menjaga kualitas rantai pasok persediaan barang (supply chain management/
produk halal mulai dari kepastian bahan baku SCM) sendiri, terdapat proses pengkonversian
halal, proses produksi sampai dengan konsumen bahan mentah menjadi barang jadi untuk
mendapatkan produk, semuanya harus terjamin selanjutnya didistribusikan sampai dengan kon-
kehalalannya. sumen akhir (Manzouri, Ab-rahman, Rosmawati,
Produk olahan makanan dan minuman Mohd, & Jamsari, 2014). Sedangkan dalam halal
sendiri, pada prinsipnya adalah halal, kecuali supply chain, tujuan akhirnya tidak sekedar
yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. untuk efisiensi biaya produksi, melainkan juga
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 2019, 5
menjaga dan mempertahankan kehalalan produk Koperasi adalah salah satu bentuk dari
sampai ditangan konsumen (Gillani et al., 2017) lembaga keuangan nondepositori, tidak terke-
dengan memenuhi syarat-syarat diatas. Selain itu, cuali koperasi syariah. Dalam usahanya, koperasi
manajemen rantai pasokan halal membutuhkan syariah melandaskan pada nilai-nilai Islam
kebijakan halal dan desain khusus untuk dengan keanggotaan yang berasal, dikelola dan
mengontrol logistik halal, struktur jaringan rantai diperuntukan untuk kemakmuran dan kesejah-
pasokan, dan sumber daya rantai pasokan teraan anggotanya. Namun begitu, lingkup usaha
(Tieman, van der Vorst, & Che Ghazali, 2012). koperasi ataupun koperasi syariah bisa mencakup
Halal Supply Chain sekaligus menjadi seluruh aktifitas ekonomi mulai dari proses
bagian yang integral dari halal logistik. Setiap produksi, distribusi dan juga konsumsi. Sebagai
proses dalam halal logistik memastikan lembaga keuangan, peran koperasi syariah
pemisahan antara produk halal dan non halal menjadi sangat vital dalam penjagaan rantai nilai
mulai dari proses perencanaan, pengimplementa- halal yang terintegritas dengan aspek yang lain.
sian, dan juga pengendalian terkait proses 3.4. Ekosistem Pondok Pesantren
penyimpanan barang dan jasa agar dapat meme- Ekosistem merupakan tatanan kesatuan
nuhi kebutuhan para pelanggan. Proses penja- secara utuh dan menyeluruh yang saling mempe-
gaan setiap nilai halal produk (halal value chain) ngaruhi antara segenap unsur lingkungan hidup.
ini sekaligus menjadi keunggulan kompetitif bagi Ekosistem merupakan hubungan timbal balik
produsen untuk dapat bersaing di industri yang yang kompleks antara makhluk hidup dengan
sama. lingkungannya (Utomo, Sutriyono, & Rizal, n.d.).
3.3. Halal Value Chain dalam Produk Jasa Dalam kehidupan sosial masyarakat, yang
Industri halal tidak hanya menghasilkan dimaksud dengan makhluk hidup adalah manusia,
produk berupa barang, namun juga berupa jasa. sedangkan lingkungannya berupa agama, budaya,
Dibidang jasa, tren sektor halal yang berkem- tempat tinggal, keluarga, tetangga, teman yang
bang saat ini diantaranya adalah lembaga mempengaruhi tingkah laku antar manusia
keuangan syariah, perbankan syariah, financial (Muharromah, 1999).
technology syariah, juga wisata halal. Selayak- Hubungan yang terjadi dalam ekosistem
nya dalam produk barang halal, produk industri manusia, menunjukkan interaksi sosial berupa
halal dalam bentuk jasa pun memiliki ketentuan hubungan individu dengan individu, individu
agar memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan dengan kelompok, dan kelompok dengan kelom-
syari’at Islam. pok, dimana masing-masing aktivitas dalam
Lembaga keuangan syariah menjalankan interaksi tersebut akan saling mempengaruhi dan
aktifitasnya dengan menerapkan prinsip-prinsip saling beradaptasi. Hasil dari interaksi yang
syariah yang membuatnya berbeda dengan kon- terjadi akan memunculkan perubahan sosial,
vensional (Sholihin, 2010). Lembaga Keuangan seperti adanya gaya hidup baru yang akan diikuti
Syariah bertujuan membantu mencapai tujuan oleh individu sekaligus kelompok. Selanjutnya,
sosioekonomi masyarakat Islam, lembaga gaya hidup inilah yang akan menentukan
keuangan sendiri terdiri dari lembaga keuangan tindakan pemenuhan kebutuhan individu dan
depositori (bank) dan lembaga keuangan kelompok.
