Anda di halaman 1dari 14

BAB XI

KONSTRUKSI BALOK LOTENG

1. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat Materi


Bidang bahasan ini merupakan penjelasan tentang dasar-dasar merencana balok loteng,
serta teknik menggambar denah rencana balok loteng.

2. Manfaat dan Relevansi


Untuk dapat merencanakan suatu bangunan dengan baik sesuai yang diinginkan,
terutama untuk bangunan 2 (dua) lantai, perlu untuk melengkapi gambar rencana dengan denah
rencana balok. Beserta gambar detail balok, agar dapat memudahkan pelaksana dilapangan
berdasarkan ketentuan dan syarat yang berlaku.
Oleh sebab itu bidang bahasan ini ditawarkan untuk membantu memperoleh pemahaman
yang komprehensif tentang teknik menggambar rencana balok beserta detailnya yang sangat
bermanfaat pada bidang bahasan selanjutnya dan menunjang mata kuliah lain.

3. Kompetensi Dasar:
- Mahasiswa dapat menghitung/menentukan dimensi balok loteng serta menentukan jarak-
jaraknya sesuai beban yang bekerja.
- Mahasiswa dapat membuat gambar rencana balok loteng lengkap dengan gambar detailnya.

2. PENYAJIAN

A. DASAR-DASAR MERENCANA BALOK BALOK LOTENG


Balok loteng pada bangunan yang lebih tinggi, balok loteng memisahkan dua tingkat
(dua ruang diatas dan dibawahnya), sekaligus menopang langit-langit dan lapisan lantai dan
juga menjadi batas antara ruang yang teratas dengan kuda-kuda atap, serta dibebani kuda-kuda
atap. Bila lantai terbuat dari kayu, dipakai papan dengan ketebalan 2,5cm atau 3 cm atau dari
multipleks dengan ketebalan 18mm s/d 25mm.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan loteng kayu, balok lantai dan balok loteng,
konstruksi lantai dan langit-langit :
1. Balok selalu diletakkan siku-siku pada dinding yang menerima beban dengan arah lebarnya
ruang (sisi yang pendek) sehingga momen sekecil mungkin.
2. Jarak-jarak balok dipilih yang seragam antara 45 cm (konstruksi balok terusan) dan 70 cm
(konstruksi rangka susun)
3. Jika mungkin dipilih balok-balok, sehingga didapat balok terusan yang lebih ekonomis
daripada balok tunggal saja.
4. Tinggi balok tidak boleh melebihi 24 cm dengan perbandingan lebarnya : tinggi balok tidak
lebih dari 1 : 2,5.
5. Lebarnya tumpuan diatas dinding, kolom, dsb seharusnya 0,7 dari tingginya balok.
6. Ujung balok pada tumpuan tidak boleh ditanam padat dalam konstruksi dinding, pada sisi
dan ujung selalu harus diadakan 2 cm udara, kecuali kalau balok sudah kering sekali (kadar
air kurang dari 18%).
7. Ujung balok (kepala) boleh diselimuti dengan kertas aspal atau dicat dengan obat yang
mengandung oli.
Susunan balok ini terbuat dari bahan kayu, baja ataupun beton. Menurut bentuknya
susunan balok tersebut digolongkan menjadi dua macam sbb:
1. Susunan Balok Tunggal

a. Jarak antara tembok-tembok pemikul tidak besar (LO4m) sehingga kayu dengan ukuran

dan panjang yang ada dipasaran dapat dipakai.


b. Pada susunan balok ini hanya ada satu macam balok, yaitu balok anak.
c. Jarak antara balok anak antara 50-70cm, tergantung dari bahan lantai yang dipakai,
papan atau multipleks.
d. Bila lantai dari papan jati, jarak balok anak 50 cm (karena biasanya dipasaran dibeli
dengan kelipatan 25cm). Bila dari papan kamper atau meranti, jarak antara 50-70 cm
(karena panjang dipasaran E4 m). Bila dari multipleks, jarak balok anak 60-61 cm

(karena ukuran dipasaran 4’ x 8’ atau 122 x 144 cm).

Gambar 3.1. Balok tunggal


2. Susunan Balok Majemuk atau Ganda
a. Pada jarak bentang yang melebihi 4m, balok anak tidak dapat dipakai sebagai balok
tunggal. Untuk keperluan itu maka dipakai balok pemikul yang diletakkan sedemikian
rupa sehingga balok anak dapat dipakai, hanya saja dengan arah yang berbeda.
b. Dipakai balok pemikul lain untuk memperpendek bentang. Balok pemikul ini disebut
balok induk.

