Bismillah
Bismillah
PENDAHULUAN
1
Salah satu fenomena yang masih terjadi saat ini adalah ketidaksetaraan
kesempatan perempuan. Secara harfiah, laki-laki dan perempuan memiliki
kesetaraan hak dalam segala bidang sesuai dengan kodratnya. Namun, dalam
menjalankan kehidupan masih ditemukan perbedaan pandangan terhadap
perempuan. Perempuan selalu dipandang sebagai kaum yang lemah, tak berdaya
dan ketergantungan. Perempuan mengalami pembatasan dalam menjalankan peran
sehingga terkekang dan mendapatkan perlakuan diskriminasi. Akibatnya,
perempuan mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan mengeksplorasi diri.
Beberapa contoh isu terkait masalah ketidaksetaraan kesempatan perempuan
meliputi Arab Saudi melarang perempuan untuk mengendarai kendaraan.
Kebebasan bergerak bagi perempuan di Arab Saudi dibatasi oleh tumpang tindih
batasan hukum dan kontrol sosial, sebagai hasilnya perempuan tidak dapat
mengendarai mobil, bepergian dengan pesawat, bekerja, dan berada di luar rumah
tanpa izin wali (Alharbi, 2015). Selain itu, perempuan India menghadapi
tantangan berupa mahar, aborsi, penolakan warisan, perdagangan anak perempuan
dan lain sebagainya. Komunitas agama, komunitas desa, dan komunitas buatan
seperti badan profesional yang ada di India hampir tidak ada melambangkan
kesetaraan antara pria dan wanita (Saryal, 2014). Isu-isu di atas menggambarkan
ketidaksetaraan perempuan disebabkan masih tertanamnya budaya patriarki dalam
kehidupan masyarakat.
Budaya patriarki di Indonesia merupakan salah satu penyebab munculnya
masalah sosial terhadap perempuan. Banyaknya masalah sosial memiliki
penyebab yang sama, yakni langgengnya budaya patriarki dimana masalah
tersebut berupa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelecehan seksual,
perceraian, dan pernikahan dini (Sakina dan A, 2017). Masalah sosial terhadap
perempuan tersebar diberbagai provinsi khususnya provinsi Riau.
Berdasarkan laporan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan
Dan Anak (P2TP2A) Provinsi Riau, masalah sosial di provinsi Riau mengalami
fluktuatif jumlah kasus dari tahun ke tahun dengan KDRT sebagai jumlah kasus
tertinggi.
2
Tabel 1.1 Bentuk Masalah Sosial Terhadap Perempuan Provinsi Riau Tahun
2012-2017
Tahun
No Jenis Kasus Jumlah
2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 KDRT 24 55 33 41 69 37 259
Kejahatan
2 13 21 33 32 37 35 171
Seksual
3 Penganiayaan 6 17 4 6 5 2 40
4 Trafficking 6 3 1 2 4 6 22
Kekerasan
5 2 9 2 5 4 5 27
Psikis
Kekerasan
6 0 0 0 1 4 0 5
Fisik
Penelantaran
7 0 1 0 0 0 0 1
Tenaga Kerja
Pelanggaran
8 0 0 2 0 0 0 2
HAM
Sumber : http://dpppa.riau.go.id/p2tp2a, diakses pada 29 September 2018
3
memberikan pelayanan skala internasional sebagai organisasi yang membantu
menyelamatkan perempuan dan membangun kembali kehidupannya”.
Arsitektur memandang persoalan ini dengan perlunya perencanaan
perancangan women’s opportunity building di Pekanbaru. Women’s opportunity
building merupakan sebuah bangunan yang dirancang sebagai sarana untuk
pembinaan, pemberdayaan, dan perlindungan dengan tujuan memberikan
kesempatan kepada kaum perempuan untuk dapat mengembangkan dan
mengeksplorasi kreatifitas sehingga menjadi perempuan yang mandiri dan dapat
berkarya. Sasaran dari perancangan women’s opportunity building di Pekanbaru
adalah perempuan yang mengalami masalah sosial, perempuan pengangguran dan
ibu rumah tangga. Selain itu, tujuan dari rancangan women’s opportunity building
ini adalah sebagai wadah dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan serta
menjalin suatu koneksi antar satu dengan lainnya sehingga menjadi kelompok
perempuan yang lebih produktif. Women’s opportunity building di Pekanbaru ini
memiliki fasilitas-fasilitas yang mencangkup fungsi edukasi, rehabilitasi,
ekonomi, sosial dan administrasi dalam mendukung kegiatan-kegiatan pembinaan,
pemberdayaan serta perlindungan.
Prinsip desain Kengo Kuma dan isu ketidaksetaraan kesempatan perempuan
memiliki keterkaitan. Dari segi arsitektur prinsip desain Kengo Kuma memandang
arsitektur dan lingkungan merupakan suatu hubungan. Dari segi kasus perempuan
merasa terasingkan atau mengasingkan dan menjadi lebih individual sehingga
dalam hal ini perempuan perlu dirangkul. Oleh karena itu, prinsip desain Kengo
Kuma memiliki kesesuaian dengan perancangan women’s oppotunity building
yaitu bagaimana menciptakan interkoneksi atau hubungan terhadap perempuan
melalui arsitektur dan lingkungan sekitar .
