Anda di halaman 1dari 31

KEGAWAT DARURATAN DENGAN KASUS

CVA (CIDERA SEREBRO VASKULAR)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Akademik : Dr. Hariyono, M.Kep.

Disusun Oleh : Kelompok 5

1. Anggi A.A.S. (183210006)


2. Ari Ismawati (183210008)
3. Ade Gita Batmetan (173210103)
4. Erna Yuliarsih (183210012)
5. Firyal Luthfiana M. (183210017)
6. Indah Sari (183210022)
7. M. Al Mubarokul Y. (183210030)
8. Sulis Setiowati (183210041)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawat Daruratan. Makalah ini
dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan, sebagai teman
belajar, dan sebagai referensi tambahan dalam belajar mengenai Kegawat Daruratan
ini khususnya tentang CVA (cidera serebro vascular). Makalah ini dibuat sedemikian
rupa agar pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan memahami tentang cidera
serebro vascular.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang cidera serebro vascular. Jangan segan bertanya jika
pembaca menemui kesulitan. Semoga keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.

Jombang, 12 Maret 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
A. Definisi................................................................................................................................6
C. Tanda dan Gejala................................................................................................................9
D. Patofisiologi......................................................................................................................11
E. Diagram Alir.....................................................................................................................12
BAB 3.......................................................................................................................................25
ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA)......................25
BAB IV....................................................................................................................................30
PENUTUP................................................................................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

3
CVA atau cidera serebro vascular adalah gangguan suplai darah otak secara
mendadak sebagai akibat oklusi pembulu darah parsial atau total, atau akibat pecahnya
pembulu darah otak. Gangguan pada aliran darah ini akanmenggurangi suplai oksigen,
gllukosa dan nuutrien lain kebagian otak yang disuplai oleh pembulu darah yang terkena
dan mengakibatkan gangguan pada sejumlah fungsi otak (Hartono, 2010). Akibat
penurunan cerebral blood flow (CBF) regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan
aliran darah, yang mengangkut O2 dan glucose yang sangat diperlukan untuk
metabollisme oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi itu btidak berfungsi lagi dank
arena itu timbulah manifestasi deficit neuorologik yang biasanya berupa hemiparalisis,
hemihipestesia, hemiparasesia yang bisa juga disertai deficit fungsi luhur seperti afasia
(Mardjono & Sidharta 2014)
Angka Kejadian stroke menurut taksiran world health Organization (WHO), stroke
menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama penyebab kematian didunia. Sementara
di Eropa dijumpai 650.000 kasus stroke setiap tahunya (WHO & Nurfaida, dkk 2013).
Duapertiga stroke terjadi di Negara berkempang. Pada masyarakat bara, 80% penderita
mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring bertambahnya usia
(Rahayu, 2016). Di Indonesia Jumlah insiden stroke semakin meningkat. Pada tahun
2007 penderita stroke naik 8,3 menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Pada
tahun 2013 penderita stroke naik dari 7% menjadi 10,9% (RISKEDAS, 2018).
Terdapat Sejumlah fakto yang menyebabkan seseorang beresiko terhadap stroke.
Faktor resiko ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan
yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalkan yaitu factor yang tidak
dimodifikasi seperti usia, ras , etnis dan riwayat stroke adalam keluarga. Sedangkan factor
yang dapat diubah sesuai dengan perilaku masin- masing adalah tekanan darah tinggi,
kadar kolestrol, obesitas, life style, stress, penyakt kardiovaskkuler, diabetes miletus
merokok dan alkohol ( Farida & Amilia, 2009).
Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan yang menyumbat pembulu
darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah keotak. Gumpalan dapat berkembang dari
akumulasi lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembulu darah ( Terry & Weafer,
2013)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud CVA?
2. Apa saja Gejala CVA?
3. Apa penyebab terjadinya CVA?
4
4. Apa saja factor resiko CVA?
5. Bagaimana penatalaksaan CVA?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui apa yang dimaksud CVA?
2. Agar mengetahui saja Gejala CVA?
3. Agar mengetahui apa penyebab terjadinya CVA?
4. Agar mengetahui apa saja factor resiko CVA?
5. Agar mengetahui bagaimana penatalaksaan CVA?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

5
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah

kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C.,

2002).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala

yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian

tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Susilo, 2000)

Stroke diklasifikasikan menjadi dua :

1. Stroke Non Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan

yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak

atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan

dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi

dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).

