A. DASAR TEORI
1. Gastroenteritis akut
A. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan
muntah. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih
lembek atau cair (kandungan air dalam feses lebih banyak dari biasanya
yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam).1
B. Etiologi
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari
World Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa
menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-
infeksi. Lebih dari 90 % diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10 % karena sebab lain yaitu2 :
1) Faktor infeksi
a) Virus
Rotavirus
Rotavirus terdapat lima spesies, yaitu A,B,C,D, dan E.
Rotavirus A dilaporkan 90% gastroenteritis rotavirus pada manusia.
Virus ditransmisikan fekal oral dan dapat bertahan pada feses
sampai 3 minggu pada infeksi berat. mekanisme patogenesis dan
imunitas rotavirus belum sepenuhnya dipahami. Virus menempel
pada reseptor host melalui VP4 dan dilakukan endositosis ke dalam
vesikel di sel inang, antibodi netral secara langsung bereaksi dengan
VP4 dan/ VP7 dapat mencegah penetrasi dan pengikatan virus,
mempengaruhi eksklusi virus. Apabila mekanisme ini gagal maka
terjadi replikasi rotavirus di dalam enterosit menyebabkan
perubahan metabolisme membran protein enterosit menyebabkan
2
b) Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus
gastroenteritis akut, bakteri yang sering menjadi penyebabnya adalah
Diarrheagenic Escherichia coli, Shigella species, Vibrio cholera,
Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan gastroenteritis
akut adalah2 :
Diarrheagenic Escherichia-coli
Penyebarannya berbeda-beda di setiap negara dan paling sering
terdapat di negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis
ini tidak menimbulkan bahaya
3
Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering
berhubungan dengan perternakan selain itu bisa menmenginfeksi
akibat masakan yang tidak matang dan dapat menimbulkan gejala
diare yang sangat cair dan menimbulkan disentri. 2
Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan
tingkat kematiannya sangatah tinggi. Beberapa tipernya adalah2 :
S. sonnei
S. flexneri
S. dysenteriae
Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjdi
patogen pada manusia. dan semuanya bisa menjadi pathogen pada
manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat
menyebabkan wabah besar dan epidemic. Gejalanya yang paling
sering adalah muntah tidak dengan panas dan feses yang
konsistensinya sangat berair. Bila pasien tidak terhidrasi dengan
baik bisa menyebabkan syok hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari
timbulnya gejala awal. 2
Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme.
Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang
menstimulasi sekresi aktif cairan dan elektrolit mungkin dihasilkan.
4
Pada onset akut gejalanya dapat berupa mual, muntah dan diare
berair dan terkadang disentri pada beberapa kasus. 2
c) Parasitic agen
Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica,
danCyclospora cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut
sangatlah jarang terjadi namun sering dihubungkan dengan traveler
dan gejalanya sering tak tampak. Dalam beberapa kasus juga
dinyatakan infeksi dari cacing seperti Stongiloide stecoralis,
Angiostrongylus C., Schisotoma Mansoni, S. Japonicum juga bisa
menyebabkan gastroenteritis akut. 2
2) Non-infeksi
a. Malabsorpsi atau maldigesti
Suatu keadaaan terdapatnya gangguan pada pross absorpsi dan digesti
secara normal pada satu atau lebih zat gizi. Malabsorbsi dan maldigesti
dapat disebabkan oleh karena defisiensi oleh enzim atau adanya gangguan
pada mukosa usus. 1
5
C. Patogenesis
Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi
yang berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor
agent dan faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan usus halus serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan
tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaman lambung, motilitas
usus, imunitas, dan lingkungan mikroflora usus. Patogenesis diare karena
infeksi bakteri/parasit terdiri atas :
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi.
dari salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual
(93%), muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya
merupakan gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien.
Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti
membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status
mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan,
yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar
10%.
Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung
atau memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery
diarhhea) dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam
yang umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses
lembek atau cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa
jam setelah makan atau minurnan yang terkontaminasi.
Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu
tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena
kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air
yang isotonik.
Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan
Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam
karbonas agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular
pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-
10
tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang
sianosis karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung.
2. ANEMIA
A. Definisi
Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan berkurangnya
hemoglobin dalam tubuh. Hemoglobin adalah suatu metaloprotein yaitu
protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah merah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan besi yang
digunakan untuk sintesis hemoglobin (Hb).3
B. Etiologi
Penyebab anemia pada orang dewasa yang lebih tua termasuk
kekurangan nutrisi, penyakit ginjal kronis, peradangan kronis, dan
kehilangan darah okultisme dari keganasan gastrointestinal, walaupun pada
banyak pasien etiologinya tidak diketahui. 4
C. Faktor Resiko
Selain manifestasi klinis, faktor risiko anemia harus memandu
evaluasi. Faktor risiko yang lebih umum pada pasien yang lebih tua
termasuk penggunaan alkohol kronis, malnutrisi, CKD, penyakit hati,
gangguan myelodysplastic, perdarahan gastrointestinal, defisiensi androgen,
dan penurunan terkait proliferasi sel induk yang berkaitan dengan usia.
Riwayat klinis harus fokus pada pengidentifikasian faktor-faktor risiko ini,
serta gejala-gejala yang mungkin menunjukkan kondisi tertentu. 3
Melena, hematochezia, dan penurunan berat badan yang tidak
disengaja dapat mengindikasikan perdarahan gastrointestinal. Infeksi kulit
berulang dapat menjadi tanda immunocompromise yang menunjukkan
13
3. Sel darah merah memecah atau mati lebih cepat sementera belum
terbentuk sel sel darah merah yang baru sebagai penggantinya.5
diperkaya zat besi dan jika diperlukan diberi tambahan suplemen zat besi
(atas petunjuk dokter).
Anemia Defisiensi Vitamin B12 (Anemia pernisiosa)
Vitamin B12 diperlukan untuk membentuk sel darah merah
dan menjaga kenormalan fungsi saraf. Sehingga apabila seseorang
mengalami anemia pernisiosa ini biasanya disertai dengan gangguan
saraf, seperti sering kesemutan, rasa baal atau kebas pada tangan dan
kaki, gangguan daya ingat, dan gangguan penglihatan. Tubuh bisa
kekurangan vitamin B12 karena gangguan absorbsi (autoimun dan
gangguan usus) dan/atau karena kurangnya asupan makanan yang
mengandung vitamin B12. Untuk mencegah dan mengobati anemia
pernisiosa ini, jangan lewatkan makanan yang kaya Vitamin B12 yaitu
terdapat pada makanan produk hewani. Bila diperlukan suplemen vitamin
B (atas petunjuk dokter).
Anemia Defisiensi Asam Folat (anemia megaloblastik)
Anemia kekurangan asam folat disebut juga sebagai anemia
megaloblastik, karena apabila dilihat dibawah mikroskop sel-sel darah
merah ukurannya lebih besar dari normal. Anemia Megaloblastik dapat
terjadi jika Anda tidak cukup mengkonsumsi asam folat atau jika Anda
memiliki masalah penyerapan vitamin B9. Hal ini juga dapat terjadi
selama trimester ketiga kehamilan, ketika tubuh Anda membutuhkan folat
tambahan. Folat adalah vitamin B yang ditemukan dalam makanan seperti
sayuran berdaun hijau, buah-buahan, kacang kering dan kacang polong.
Asam folat juga ditemukan dalam roti yang diperkaya, pasta, dan sereal.
Anemia Aplastik
Terjadi ketika tubuh berhenti atau tidak cukup membuat sel
darah baru. Pada anemia aplastik ini tidak hanya kekurangan sel darah
merah, tetapi juga sel darah putih, dan trombosit. Rendahnya tingkat sel
darah merah menyebabkan anemia. Dengan rendahnya tingkat sel darah
16
b. Menstruasi
Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada anak perempuan adalah
kehilangan darah lewat menstruasi.