4
2. Bagaimana merumuskan konsep pada women’s opportunity building yang
sesuai dengan prinsip desain Kengo Kuma?
3. Bagaimana menentukan fasilitas-fasilitas women’s opportunity building
yang dapat mendukung kegiatan penggunanya?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, maka tujuan dalam
perancangan penerapan prinsip desain Kengo Kuma pada women’s opportunity
building adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan prinsip desain Kengo Kuma pada women’s opportunity
building.
2. Merumuskan konsep pada women’s opportunity building yang sesuai
dengan prinsip desain Kengo Kuma.
3. Mengidentifikasi fasilitas-fasilitas pada women’s opportunity building yang
dapat mendukung kegiatan penggunanya.
5
opportunity. Oleh karena itu, pembahasan dilingkupi oleh pendekatan prinsip
desain Kengo Kuma yang dapat menggambarkan terciptanya koneksi.
B. Lingkup Wilayah
Wilayah yang dipilih sebagai site perencanaan dan perancangan bangunan
yaitu berlokasi di jalan Arifin Achmad, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru.
1.4.2 Batasan
Perancangan penerapan prinsip desain Kengo Kuma pada women’s
opportunity building di Pekanbaru ini, untuk menghindari pembahasan yang tidak
seharusnya dibahas pada pemaparan pemasalahan di atas, maka perlu adanya
batasan-batasan yang melingkupi permasalahan, antara lain :
a. Perancangan women’s opportunity building ini menerapkan prinsip desain
Kengo Kuma berdasarkan karya-karyanya.
b. Fasilitas baik fasilitas utama maupun fasilitas pendukung yang terdapat pada
perancangan women’s opportunity building dalam mendukung kegiatan
pembinaan, pemberdayaan dan perlindungan perempuan.
6
1.5 Kerangka Pikir
LATAR BELAKANG
1. Sudut pandang arsitektur dalam melihat suatu fenomena dalam kehidupan masyarakat
2. Cara pandang Kengo Kuma dalam pendesainan
3. Keterkaitan prinsip desain Kengo Kuma dengan perancangan women’s opportunity building di Pekanbaru sebagai
wadah dalam kegiatan pembinaan, pemberdayaan dan perlindungan perempuan
4.
KONSEP
7
1.6 Sistematika Pembahasan
Pada penulisan mengenai penerapan prinsip desain Kengo Kuma pada
women’s opportunity building menggunakan sistematika pembahasan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai pokok-pokok pikiran yang melatarbelakangi
pemilihan judul, identifikasi masalah, tujuan, lingkup/batasan, kerangka
pikir, sistematika penulisan dan keaslian penulisan.
8
1.7 Keaslian penulisan
Berdasarkan penelusuran tentang judul perancangan pada jurusan arsitektur
dengan konteks women’s opportunity building di Pekanbaru, setidaknya terdapat 2
(dua) judul yang memiliki keterkaitan. Kedua judul tersebut adalah:
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
(1999), Stone Museum (2000), Museum of Ando Hiroshige (2000), dan lain
sebagainya.
Beberapa penghargaan yang pernah diraih Kengo Kuma antara lain,
Architectural Institute of Japan Award for “Noh Stage in the Forest (1997), Togo
Murano Award for “ Nakagawa-machi Bato Hiroshige Museum (2001), Spirit of
Nature Wood Architecture Award (2002), Energy Perfomanc + Architecture
Award (2008), dan lain sebagainya. (http://kkaa.co.jp/about/kengokuma, diakses
pada 08 Oktober 2018, pukul 17:06 WIB)
11
dengan bangunan yang konkret dan absolut. Berbeda dengan bangunan tradisional
Jepang, Kuma merasa senang dengan melihat material kayu yang sederhana dan
memiliki banyak ventilasi. Sehingga dalam setiap karya Kuma selalu
menggunakan beton sedikit mungkin. Kuma lebih memilih menggunakan material
kayu, batu, kaca, bambu, jerami, plastik, kain dan kertas.
Menurut Pulvers (2013), Kuma dipengaruhi oleh kakeknya. Kakek Kuma
jarang berbicara dengannya kecuali ketika menanam sayuran. Kuma berpendapat
bahwa komunikasi dan pembebasan hambatan dapat terjadi melalui budidaya
alam. Hal ini melekat dalam diri kuma dan menyebutnya keajaiban makluk hidup.
Komunikasi dengan orang-orang dan berkomunikasi dengan dunia alam adalah
satu.
