Anda di halaman 1dari 4

KESULTANAN MALAKA

ADMIN · MARCH 21, 2014

0 0 148 0

Sebagai persimpangan jalur perdagangan antara Samudra Hindia dan Asia Timur,
Kepulauan Melayu secara konsisten telah menjadi daerah kaya, beragam, dan
penting secara politis. Tidak lama setelah kehidupan Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, Islam mulai menyebar di wilayah tersebut. Faktor perdagangan
menjadi salah satu elemen terpenting dalam penyebaran agama tauhid ini di tanah
Melayu ini. Selama berabad-abad, perlahan orang-orang Asia Tenggara mulai
menerima Islam dan menciptakan kota-kota dan kerajaan Islam.

Salah satu kerajaan terpenting di wilayah ini adalah Kesultanan Malaka, yang
mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan tahun 1400-an. Sebagai sebuah
kerajaan yang kuat dan berpengaruh, penyebaran Islam sangat bergantung dengan
perkembangan Kesultanan Malaka. Sayangnya, Kesultanan Malaka tidak bertahan
lama, karena Portugal sebagai pendatang baru di wilayah tersebut, mampu
menaklukkan Malaka pada tahun 1511. Setelah itu, dominasi Eropa selama berabad -
abad di tanah nusantara pun dimulai.

Lahirnya Kerajaan Malaka

Salah satu jalur dagang yang paling penting di era pra-modern adalah Selat Malaka.
Secara geografis selat ini berbatasan di sisi utaranya dengan Semenanjung Malaya
dan di sisi selatan dengan Pulau Sumatera yang menghubungkan Samudra Hindia
dan Laut Cina Selatan. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar lalu lintas
perdagangan di kawasan tersebut melewati selat sempit ini. Wajarlah kalau pantai-
pantai wilayah tersebut menjadi kawasan perdagangan yang padat.

Sekitar tahun 1400 M, seorang raja pribumi yang bernama Iskandar Syah,
mendirikan kerajaan baru di lokasi yang sekarang disebut Malaka, di pantai utara
Selat Malaka. Beberapa sejarawan menyatakan dia adalah seorang mualaf karena
memeluk Islam, namun sejarawan lain tidak sependapat dengan teori ini. Namun
kenyataannya, dalam beberapa dekade, kesultanan yang ia dirikan, Kesultanan
Malaka, menjadi salah satu penyokong utama Islam di wilayah tersebut.

Jalur Selat Malaka


Sebagai sebuah kerajaan yang kuat dan luas, Kesultanan Malaka memiliki budaya
yang memepengaruhi dan diadopsi oleh negara-negara tetangga. Dengan
persamaan budaya ini (budaya Melayu) proses penyebaran Islam ke seluruh wilayah
nusantara menjadi lebih mudah. Budaya Melayu dan Islam begitu terkoneksi,
sampai-sampai ketika seseorang memeluk Islam maka akan dikatakan “mereka
masuk Melayu”, yang berarti mereka “memasuki ranah budaya Melayu.

Kehadiran pedagang-pedagang India dan Arab di wilayah itu kian menyemarakkan


penyebaran Islam di daerah tersebut. Demikian juga dengan kedatangan laksamana
Zheng He atau lebih dikenal dengan laksamanaCeng Ho, membuat dakwah Islam
kian ramai, dan semakin membuktikan bahwa Islam tidak disebarkan dengan
kekerasan.

Kedatangan Bangsa Portugis

Di akhir tahun 1400-an, Kerajaan Portugal mulai mencari peluang perdagangan baru
di laut lepas. Alih-alih mengandalkan jalur darat ke pasar rempah-rempah Asia
(yang didominasi oleh Venesia), Portugis memutuskan untuk menemukan rute laut
ke China. Penjelajah Vasco de Gama berhasil berlayar di sekitar ujung selatan Afrika
pada akhir 1400-an, dengan bantuan navigator muslim yang akrab dengan
Samudera Hindia.
Dengan hasil temuan baru ekspedisi bangsa Eropa ini, dengan cepat Portugal
menjadi kekuatan angkatan laut di Samudera Hindia dan berusaha untuk
mendominasi pasar rempah-rempah Asia. Setelah mendirikan basis di kota-kota
India seperti Goa dan Calicut sekitar 1510 M, Portugis terus menjelajah ke Timur
untuk memperluas kerajaan perdagangan mereka. Pada tahun 1511 M, mereka
memutuskan untuk menaklukkan pelabuhan penting di Malaka untuk mengontrol
perdagangan dengan Cina. Pada awalnya, mereka berusaha untuk menciptakan
hubungan yang ramah dengan Sultan Malaka, Mahmud Syah dan menggunakannya
sebagai mitra dalam kerajaan. Namun, setelah diperingatkan oleh Muslim Tamil
(India) yang telah melihat kekejaman Portugis di Goa, Sultan Mahmud menolak
untuk mengizinkan Portugis memasuki wilayahnya.

Pada 25 Juli 1511, komandan Portugis, Afonso de Albuquerque, mulai menyerang


Malaka. Meskipun bersekutu dengan negara-negara Muslim tetangga, Kesultanan
Malaka tidak mampu menahan kehebatan senjata Portugis yang lebih modern dan
canggih. Akhirnya, pada akhir Agustus kota ini berhasil ditaklukkan. Portugis segera
memulai merekonstruksi Benteng A Famosa untuk melindungi mereka dari serangan
balik orang-orang Melayu. Bahan pembangunan diambil dari sebagian besar
bangunan di pusat kota, termasuk masjid dan gedung-gedung utama pemerintah
dihancurkan dan batunya digunakan untuk membangun benteng. Ini adalah
pertama kalinya dalam sejarah Kesultanan Malaka menjadi daerah yang berada di
bawah dominasi asing.
Porta de
Santiago A Famosa. Ini adalah gerbang benteng peninggalan Portugal yang terletak
di Malesia.
Untuk 150 tahun ke depan, Portugis akan mengontrol Selat terkenal dan kaya,
Malaka, dan berusaha untuk menundukkan penduduk lokal Melayu. Upaya untuk
mengganti agama masyarakat dengan agama Katolik secara keseluruhan gagal, tapi
dominasi ekonomi dan politik dari wilayah yang nantinya akan menjadi Malaysia dan
Indonesia terus berlangsung hingga ke abad ke-20. Setelah Portugis datang,
Belanda menyusul di tahun 1600-an dan Inggris di tahun 1800-an. Meskipun masa
kolonial Eropa, Islam terus berkembang di wilayah tersebut dan masih menyediakan
dasar bagi masyarakat di Asia Tenggara.

Dari tulisan singkat ini kita bisa membandingkan ekspansi-ekspansi yang dilakukan
kerajaan Islam dengan orang-orang Kristen Eropa serta bagaiaman mereka
menyebarkan agamanya dan meperlakukan orang-orang di wilayah kolonialnya.

Anda mungkin juga menyukai