Jbptppolban GDL Muhamadriz 7726 3 Bab2 9
Jbptppolban GDL Muhamadriz 7726 3 Bab2 9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Mesin Gerinda
Mesin gerinda adalah salah satu mesin yang digunakan untuk mengasah
atau memotong benda kerja. Prinsip kerja dari mesin gerinda adalah batu gerinda
yang berputar kemudian bergesekan dengan benda kerja sehingga terjadi
pemotongan
atau pengasahan.
2.1.1 Macam-macam Mesin Gerinda
1. Mesin gerinda datar
Mesin gerinda datar adalah salah satu jenis mesin gerinda yang
digunakan untuk penggerindaan datar dan bertujuan untuk meratakan
suatu permukaan benda kerja yang tidak rata.
II-1
II-2
5. Spindel penggerak meja mesin kiri-kanan.
6. Tuas pengontrol meja mesin.
7. Panel pengatur proses kerja mesin.
8. Meja mesin.
9. Kepala utama.
Berdasarkan sumbu utamanya, mesin gerinda datar dibedakan
menjadi 4 macam, yaitu:
1. Mesin gerinda datar horisontal dengan gerakan meja bolak-balik, jenis
mesin gerinda ini digunakan untuk menggerinda benda kerja dengan
permukaan rata atau menyudut.
II-3
3. Mesin gerinda datar vertikal dengan gerakan meja bolak-balik, jenis
mesin ini digunakan untuk menggerinda benda kerja yang mempunyai
permukaan rata, lebar dan menyudut.
1. Mesin gerinda datar semi otomatis, adalah mesin gerinda dimana proses
penggerindan dapat dilakukan secara manual (tangan) dan otomatis
mesin.
II-4
2. Mesin gerinda datar otomatis, adalah mesin gerinda dimana proses
penggerindaan diatur melalui program NC dan CNC.
II-5
Berdasarkan konstruksi mesinnya, mesin gerinda silindris
dibedakan menjadi 4 macam :
1. Mesin gerinda silindris luar, jenis mesin gerinda ini digunakan untuk
menggerinda diameter luar dari benda kerja yang berbentuk silindris
atau tirus.
II-6
Gambar II.9 Gerinda silindris luar tanpa center
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
4. Mesin gerinda silindris universal, jenis mesin gerinda ini digunakan
untuk menggerinda diameter luar dan diameter dalam dari benda kerja
yang berbentuk silindris atau tirus.
II-7
Gambar II.11 Bagian-bagian mesin gerinda tangan
II-8
Gambar II.13 Mesin gerinda potong
Keterangan :
a. Handle pengangkat
b. Tutup pisau dinamis
c. Tutup pisau statis
d. Batu gerinda
e. Skala pengukur sudut potong
f. Plat pelindung percikan
g. Dudukan
h. Stang pengunci
i. Pengunci ulir
j. Lengan ulir pencekam
k. Tombol on/off
l. Pengunci pisau potong
II-9
m. Motor
n. Pengungi handle pengangkat
o. Pembatas kedalaman potong
p. Kabel power
q. Karet dudukan
2.2 Kodifikasi Batu Gerinda
Kodifikasi batu gerinda bertujuan untuk memberi identitas batu gerinda
supaya pemilihan batu gerinda bias disesuaikan dengan proses gerinda yang
direncanakan. Kode tersebut merupakan tanda yang harus ada pada batu gerinda
yang terdisi atas 7 kelompok huruf dan angka dengan arti tertentu.
0 Spesifikasi serbuk abrasive; sesuai dengan klasifikasi lebih lanjut dari pabrik
pembuat.
1 Jenis serbuk abrasive.
2 Ukuran serbuk abrasive.
3 Kekerasan atau kekuatan ikatan.
4 Struktur; hanya dicantumkan bila perlu.
5 Jenis bahan pengikat
6 Spesifikasi bahan pengikat; hanya dicantumkan bila perlu sesuai jenis atau
modifikasi yang dilakukan pabrik pembuat.