2. Stroke Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya

perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi

adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal

berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari 2008).

B. Etiologi dan Faktor Risiko

1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)

2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)

6
3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)

4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan

perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya

adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan

sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori , bicara atau sensasi

(Smeltzer C. Suzann, 2002)

Faktor resiko pada penyakit stroke :

1. Hipertensi

2. Penyakit kardiovaskuler

3. Kolesterol tinggi

4. Obesitas

5. Peningkatan hematokrit

6. Diabetes

7. Kontrasepsi oral

8. Merokok

9. Penyalahgunaan obat

10. Konsumsi alkohol

7
11. Hipertensi

12. Penyakit kardiovaskuler

13. Kolesterol tinggi

14. Obesitas

15. Peningkatan hematokrit

16. Diabetes

17. Kontrasepsi oral

18. Merokok

19. Penyalahgunaan obat

20. Konsumsi alkohol

C. Tanda dan Gejala

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi

(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,

dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak

tidak dapat membaik sepenuhnya:

1. Kehilangan motorik

Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan kontrol

volunter terhadap gerakan motorik.

2. Kehilangan komunikasi

Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.

Stroke adalah penyebab afasia paling umum.

Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal

berikut:

8
a) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara

yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot

yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.

b) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara),

yang terutama ekspresif atau reseptif.

c) Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan

yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien

mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya

3. Gangguan persepsi

Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat

mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan

visual-spasial dan kehilangan sensori

4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik

Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman,

lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi

masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.

5. Disfungsi kandung kemih

Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius

sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan

kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan.

9
D. Patofisiologi

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrmbus,

emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan

umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis

sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat

berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang

stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi

pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan

nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan

intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan

dari keseluruhan penyakit

10
cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembangcerebral.

Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6

menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat

terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

E. Diagram Alir

11
F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), penatalaksanaan stroke dapat dibagi

menjadi dua, yaitu :

1. Phase Akut :

a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,

oksigenisasi dan sirkulasi.

b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.

Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa


12
trombolitik/emobolik.

c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30

menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian

dexamethason.

d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik

e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup

dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena

serebral berkurang

2. Post phase akut

1. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik

2. Program fisiotherapi

3. Penanganan masalah psikososia

13
G. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

a. Definisi keluarga

1) Menurut Ali (2010) Keluarga adalah dua atau lebih individu

yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan

adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi ssatu

dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta

mempertahankah suatu budaya.

2) Menurut Achjar (2012), keluarga adalah suatu kumpulan

orang yang dihubungkan oleh perkawianan, adopsi dan

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fiski, mental, emosional dan social dari

individu-individu yang ada di dalamnya, terlihat dari pola

interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan

bersama.

b. Simpulan Pengertian

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah:

1) Unit terkecil dari masyarakat

2) Terdiri atas dua orang atau lebih

3) Ada ikatan perkawinan dan pertalian darah

4) hidup dalam satu rumah tangga

5) di bawah asuhan seorang kepala keluarga

14
6) berinteraksi di antara sesame anggota keluarga

7) setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing

8) menciptakan dan mempertahankan kebudayaan

2. Tipe Keluarga

Terdiri dari:

a) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu, anak-anak.

b) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya kakek, nenek, keponakan.

c) Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga

inti

d) Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

e) Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

f) Keluarga kabitas (chabitasi) adalah dua orang yang menjadi satu

tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Tumbuh Kembang Keluarga

Menurut Sudiharto (2007):

a) Pasangan yang membentuk suatu keluarga dilandasi dengan cinta

dan kasih sayang, merencanakan dengan matang jumlah anak dan

memperjelas peran masing-masing.

