Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Terowongan


Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikit miring yang dibuat di bawah tanah,
gunung, sungai, laut, daerah industri, bahkan pemukiman padat penduduk. Terowongan
umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada lingkungan luar.
Ada dua tujuan utama manusia membuat terowongan. Terowongan yang dibuat untuk
mengambil bahan galian di bawah tanah, dikenal dengan terowongan tambang. Terowongan
yang dibuat untuk menembus rintangan alam atau rintangan yang dibuat oleh manusia disebut
terowongan   sipil. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai
sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0.1 mil, dan yang lebih
pendek dari itu lebih pantas disebut underpass. Terowongan umumnya dibuat melalui berbagai
jenis lapisan tanah dan bebatuan sehingga metode konstruksi pembuatan terowongan tergantung
dari keadaan tanah. Metode konstruksi yang lazim digunakan dalam pembuatan terowongan
antara lain :Cut and Cover System, Pipe Jacking System (Micro Tunneling), Tunneling Bor
Machine(TBM), New Austrian Tunneling Method (NATM), dan Immersed-Tube Tunneling
System

2.2 Kegunaan Terowongan


Pada dasarnya terowongan dibuat sesuai dengan keperluannya, yaitu terutama untuk sarana
transportasi, yang dapat digolongkan  menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Transportasi Umum
Disini terowongan berfungsi untuk sarana transportasi barang dan manusia, yang berbentuk jalan
raya (highway), atau jalan kereta api (railway). Adakalanya untuk dapat menampung volume lalu
lintas yang besar terowongan dibuat dengan ukuran yang besar, untuk jalan raya dua lane atau
lebih dan atau untuk  jalan kereta api double track.

Untuk jenis ini masih dibolehkan ada toleransi kemiringan / slope , karena fungsinya tidak
dipengaruhi oleh gaya gravitasi, hal ini disebabkan  karena kendaraan yang lewat, memiliki
energi sendiri. Namun demikian seperti layaknya jalan raya / jalan kereta api, maka diperlukan
fasilitas-fasilitas seperti : penerangan, rambu-rambu, blower, dan lain sebagainya.
Di banyak negara yang maju, transportasi umum sudah banyak yang dilayani dengan terowongan
(subway). Negara-negara yang belum maju nanti arahnya juga akan menuju penggunaan subway
untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di permukaan. Namun demikian rencana subway tersebut
dapat menghadapi kesulitan pelaksanaan, bila pola pembangunan infrastrukturnya tidak
direncanakan dengan baik. Bila kondisinya sudah demikian, maka biasanya alternatifnya adalah
penggunaan jalan layang (flyover), untuk mengatasi kemacetan-kemacetan  lalu lintas yang
terjadi.
2. Transportasi Khusus
Disini terowongan berfungsi untuk sarana transportasi barang khusus, misalnya hasil tambang.
Bila suatu hasil tambang diinginkan dan letaknya jauh didalam tanah, maka untuk
mengeksploitasinya diperlukan terowongan untuk mencapai lokasi tambang yang menjadi
sasaran tersebut .
Oleh karena itu, bila ada suatu kondisi dimana hasil tambang sudah muncul di permukaan, atau
di kedalaman yang relatif dangkal, maka hasil tambang dapat di exploitasi dengan cara open cut,
dan tidak memerlukan terowongan . Keadaan ini sangat menguntungkan sekali , karena
pembuatan terowongan selain biayanya mahal juga problem-nya tidak mudah.
Untuk terowongan jenis ini, biasanya tidak dibuat permanen, tetapi cukup kuat dan aman.
Fasilitas yang diperlukan juga tidak  sebagus terowongan untuk transportasi umum. Bahkan bila
hasil tambang yang digali sudah dinyatakan habis atau tidak ekonomis lagi untuk ditambang ,
maka  terowongan tersebut ditutup kembali, atau tidak difungsikan.
3. Terowongan Air
Disini terowongan berfungsi untuk sarana transportasi air, yang biasanya merupakan bagian dari
saluran air yang terbuka, atau sungai buatan untuk suplesi sungai yang satu kepada yang lain,
atau untuk mengatasi banjir (kelebihan debit sungai), dimana aligment-nya menemui suatu
bukit .Terowongan yang mengangkut air ini kadang juga dimanfaatkan sebagai pembangkit
energi , bila kedua titik lokasi yang dihubungkan oleh terowongan tersebut memiliki beda tinggi
yang cukup, sehingga dapat dimanfaatkan tekanan air akibat beda ketinggian tersebut untuk
membangkitkan suatu energi ( listrik ) .
Untuk terowongan jenis ini (saluran air) diperlukan ketelitian kemiringan/ slope dari dasarnya,
karena dalam fungsinya mengalirkan air, sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Kesalahan
kemiringan dasar terowongan dapat menyebabkan kegagalan fungsi terowongan  yang cukup
fatal. Untuk terowongan jenis ini tentunya tidak memerlukan fasilitas seperti pada terowongan
jenis yang diatas.
Sedang khusus untuk terowongan pembangkit energi tidak terikat dengan slope tertentu, dan
bahkan secara teori tegakpun tidak menjadi masalah, karena semakin pendek suatu terowongan
berarti biayanya akan lebih murah. Terowongan jenis ini, seluruh permukaan dindingnya
bertekanan tinggi, sehingga strukturnya tentu berbeda dengan terowongan yang tidak bertekanan.