Menurut Michal (2011), beberapa karakteristik pada desain Kengo Kuma
adalah sebagai berikut:
A. Transcendence
Kuma mendesain bangunan dengan membuka peluang untuk
menghubungkan subjek ke dunia. Bangunan secara virtual membawa pengguna
dari dalam ke luar, menjadikannya terhubung dengan lingkungan dan hampir
identik dengannya. Mendefinisikan batas-batas objek menjadi kabur.
B. Passivity
Kuma mencegah keberadaan arsitektur menjadi suatu objek. Kuma
mencegah objek bangunan dengan menciptakan suatu kepasifan. Sebuah
bangunan pasif, menurut Kuma akan bertindak sebagai reseptor. Kepasifan dapat
dicapai melalui materi misalnya air.
C. Particilization
Kuma memandang hal terpenting dari arsitektur adalah partikelnya bukan
rencana, bentuk atau elevasi. Arsitektur mengilustrasikan particilization seperti
pelangi. Kuma memandang pelangi bukanlah sesuatu yang mutlak yang ada
disuatu tempat. Pelangi dihasilkan oleh hubungan antara matahari, tetesan air, dan
pengamat. Sama halnya dengan arsitektur Kuma memandang arsitektur dihasilkan
oleh hubungan antara alam, bangunan dan manusia.
12
D. Temporality
Temporality adalah perbedaan antara waktu dan ruang.
E. Subject-Object Relationship
Cara kuma menciptakan arsitektur tidak sebagai objek adalah dengan
menciptakan suatu hubungan antara subjek dan objek. Pada desain Kuma individu
tidak akan mengakui keberadaan gedung sampai individu tersebut menjadi bagian
dari bangunan.
Menurut Michal (2011), pendekatan Kengo Kuma memiliki 3 (tiga) langkah
meliputi:
A. Spatial
Menghubungkan bagian dalam dengan bagian luar. Kuma mengaburkan
batasan antara bangunan dan dunia, membangun kembali hubungan antara dua
entitas ini. Dalam proses ini, berbagai fraksi ruang digabungkan menjadi satu
kesatuan.
B. Temporal
Menjembatani kesenjangan antara ruang dan waktu. Ruang diabstraksikan,
waktu tidak boleh mengambil peran yang berbeda dalam entitas. Oleh karena itu
ruang bergabung dengan ruang ke dalam kelompok penyatuan yang lebih besar.
C. Positional
Menghubungkan subjek dengan objek. Salah satu cara Kuma mengelola
untuk menghubungkan subjek dan objek adalah memberi subjek kebebasan untuk
berinteraksi dengan lingkungan. Kuma memberikan subjek kekuatan dan
kebebasan untuk mengatur dan membentuk lingkungan dengan caranya sendiri.
upaya Kuma untuk melibatkan orang-orang bertujuan untuk mengakui kebebasan
mereka.
13
Tabel 2.1 Karakteristik Desain Kengo Kuma
Karakteristik Analisa
Penekanan pada bidang horizontal dan
Transcendence membuatnya hampir terbuka ke luar
Bangunan. Transcendence dan tautan visual
dengan lingkungan, menjadi satu kesatuan
dengan alam.
Particilization
Peran batu yang digunakan pada stone
museum didefinisi ulang dari kehadiran luar
biasa ke bentuk kisi-kisi tipis yang
memungkinkan cahaya dan angin untuk
melewati membiarkan gedung mencair ke
udara sekitar. Benda padat dilarutkan
menjadi partikel yang memiliki cahaya. Hal
penting di sini adalah ukuran partikel, jika
ukurannya terlalu besar objek mencolok
dan jika mereka terlalu kecil, mereka
Gambar 2.4 Detail Stone Museum tampak sebagai massa yang berat.
Sumber: Michal, 2011
14
Jembatan yang mengarah ke panggung
Temporality tidak dianggap sebagai objek ruang, tetapi
esensinya melalui pergerakan. Saat mereka
mendekati panggung para aktor berjalan
dengan cara yang berbeda dan membasahi
kaki mereka di papan lantai untuk
mengarahkan perhatian ke lantai. Dengan
gerakan aktor, dek terbentang di depan
mata penonton, dan tindakan ini ditangkap
sebagai jejak dari gerakan subjek. Sebuah
bukti dari masa lalu objek yang bergerak
masuk ke dalamnya. Gerakan ini kemudian
dipahami sebagai kontinuitas dan lantai
Gambar 2.5 Tipikal Denah Noh Theatre
memperoleh karakter temporal.
Sumber: https://bit.ly/2APp6LS
15
Tabel 2.2 Karya-Karya Desain Kengo Kuma
Karya Desain Analisa
Adobe Repository for Wooden Budha (2001) Bangunan ini berfungsi sebagai
museum untuk penyimpanan
patung budha. Bangunan ini
menggunakan material lumpur yang
diambil di lokasi tapak. Material
bangunan ini tidak memerlukan
biaya pengangkutan karena
eksploitasi dan pengolahan
dilakukan langsung di tapak.