3) Perdarahan
Kehilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab
penting terjadinya ADB. Kehilangan darah akan mempengaruhi
keseimbangan status besi. Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan
kehilangan besi 0,5 mg, sehingga darah 3-4 ml/hari (1,5 – 2 mg) dapat
mengakibatkan keseimbangan negatif besi. Perdarahan dapat berupa
perdarahan saluran cerna, milk induced enteropathy, ulkus peptikum,
karena obat-obatan (asam asetil salisilat, kortikosteroid, indometasin, obat
anti inflamasi non steroid) dan infeksi cacing (Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus) yang menyerang usus halus bagian proksimal
dan menghisap darah dari pembuluh darah submukosa usus.
4) Transfusi feto-maternal
Kebocoran darah yang kronis kedalam sirkulasi ibu akan
menyebabkan ADB pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus.
5) Hemoglobinuria
Keadaan ini biasanya dijumpai pada anak yang memiliki katup jantung
buatan. Pada Paroxismal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) kehilangan
besi melaui urin rata-rata 1,8 – 7,8 mg/hari.
c. Patofiosolgi
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif
besi yang berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif
ini menetap akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang. Pada tabel
berikut tahap defisiensi besi, yaitu :
22
1. Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau store iron deficiency,
ditandai dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan
besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada
keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum
menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal.
2. Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient
erythropoietin atau iron limited erythropoiesis didapatkan suplai besi
yang tidak cukup untuk menunjang eritropoisis. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin
menurun, sedangkan TIBC meningkat dan free erythrocyte porphrin
(FEP) meningkat.
3. Tahap ketiga
23
Symptoms
Gejala yang menunjukkan ID umumnya tidak jelas dan dapat dikaitkan
dengan sejumlah kondisi klinis. Gejala yang sangat menunjukkan ID
termasuk kelelahan umum, sering tidak tergantung pada anemia, dan
konsumsi bahan non-gizi seperti tanah liat, kotoran, kertas, pati cucian, dan
6
lainnya (Pica). Pica, keinginan untuk mengkonsumsi bahan-bahan yang
tidak dapat dicerna, atau pagofagia, keinginan untuk mengkonsumsi es batu
merupakan gejala sistemik lain dari defisiensi besi. Pica dapat menyebabkan
pengkonsumsian bahan-bahan mengandung timah sehingga akan
menyebabkan plumbisme. 5
Pada keadaan kronisnya, menjelaskan gejala-gejala ini memerlukan
pertanyaan khusus. Jenis perilaku ini jauh lebih umum pada wanita dan
anak-anak, karena alasan yang tidak jelas. 6
Gejala yang sangat sugestif adalah pagofagia (ketagihan es), yang
dapat menyebabkan penyakit gingiva. Gejala umum lainnya termasuk kuku
rapuh, rambut rontok, dan sindrom kaki gelisah. 6
Tanda-tanda ID termasuk pucat (dengan anemia), penurunan papillasi
lidah, cheilosis (retak di sudut-sudut mulut), dan cacat yang menonjol pada
alas kuku, termasuk garis Mees dan koilonychia, menyendok kuku. Karena
tanda-tanda dan gejala-gejala ini tidak spesifik dan sering tidak ada sama
sekali, kecurigaan awal ID biasanya berasal dari laboratorium, dengan
anemia mikrositik atau anemia normositik, memicu pemeriksaan yang lebih
definitif. 6
24
1) Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok: kuku berubah menjadi rapuh dan
bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip dengan
sendok.
2) Akan terjadi atropi lidah yang menyebabkan permukaan lidah tampak
licin dan mengkilap yang disebabkan oleh menghilangnya papil lidah.
3) Angular cheilitis yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
4) Disfagia yang disebabkan oleh kerusakan epitel hipofaring.
