kehidupan masyarakat
praaksara
praaksara
praaksara
praaksara=
tingkat sederhana, ditemukan di daerah Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari
alam, khususnya yang menyangkut keberhasilan kegiatan berburu. Hal ini dapat
dilihat dari adanya pembuatan patung dewi kesuburan dan penguburan mayat yang
nilai estetika dan magis. Cap-cap tangan dengan latar belakang merah dimungkinkan
mengandung arti kekuatan atau lambang kekuatan pelindung untuk mencegah roh
jahat dan cap-cap tangan yang jarinya tidak lengkap dianggap sebagai tanda
berkabung. Cap tanda tangan ini disebut dengan seni cadas. Selain itu beberapa
suku. Gambar perahu juga dimaksudkan sebagai perahu Gambar Hiasan Seni Cadas Pada
dinding Gua
dari arwah nenek moyang dalam perjalanan ke alam Sumber: wacana.com.
sebelumnya. Salah satu segi yang menonjol dalam Gambar Corak Hewan didinding Gua
Sumber: https://encrypted-
tbn1.gstatic.com/images?
kepercayaan adalah sikap terhadap alam kehidupan q=tbn:ANd9GcRwbOG25ic6Zap3k8_
Mvc3qW6kAr-moCzwKb8H5vp6-
sesudah mati. Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak 5qqLwsrJ
tersendiri sesudah orang meninggal. Orang yang meninggal pada saat dikuburkan
perhiasan. Upacara yang paling mencolok adalah upacara pada waktu penguburan,
terutama bagi seorang yang paling dihormati (kepala suku ataun kepala adat) pada
masa tersebut dibangun istimewa dibandingkan masyarakat biasa, hal ini terlihat
dari bentuknya yang terdiri atas batu – batu besar (tradisi Megalithikum) seperti
dolmen, menhir, sarkofagus, kubur peti batu, waruga, punden berundak – undak dan
arca. Berikut akan dipaparkan bentuk – bentuk batu – batu besar tersebut :
BENTUK BATU BESAR DESKRIPSI
Dolmen
Menhir
diperingati.
BENTUK BATU BESAR DESKRIPSI
Sarkofagus
mempunyai tutup.
Waruga
Punden Berundak-undak
bertingkat-tingkat kebanyakan
Arca-arca
punden berundak-undak.
dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki keterbatasan dan merasa
ada kekuatan yang lebih diluar dirinya. Maka adanya anggapan dan perasaan
pada masa sebelumnya sudah ada dan masyarakat sudah mengenal kepercayaan
animisme dan dinamisme akan tetapi pada masa perundagian kepercayaan tersebut
lebih berkembang pesat dengan upacara – upacara atau ritual yang dilakukan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya temuan bukti – bukti alat atau benda yang digunakan.
Kepercayaan Anismisme
supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil sewaktu – waktu yang
macam-macam roh dan makluk halus yang menempati suatu tempat memunculkan
Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang telah
pohon, lautan, gua-gua, sumur, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar,
batu – batu besar, dan lain –lain. Dari tempat – tempat tersebut diyakini ada suatu
kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup.
Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang memunculkan kepercayaan
dinanisme.
Hal yang paling menonjol pada pada masa undagi ini arwah nenek moyang
pada kedudukan pada masa hidupnya. Yang memiliki kedudukan diadakan upacara
dengan bekal kubur yang lengkap. Pada masa perundagian penguburan mayat dibagi
(Poesponegoro, 2010:412):
Gambar Penguburan Suku Toraja Primer yang dilakukan dengan Upacara
Sumber : http://assets.kompas.com/data/photo/2015/03/31/1708005toraja-1780x390.jpg
Homo Sapiens dari wajak sangat menggantungkan diri pada alam. Daerah-daerah
yang ditempati oleh manusia tersebut harus memberikan cukup persedian untuk
buruan selalu berkumpul di dekat sumber air. Selain itu juga tanah yang dekat
dengan sumber mata air subut dan ditumbuhi tanaman seperti buah –buahan dan
umbi.
membekali diri untuk dapat menghadapi lingkungan sekitarnya. Manusia pada masa
dengan alat-alat yang masih sederhana. Hewan buruan manusia purba, antara lain:
kerbau, banteng, kuda nil, badak,. dan rusa, sedangkan makanan dari alam yang
mulai terbentuk pada tingkat hidup berburu. Pada tingkat Homo sapien telah
tercipta bahasa yang menjadi alat komunikasi utama dalam kehidupan sosial
lanjut masih dipengaruhi oleh cara hidup pada masa sebelumnya. Untuk kebutuhan
tempat tinggal, manusia memilih gua-gua alam atau gua-gua payung atau ceruk
walaupun secara tidak menetap. Gua yang dipilih tidak jauh dari sumber air atau
dekat dengan sungai yang mengandung sumber-sumber makanan seperti ikan, kerang
dan siput. Manusia pada masa berburu tingkat lanjut menamam menanam umbi-
umbian dengan menggunakan pisau-pisau batu yang tajam. Manusia juga sudah
menanam jenis padi liar yang di dapatkan di hutan. Setelah musim panen selesai
manusia meninggalkan lahan yang lama dan mencari lahan yang baru. Proses
memakai pisau dari tanduk dan sudip tulang serta penggaruk dari kulit kerang. Bukti
adanya Konsumsi siput dan ikan terbukti dengan ditemukan bukit-bukit kerang di
Sumatra dan dalam beberapa gua di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan
(Poesponengoro, 2010:180).