Material adobe dapat mengontrol
kelembaban. Dari segi estetika
Gambar 2.7 Eksterior Adobe Repository For bangunan ini memiliki kesan
Wooden tenang dan damai dan kokoh
Sumber: https://bit.ly/2PeoOHb dengan susunan tanah liat.
16
Nezu Museum (2006) Nezu Museum mengambil konsep
roji yaitu sebuah desain taman
tradisional Jepang yang
mempengaruhi pikiran dan
perhatian dari dunia luar untuk
mendapatkan ketenangan. Desain
bangunan ini menyatu dengan alam
dengan menggunakan susunan kayu
dan tekstur kayu. Penataan tanaman
yang rapat digunakan sebagai sekat
alami dan dapat menciptakan
suasana tenang damai, meskipun
berada di lingkungan yang ramai.
Gambar 2.10 Nezu Museum
Sumber: https://bit.ly/2DsUVfQ
17
bahwa kedudukan, hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan adalah
sama. Sedangkan dari sudut pandang alquran women’s opportunity mengacu
kepada surah An-Nisaa ayat 19, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah
dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
(Q.S An-Nisaa ayat 19)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan hambanya untuk berbuat
baik kepada kaum perempuan.
18
2.2.4 Tujuan Pembinaan, Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan
Tujuan dari pembinaan, pemberdayaan dan perlindungan meliputi
membentuk sifat kemandirian perempuan meliputi kemandirian dalam berfikir,
bertindak, dan mengendalikan diri; memperbaiki status dan kualitas peran dalam
mengembangkan potensi serta mendapatkan jaminan perlindungan perempuan
untuk mendapatkan haknya.
19
Tidak memberi nafkah baik lahir maupun batin padahal suami
memiliki kemampuan.
Menghina, membentak, mencaci, merendahkan, dan mengancam.
Pemerkosaan terhadap istri pelecehan seksual serta pembunuhan.
2. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah penyerangan yang bersifat seksual terhadap
perempuan, baik telah terjadi persetubuhan ataupun tidak, dan tanpa
mempedulikan hubungan antara pelaku dan korban. Beberapa perbuatan yang
masuk kategori pelecehan seksual yaitu: melakukan perilaku kesusilaan di depan
umum, perzinahan, pemerkosaan, pembunuhan, dan pencabulan.
3. Pernikahan Dini
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan dimana salah satu
pasangan memiliki usia di bawah umur di bawah 17 tahun. Beberapa faktor
terjadinya pernikahan dini adalah karena faktor ekonomi, karena perjodohan,
ingin melanggengkan hubungan, dan karena faktor yang sebenarnya tidak
dikehendaki yaitu MBA (married by accident) menikah karena kecelakaan.
4. Trafficking
Perdagangan orang (trafficking) adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan
memberikan ancaman kekerasan, melakukan penculikan, penyekapan, penipuan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut, yang dilakukan baik di
dalam negara maupun antar negara, dengan tujuan eksploitasi atau mengakibatkan
orang tereksploitasi.
Faktor yang mempengaruhi perempuan menjadi korban trafficking adalah
faktor ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, budaya patriarki, terbujuk pada
para calon yang menawarkan pekerjaan dengan gaji yang besar. Secara psikologis
perempuan korban trafficking akan memiliki trauma yang dalam terhadap
20
peristiwa yang dialami. Perempuan menjadi individu yang penuh dengan berbagai
perasaan teror dan ketakutan.
21
2.2.6 Peran Perempuan Dalam Pembangunan
Berdasarkan kondisi normatif tidak ada perbedaan antara pria dan wanita
dalam hal hak dan kewajiban. Namun, secara kondisi obyektif perempuan
mengalami ketertinggalan dari laki-laki dalam kehidupan dan pembangunan.
Kondisi obyektif menciptakan status dan peran perempuan sebagai pekerja
domestik sedangkan status pria sebagai pekerja publik. Menurut Batyjo (2013
dalam Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003), peran gender dibagi
atas 3 (tiga) :
a. Peran produktif, peran yang dilakukan seseorang, menyangkut pada
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi
b. Peran reproduktif, peran yang dijalankan oleh seseorang dalam kegiatan
yang berhubungan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan
pekerjaan atau urusan rumah tangga.
c. Peran sosial, peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk ikut andil
dalam berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan menyangkut
kepentingan bersama.
Perempuan dalam sektor pembangunan berfokus pada bagaimana
perempuan diintegrasikan ke dalam upaya partisipasi perempuan sebagai
pemanfaat hasil pembangunan bukan sebagai pelaku pembangunan sehingga
perlu paradigma baru untuk memberikan kerangka kerja dan strategi
pemberdayaan pada perempuan agar tercapai tujuan pembangunan.
Perempuan memiliki tugas untuk mewujudkan manusia diantaranya
mendidik, membina dan melatih anak, generasi muda dan anggota masyarakat di
dalam dan di luar keluarga. Peranan perempuan sebagai istri ataupun pembina
kesejahteraan keluarga, sebagai pembina generasi muda dan sebagai manusia
pembangun dalam masyarakat. Peranan wanita dalam pembangunan adalah hak
dan kewajiban yang dijalankan oleh wanita pada status atau kedudukan tertentu
dalam pembangunan, baik pembangunan dibidang politik, ekonomi, sosial budaya
maupun pembangunan dibidang pertahanan dan keamanan, baik di dalam
keluarga maupun di dalam masyarakat.