nondepositori (non bank) (Soemitro, 2009). Gambar 1 diatas menunjukkan kepada kita
Selain menghindari riba, lembaga keuangan tentang bagaimana gaya hidup sebagai hasil
syariah juga harus tunduk pada syarat kehalalan interaksi faktor-faktor yang berpengaruh dalam
produk, baik dari sisi pengumpulan dana ataupun ekosistem dapat menentukan perilaku konsumen
pembiayaannya. untuk melakukan keputusan pembelian barang
dan jasa. Oleh karenanya, gaya hidup halal yang

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 2019, 6
diakui sebagai sebuah standar universal tentang Pondok pesantren sebagai pusat kajian-
kebaikan kualitas kesehatan, keamanan dan kajian keagamaan selayaknya mengimplemen-
keselamatan, kemakmuran juga martabat tasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-
manusia dapat dikembangkan dari interaksi yang hari. Dalam bidang ekonomi, setiap aktivitas
terjadi dalam sebuah ekosistem yang mendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat pesantren pun
terciptanya hal tersebut. Hal itu ditujukan untuk idealnya menerapkan prinsip halal dan thoyyib
meningkatkan kualitas hidup manusia secara dalam perilaku konsumsinya. Sebagai wadah
umum, dan bagi para muslim khususnya supaya pengelolaan aktivitas ekonomi dalam tatanan
dapat memenuhi kewajiban syariatnya sehingga masyarakat pondok pesantren, koperasi pondok
akan mendapat pahala. pesantren (kopontren) diharapkan mampu menja-
Interaksi yang terjadi pada individu, di laboratorium masyarakat pesantren untuk
komunitas, dan masyarakat disebuah ekosistem menerapkan kemandirian ekonomi berbasis
dapat menciptakan kreasi, yang jika berulang prinsip-prinsip ekonomi syariah. Dengan dipe-
akan menjadi kesepakatan kolektif dan menjelma rankannya kopontren sebagai motor penggerak
menjadi sebuah budaya. Sebagai sebuah roda perekonomian dalam tatanan masyarakat
ekosistem, pondok pesantren merupakan salah pesantren, maka kopontren bertanggung jawab
satu institusi pendidikan yang sekaligus meru- untuk memastikan berputarnya rantai produksi,
pakan subkultur masyarakat Indonesia yang unik distribusi, sekaligus konsumsinya.
karena memiliki ciri-ciri khas yang sifatnya Kopontren memiliki asas kekeluargaan
sangat kuat dan lekat. Pada saat yang sama, maka dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya.
pondok pesantren akan membentuk budaya yang Sebagai badan usaha, kopontren bertanggung
khas (Zuhriy, 2011). Oleh karena itu, tepat jika jawab melakukan pemenuhan kebutuhan anggota
internalisasi halal value chain diprioritaskan pada masyarakat pesantren. Setiap barang dan jasa
ekosistem pondok pesantren. yang dihasilkan oleh kopontren, akan menjadi
3.5. Koperasi Pondok Pesantren benchmark atau tolok ukur bagaimana kopontren
(KOPONTREN) menerapkan nilai-nilai syariah dalam aktivitas
ekonominya. Hal itu sekaligus menjadi upaya
Studi tentang bagaimana hubungan agama
edukasi dan penguatan pemahaman nilai rantai
dengan aspek ekonomi telah banyak dilakukan
halal (halal value chain) pada tatanan
dan menunjukkan bahwa diantara keduanya
masyarakat pondok pesantren
memiliki hubungan yang signifikan. Nilai-nilai
ideologi yang diyakini dan dipahami seseorang 4. Kesimpulan
mampu mendorong untuk mempunyai etos kerja Perubahan sosial dalam tatanan kehidupan
dan juga semangat dalam bekerja (Muttaqin, masyarakat kita sangat dipengaruhi oleh paparan
2011). pengetahuan dan wawasan yang diterima oleh
Pondok pesantren yang merupakan bagian seseorang sehari-hari dalam lingkungan
dari kelompok masyarakat, tidak lagi sekedar ekosistemnya. Ekosistem menunjukkan bagai-
memproduksi kyai, santri dalam arti spiritualitas, mana interaksi anggota didalamnya. Dalam
akan tetapi pondok pesantren juga dinilai mampu interaksi tersebut, akan mewujud menjadi sebuah
menghasilkan sumber daya yang unggul dalam budaya yang akan ditiru dan diikuti oleh semua
berbagai bidang. Selain itu, sebagai bagian dari komponen ekosistem sebagai sebuah gaya hidup
institusi pendidikan, masyarakat pesantren (santri) atau lifestyle. Maka dari itu, nilai-nilai halal
dianggap mempunyai komitmen keagamaan value chain yang dimasukkan dalam setiap
yang tinggi sehingga dapat dijadikan contoh interaksi di lingkungan pondok pesantren sebagai
yang baik dalam tatanan masyarakat umum. sebuah ekosistem dapat menjadi budaya yang
diikuti oleh seluruh masyarakat pesantren.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 2019, 7
Pondok pesantren memiliki koperasi pondok Halal Dukung Pertumbuhan Ekonomi
pesantren (kopontren) sebagai usaha untuk Nasional - Bank Sentral Republik Indonesia.
mewujudkan kemandirian ekonomi mereka. Batubara, J. (2017). Paradigma Penelitian
Sebagai sebuah motor penggerak, kopontren Kualitatif dan Filsafat Ilmu Pengetahuan
memiliki kewajiban untuk menjalankan proses dalam Konseling. Jurnal Fokus Konseling,
produksi, distribusi sekaligus memenuhi barang 3(2), 95.
https://doi.org/10.26638/jfk.387.2099
konsumsi yang diperlukan masyarakat pesantren.