Penegakkan Diagnosis
Menentukan adanya anemia dengan memeriksa kadar hemoglobin
(Hb) dan atau Packed Cell Volume (PCV) merupakan hal pertama yang
penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam menegakkan
diagnosis ADB. Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV, MCH menurun,
sedangkan MCHC akan menurun pada keadaan berat. Gambaran morfologi
darah tepi ditemukan keadaan hipokrom, mikrositik, anisositosis dan
poikilositosis. 4
Pada defisiensi besi yang progresif akan terjadi perubahan pada nilai
hematologi dan biokimia. Hal yang pertama terjadi adalah menurunnya
simpanan besi pada jaringan. Penurunan ini akan ditunjukkan melalui
menurunnya serum ferritin, sebuah protein yang mengikat besi dalam tubuh
sebagai simpanan. Kemudian jumlah serum besi akan menurun, kapasitas
pengikatan besi dari serum (serum transferrin) akan meningkat, dan saturasi
transferrin akan menurun di bawah normal. 6
Seiring dengan menunrunnya simpanan, besi dan protoprofirin akan
gagal untuk membentuk heme. Free erythrocyte protoporphyrins (FEP)
26
Tatalaksana
Pengobatan anemia defisiensi besi terdiri atas:
(1)Terapi zat besi oral: pada bayi dan anak terapi besi elemental diberikan
dibagi dengan dosis 3-6 mg/kgBB/hari diberikan dalam dua dosis, 30
28
menit sebelum sarapan pagi dan makan malam. Terapi zat besi diberikan
selama 1 sampai 3 bulan dengan lama maksimal 5 bulan. Enam bulan
setelah pengobatan selesai harus dilakukan kembali pemeriksaan kadar
Hb untuk memantau keberhasilan terapi.
(2)Terapi zat besi intramuscular atau intravena dapat dipertimbangkan bila
respon pengobatan oral tidak berjalan baik, efek samping dapat berupa
demam, mual, urtikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas, artragia,
bronkospasme sampai relaksi anafilaktik.
(3)Transfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai risiko terjadinya
gagal jantung yaitu pada kadar Hb 5-8g/dL. Komponen darah yang
diberikan berupa suspensi eritrosit (PRC) diberikan secara serial dengan
tetesan lambat.
Efek samping pemberian preparat besi peroral lebih sering terjadi pada
orang dewasa diabndingkan bayi dan anak. Pewarnaan gigi berifat
sementara dapat dihindari meletakkan larutan kebagian belakang lidah
dengan cara tetesan. 5
30
c. Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan
pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang
dpaat mempengaruhi respon terapi. Koreksi anemia berat dengan
transfusi tidak perlu secepatnya, malah akan membahayakan karena dapat
menyebabkan hipervolemia dan dilatasi jantung. Pemberian PRC
dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan
kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi.
Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb < 4 g/dl
hanya diberi PRC dengan dosis 2 – 3 mg/kgBB persatu kali pemberian
31
Prognosis
Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekuarnagn
besi saja dan diketahui penyebab serta kemudian dilakukan penanganan yang
adekuat. Gejala anemia dan manifestasi klinis lainnya akan membaik dengan
pemberian preparat besi. Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu
dipertimbangkan beberapa kemungkinan sebagai berikut : 5
1. Diagnosis salah
2. Dosis obat tidak adekuat
3. Preparat Fe yang tidak tepat dan kadaluarsa
4. Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak
berlansgung menetap
5. Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi
(seperti : infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit
tiroid, penyakit karena defisiensi vitamin B12, asam folat)
6. Gangguan absorpsi saluran cerna (seperti pemberian antasid yang
berlebihan pada ulkus peptikum dapat menyebabkan pengikatan
terhadap besi).