Untuk dapat memerankan diri secara seimbang disektor domestik dan publik
tentunya upaya untuk meningkatkan kualitas diri perempuan perlu disertai
22
dukungan sosial yang memungkinkan perempuan dapat memenuhi tuntutan
formal obyektif lingkungan kerja dan disektor domestik perempuan dapat
membina interaksi sosial keluarganya secara seimbang.
B. Fungsi Sosial
Merupakan fungsi yang menekankan pada aspek hubungan antara makluk
sosial. Fasilitas pada fungsi sosial meliputi, ruang komunal, ruang penitipan anak,
shelter perlindungan dan lain sebagainya.
23
C. Fungsi Ekonomi
Berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi
terhadap barang dan jasa. Fungsi pada bidang ekonomi meliputi retail baik yang
bergerak dibidang pakaian, kuliner, dan lain sebagainya.
D. Fungsi Rehabilitasi
Sebagai sarana atau wadah yang bertugas dalam pemulihan seseorang,
contohnya pemulihan traumatik, pemberian motivasi, perlindungan dan
pembinaan. Fasilitas fungsi rehabilitasi meliputi, ruang pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan psikologi, ruang konseling dan lain sebagainya.
E. Fungsi Administrasi
Meliputi seluruh kegiatan-kegiatan administratif dalam perancangan
women’s opportunity building. Fasilitas fungsi administrasi meliputi kantor
pengelola, ruang rapat, ruang staff dan lain sebagainya.
24
F. Ruang Kelas outdoor
Ruang kelas outdoor dibutuhkan untuk untuk menciptakan hubungan
manusia dengan alam melalui belajar. Melibatkan alam dinilai dapat memberikan
nuansa baru dalam proses pembelajaran.
G. Mushalla
Mushalla merupakan sarana untuk mewadahi kegiatan peribadatan.
Mushalla digunakan sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan tuhan.
H. Toko Souvenir
Toko souvenir menjadi wadah dalam berbisnis dimana barang-barang yang
dijual merupakan hasil ketrampilan pengguna women’s opportunity building.
I. Food Court
Perempuan memiliki kesempatan untuk berbisnis dibidang kuliner. Food
Court dirancang untuk mengumpulkan retail-retail kuliner dalam satu tempat.
Gambar 2.15 Denah Meja/Tempat duduk Rumah Makan dan Skema Ruang Rumah Makan
Sumber: Neufert, 2002
25
J. Parkir
Parkir digunakan untuk memberikan kemudahan akses dan sirkulasi untuk
pengunjung yang datang ke bangunan ini. Beberapa parkir yang disediakan untuk
jenis kendaranya bis, mobil, motor. Area parkir dipisahkan berdasarkan pengguna,
yaitu parkir pengunjung dan pengelola
26
A. Aksesibilitas dan Visibilitas
Perempuan memiliki standar kenyamanan sendiri dalam melakukan
kegiatan-kegiatan khususnya dalam hal aksesibilitas dan visibilitas.
B. Ruang Administrasi
Fungsi administrasi pada perancangan women’s opportunity building terdiri
dari 2 (dua) jenis fasilitas, yaitu fasilitas untuk pengelola dan client.
27
C. Ruang Pemeriksaan
Salah satu fasilitas rehabilitasi adalah fasilitas pengaduan dan penanganan.
Penanganan pengguna women’s opportunity dimulai dari laporan. Setelah
pelaporan dari client dilakukan pendataan, dilanjutkan dengan pemeriksaan baik
kondisi kesehatan maupun psikologis.
Gambar 2.22 Ruang pemeriksaan psikologi (kiri) dan ruang pemeriksaan kesehatan/konseling
(kanan)
Sumber : Adler, 1969
D. Ruang Kelas
Fasilitas edukasi pada perancangan women’s opportunity dalam mendukung
kegiatan pembinaan dan pemberdayaan berupa kegiatan pembelajaran-
pembelajaran.
E. Shelter
Fasilitas sosial pada perancangan women’s opportunity meliputi shelter
sebagai tempat singgah yang digunakan untuk perempuan-perempuan yang
membutuhkan perlindungan. Shelter tersebut dirancang berupa asrama dilengkapi
28
dengan fasilitas penunjang seperti ruang ibadah, ruang makan dan lain
sebagainya.
29
5. Meletakan vegetasi pada area yang lebih tinggi
B. Vegetasi
Vegetasi digunakan untuk peneduh dan petunjuk jalan. Lokasi tapak yang
berkontor memiliki beberapa keuntungan, diantaranya sebagai view positif.