Setiap yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi Fitra, T. L., & Rasyid, A. (2016). Peran
kopontren, dapat menunjukkan sejauh apa Kopontren terhadap Perekonomian
Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren.
komitmen kopontren dalam memegang nilai-nilai
Jurnal Iqtisaduna, 2(2), 159–172.
ekonomi Islam. Hal itu sekaligus menjadi pintu https://doi.org/10.24252/IQTISADUNA.V2
masuk proses edukasi terhadap rantai nilai halal I2.3116
(halal value chain) bagi ekosistem yang
Gillani, S. H. B., Khan, M. M. S., & Ijaz, F.
tergabung dalam masyarakat pesantren sehingga (2017). Factors Reinforcing Pakistan Halal
akan menjadi gaya hidup yang dapat dijadikan Food Industry to be the World Halal Food
keteladanan atau prototype bagi kelompok Hub. Journal of Education and Social
masyarakat lainnya. Sciences, 6.
5. Ucapan Terimakasih Hawkins, D. I., Best, R. J., Coney, K. A., Carril
Terima Kasih kepada Fakultas Ekonomi dan Villarreal, M. del P., & Domette Nicolesco,
J. P. V. (2004). Comportamiento del
Bisnis Islam IAIN Salatiga yang telah
consumidor : construyendo estrategias de
mensupport atas selesainya tulisan ini. marketing. McGraw-Hill Interamericana.
6. Daftar Pustaka Jambilink. (2018). Ubah Gaya Hidup dengan
Adinugraha, H. H., & Sartika, M. (2019). Halal Halal Lifestyle | JAMBI LINK.
Lifestyle di Indonesia. An-Nisbah: Jurnal
Kementerian Perindustrian. (2018). Kemenperin:
Ekonomi Syariah, 5(2), 57–81. Kemenperin Bikin Kawasan Industri Halal.
https://doi.org/10.21274/AN.2019.5.2.LAY
OUT Kotler, P., & Keller, K. L. (2006). Marketing
management (14th ed.). New Jersey:
Al Qordhowi, Y. (1994). al-Halal wa al-Haram Pearson Prentice Hall.
fi al-Islam. Bayrut: Maktabah al Islami.
Manzouri, M., Ab-rahman, M. N., Rosmawati,
Astogini, D., Wahyudin, W., & Wulandari, S. Z. C., Mohd, C., & Jamsari, E. A. (2014).
(2012). Aspek Religiusitas dalam Increasing Production and Eliminating
Keputusan Pembelian Produk Halal (Studi Waste through Lean Tools and Techniques
Labelisasi Halal pada Produk Makanan dan for Halal Food Companies. 9179–9204.
Minuman Kemasan). Jurnal Ekonomi Bisnis https://doi.org/10.3390/su6129179
Dan Akuntansi (JEBA), 13(1).
MJCHT. (2018). Overview of Halal Lifestyle -
Baharuddin, K., Kassim, N. A., Nordin, S. K., & Muslim Judicial Council Halaal Trust.
Buyong, S. Z. (2015). Understanding the
Halal Concept and the Importance of Muharromah, M. (1999). Pengaruh Lingkungan
Information on Halal Food Business Masyarakat.
Needed by Potential Malaysian Muttaqin, R. (2011). Kemandirian dan
Entrepreneurs. International Journal of Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Pesantren.
Academic Research in Business and Social JESI Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia,
Sciences, 5(2), 170–180. I(2), 68.
https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v5-
i2/1476 Sholihin, A. I. (2010). Pedoman Umum Lembaga
Keuangan Syariah - Ahmad Ifham Sholihin
Bank Indonesia. (2018). Pengembangan Industri - Google Buku (1st ed.). Jakarta: PT

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 2019, 8
Gramedia Pustaka Utama. 7
Soemitro, A. (2009). Bank & Lembaga Utomo, S. W., Sutriyono, & Rizal, R. (n.d.).
Keuangan Syariah (2nd ed.). Jakarta: Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan
Prenadamedia Group. Ekosistem.
Tieman, M., van der Vorst, J. G. A. J., & Che Zuhriy, M. S. (2011). Budaya Pesantren dan
Ghazali, M. (2012). Principles in halal Pendidikan Karakter pada Pondok Pesantren
supply chain management. Journal of Salaf. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
Islamic Marketing, 3(3), 217–243. 19(2).
https://doi.org/10.1108/1759083121125972

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534

Anda mungkin juga menyukai