2.3 Klasifikasi Terowongan


Terowongan dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria. Kriteria yang paling dasar
adalah mengklasifikasikan terowongan menjadi terowongan sipil dan terowongan tambang.
Kriteria ini menyangkut faktor keamanan, kenyamanan, serta biaya yang sangat berpengaruh
dalam perancangan sebuah terowongan.

A. Terowongan Sipil dan Terowongan Tambang

Terowongan Sipil Terowongan Tambang

Karena   biasanya  digunakan untuk Bersifat sementara tergantung pada kandungan


infrastruktur,   terowongan sipil dibuat mineral yang akan di tambang
permanen

Diperuntukkan untuk masyarakat umum Hanya untuk kegiatan pertambangan

Tidak terlalu panjang Biasanya sangat panjang, karena mineral-mineral


yang akan diambil sangat jauh di dalam tanah

Ditempatkan pada batuan atau daerah yang Keadaan batuan (Ground condition) dalam
memerlukan eksplorasi lebih terperinci pertambangan lebih terindentifikasi karena
aktivitas penambangan sudah berlangsung selama
bertahun-tahun

Terowongan sipil biasanya dibangun pada Umumnya sangat dalam


kedalaman ±500 m
Kondisi tegangan bersifat statis Kondisi tegangan bersifat dinamis, karena pada
tambang kegiatan penggalian berlangsung secara
terus-menerus sehingga perubahan tegangan pada
batuan selalu berubah-ubah

Lokasi diusahakan pada kondisi Lokasi ditentukan oleh daerah-daerah yang


tanah/batuan yang baik mengandung mineral tambang

Biaya penyelidikan terowongan sipil jauh Biaya penyelidikan lebih kecil dibanding
lebih besar karena tuntutan masalah terowongan sipil
keamanan

B. Klasifikasi Terowongan Berdasarkan Fungsinya


Ditinjau   berdasarkan   kegunaan terowongan, Made Astawa Rai (1988)   membagi
terowongan menjadi 2 bagian, yaitu:

1) Terowongan lalu – lintas (traffic tunnel)