15
b) Keluarg adengan kelahiran anak pertama dimulai dari kehamilan

sampai anak umur 3 bulan, perlu mempersiapkan mental orang

tua, untuk kelahiran dan sosaialisasi dengan lingkup keluarga yang

besar.

c) Keluarga dengan anak pra sekolah. Keluarga amenanamkan nilai-

nilai dan norma-norma keagamaan, mengenalkan kultur keluarga

dan membantu berinteraksi dengan lingkup yang lebih besar.

d) Keluarga dengan anak usia sekolah. Keluarga amembantu

membiasakan anak belajar dan memberi pengertian manfaat

belajar untuk masa depannya.

e) Keluarga dengan anak remaja seringnya terjadi perbedaan

pendapat dan harus diselesaikan dengan baik karena sangat

berdampak pada hubungan selanjutnya. Keluarga memberi

kebebasan dalam batasan tanggung jawab serta mempertahankan

komunikasi dua arah.

f) Keluarg adengan melepas anak ke masyarakat. Remaja akan

meniggalkan orang tua, keluarg amembantu untuk mandiri, perlu

mempertahankan komunikasi, perlu menata kembali peran

setelah ditinggalkan anak-anaknya.

g) Keluarga dengan tahapan berdua kembali. Tahapan dimana telah

ditinggal anak-anaknya sehingga perlu merencanakan kembali

kegiatan yang akan datang, menjaga komunikasi dengan anak

cucu, serta menjaga kesehatan masing-masing pasangan.

16
h) Keluarga dengan masa tua. Masa tua bisa dihinggapi, masa

kesepian, sehingga pada tahap ini perlu saling menjaga dan saling

memperhatikan kesehatan pasangan, merencanakan mengisi hari

tua dengan berolahraga, berkebun, mengasuh cucu, dan masing-

masing salin gmengingatkan akan kehidupkan kekal setelah

kehidupan ini.

4. Tugas Keluarga bidang kesehatan menurut Achjar (2010)

Keluarga mempunyai 5 tugas memelihara kesehatan keluarga

khususnya keluarga yang anggotanya menderita penyakit stroke,

yaitu:

a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga tentan

gejala stroke

b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

terhadap anggota keluarga yan gmendaerita penyakit stroke.

c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yan

gmenderita stroke

d) Menciptakan lingkungan suasana di rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepada anggota keluarganya

e) Mempergunakan fasilitas kesehatan yang dapat

mengatasi penyakit stroke.

17
5. Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga,

yaitu:

a) Faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat mencegah

terjadinya penyakit stroke adalah dengan cara menghindari

adanya stress.

b) Faktor sosial budaya. Faktor sosial budaya yang dapat

menyebabkan penyakit stroke adalah kebiasaan merokok, makan

makanan tinggi lemak, kurang olahraga, minuman beralkohol,

dan hipertensi.

c) Status sosial yang dapat meningkatkan status kesehatan stroke

antara lain menghindari kebiasaan merokok, minuman

beralkohol, makanan tinggi lemak, menjaga berat badan ideal,

olahraga teratur, dan kontrol ke faskes secara rutin.

d) Pelayanan kesehatan. Pelayanan sangat diperlukan untuk

menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat

stroke (Sudiharto, 2007)

H. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga adalah bantuan, bimbingan, pengawasan

yang diberikan oleh seorang perawat yang ditujukan pada keluarga sebagai

kesatuan yang dirawat dengan menggunakan kerangka kerja yang disusun

secara sistematis yang berguna untuk menggambarkan perkembangan

keluarga secara menyeluruh (Efendy, 2007).

18
1. Pengkajian

Menurut Effendy (2007), pengkajian adalah sekumpulan tindakan

yang digunakan oleh perawt untuk mengukur keadaan klien (keluarga)

dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial,

yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan keluarga untuk

mengatasinya. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan

wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Pengkajian keluarga

terdiri dari dua tahap:

a. Penjajakan I adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk

mengidentifikasi masalah keperawatan, meliputi data dasar:

1) Struktur dan sifat masalah keluarga

2) Faktor sosial, ekonomi, dan keluarga

3) Faktor lingkungan

4) Riwayat kesehatan

b. Penjajakan II adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk

mengidentifikasi kesanggupan keluarga melaksanakan tugas-tugas

kesehatan meliputi persepsi atau tanggapan keluarga terhadap

masalah kesehatan.