Gambar Ilustrasi Kehidupan Sosial Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Sumber:http://1.bp.blogspot.com/-BeaPhV64-mQ/UnjTB5T6LEI/AAAAAAAAAw0/W7AEhDbaq-
U/s1600/paleo3.jpg
Gambar Ilustrasi Kehidupan Sosial dalam aktivitas sehari - hari
Sumber: http://kakakpintar.com/wp-content/uploads/2015/11/Screenshot_211.jpg
gangguan binatang-binatang buas. Pada masa bercocok tanam juga mengenal sistem
gotong royong.
Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan juga telah nampak. Wanita
lumbung sebagai tanaman benih. Pada masa ini sudah dikenal rumpun bahasa Melayu-
polenisia atau yang lebih dikenal rumpun Austronesia. Pola hidup menetap telah
Masyarakat juga sudah mengenal pemimpin atau kepala suku yang dipercayai untuk
pegunungan, dataran rendah, dan tepi pantai dalam tata kehidupan yang semakin
Dalam tata kehidupan yang telah teratur, berburu binatang liar seperti
harimau dan kijang masih tetap dilakukan. Selain menambah mata pencaharian hal ini
yang dibuat dari bambu atau rotan yang ujungnya dilingkarkan. Tersusunnya
2010:409).
Kemampuan manusia pada masa ini masih bergantung pada alam, secara tidak
yang sederhana hanya sekedar memenuhi tujuan penggunaan saja. Adapun tujuannya
yaitu untuk mencari dan mengolah bahan makanan yang berupa daging binatang dan
mengumpulkan makanan serta mengurus anak. Setelah api ditemukan, maka peramu
makanan tingkat lanjut, hampir sama dengan sistem ekonomi pada masa sebelumnya.
menyediakan biota air (ikan, moluska, dan lain – lain) yang hidup di laut dan di muara
binatang dalam lingkungan menjadi sumber bahan makanan yang diperoleh melalui
perburuan. Sistem berburu manusia purba dibantu dengan peralatan dari batu, kayu,
Sumber:https://i0.wp.com/www.tandapagar.com/sign/wp-content/uploads/2015/12/00231.jpg?resize=800%2C536
Gambar Ilustrasi Manusia Purba dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berburu binatang
Sumber : http://persianpet.org/forum/images/imported/2011/12/2201.jpg
Sumber:http://4.bp.blogspot.com/-B_HWa-7QPuU/UzFqWQi9FaI/AAAAAAAABU8/WHaFoHz8ru0/s1600/neanderthal-
dapat-bertahan-pada-iklim-hangat.jpg
Gambar Ilustrasi Manusia Purba Pada Masa Berburu danb Mengumpulkan Makanan di Laut
Sumber:http://www.scottishheritagehub.com/sites/default/files/u12/resource_gathering_orkney_HS.jpg
Gambar Ilustrasi Aktivitas Mata Pecaharian Manusia Purba baik di Laut maupun Daratan
Sumber http://doveslightcoven.0catch.com/March/stoneage.jpg
Selain mata pecarian berburu, manusia purba juga mempunyai sistem mata
pecaharian menangkap ikan atau pecarian kerang – kerangan dalam lingkungan air
tawar dan lingkungan pesisir (pantai). Manusia purba pada masa berburu dan
makanan di lingkungan sekitar seperti umbi – umbian, biji – bijian, ataupun buah –
buahan. Berbagai jenis alat dapat digunakan dalam kegiatan ini, antara lain kayu
untuk menggali umbi – umbian dan mengambil buah – buahan sedangkan alat bantu
(Simanjuntak, 2012:124-125).
Pada masa bercocok tanam memiliki ciri khas yang sesuai dengan penemuan-
sungai, laut, dan darat. Perahu dan Gambar Ilustrasi Kehidupan Bercocok Tanam manusia purba
Sumber : https://i.ytimg.com/vi/MtDSedk5r78/hqdefault.jpg
rakit – rakit bambu memegang peran
Barang yang dipertukarkan pada waktu itu merupakan hasil dari cocok tanam, hasil
kerajinan tangan (gerabah, beliung dan perhiasan). Selain itu juga untuk penduduk
yang berada di dekat pantai menghasilkan ikan dan garam sebagai bahan barternya
perdagangan antar pulau Indonesia dan dengan kawasan Asia Tenggara. Masyarakat
perdagangan baik itu dalam maupun luar pulau Indonesia. Perdagangan dilakukan
dengan cara tukar menukar barang – barang yang diperlukan oleh tiap pihak. Benda –
benda yang dijadikan sistem barter merupakan benda – benda yang memiliki arti
magis dan bersifat khas, misalnya nekara, perunggu dan benda – benda perhiasan
barang yang diperdagangkan yaitu rempah – rempah, jenis – jenis kayu dan hasil
bumi lainnya. Hal ini dukung dengan penemuan di sepanjang jalur perdagangan antara
makanan mengandalkan kerjasama kelompok. Misalkan, ketika akan memburu rusa purba,
tiga atau empat laki-laki akan bekerja sama guna melumpuhkan rusa tersebut. Mereka tahu
jika berhadapan satu lawan satu dengan binatang buruan akan kesulitan, sehingga