 Terowongan   kereta api, adalah terowongan   yang merupakan terowongan paling
penting diantara terowongan lalu – lintas.
 Terowongan   jalan raya, terowongan yang   dibangun untuk kendaraan bermotor
karena pesatnya pertambahan lalu – lintas jalan raya bersamaan dengan berkembangnya
industri kendaraan bermotor. Terowongan pejalan kaki, terowongan ini termasuk dalam
grup terowongan jalan (road tunnel) tetapi penampangnya lebih kecil, jari – jari
belokannya pendek dan kemiringannya besar (lebih besar dari 10%). Terowongan ini
biasanya digunakan dibawah jalan raya yang ramai atau dibawah sungai dan kanal
sebagai tempat menyebrang bagi pejalan kaki.
 Terowongan navigasi, terowongan ini dibuat untuk kepentingan lalu-lintas air di kanal-
kanal dan sungai-sungai yang menghubungkan satu kanal atau sungai   ke kanal
lainnya. Disamping itu juga dibuat untuk menembus daerah pegunungan untuk
memperpendek jarak dan memperlancar lalu – lintas air.
 Terowongan transportasi dibawah kota, biasanya terowongan inidibangun di bawah kota
yang penduduknya padat sebagai alternatif jalan raya.
 Terowongan transportasi ditambang bawah tanah, terowonganini dibuat sebagai jalan
masuk ke dalam tambang bawah tanah yang digunakan untuk lalu – lintas para pekerja
tambang, mengangkut peralatan tambang, mengangkut batuan dan bijih hasil
penambangan.

2) Terowongan angkutan
 Terowongan stasiun pembangkit listrik air, air dialihkan atau dialirkan dari sungai atau
reservoir untuk digunakan sebagai pembangkit listrik di sebuah stasiun pembangkit yang
letaknya lebih rendah. Terowongan ini dapat dikategorikan pada suatu grup utama
berdasarkan kegunaannya.
 Terowongan penyediaan air, terowongan ini hampir sama dengan terowongan stasiun
pembangkit listrik air, perbedaannya hanya pada fungsi kedua terowongan
tersebut.Fungsi dari terowongan penyediaan air adalah menyalurkan air dari mata air ke
tempat penyimpanan air di dalam kota atau membelokkan air ke tempat penyimpanan
tersebut.
 Terowongan untuk saluran air kotor, terowongan ini dibuat untuk membuang air kotor
dari kota atau pusat industri ke tempat pembuangan yang sudah disediakan.
 Terowongan   yang digunakan   untuk kepentingan   umum, terowongan ini
biasanya dibuat di daerah perkotaan untuk menyalurkan kabel listrik dan telepon, pipa
gas dan air, dan juga pipa – pipa lainnya yang penting, dibuat di bawah saluran air, jalan
raya,jalan   kereta api, blok bangunan untuk memudahkan inspeksi secara
kontinyu, pemeliharaan dan perbaikan sewaktu – waktu kalau ada kerusakan

C. Klasifikasi terowongan berdasarkan lokasinya


Berdasarkan lokasinya terowongan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
 Underwater Tunnels,   terowongan yang dibangun   di bawah dasar muka air.   Pada
umumnya dibangun di bawah   dasar dan sungai atau laut. Perhitungannya
lebih kompleks, selain ada tekanan tanah.juga terdapat tekanan air yang besar.
 Mountain   Tunnels, terowongan   jenis ini adalah salah   satu terowongan yang
mempunyai  peran penting ketika suatu daerah memiliki   topografi yang beragam,
sehingga perlu adanya terowongan yang dibangun menembus sebuah bukit maupun
gunung.
 Tunnels at Shallow Depth and Water City Streets, jaringan transportasi di Negara-negara
maju seperti Amerika, Inggris, dan Jepang banyak yang menerapkan tipe
terowongan ini. Terowongan jenis ini sangat cocok untuk dibangun di perkotaan. Baik itu
untuk transportasi maupun saluran drainase kota.

D. Klasifikasi terowongan berdasarkan kedalamannya


Menurut   kedalamannya   terowongan dibedakan   menjadi dua jenis yakni   terowongan
dalam dan terowongan   dangkal. Suatu terowongan dianggap   dalam jika kedalaman
terowongan lebih besar dari 20 kali jari-jari terowongan.Pada   terowongan dalam, kondisi
tegangan dianggap sama di segala arah. Hal ini disebabkan karena kedalaman
terowongan sehingga perbedaaan antara tegangan vertikal dan tegangan horizontal semakin
kecil. Jika kita membuka lubang galian bulat di tempat yang dalam, maka kenyataan yang terjadi
adalah respon deformasi yang sama pada seluruh dinding lubang galian.
Pada terowongan dangkal, perbedaan antara tegangan vertikal dengan tegangan horizontal masih
sangat berpengaruh pada perilaku tanah. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan perilaku
bagian atas, tengah dan bawah terowongan. Pengaruh dari beban permukaan juga menjadi
pertimbangan tersendiri, sehingga dapat kita simpulkan bahwa analisis pada
terowongan dangkal lebih rumit daripada terowongan dalam.

