Anda di halaman 1dari 7

RMK

Hukum Bisnis Kelompok 10

Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat

Oleh:

1. Ni Kadek Erin Widiari (202033121057)


2. I Made Arya Weda (202033121071)
3. Ni Made Suryaningsih (202033121096)
4. I Dw. Gd. Eka Diardana (202033121097)
5. Dw. Ayu Dipa Maharani Tarum (202033121150)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Warmadewa
2021/2022
 Pengertian Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat
Monopoli dapat terjadi dalam setiap sistem ekonomi. Dalam setiap ekonomi
kapitalisme dan liberalisme,dengan instrumen kebebasan pasar,kebebasan
keluar masuk tanpa restriksi,serta informasi dan bentuk pasarnya yang
atomistik monopolistik telah melahirkan monopoli sebagai anak
kandungnya.Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahan –
perusahaan secara naluriah ingin mengalahkan pesaing- pesaing agar menjadi
paling besar, paling hebat, dan paling kaya.
Dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999, dirumuskan pengertian
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana dalam Pasal 1 angka 6 sebagai
berikut : “Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan Hukum atau
menghambat persaingan usaha”.
Dalam literatur ilmu hukum anti monopoli, biasanya yang diartikan anti
persaingan sehat adalah dampak negatif tindakan tertentu terhadap :
1. Harga barang dan/atau jasa
2. Kualitas barang dan/ atau jasa
3. Kuantitas barang dan/ atau jasa

Istilah lain persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan curang ( unfair
competition ) atau praktik bisnis yang tidak jujur. Jadi, persaingan usaha tidak
sehat adalah suatu persaingan usaha yang dilakukan oleh antar pelaku usaha
secara tidak jujur atau melawan hukum atau penghambat persaingan usaha.
Sementara yang dimaksud dengan “pelaku usaha” adalah setiap
perseorangan atau badan usaha, baik berbentuk badan hukum atau tidak, yang
didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah Republik
Indonesia yang menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang
ekonomi. Jadi dalam hal ini ke dalam kategori “ pelaku usaha “ termasuk:
1. Orang perorangan
2. Badan Usaha Badan Hukum
3. Badan Usaha Bukan Badan Hukum
 Kegiatan – Kegiatan dan Perjanjian yang dilarang
Jenis – Jenis Perjanjian yang dilarang Undang – Undang Antimonopoli
diatur dalam pasal 4 -16. Adapapun jenis - jenis perjanjian tersebuat adalah :
a. Oligopoli
Oligopoli merupakan keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang
berjumlah sedikit sehingga dapat mempengaruhi pasar, maka:
 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
dengan secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa.
 Pelaku usaha patut diduga melakukan penguasaan produksi dan atau
pemasaran barang atau jasa bila dua atau tiga pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai >75% pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu.
b. Penetapan Harga
Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian, antara lain:
 Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga
atas barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau
pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.
 Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar
dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh
pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama.
 Perjanjian dengan pelaku usaha pesaing untuk menetapkan harga di
bawah harga pasar.
 Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
penerima barang dan atau jasa tidak menjual atau memasok kembali
barang dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah dari
harga yang telah dijanjikan.

Kegiatan dilarang Adapun Jenis-jenis dari kegiatan yang dilarang menurut


Undang – Undang Antimonopoli adalah sebagai berikut :
 Monopoli
Monopoli ( Monopoly) Diatur dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Antimonopoli menyatakan bahwa: Pasal 17 ayat (1):
“pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan atau persaingan tidak sehat.”
 Monopsoni
Monopsoni adalah menguasai penerimaan pasokan atau menjasi
pembeli tunggal atas barang dan / atau jasa dalam pasar yang bersangkutan
sebagaimana diatur dalam Pasal ayat ( 1), dan (2).
 Penguasaan Pasar
Penguasaan pasar ini adalah kegiatan yang dilarang karena dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat,sebagaimana yang diatur dalam pasal 19,20,21 UndangUndang No.5
tahun 1999.
 Persekonglan
Persekonglan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerja sama yang
dilakukan oleh pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai psar
bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersengkol.Persengkolah
diatur dalam Pasal 22, pasal 23, dan Pasal 24 Undang –Undang
Antimonopoli.
 Posisi Dominan
Artinya pengaruhnya sangat kuat, dalam Pasal 1 angka 4 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan posisi dominan merupakan
suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti
di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa yang dikuasai atau
pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar
bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan
akses pada pasokan, penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan
pasokan dan permintaan barang atau jasa tertentu.
Persentase penguasaan pasar oleh pelaku usaha sehingga dapat
dikatakan menggunakan posisi dominan sebagaimana ketentuan di atas
adalah sbb:
 Satu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% atau lebih
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
 Dua atau tiga pelaku usaha satau satu kelompok pelaku usaha
menguasai 75% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa.
 Jabatan rangkap
Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan
bahwa seseorang yang menduduki jabatan direksi atau komisaris suatu
perusahaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris perusahaan
lain pada waktu yang bersamaan apabila:
 Berada dalam pasar bersangkutan yang sama.
 Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha.
 Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa
tertentu yang dapat menimbulkan praktik monopoli atau persaingan
usaha tidak sehat.
 Pemilikan saham
Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa
perusahaan sejenis, melakukan kegiatan usaha dalam bidang sama pada
pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang
sama bila kepemilikan tersebut mengakibatkan persentase penguasaan pasar
yang dapat dikatakan menggunakan posisi dominan (UU Nomor 5 Tahun
1999 Pasal 27).
 Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
Dalam menjalankan perusahaan, pelaku usaha yang berbadan
hukum maupun yang bukan berbadan hukum, yang menjalankan
perusahaan bersifat tetap dan terus-menerus dengan tujuan mencari laba,
secara tegas dilarang melakukan tindakan penggabungan , peleburan, dan
pengambilalihan yang berakibat praktik monopoli dan persaingan tidak
sehat (UU Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 28). Hanya penggabungan yang
bersifat vertikal yang dapat dilakukan sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun
1999 Pasal 14.
Daftar Pustaka

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/296/5/138400170_file5.pdf

https://gustingurahblog.wordpress.com/2017/06/04/anti-monopoli-dan-
persaingan-tidak-sehat/

Anda mungkin juga menyukai