19
c. Pengkajian tahap II pada Ny. T dengan stroke adalah

mengeksplorasi bagaimana persepsi dan tanggapan keluarga

terhadap masalah Ny. T dengan stroke antara lain:

1) Mengidentifikasi kemampuan keluarga untuk

mengenal masalah stroke

2) Mengidentiikasi aplikasi keluarga dengan mengambil

keputusan yang tepat dalam penanganan stroke.

3) Mengidentifikasi bnerbagai data yang menunjukkan apakan

keluarga dapat merawat stroke.

4) Apakah keluarga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif

untuk klien stroke.

5) Mengidentifikasi ketidakmampuan keluarga dalam

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk klien stroke.

Analisa data adalah mengelompokkan data subyektif dan obyektif

kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga

didapatkan masalah keperawatan.

2. Perumusan diagnosis keperawatan menurut Ester, dkk

(2012) Komponen rumus diagnose keperawatan meliputi:

a) Masalah atau problem

b) Penyebab atau etiologi adalah kumpulan data subyektif dan

obyektif

20
Dalam penyusunan masalah kesehatan perawatan keluarga menurut

Ester, dkk (2012) mengacu pada tipologi diagnose keperawatan

keluarga, yaitu:

a) Potensial atau wellness

b) Risiko (ancaman)

c) Aktual (nyata)

3. Perencanaan

Perencanaan adalah sekelompok tindakan yang ditentukan untuk

dilaporakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yan gtelah diidentifikasi (Effendy, 2007).

Perencanaan terdiri dari:

a) Prioritas masalah (menggunakan skor)

Dengan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:

1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)

2) Kemungkinan masalah dapat diubah (mudah, sebagian, sulit)

3) Potensi dapat dicegah (tinggi, cukup, rendah)

4) Menonjolnya masalah

Adapun cara menghitung skoring prioritas masalah tersebut

adalah sebagai berikut:

Skor x Bobot

Angka Tertinggi

21
1) Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

2) Jumlah skor untuk semua kriteria

3) Dari sekian beberapa masalah yang diskoring tadi, maka nilai

masalah dengan nilai tertinggi

4) Prioritas disusun berdasarkan skor tertinggi (Effendy, 2007).

b) Tujuan

Tujuan asuhan keperawatan pada tingkat keluarga adalah

meinigkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya yang meliputi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem keperawatan. Sedangkan tujuan jangka pendek mengacu

pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima

tugas kesehatan keluarga sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatannya

2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

3) Merawat atau menolong anggota keluarga yang sakit

4) Memelihara lingkungan rumah yang biasa mempengaruhi

kesehatan dan pengembangan pribadi

5) Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat guna

pemeliharaan kesehatan

22
c) Rencana Tindakan

Rencana tindakan merupakan suatu rencana tindakan keperawatan

berdasarkan masalah keperawatan untuk menyelesaikan masalah

keperawatan. Rencana ini disesuaikan berdasarkan prioritas

masalah keperawatan.

Adapun bentuk tindakan yang dilakukan dalam intervensi:

1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga

mengenai masalah

2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum

diketahui

3) Memberikan penyuluhan atau penjelasan dengan keluarga

4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal yang positif

5) Memberikan pujian pada keluarga atau usahanya (Effendy,

2007).

d) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana perawtan kesehatan

keluarga. Perawat melaksanakan tindakan-tindakan keperawtan yang

telah direncanakan disesuaikan dengan keadaan keluarga (Effendy,

2007).

e) Evaluasi

Menurut Effendy (2007), evaluasi merupakan pengukuran

keberhasilan dalam pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang

direncanakan. Evaluasi biasa berupa evaluasi proses maupun evaluasi

hasil.
23
Evaluasi mengungkapkan tiga masalah atau kemungkinan, yaitu

1) Masalah dapat diselesaikan

2) Sebagian saja masalah yang dapat terpecahkan

3) Muncul masalah baru.