E. Klasifikasi terowongan berdasarkan material yang dipakai


Berdasarkan material yang dipakai, Paulus P Raharjo (2004) menjelaskan terdapat 3 jenis
terowongan, yaitu:
 Terowongan Batuan (Rock Tunnels), terowongan batuan dibuat langsung pada batuan
masif dengan cara pemboran atau peledakan. Terowongan batuan umumnya lebih mudah
dikonstruksikan daripada terowongan melalui tanah lunak karena pada umumnya
batuan dapat berdiri sendiri kecuali pada batuan yang mengalami fracture.
 Terowongan melalui tanah lunak (Soft Ground Tunnels), terowongan melalui tanah lunak
dibuat melalui tanah lempung atau pasir atau batuan lunak (soft rock) . Karena jenis
material ini runtuh bila digali, maka dibutuhkan suatu dinding atau atap yang kuat
sebagai penahan bersamaan dengan proses penggalian. Umumnya digunakan
shield(pelindung) untuk memproteksi galian tersebut agar tidak runtuh. Teknik yang
umum digunakan pada saat ini adalah shield tunneling Pada terowongan melalui tanah
luna kini, lining langsung dipasang dibelakang shield bersamaan dengan pergerakan maju
dari mesin pembor terowongan (Tunnel Boring Machine).
 Terowongan gali – timbun (Cut and Cover Tunnel), terowongan ini dibuat dengan cara
menggali   sebuah trench pada tanah, kemudian dinding dan atap terowongan
dikonstruksikan di dalam galian. Sesudah itu galian ditimbun kembali dan seluruh
struktur berada dibawah timbunan tanah.

F. Klasifikasi menurut material lokasi dibangunnya terowongan.


Dalam pembangunan terowongan, terdapat dua material utama lokasi pembangunan yakni tanah
dan batuan. Kondisi ini memberikan perbedaaan dalam metode perancangan dan
pelaksanaan terowongan. Beberapa perbedaaan yang muncul dapat kita tinjau dari segi :

1. Metoda Pelaksanaan Terowongan   yang dibangun pada tanah lunak   biasanya bisa
digali dengan menggunakan tenaga manusia, dengan metode cut and cover dan dengan
menggunakan jacking. Sedangkan pada batuan penggalian terowongan harus dilakukan dengan
bantuan peralatan-peralatan khusus. Penggunaan bahan peledak, pemboran dengan menggunakan
road header, ataupun menggunakan Tunnel Boring Machine merupakan beberapa alternatif
dalam pembangunan terowongan pada batuan.

2. Material lokasi dibangunnya terowongan Secara umum kita ketahui bahwa batuan lebih kuat
dari tanah. Kekuatan batuan selain ditentukan oleh materialnya sendiri juga ditentukan oleh
kondisi geologinya. Kondisi-kondisi seperti rekahan, patahan, dan retakan akan membentuk
bidang-bidang lemah pada struktur batuan. Sedangkan untuk tanah, karena tidak memiliki
karakteristik seperti batuan,maka kekuatannya hanya ditentukan oleh material penyusun tanah itu
sendiri.

3. Keadaaan tegangan awal


Batuan memiliki keadaaan tegangan yang lebih kompleks daripada tanah. Selain tegangan
overburden pada batuan juga ditemukan tegangan tektonik dan tegangan sisa (residual stress).
Pada tanah biasanya yang diperhitungkan adalah tegangan overburden saja.

4. Pengalaman desain empiris Dalam pertambangan jenis-jenis batuan telah diklasifikasikan


berdasarkan pengalaman empiris. Klasifikasi ini disebut dengan Klasifikasi Massa Batuan.
Klasifikasi massa batuan merupakan cikal bakal dari pendekatan rancangan empiris yang secara
luas digunakan pada rekayasa batuan. Dalam kenyataannya, klasifikasi digunakan sebagai dasar
praktis untuk merancang struktur bawah tanah yang kompleks. Untuk terowongan pada
tanah,karena masih jarang dilakukan sehingga dalam pelaksanaannya, para pelaksananya harus
melakukan beberapa test dan analisis untuk memodelkan  kondisi tanah dimana terowongan itu
akan dibangun.