Gambar 2.25 Variasi Perletakan Sirkulasi (kiri) dan Alternatif Jalur Kendaraan (kanan)
Sumber : Harris dan Dinnes, 1998
D. Kontur
Tujuan kontur adalah mencari keseimbangan tapak. Menurut Harris dan
Dinnes (1998), prinsip-prinsip pada kontur adalah sebagai berikut:
1. Menarik, sesuai dan ekonomis
2. Pencapaian aman, nyaman, dan fungsional dalam penggunaan dan
pemeliharaan
3. Aliran air menjauhi bangunan dan perkerasan tidak merusak struktur
4. Gangguan minimal terhadap vegetasi alami dan lahan
5. Optimalisasi galian dan timbunan
6. Menghindari bergelombangnya penampang perkerasan
7. Hemat biaya pengendalian erosi, galian utilitas dan struktur
30
8. Menghindari limpasan air ke jalan
E. Retaining Wall
Menurut Harris dan Dinnes (1998) Tujuan retaining wall ini adalah sebagai
berikut :
1. Melindungi lereng curam erosi baik sebagai kondisi yang ada atau
sebagai mitigasi strategi perubahan.
31
2. Untuk melindungi pohon dan memberikan kelancaran serta ramp struktur
Gambar 2.27 Retaining Wall Sebagai Akses Sirkulasi dan Pelindung Pohon
Sumber : Harris dan Dinnes, 1998
32
2.3 Studi Banding Fungsi Dan Tema Perancangan Sejenis
2.3.1 Women’s Opportunity Center Kayonza
Women’s opportunity center Kayonza adalah pusat pemberdayaan
perempuan di Rwanda, Afrika. Rwanda merupakan wilayah dengan jumlah
penduduk terpadat di Afrika. Women’s opportunity center didesain oleh arsitek
Sharon Davis pada tahun 2011. Women’s opportunity center merupakan sebuah
desa di Rwanda yang menjadikan kelompok perkotaan yang tidak berkelanjutan
dan pertanian menjadi objek arsitektur dengan menciptakan kesempatan ekonomi,
infrastruktur sosial, dan mengembalikan warisan budaya terhadap perempuan.
1. Bentukan Massa
Bentukan massa women’s opportunity center ini terinspirasi pada hilangnya
lapisan sosial dan tradisi budaya Rwanda. Bentukan massa women’s opportunity
center mengambil bentuk lingkaran. Bentuk ini meluas dan bergabung dengan
fungsi luar. Desain ini mengacu pada struktur metode konstruksi Rwanda
vernakular dengan bentuk bulat, material batu bata yang berlubang
memungkinkan untuk pendinginan alami dan shading surya namun tetap
mempertahankan privasi.
33
Gambar 2.31 Bentukan Massa Women’s Opportunity Center
Sumber : https://bit.ly/2F7ihZZ
2. Tatanan Massa
Women’s opportunity center Kayonza terdiri dari beberapa massa, yaitu
clauster class, pertanian, marketplace, dapur, ruang mitra, dan ruang komunal.
Pusat komersial terpadu pada bidang pertanian dan mengajarkan memanfaatkan
teknik organik untuk menghasilkan produksi sendiri.
34
Gambar 2.34 Kitchen Garden
Sumber : https://bit.ly/2APWfHg
Gambar 2.35 Potongan Ruang Kelas (kiri) Potongan Dapur (kanan) dan
Sumber : https://bit.ly/2APWfHg
4. Aktifitas
Aktifitas pada women’s opportunity center ini mencangkup pada kegiatan
pertanian yang membantu perempuan dalam memproduksi dan memasarkan
barang-barangnya sendiri. Lokasi tapak yang mudah dicapai oleh kendaraan
menampilkan potensi ekonomi. women’s opportunity center ini membangun
jaringan komunitas swasembada Kayonza.
35
Gambar 2.36 Kegiatan Bercocok Tanam
Sumber : https://bit.ly/2APWfHg
5. Interior
Menjaga skala dan kualitas ruang-ruang yang intim dan beragam, organisasi
ruang Rwanda menjadi patokan dalam perancangan women’s opportunity center.
Bentuk massa melingkar menggunakan pendekatan tentang mengajar dalam
putaran.
6. Fasad Bangunan
Bangunan women’s opportunity ini tidak menggunakan pintu, langit, dan
pola terbuka memungkinkan cahaya alami dan udara dapat tersebar. Pola ikatan
dari dinding menghilangkan kolom dan balok beton.
36
Gambar 2.38 Fasad Ruang Kelas
Sumber: https://bit.ly/2P9VjpI
7. Ruang Luar
Ruang luar pada bangunan women’s opportunity terdiri dari pertanian dan
lapangan parkir. Tim desain mempelajari situs menggabungkan praktek desain
berkelanjutan yang cocok dengan lokasi perancangan seperti pembangkit listrik
tenaga surya, pasir dan UV pemurnian air, penggunaan bahan bakar biogas untuk
memasak dan toilet kompos.
