ASP SESSI 8 Lengkap Edit
ASP SESSI 8 Lengkap Edit
(EAA 402)
MODUL SESI KE 8
DISUSUN OLEH
Dr. Rilla Gantino, S.E., Ak., MM
B. BUMD
Pengertian BUMD
Pengertian BUMD berdasarkan Passal 1 UU no 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dikatakan bahwa BUMD adalah suatu Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya di
singkat menjadi BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Daerah.
Badan usaha milik daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh
pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD
ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
Fungsi BUMD
Fungsi Badan Usaha Milik Daerah yaitu:
Peranan BUMD
Peran Badan Usaha Milik Daerah yaitu:
a. Mendorong peran serta masyarakat dalam bidang usaha .
b. Memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat .
c. Menjadi perintis kegiatan yang kurang diminati masyarakat.
Kekurangan BUMD
a. Keterbatasan kemampuan dan keahlia dalam mengelola BUMN dan
BUMD menyebabkan sering menderita kerugian
b. Pada situasi tertentu bertindak sebagai perusahaan monopoli sehingga penetapan
harga ditentuka sepihak (perusahaan), bukan melalui mekanisme pasar walaupun
akhirnya untuk kesejahteraan rakyat
c. Pendiriannya sukar karena harus melalui peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku
Selain Good Corporate Governance ada juga manajemen strategik. Kompleksitas proses
pengambilan keputusan yang semakin sulit dan rumit menuntut diperlukannya
Manajemen strategik. Oleh karena itu Good Corporate Governance dan manajemen
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 3 / 22
strategik saling terkait dan melengkapi satu sama lain. Good Corporate Governance
sangat dibutuhkan dalam proses manajemen strategik untuk mencapai tujuan
organisasi serta pengawasan kinerja organisasi yang memperhatikan kepentingan
seluruh stakeholder. Dengan Good Corporate Governance, proses bisnis perusahaan
melalui manajemen strategik dapat mencapai keseimbangan kepentingan antara
a. Transparancy (Keterbukaan)
Kebijakan Governance :
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 4 / 22
1) BUMN/BUMD harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah di akses oleh
pemangku kepentingan sesuai dengan haknya:
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha
dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, pemegang saham pengendali,
sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan
pelaksanaan Good Corporate Governance serta tingkat kepatuhannya,
dan kejadian penting lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan:
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak
pribadi;
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
b. Accountability (Akuntabilitas)
Kebijakan Governance :
c. Fairness (Kesetaraan)
Menurut Sutedi Secara sederhana kesetaraan didefinisikan sebagai perlakuan yang
adil dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder. Dalam pengelolaan perusahaan
perlu ditekankan pada kesetaraan, terutama untuk pemegang saham minoritas.
Dalam melaksanakan kegiatannya, Komite Nasional kebijakan Governace
menginstruksikan perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham dan kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan.
Pedoman pokok pelaksanaan kesetaraan menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance :
Kebijakan Governace :
e. Sustainability (Kelangsungan)
Menurut Sutedi Kelangsungan adalah bagaimana perusahaan dapat terus beroperasi dan
menghasilkan keuntungan. Ketika perusahaan negara beroperasi dan menghasilkan
keuntungan dalam jangka mereka juga harus menemukan cara untuk memuaskan pegawai
dan komunitasnya agar tetap bisa bertahan dan berhasil. Mereka harus tanggap
terhadap lingkungan, memperhatikan hukum, memperlakukan pekerja secara adil, dan
menjadi karyawan yang baik. Dengan demikian, akan menghasilkan keuntungan yang
lama bagi stakeholder. Kelangsungan sebuah BUMD dapat di lihat melalui komitmen
manajemen terhadap stakeholder, kompetensi manajemen dan responsibilitas manajemen.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 7 / 22
Permasalahan yang dihadapi BUMD
Berdasarkan jenis dan karakteristik BUMD, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.
23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah BUMD dibagi menjadi dua bentuk yaitu
perusaaan umum daerah (perumda) dan perusahaan perseroan daerah (perseroda).
Sebelum berlakunya UU pemerintahan daerah yang baru dalam Permendagri No. 3 Tahun
1998 Tentang Bentuk Hukum BUMD membagi menjadi dua bentuk perumda dan bentuk
perseroan. Dengan kontruksi dan bentuk BUMD seperti ini tentunya memerlukan
pengelolaan dan penanganan yang berbeda pula. Seperto kita ketahui untuk BUMD yang
berbentuk perseroan dapat mengacu pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan
terbatas.