Deteksi Dini Tanda dan Gejala Stroke Pra Rumah Sakit

Tujuan penatalaksanaan stroke adalah menurunkan tingkat kesakitan serta


kematian karena stroke, karenanya pengenalan secara dini mengenai tanda dan gejala
stroke memegang peranan penting dan menjadi kunci utama dalam penanganan stroke
yang paripurna. “Time is brain” dan “golden period” merupakan konsep utama tata
laksana stroke. Idealnya pasien stroke sudah mendapatkan tata laksana dalam tiga jam
sejak gejala pertama dikenali. Data yang ada menunjukkan, terutama di negara-negara
maju, pasien yang datang dalam golden period 3 jam tersebut berkisar antara 19-60%.

Sekitar 83,9% terlambatnya penanganan disebabkan oleh keterlambatan pra rumah


sakit ini. Beberapa penyebab keterlambatan tersebut seperti misalnya menyepelekan
tanda-tanda dini stroke menempati urutan pertama penyebab keterlambatan pra hospital
ini, yaitu sekitar 62,3%. Beberapa kasus terlambat datang karena berharap gejala dan
tanda akan menghilang (2,7%), Pasien yang tinggal sendiri pun menyumbang angka
keterlambatan sekitar 7,1%. Sedangkan pasien yang tinggal jauh dari sarana kesehatan
serta ketiadaan sarana transportasi turut berkontribusi dalam keterlambatan ini.

Mengenali tanda-tanda stroke merupakan hal penting karena kemungkinan


seseorang untuk bertahan dari serangan stroke lebih tinggi jika segera ditangani oleh
tenaga kesehatan. Berikut adalah gejala stroke2 :

 Kelemahan tiba-tiba pada wajah, lengan, atau tungkai salah satu sisi tubuh

 Mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai salah satu sisi tubuh

 Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan

 Kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua mata

 Kesulitan berjalan, pusing berputar, hilang keseimbangan

24
 Sakit kepala berat mendadak tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau pingsan

Pengenalan dini untuk masyarakat awam terhadap adanya tanda dan gejala stroke
dengan cepat dapat menggunakan Cincinnati Prehospital Stroke Scale (CPSS) yang
meliputi fascial droop (salah satu sisi wajah tidak dapat digerakkan seperti sisi satunya),
arm drift (salah satu lengan sulit atau tidak dapat digerakkan), dan speech (bicara pelo,
sulit atau tidak dapat berbicara, mengguankan kata-kata yang salah), atau FAST (face,
Arm, Speech, Time). Time yang dimaksud adalah segera menghubungi pusat layanan
gawat darurat untuk transportasi ke sarana kesehatan

Bila seseorang dicurigai terkena serangan stroke, maka selayaknya segera panggil
ambulans gawat darurat. Ambulans gawat darurat sangat berperan penting dalam
pengiriman pasien ke fasilitas yang tepat untuk penanganan stroke. Semua tindakan dalam
transportasi pasien hendaknya berpedoman kepada protokol. Staf ambulans berperan
dalam menilai apakah pasien dicurigai menglami stroke akut dengan mengevaluasi
melalui metode FAST atau CPSS dan jika pemeriksaannya positif, segera menghubungi
petugas terkait di rumah sakit terdekat.

Fasilitas ideal yang harus ada dalam ambulans yaitu petugas yang terlatih, mesin
EKG, peralatan dan obat-obat resusitasi dan gawat darurat, oksigen transport, obat-obat
neuroprotektor, telemedisin (alat komunikasi audiovisual), pemeriksaan kadar gula darah,
kadar saturasi oksigen

25
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA)