2.4 Teori Kirsch


Solusi analitik untuk distribusi tegangan dalam pelat elastis yang mengandung lubang bundar
diterbitkan oleh Kirsch (1898) dan ini menjadi dasar bagi banyak awal studi tentang perilaku
batuan di sekitar terowongan dan poros. Mengikuti di sepanjang jalan dipelopori oleh Kirsch,
peneliti seperti Love (1927), Muskhelishvili (1953) dan Savin (1961) menerbitkan solusi untuk
penggalian berbagai bentuk di piring elastis. Ringkasan solusi ini bermanfaat dan aplikasinya
dalam mekanika batuan diterbitkan oleh Brown dalam pengantar volume berjudul Metode
Analitik dan Komputasi dalam Rekayasa Rock Mechanics (1987).

Rumus Kirsch (Brady and Brown, 1985)


2 2 4
σ
[ ( ) ( r
r ) ] r
r
r
σ rr = v ( 1+ K ) 1− i2 −( 1−K ) 1−4 i2 +3 i4 cos 2θ
2 r

2 4
σ
[ ( ) ( ) ]
r r
σ θθ= v ( 1+ K ) 1+ i2 +( 1−K ) 1+3 i4 cos 2θ
2 r r

2 4
σ rθ =
σv
2 [ ( ) ] r r
( 1−K ) 1+2 i2 −3 i4 sin 2 θ
r r

dimana K=h/v
Kalau ada tekanan radial sebesar pi, maka persamaan rr dan  diatas menjadi
2 2 4 2
σ rr =
σv
2 [ ( ) r
r ( r
r
r
r ) r
]
( 1+ K ) 1− i2 −( 1−K ) 1−4 i2 +3 i4 cos 2θ + pi i2
r

2 4 2
σ
2 [ ( ) r
r (r
r ) r
σ θθ = v ( 1+ K ) 1+ i2 +( 1−K ) 1+3 i4 cos 2θ − pi i2
r ]
Metode Kirsch mengabaikan pengaruh gravitasi pada bagian atas terowongan, maka dari itu
stress pada muka terowongan sama dengan yang lain. Berdasarkan hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode Kirsch lebih cocok untuk digunakan pada terowongan di tambang
dibandingkan dengan terowongan sipil dikarenakan adanya perbedaan kedalam pada masing-
masing terowongan tersebut.

Ada syarat jika ingin menggunakan metode Kirsch diantaranya ialah penampang terowongan
harus merupakan lingkaran dan harus berada pada bidang horizontal. Setelah itu terowongan
terletak dibawah 10 kali diameter, terowongan sangat Panjang sehingga menggunakan hipotesa
regangan bidang dengan keadaan batuan pada kondisi kontinu, homogen dan isotrop.

2.5 Perhitungan Numerik

2.5.1. Finite element method (FEM)


FEM mensyaratkan pembagian domain masalah ke dalam kumpulan sub-domain (elemen)
dengan ukuran yang lebih kecil dan bentuk standar (segitiga, segi empat, tetrahedral, dll.)
Dengan jumlah tetap node pada simpul dan/atau pada sisi-diskritisasi. Fungsi percobaan,
biasanya polinomial, digunakan untuk memperkirakan perilaku PDE pada tingkat elemen dan
menghasilkan persamaan aljabar lokal yang mewakili perilaku elemen. Persamaan unsur lokal
kemudian dirakit, sesuai dengan hubungan topologi antara simpul dan elemen, ke dalam sistem
global persamaan aljabar yang solusinya kemudian menghasilkan informasi yang diperlukan
dalam domain solusi, setelah memaksakan kondisi awal dan batas yang ditentukan dengan tepat.
FEM mungkin merupakan metode numerik yang paling banyak diterapkan dalam rekayasa saat
ini karena fleksibilitasnya dalam menangani heterogenitas material, non-linearitas, dan kondisi
batas, dengan banyak kode komersial yang dikembangkan dan diverifikasi dengan kapasitas
besar dalam hal daya komputasi, kompleksitas material, dan keramahan pengguna.
FEM menghasilkan solusi pada titik tetap dalam domain yang diminati dan mungkin
membutuhkan tambahan interpolasi untuk solusi di titik lain. Sebagian besar perangkat lunak
menggunakan FEM seperti, PLAXIS, ABAQUS, ANSYS, FASE dll.