Permasalahan dalam rangka pengelolaan BUMD khususnya non persero sebagian besar
terletak pada persoalan SDM dan manajerial dari pengelolaan BUMD. Menurut Kunarjo,
dalam Rustian Komaludin, relative masih kecilnya. penerimaan bagian laba
perusahaan daerah sebagai salah satu sumber PAD daerah, adalah bahwa kebanyakan
usahanya relative berskala menengah dan kecil, disamping banyak pula diantaranya yang
belum diselenggarakannya berdasarkan asas ekonomi perusahaan, namun relative
lebih banyak didasarkan atas pertimbangan pelayanan public. Permasalahan pokok
yang berkaitan dengan pengelolaan BUMD antara lain :
Berkaitan denga payung hukum pengelolaan BUMD terjadi tumpang tindih pengaturan
sektoral tentang BUMD antara satu peraturan dengan peraturan yang lainnya. Tumpang
tindih antara peraturan yang mengatur BUMD dapat dilihat pada
1). Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangana Negara terkait konsep
“ Kekayaan Negara yang dipisahkan “
Berkaitan dengan pemahaman tentang keuangan Negara yang dipisahkan pada pengelolaan
entitas bisnis milik pemerintah baik yang berbentuk BUMN dan BUMD sampai saat ini.
Walaupun Putusan MK No. 48 dan 62 /PUU-XI/2013 yang dibacakan pada tanggal 18
September 2014. Uji materiil terhadap Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara masih mengganggap penyertaan modal yang ada pada BUMN dan
BUMD masih menganggap penyertaan modal yang ada pada BUMN maupun BUMD
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 8 / 22
masih menjadi domain keuangan negara. Permasalahan berdampak pada proses dan tata
cara pemeriksaan keuangan yang ada pada BUMD.
Dengan berlakunya otonomi daerah dan maka daerah mempunyai kewenangan untuk
membuka pintu masuknya investasi baik berskala nasional (lokal) ataupun internasional
(asing). Berkaitan dengan penyertaan modal dengan pihak local, baik swasta atau
pemerintah daerah maupun luar negri, diperlukan konstruksi BUMD yang mampu
menjamin hak-hak dan kepentingan pemodal yang terlibat kerjasama investasi
tersebut. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 5 ayat
(2) dinyatakan bahwa penanaman modal asing wajib berbentuk perseroan terbatas
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan republic Indonesia. Konstruksi BUMD
yang tidak semuanya berbentuk perseroan terbatas menjadi kendala dalam menerapkan
mekanisme penanaman modal khususnya investor asing.
Pembinaan dan pengawasan kinerja BUMD dilakukan berdasarkan jenis BUMD itu
sendiri. BUMD yang berbentuk perseroan pengawasan dilakukan sesuai dengan
mekanisme yang ada dalam UU No. 40 Tahun 2007 yang dilakukan oleh dewan
komisaris dan untuk perumda dilakukan oleh dewan pengawas. Dalam rangka
pembinaan dilakukan sesuai dengan struktur dan organisasi tata pemerintahan di masing-
masing pemerintah daerah.
e. Permasalahan restrukturisasi
Holding Company
Secara legal entity masing-masing anak perusahaan merupakan badan hokum yang berdiri
sendiri yang secara legal terpisah atau satu sama lain, maka pada prinsipnya setiap
kewajiban, resiko dan klaim dari pihak ketiga terhadap suatu anak perusahaan tidak
dapat dibebankan kepada anak perusahaan yang lain, ataupun dibebankan pada induk
perusahaan atau perusahaan pengendali walaupun masing-masing anak perusahaan tersebut
masih dalam suatu grup usaha atau dimiliki oleh pihak yang sama. Kondisi demikian
sangat menguntungkan pemerintah daerah selaku pemilik saham terbesar atau mayoritas
perusahaan induk.
Konsep holding company memberikan peluang pengendalian dan control yang besar pada
pemerintah daerah terhadap perusahaan induk tanpa harus secara langsung melakukan
control terhadap anak perusahaan yang menjadi bagian dari perusahaan induk terkait
dengan kebijakan dan keputusan yang diambil. Artinya beban pemerintah akan berkurang
terhadap pengawasan dan control terhadap banyaknya jumlah perusahaan yang
menjadi anak perusahaan dari perusahaan induk. Seperti yang kita ketahui dalam
proses pengambilan keputusan dan kebijakan terkait dengan BUMD memerlukan proses
dan tahapan administrasi dan proses pengambilan kebijakan yang rumit, panjang, serta
birokrasi yang tidak gampang.