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler

26
3.3 RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
1. Ketidakefektifan Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan perfusi
Perfusi jaringan tindakan keperawatan selama 3 serebral
serebral  b.d x 24 jam, diharapkan suplai 2. Catat respon pasien
aliran darah ke aliran darah keotak lancar terhadap stimuli
otak terhambat. dengan kriteria hasil: 3. Monitor tekanan
1. mendemonstrasikan status intrakranial pasien dan
sirkulasi yang ditandai respon neurology terhadap
dengan aktivitas
a. Tekanan systole 4. Monitor jumlah drainage
dandiastole dalam cairan serebrospinal
rentang yang diharapkan 5. Monitor intake dan output
b. Tidak ada cairan
ortostatikhipertensi 6. Restrain pasien jika perlu
c. Tidak ada tanda tanda 7. Monitor suhu dan angka
peningkatan tekanan WBC
intrakranial (tidak lebih 8. Kolaborasi pemberian
dari 15 mmHg) antibiotik
2. mendemonstrasikan 9. Posisikan pasien pada
kemampuan kognitif yang posisi semifowler
ditandai dengan: 10. Minimalkan stimuli dari
 berkomunikasi dengan lingkungan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
memproses informasi
membuat keputusan
dengan benar
3. menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter
2 Kerusakan Tupen : Setelah dilakukan 1. Dengarkan setiap ucapan
komunikasi tindakan keperawatan selama  klien dengan penuh
verbal b.d 3 x 24 jam, diharapkan klien perhatian
penurunan mampu untuk berkomunikasi 2. Gunakan kata-kata
sirkulasi ke otak lagi dengan kriteria hasil: sederhana dan pendek
1. dapat menjawab pertanyaan dalam komunikasi dengan
yang diajukan perawat klien
2. dapat mengerti dan 3. Dorong klien untuk
memahami pesan-pesan mengulang kata-kata

27
melalui gambar 4. Berikan arahan / perintah
3. dapat mengekspresikan yang sederhana setiap
perasaannya secara verbal interaksi dengan klien
maupun nonverbal 6

3 Defisit Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitor kemempuan klien


perawatan diri; tindakan keperawatan selama untuk perawatan diri yang
mandi,berpakaia 3x 24 jam, diharapkan mandiri.
n, makan, kebutuhan mandiri klien 2. Monitor kebutuhan klien
toileting b.d terpenuhi, dengan kriteria untuk alat-alat bantu untuk
kerusakan hasil: kebersihan diri,
neurovaskuler 1. Klien terbebas dari bau berpakaian, berhias,
badan toileting dan makan.
2. Menyatakan kenyamanan 3. Sediakan bantuan sampai
terhadap kemampuan untuk klien mampu secara utuh
melakukan ADLs untuk melakukan self-
3. Dapat melakukan ADLS care.
dengan bantuan 4. Dorong klien untuk
            melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari. 

3.3 IMPLEMENTASI

28
N TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF
O

1 01-02-20  Lakukan TTV Ns

 Cek input output cairan

 Posisikan pasien pada posisi semifowler

 Monitor suhu dan angka WBC

 Pemberian obat

2 02-02-20  Lakukan TTV Ns

 Cek input output cairan

 pemberian antibiotik

 berkomunikasi dengan jelas dan sesuai


dengan kemampuan

 pemberian obat

 Monitor tekanan intrakranial pasien dan


respon neurology terhadap aktivitas

3 03-02-20  Lakukan TTV Ns

 Cek input output cairan

 Pemberian obat

 berkomunikasi dengan jelas dan sesuai


dengan kemampuan

404-02-20  Lakukan TTV Ns

 berkomunikasi dengan jelas dan sesuai


dengan kemampuan

 Cek input output cairan

 Pemberian obat

29
3.4 EVALUASI

N Dx. Px EVALUASI PARAF


O

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam : pasien Ns


Perfusi jaringan diharapkan suplai aliran darah keotak lancar
serebral  b.d aliran
darah ke otak
terhambat.
2 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam : pasien Ns
verbal b.d penurunan dapat berkomunikasi ringan
sirkulasi ke otak
3 Defisit perawatan diri; 4. Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam : Ns
mandi,berpakaian, pasien terbebas dari bau badan,
makan, toileting b.d Menyatakan kenyamanan terhadap
kerusakan kemampuan untuk melakukan ADLs
neurovaskuler

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang

30
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C.,
2002). Stroke diklasifikasikan menjadi dua : Stroke Non Hemoragik dan
Stroke Hemoragik.
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), penatalaksanaan stroke dapat dibagi
menjadi dua, yaitu : Phase Akut dan Post phase akut
B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang apa itu Stroke atau cedera
cerebrovaskuler, pemberian asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan
respon dan kondisi pasien .
Seorang perawat diharapkan untuk lebih ingat serta menambah
pengetahuan lebih dalam lagi akan perkembangan penyakit dan dapat
memberikan asuhan keperawaan yang sesuai dengan penyakit tersebut.

31

Anda mungkin juga menyukai