Adapun cara kerja FEM sebagai berikut:


1. Diskritkan dan pilih jenis elemen.
Membagi tubuh menjadi sistem yang setara dari elemen hingga dengan node terkait dan memilih
jenis elemen yang paling tepat.

2. Pilih fungsi perpindahan.


Mengasumsikan bentuk solusi atau distribusi perpindahan dalam elemen dengan menggunakan
fungsi matematika yang sesuai. Fungsi yang paling umum digunakan adalah polinomial.

3. Definisikan strain/displacement dan hubungan stress/strain


σ x= E ε x
∆x
εx = σ x A= E A ε x
x
EA∆x
σx A = f =kd
x

4. Turunkan element stiffness matrix dan equations

5. Kumpulkan persamaan elemen untuk mendapatkan persamaan global atau total dan memperkenalkan
kondisi batas

6. Solve nodal displacement

7. Solve element force


2.5.2. Finite Difference Method (FDM)
FDM adalah perkiraan langsung dari PDE yang memerintah dengan mengganti turunan parsial
dengan perbedaan pada grid biasa atau tidak teratur yang dikenakan pada domain bermasalah,
sehingga mentransfer PDE asli ke dalam sistem persamaan aljabar dalam hal tidak diketahui
pada titik grid. Solusi dari persamaan sistem diperoleh setelah memaksakan kondisi awal dan
batas yang diperlukan. Metode ini adalah anggota tertua dalam keluarga metode numerik, yang
diterapkan secara luas dan merupakan dasar dari pendekatan eksplisit DEM. Prosedur FDM
mengakui kontinuitas multidimensi massa batuan dan tidak memerlukan interpolasi terpisah
untuk perluasan ke bagian lain. Perangkat lunak yang menggunakan metode FDM adalah
FLAC2D & FLAC3D.

2.5.3. Boundary Element Method (BEM)


BEM, di sisi lain, membutuhkan diskritisasi pada batas domain solusi saja, sehingga mengurangi
dimensi masalah dengan satu dan sangat menyederhanakan persyaratan input. Informasi yang
diperlukan dalam domain solusi dihitung secara terpisah dari informasi tentang batas, yang
diperoleh dengan solusi persamaan integral batas, alih-alih solusi langsung dari PDE, seperti
dalam FDM dan FEM. Ia menikmati akurasi yang lebih besar atas FDM dan FEM pada tingkat
diskritisasi yang sama dan juga merupakan teknik yang paling efisien untuk analisis perbanyakan
fraktur. Ini juga paling cocok untuk mensimulasikan domain besar yang tak terhingga karena
penggunaan solusi mendasar dari PDE dalam domain tersebut.

2.5.4. Discrete Element Method


DEM untuk pemodelan diskontinuitas relatif baru dibandingkan dengan tiga metode yang
dijelaskan di atas dan sebagian besar berfokus pada aplikasi di bidang media geologi yang retak
atau partikulat. Inti dari DEM adalah untuk mewakili media yang retak sebagai kumpulan blok
yang dibentuk oleh fraktur yang terhubung dalam domain masalah, dan menyelesaikan
persamaan gerak blok ini melalui deteksi terus menerus dan perawatan kontak antara blok. Blok
bisa kaku atau cacat dengan diskritisasi FDM atau FEM. Pemindahan besar yang disebabkan
oleh gerakan tubuh yang kaku dari masing-masing blok, termasuk rotasi blok, pembukaan
fraktur, dan pelepasan lengkap secara langsung dalam DEM, tetapi tidak mungkin dilakukan
dalam FDM, FEM atau BEM.