37
diarahkan ke kepolisian di daerah Jombang. Berhubungan dengan ketrampilan dan
sosialisasi dilakukan di desa-desa dan sekolah di daerah target.
Lembaga ini memiliki 3 (tiga) divisi, yaitu divisi internal (direktur, admin
dan keuangan), divisi advokasi (kebijakan pemerintah), divisi pelayanan
(pendampingan).
Alur pelayan pada bangunan women’s Crisis Center Jombang antaranya
meliputi, pertama memasuki bangunan ini pengunjung akan menemui resepsionist
yang terletak disamping pintu masuk. Setelah itu, terdapat ruang tunggu dan di
belakang ruang tunggu terdapat ruang publikasi.
Ruang diskusi dan ruang baca terletak pada satu area. Ruangan ini
digunakan juga untuk konseling anak-anak. Anak-anak yang memiliki kesulitan
dalam penyampaian permasalahannya dipancing di area ini.
38
Gambar 2.42 Ruang Diskusi dan Ruang Baca
Sumber: Aisyah, 2015
Ruang administrasi dan keuangan diletakan pada satu ruangan dimana ruang
ini berhubungan langsung dengan ruang diskusi dan ruang baca. Ruangan ini
terdiri dari 3 meja kerja dan 1 lemari.
39
2.3.3 Asakusa Tourist Center Building
Asakusa berada di lingkungan secara vertikal dan tumpukan atap yang
menampung kegiatan yang disetiap lantainya. Bangunan karya Kengo Kuma
melihatkan kekokohan bangunan. Susunan pada bagian depan bangunan
menghadirkan ketegasan melalui garis bangunan. Atap berbentuk pelana
bertumpuk yang membagi seluruh ruangan, mengorientasikan diri pada kuil di
Asakusa.
40
Gambar 2.46 Potongan Asakusa Tourist Center
Sumber: https://bit.ly/2OsmZ43
Gambar 2.48 Denah Office (kanan) dan Denah Ruang Konferesi (kiri)
Sumber: https://bit.ly/2OsmZ43
41
3. Ruang Serba Guna dan Ruang Teater
Merupakan fasilitas dalam kegiatan pameran. Ruang teater pada lantai enam
memanfaatkan kemiringan lantai lima sebagai ruang pertunjukan.
Gambar 2.49 Ruang Serba Guna (kiri) dan Ruang Teater (kanan)
Sumber: https://bit.ly/2OsmZ43
4. Sirkulasi Bangunan
Sirkulasi pada Asakusa Culture Tourist Information Center memiliki
beberapa entrance yang masing masing entrance dibedakan antara pengunjung dan
pengeola, sehingga mempermudah pengunjungdan pengelola untuk memasuki
AsakusaCulture Tourist Information Center.
Entrance Pengelola
Entrance Pengunjung
42
2.3.4 Yien East/ Archipelago
43
Tempat ini memiliki arti penting. Gerbang kayu dan shoin adalah
rekonstruksi unsur-unsur dari kuil Taima-ji dan Hannya-ji di Nara Sementara itu,
tahap noh adalah bagian dari Rumah Yokoyama di Kanazawa sebelum disesuaikan
dengan lokasi. Ketiga struktur ini merangkul fungsi konteks domestik baru. Ruang
depan, ruang minum teh, dan tempat tinggal / makan. Tiga bagian paviliun
tambahan yang berhubungan dengan mandi, tidur, dan belajar atau berkontemplasi
menciptakan formasi setengah lingkaran di sekitar air. Menggunakan layar logam
dan kaca di bawah atap besar, pantulan yang menggemakan ringannya struktur tua.
Bersamaan dengan dinding-dinding yang dibakar kayu gelap dan dinding-dinding
berselubung keras, bahan-bahan yang lebih tua dan tradisi spasial, tanpa
menggunakan mimikri.
44
material ini yang disebut Kuma sebagai "partikel" yang terlihat untuk mengurangi
ukuran volume.
Ubin atap membentuk satu jenis Louver untuk eksterior, tetapi tipe lain
menanamkan interior dengan tekstur yang konsisten. Baffle tipis dari kayu dalam
berbagai dimensi menutupi dinding bagian dalam ruang utama, menyesuaikan
dengan potongan di langit-langit dan menggantungkan ke bawah di sepanjang tepi
ruangan.
Bangunan ini memiliki fasilitas lobi pintu masuk, foyer untuk perpustakaan
kecil, dan kantor cabang balai kota Kure. Lantai kedua memiliki auditorium dan
panggung yang luas untuk acara komunitas. Ruangan yang lebih kecil merupakan
ruang serbaguna yang berada dilantai atas.
45
BAB III
METODE PERANCANGAN
46
3.1.1 Strategi Perancangan
Untuk dapat merancang sebuah perancangan women’s opportunity building
yang sesuai dengan penerapan prinsip desain Kengo Kuma, maka langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
A. Teori
Tahap awal dari perancangan women’s opportunity building ini adalah
mengkaji teori-teori yang berhubungan dengan fungsi dan tema perancangan dan
mengambil inti sari dari teori tersebut untuk dijadikan landasan dalam
perancangan.