II-10
Gambar II.15 Kodifikasi batu gerinda (Proses Gerinda, Taufiq Rochim, 2007)
Catatan: khusus untuk batu gerinda dengan serbuk abrasive intan, ditambah lagi
kode yang kedelapan untuk menjelaskan tebal lapisan serbuk intan yang
menempel pada roda gerinda yang dibuat dari metal.
2.3 Fixture
1. Lokasi
Fixture yang dibuat harus mudah dijangkau oleh operator dan mudah untuk
digunakan.
II-11
2. Pencekaman
Pencekaman harus mampu menahan gaya potong yang terjadi pada benda kerja
dan tidak merusak benda kerja.
3. Handling
II-12
2.3.2 Jenis-jenis fixture
Jenis fixture dibedakan berdasarkan bagaimana fixture ini dibuat.
Perbedaannya dengan jig adalah fixture dibuat lebih berat dan kuat dari jig
karena gaya perkakas yang lebih besar.
1. Fixture pelat
Fixture pelat adalah fixture dengan bentuk paling sederhana. Fixture
ini terbuat dari pelat datar dengan variasi pada klem dan locator yang
berguna untuk memegang dan memposisikan benda kerja.
Konstruksinya yang sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir
semua proses pemesinan.
II-13
3. Fixture vise-jaw
Fixture vise-jaw digunakan untuk pemesinan komponen kecil. Dengan
alat ini, vise jaw standar digantikan dengan jaw yang dibentuk sesuai
dengan bentuk komponen.
II-14
5. Fixture multistation
Fixture multistation adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi.
Fixture duplex adalah jenis paling sederhana dari jenis ini karena
hanya memiliki dua stasiun. Fixture tersebut bisa memasang dan
melepaskan benda kerja ketika pekerjaan pemesinan berlangsung.
II-15
2.4 Pahat Bubut
Pahati bubuti adalahi alati potongi yangi digunakan pada proses
pembubutan. Pahat bubut berfungsi untuk memotong atau menyayat benda kerja
yang
tercekam dan berputar pada spindle mesin bubut.
II-16
3. Paduan cor non-ferro
Bahan paduan cor non-ferro mengandung unsur paduan utama cobalt
40-50%, chromium 15-35%, tungsten 12-15% dengan sedikit unsur
pembentuk karbida 1-2% seperti boron, tantalum, molibden. Bahan
paduan cor non-ferro memiliki kekerasan yang tinggi yaitu sampai 925o
C
4. Karbida
Bahan karbida mengandung wolfram karbida 94% dan 6% cobalt.
Bahan ini cocok untuk proses pemesinan besi cord an semua bahan
kecuali baja. Karbida memiliki harga kekerasan yang dapat
mempertahankan tepi potong pada temperature diatas 1200o C serta
kekuatan kompresinya sangat tinggi namun rapuh.
5. Keramik
Serbuk aluminium oksida dengan beberapa bahan tambah dibuat
sebagai sisipan pahat potong. Titik lunak dari keramik adalah diatas
1100o C serta memiliki kekuatan kompresi yang tinggi tapi rapuh.
6. Intan
Intan adalah bahan yang sangat keras sehingga digunakan untuk proses
pemotongan yang tidak bias dilakukan dengan bahan alat potong lain.
2.4.2 Macam-macam Pahat Bubut HSS
1. Pahat rata kanan
Pahat jenis ini biasanya digunakan untuk pembubutan muka
(facing) dan memanjang.
II-17
2. Pahat ulir
Pahat jenis ini digunakan untuk pembuatan ulir, baik ulir luar
maupun ulir dalam dengan sudut puncak 55o dan 60o.
II-18
Gambar II.25 Pahat chamfer
II-19
Dalam penerapan teori gaya gesek terhadap gaya gerinda dapat di jelaskan
dengan gambar berikut :
II-20
standarisasi, pemasangan sangat mudah serta harga yang relative murah
sedangkan kerugian utama dalam menggunakan sambungan mur dan baut adalah
mempunyai konsentasi tegangan yang tinggi didaerah ulir.
2.6.1 Jenis sambungan ulir
Baut mur sederhana, yaitu terdiri dari baut dan mur, seperti
diperlihatkan pada gambar II.22 dibawah.