2.5.5. Discrete Fracture Network Method (DFN)


DEM merupakan alternatif untuk massa batuan rekahan mengalir adalah metode DFN yang
mensimulasikan aliran fluida melalui jaringan fraktur yang terhubung, dengan permeabilitas
matriks diabaikan atau didekati dengan cara sederhana. Stres dan deformasi fraktur umumnya
diabaikan juga. Metode ini secara konseptual menarik untuk mensimulasikan aliran fluida dalam
batuan rekah ketika permeabilitas matriks batuan rendah dibandingkan dengan rekahan, dan
memiliki aplikasi luas dalam aliran air tanah untuk teknik sipil, simulasi reservoir dalam teknik
perminyakan dan ekstraksi energi panas di panas bumi teknik.

2.5.6. Hybrid Models


Model hibrida sering digunakan dalam rekayasa batuan, pada dasarnya untuk masalah
tegangan/deformasi batuan rekah. Jenis utama dari model hybrid adalah model BEM/FEM
hybrid, DEM/BEM. Model DEM/FEM hybrid juga dikembangkan. BEM paling umum
digunakan untuk mensimulasikan batuan medan jauh sebagai kontinum elastis setara, dan FEM
dan DEM untuk medan dekat non-linier atau fraktur di mana representasi fraktur eksplisit atau
mekanis non-linear
perilaku, seperti plastisitas, diperlukan. Ini menyelaraskan geometri dari resolusi masalah yang
diperlukan dengan teknik numerik yang tersedia, sehingga memberikan representasi efektif dari
efek medan jauh ke batuan medan dekat.

2.5.7. Artifical Neural Networks


Artifical Neural Networks adalah sistem komputasi yang arsitektur dan operasinya diilhami dari
pengetahuan kita tentang sel-sel saraf biologis (neuron) di otak. ANN dapat digambarkan baik
sebagai model matematika dan komputasi untuk pendekatan fungsi non-linear, klasifikasi data,
clustering dan regresi nonparametrik atau sebagai simulasi perilaku koleksi model neuron
biologis. Ide ANN bukanlah untuk mereplikasi operasi sistem biologis tetapi untuk
memanfaatkan apa yang diketahui tentang fungsi jaringan biologis untuk memecahkan masalah
yang kompleks. Daya tarik ANN berasal dari karakteristik sistem biologis seperti non-linearitas,
paralelisme tinggi, ketahanan, toleransi kesalahan dan kegagalan, pembelajaran, kemampuan
untuk menangani informasi yang tidak tepat dan tidak jelas serta kemampuan mereka untuk
menggeneralisasi (Jain et al. 1996). Tujuan utama dari komputasi berbasis ANN adalah untuk
mengembangkan algoritma matematika yang akan memungkinkan model untuk belajar dengan
meniru informasi dan akuisisi pengetahuan dalam otak manusia. Mereka dapat digunakan dalam
berbagai cara yang kuat, untuk belajar dan mereproduksi aturan atau operasi dari contoh yang
diberikan; untuk menganalisis dan menggeneralisasi dari fakta sampel dan membuat prediksi
dari ini, atau untuk menghafal karakteristik dan fitur data yang diberikan dan untuk
mencocokkan atau membuat asosiasi dari data baru ke data lama. ANN mampu menyelesaikan
masalah sulit dengan cara yang menyerupai kecerdasan manusia. Apa yang unik tentang jaringan
saraf adalah kemampuan mereka untuk belajar dengan contoh. Solusi kecerdasan buatan
tradisional (AI) bergantung pada pemrosesan data secara simbolis, suatu pendekatan yang
membutuhkan pengetahuan manusia tentang masalah tersebut. Juga teknik jaringan saraf
memiliki keunggulan dibandingkan metode statistik klasifikasi data karena mereka bebas
distribusi dan tidak memerlukan pengetahuan apriori tentang distribusi statistik dari kelas-kelas
dalam sumber data untuk mengklasifikasikan mereka. Tidak seperti dua pendekatan ini, ANN
mampu menyelesaikan masalah tanpa asumsi apriori. Selama cukup data tersedia, jaringan saraf
akan mengekstraksi setiap keteraturan dan membentuk solusi.

Anda mungkin juga menyukai