Konsep holding company dalam hal pendanaan atau permodalan dari pihak ketiga lebih
mudah. Hal ini dikarenakan konstruksi holding company secara yuridis merupakan
entitas yang berdiri sendiri. Disamping itu, perusahaan holding maupun anak
perusahaan lain dalam grup yang bersangkutan dapat memberikan berbagai jaminan
hutang terhadap hutangnya anak perusahaan yang lain dalam grup yang bersangkutan.
e. Keakuratan keputusan yang diambil
Holding company dapat menjadi sarana pemerintah daerah dalam mengambil keputusan
serta menjalankan visi dam misi dalam mengelola BUMD khususnya perseroda
melalui perusahaan pengendalinya (induk perusahaan) yang secara langsung
berhubungan dengan pemerintah daerah. Keputusan yang diambil secara sentral oleh
perusahaan holding, maka tingkat akurasi keputusan yang diambil dapat lebih terjamin
dan lebih perspektif.
Dokumen sumber untuk penerimaan pembayarannya adalah STS (Surat Tanda Setoran).
STS adalah dokumen sumber untuk mencatat realisasi penerimaan dari Bagian Lancar
pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga internasional. Memo Penyesuaian adalah
dokumen sumber untuk mencatat pengurangan Bagian Lancar pinjaman kepada
BUMN/BUMD dan lembaga internasional. c. Saldo Normal Saldo normal Bagian Lancar
pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga internasional di sebelah debet. Penambahan
Bagian Lancar pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga internasional dicatat di
sebelah debet dan pengurangannya dicatat di sebelah kredit.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 12 / 22
Pinjaman kepada BUMN/BUMD dan Lembaga Internasional a. Pengertian Perkiraan ini
menggambarkan jumlah yang dibayar oleh pemerintah untuk penyertaan modal kurang dari
51% saham ekuitas dari setiap badan usaha tersebut dan dicatat sebagai pinjaman. b.
Proses pencatatan dan dokumen terkait Tahap transaksi pada pinjaman pada
BUMN/BUMD dan lembaga internasional meliputi tahap transaksi anggaran pengeluaran
untuk pemberian pinjaman, tahap transaksi alokasi anggaran, tahap transaksi pengeluaran
dana untuk pinjaman dan tahap jurnal penutup. Unit yang terlibat yaitu Unit Pengelola
Investasi Permanen/pinjaman, Biro/bagian keuangan dan kantor kas daerah. Dokumen
yang terkait adalah Perda
APBD, OKA dan SPM yang didukung bukti-bukti antara lain bukti perolehan, bukti
kepemilikan, bukti penjualan investasi, bukti penerimaan kas dan memo penyesuaian.
Penyertaan ini dicatat pada saat dana tersebut diinvestasikan.
c. Saldo Normal Saldo normal perkiraan pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga
internasional adalah di sebelah debet. Penambahan pinjaman kepada BUMN/BUMD dan
Lembaga Internasional ini dicatat di sebelah debet dan pengurangannya dicatat di sebelah
kredit.
d. Jurnal standar
Jurnal untuk mencatat realisasi/pengeluaran dana untuk pinjaman kepada BUMN/BUMD
dan lembaga internasional.
Link JURNAL
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jpekd/article/view/23436
https://journal.uii.ac.id/JSB/article/view/1028
http://digilib.uinsgd.ac.id/4044/1/003.%2020015%20LAPKHIR%20EVALUASI%20BUM
D%20%28jadi%29.pdf
11. Badan Usaha yang 51% modalnya dimiliki oleh Pemerintah dan bertujuan untuk
mendadpatkan laba untuk kepentingan masyarakat adalah
a. BUMD
b. BUMS
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 19 / 22
c. Perseroan Terbatas
d. BUMN
Jawaban :
1. a. 1, 2 dan 3
2. c. PT
3. c. BUMS
4. b. Koperasi
5. d. Sering tidak sesuai dalam pemberian upah karyawan
6. c. Studi kelayakan usaha
7. c. Laba dan tidak laba
8. b. BUMD
9. a. 25 Tahun 2000
10. c. Firma
11. d BUMN
12. d cenderung menggunakan hak monopoli untuk mengatur kebijakan dan
mendorong persaingan usaha tidak sehat di daerah
1. Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak, CA. 2002. Otonomi dan Manajemen keuangan
Daerah. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
2. Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak, CA. 2018. Akuntansi Sektor Publik ,Yogyakarta:
Andi Yogyakarta
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587).
6. Soleh, Chabib dan Heru Rochmansjah. 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah. Fokusmedia. Bandung.
7. Abdul Halim. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi
Keempat. Jakarta: Salemba Empat