Manifestassi Klinis
Karena berkurangnya kapasitas oksigen, anemia memiliki
implikasi kesehatan yang serius yang mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas. Gejala anemia berkisar dari kelelahan dan kelemahan hingga
penurunan kognitif kinerja. Anemia seringkali asimptomatik dan ditemukan
secara tidak sengaja pada pengujian laboratorium. Pasien mungkin
mengalami gejala yang berkaitan dengan kondisi terkait, seperti kehilangan
32
Penegakan Diagnosis
Evaluasi tersebut mencakup riwayat rinci dan pemeriksaan
fisik, penilaian faktor risiko untuk kondisi yang mendasarinya, dan penilaian
volume sel rata-rata. Kadar ferritin serum harus diperoleh untuk pasien
dengan anemia normositik atau mikrositik. Kadar feritin serum yang rendah
pada pasien dengan anemia normositik atau mikrositik dikaitkan dengan
anemia defisiensi besi. 5
Pada pasien yang lebih tua dengan dugaan anemia defisiensi
besi, endoskopi dibenarkan untuk mengevaluasi keganasan gastrointestinal.
Pasien dengan peningkatan kadar feritin serum atau anemia makrositik harus
dievaluasi untuk kondisi yang mendasarinya, termasuk kekurangan vitamin
B12 atau folat, sindrom myelodysplastic, dan keganasan. 5
Setelah anemia diduga, hitung darah lengkap dengan
diferensial harus diperoleh. Jika hasilnya menunjukkan anemia, studi lebih
33
Tatalaksana
Pengobatan diarahkan pada penyebab yang mendasarinya. Pasien
simtomatik dengan kadar hemoglobin serum 8 g per dL atau kurang
mungkin memerlukan transfusi darah. Pasien dengan dugaan anemia
defisiensi besi harus diberikan uji coba pengganti zat besi oral. Formulasi
dosis rendah mungkin sama efektif dan memiliki risiko efek samping yang
lebih rendah. Normalisasi hemoglobin biasanya terjadi delapan minggu
setelah perawatan pada kebanyakan pasien. Infus besi parenteral
dicadangkan untuk pasien yang belum menanggapi atau tidak dapat
mentolerir terapi zat besi oral. 5
Prognosis
Anemia dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas pada
orang dewasa yang lebih tua. Orang dewasa lanjut usia yang anemia
mengalami peningkatan rawat inap dan angka kematian. Pada pasien gagal
jantung-kongestif, anemia adalah kondisi umum (17%) dan menghasilkan
kapasitas fungsi yang secara signifikan lebih buruk dan tingkat kelangsungan
hidup. Terlebih lagi, anemia telah menunjukkan perusakan perkembangan
kognitif dan psikomotorik pada anak-anak.
3. Dehidrasi
34
b. Derajat dehidrasi
35
c. Tatalaksana
Secara sederhana prinsip penatalaksanaan dehidrasi adalah mengganti
cairan yang hilang dan mengembalikan keseimbangan elektrolit, sehingga
keseimbangan hemodinamik kembali tercapai. Selain pertimbangan derajat
dehidrasi, penanganan juga ditujukan untuk mengoreksi status osmolaritas
pasien. Terapi farmakologis dengan loperamide, antikolinergik, bismuth
subsalicylate, dan adsorben, tidak direkomendasikan terutama pada anak,
karena selain dipertanyakan efektivitasnya, juga berpotensi menimbulkan
berbagai efek samping. Pada dehidrasi karena muntah hebat, ondansetron
efektif membantu asupan cairan melalui oral dan Gambar 2 Distribusi cairan
pada 3 tipe dehidrasi mengatasi kedaruratan. Pemberian makan segera saat
asupan oral memungkinkan pada anak-anak yang dehidrasi karena diare,
dapat mempersingkat durasi diare. Susu tidak perlu diencerkan, pemberian
ASI jangan dihentikan. Disarankan memberikan makanan tergolong
36
Dehidrasi Isotonik
38
Metode Pierce 3
DAFTAR PUSTAKA