Gambar 3.2. Balok majemuk


 Balok anak

Bahannya dapat berupa kayu untuk bentang , L O 4 m’ ataupun baja bila bentang

L > 4 m. Balok anak dari kayu berukuran 8/12 ; 6/15 ; 8/15 dengan jarak 50 – 70
cm (tergantung kelas kuat kayu, beban lantaim, bentang). Bila dari baja dipakai
profil C atau profil U, misalnya C 150 x 2,3 ; C 200, dengan panjang 6 m.
a. Ditepi tembok yang sejajar dengan balok anak ada balok tepi dengan jarak 5 -10
cm dari tembok, tidak boleh menempel pada tembok:
- kelembaban tembok tidak langsung kena balok kayu
- mempermudah pemasangan saluran pipa listrik, air, dan gas yan gharus
menembus lantai
- tidak menjadi sarang binatang kecil / rayap.
b. Panjang perletakan balok anak/kayu min. 10 cm, tidak boleh tembus tembok.
Kedua ujungnya diberi angker, tetapi tidak perlu semuanya, tetapi berseling-seling.
Gunanya untuk memperkaku tembok (mengangkar tembok)
c. 2 atau 3 balok anak yang ditembok, mulai dari yang terdekat dengan tembok, diikat
jadi satu dengan diberi angker (besi bulat yang diberi mur di ujungnya atau plat
baja yang diberi paku ulir) agar sambungan lantai dengan tembok tidak pecah,
angker ini disebut angker jajar.
d. Jarak antar angker jajar maksimal 2 m.
Angker jajar ini ada yang tembus tembok dan ada yang tidak tembus tembok.
Antara balok-balok anak kadang diberi skur miring, yang disebut Silang Andreas, agar
balok anak tetap kedudukannya / kaku, terutama bila susunan balok loteng tersebut
mengalami getaran oleh beban. Silang Andreas ini dipakai kayu 4/6 yang dipasang
saling menyilang (tidak saling menempel), ujung yang satu diatas dan ujung yang lain
dibawah, dipasang dengan menakik 1 cm.
 Balok induk
Bahan balok induk
a. Kayu
- Untuk bentang terbatas, L max. = 5 m (dengan pesanan)
- Tidak dapat memikul tembok
- Untuk konstruksi ringan
Bila boleh ada tiang ditengah, dapat dipakai sambungan momen dan tiang
konstruksi, yang disebut standvink konstruksi.
b. Baja profil
- Bentang maks. 12 m untuk WF dan 6 m untuk baja C dan U.
- WF dapat memikul tembok (1/2 bata) bila kanal tidak dapat memikul
tembok.
Untuk konstruksi yang lebih berat, menentukan dimensinya harus melihat tabel
baja.

 Cara menentukan Dimensi Balok


Terlebih dahulu kita harus melihat beban (beban hidup dan beban mati), karena
akan sangat menentukan momen atau tegangannya.
- Beban mati :
a. Lantai kayu dengan balok kayu tanpa langit-langit dengan bentang maks. 5
m beban hidup paling tinggi 200 kg/m2 = 40 kg/m2
b. Langit-langit dari asbes eternit dll (pa penggantung) = 11 kg/m2
c. Penggantung langit-langit dari kayu = 7 kg/m2
d. Dinding pasangan bata : ½ batu = 250 kg/m2 dan 1 batu = 450 kg/m2
- Beban hidup :
a. Lantai dan tangga rumah tinggal = 200 kg/m2
b. Para-para (rak) = 125 kg/m2
c. Sekolah, kantor = 250 kg/m2
d. Lantai untuk olah raga, ibadah = 400 kg/m2
e. Lantai ruang dansa, pertemuan = 500 kg/m2
Catatan :
Dalam mendimensi profil baja, diambil h=1/25 – 1/20 L
B. DENAH RENCANA BALOK
3. PENUTUP

1. RANGKUMAN

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan loteng kayu, balok lantai dan balok loteng,
konstruksi lantai dan langit-langit :
1. Balok selalu diletakkan siku-siku pada dinding yang menerima beban dengan arah
lebarnya ruang (sisi yang pendek) sehingga momen sekecil mungkin.
2. Jarak-jarak balok dipilih yang seragam antara 45 cm (konstruksi balok terusan) dan 70
cm (konstruksi rangka susun)
3. Jika mungkin dipilih balok-balok, sehingga didapat balok terusan yang lebih ekonomis
daripada balok tunggal saja.
4. Tinggi balok tidak boleh melebihi 24 cm dengan perbandingan lebarnya : tinggi balok
tidak lebih dari 1 : 2,5.
5. Lebarnya tumpuan diatas dinding, kolom, dsb seharusnya 0,7 dari tingginya balok.
6. Ujung balok pada tumpuan tidak boleh ditanam padat dalam konstruksi dinding, pada
sisi dan ujung selalu harus diadakan 2 cm udara, kecuali kalau balok sudah kering sekali
(kadar air kurang dari 18%).
7. Ujung balok (kepala) boleh diselimuti dengan kertas aspal atau dicat dengan obat yang
mengandung oli.
Susunan balok ini terbuat dari bahan kayu, baja ataupun beton. Menurut bentuknya susunan
balok tersebut digolongkan menjadi dua macam sbb:
 Susunan Balok Tunggal
 Susunan Balok Majemuk (Ganda)

Anda mungkin juga menyukai