II-21
d) Sekrup penyetel
Digunakan untuk menjamin agar tidak terjadi gerak ralatif antar
dua bagian, jenisnya diperlihatkan pada gambar II.23.
II-22
Baut yang mengalami tegangan bending dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜎b = Mb/Wb .......……………(4)
𝜎b = Tegangan bending (N/mm2)
Mb = Momen bending (N)
Wb = Ketahanan bending (mm3)
= Ix/y
Ix = Momen inersia terhadap sumbu x (mm4)
Y = Jarak dari pusat benda ke serat terluar (mm)
Baut yang mengalami tegangan puntir dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜎p = T/Wp ...………............(5)
𝜎p = Tegangan puntir (N/mm2)
T = Momen puntir (N/mm)
Wp = Ketahanan puntir (m3)
= Ip/r
Ip = Momen inersia polar (m4)
= Ix + Iy
r = Jarak dari pusat benda ke serat terluar (m)
II-23
Baut yang mengalami tegangan dukung ( tekanan permukaan )
dihitung dengan menggunakan rumus :
𝜎d = F/A ...………............(7)
𝜎d = Tegangan dukung (N/mm2)
F = Gaya dukung (N)
A = Luas penampang yang bersinggungan (mm2)
= d .t
d = diameter baut (mm2)
t = tebal penampang yang bersinggungan (mm)
(Sumber : Ir. Suyitno, Elemen Mesin)
2.7 Poros
Poros adalah salah satu elemen mesin yang berbentuk silindris memanjang
dan digunakan untuk mentransmisikan suatu daya.
2.7.1 Macam-macam poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mengalami beban puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk
atau sproket, rantai, dll.
b. Spindel
Poros spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek, seperti
poros utama pada mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa
puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
c. Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang pada roda-roda kereta
api. Poros gandar hanya mendapat beban lentur kecuali jika digerakan
oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.”
II-24
2.7.2 Menghitung kekuatan poros
Poros yang mengalami tegangan bending dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜎b = Mb/Wb .......……………(8)
𝜎b = Tegangan bending (N/mm2)
Mb = Momen bending (N)
Wb = Ketahanan bending (mm3)
= Ix/y
Ix = Momen inersia terhadap sumbu x (mm4)
Y = Jarak dari pusat benda ke serat terluar (mm)
2.8 Pasak
Pasak adalah sepotong baja karbon rendah yang diselipkan diantara poros
dan lubang pulley atau roda gigi (yang disebut hub atau boss) untuk
mentambungkannya, agar tidak terjadi gerak relatif diantara kedua bagian
tersebut. Pasak digunakan secara tidak permanen, oleh karena itu udah dibongkar
dan dipasang kembali. Beban yang diterima pasak adalah beban geser dan
tumbukan.
II-25
2.8.1 Jenis pasak
Berikut adalah jenis pasak : a. Pasak benam/sunk key, b. Pasak
pelana, c. Pasak tangensial, d. Pasak bundar, dan e. Spline.
a. Pasak benam/sunk key
Pasak benam setengahnya terpasang pada alur pasak poros dan
setengahnya lagi terpasang pada alur hub. Pasak benam terdiri dari
beberapa tipe :
• Pasak memanjang
II-26
• Pasak daun
Pasak dipasang pada dua bagian yang dapat bergerak relatif kearah
aksial.
II-27
b. Pasak pelana
Pasak pelana terpasang pada alur hub, tapi hanya menempel pada
permukaan poros. Pasak ini hanya bekerja berdasarkan gesekan saja dan
hanya cocok untuk beban ringan.
c. Pasak tangensial
Pasak tangensial hanya mampu memikul beban torsi pada satu arah
saja.
II-28
Gambar II.38 Pasak spline
2.8.2 Menghitung kekuatan pasak
Untuk menghitung kekuatan pasak dapat dihitung dengan rumus :
𝜏k = F/b.l ...………............(10)
F = Gaya tangensial (N)
b = Lebar pasak (m)
l = panjang pasak (m)