B. Survei Site
Survei dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara lokasi perancangan
dengan fungsi perancangan women’s opportunity building. Survei tapak
mengikuti cara Kuma dalam mensurvei lokasi yaitu memperhatikan lokasi proyek,
lingkungan, morfologi, topografi, sejarah dan budaya setempat serta masyarakat.
C. Analisa Site
Analisa site merupakan analisa beberapa karakter yang terdapat pada lokasi
untuk dijadikan lahan yang tepat dalam perancangan women’s opportunity
building. Analisa ini bertujuan untuk menggali masalah dan potensi yang ada pada
tapak sehingga memudahkan dalam peletakan objek lapangan, analisa aktifitas
kegiatan, kondisi, peraturan, sarana, orientasi serta pemandangan dan sirkulasi
untuk mendapatkan tata guna lahan yang tepat.
D. Analisa Fungsi
Analisa fungsi bangunan dilakukan untuk mengetahui kegiatan apa saja
yang akan akomodasikan dalam perancangan. Dengan mengetahui bermacam
kegiatan yang akan dilakukan dalam women’s opportunity building ini, maka
dapat ditentukan fasilitas-fasilitas apa saja yang dibutuhkan dalam perancangan.
47
E. Program Ruang
Program ruang bertujuan untuk memudahkan dalam pengelompokan ruang
terkait kebutuhan ruang yang akan ditentukan untuk mengakomodasi berbagai
kegiatan yang terjadi di women’s opportunity building.
F. Penzoningan
Penzoningan bertujuan untuk membedakan zona privat, semi publik, publik
dan servis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perletakan zonasi sesuai dengan
kondisi tapak.
G. Konsep
Perancangan konsep merupakan hal terpenting karena konsep merupakan
dasar atau benang merah dari penerapan beberapa prinsip desain Kengo Kuma
terhadap perancangan women’s opportunity building. Kengo Kuma selalu
mengadopsi lokalitas kekayaan Jepang dalam setiap karya desainnya. Sehingga
konsep yang akan digunakan pada perancangan women’s opportunity building ini
adalah selain berhubungan dengan mediator antara arsitektural dan lingkungan
juga mengadopsi kekayaan lokalitas Jepang.
H. Bentuk Massa
Bentuk massa pada perancangan women’s opportunity building ini dibentuk
berdasarkan konsep desain yang akan dipadukan dengan karakter desain Kengo
Kuma. Beberapa desain Kuma mengadopsi hal-hal yang berhubungan dengan
Jepang baik itu dari budaya, tradisi maupun bentukkan arsitektural Jepang yang
diaplikasikan sesuai dengan masa kini. Sehingga bentukan dasar berangkat dari
tatanan massa yang berhubungan dengan budaya, tradisi, filosofi, dan bentukan
arsitektural Jepang lalu disesuaikan dengan konsep awal.
I. Sistem Struktur
Pemilihan sistem struktur yang digunakan dalam perancangan women’s
opportunity building akan berpengaruh pada penataan ruang atau fasilitas yang
akan diletakan terhadap efektifitas ruang terkait yang diakomodasikan oleh ruang
48
tersebut. Sistem struktur dimulai dari struktur pondasi sampai dengan struktur
atap. Kuma dalam beberapa karyanya menghindari penggunaan beton sehingga
dalam perancangan women’s opportunity building ini menggunakan baja, kaca,
alumuniun, batu, kayu dan lain sebagainya.
K. Fasad
Menentukan bentuk fasad yang sesuai dengan konsep dan tema yang
diangkat yaitu prinsip arsitektur Kengo Kuma dan berbagai pertimbangan fungsi
dan kegiatan lainnya baik yang berlangsung di dalam maupun di luar ruangan.
Kengo Kuma selalu menekankan atau melakukan permainan pada komposisi
material sehingga dalam perancangan fasad.
L. Lansekap
Lansekap merupakan elemen penting dalam sebuah perancangan arsitektur.
Perancangan landsekap Kuma memiliki keterkaitan dengan bentukan massa untuk
menghindari terjadinya keterasingan. Lansekap yang baik akan memberikan
kemudahan kepada pengguna seperti dalam hal sirkulasi dan akses.
M. Hasil Desain
Pada proses ini melengkapi gambar-gambar yang dibutuhkan dalam
perancangan, dari proses penggambaran denah hingga penggambaran detail-detail
yang diperlukan.
49
A. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung. Metode
pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Observasi Tapak
Pengumpulan data tapak dilakukan dari hasil observasi tapak. Observasi
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan meliputi ukuran, view, kebisingan
dan lain sebagainya. Data dari observasi tapak ini selanjutnya digunakan untuk
menganalisis kesesuaian tapak dan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada
pada tapak.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data observasi didukung dengan melakukan dokumentasi
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan tapak dan perancangan. Dokumentasi
yang dilakukan meliputi foto, video dan sketsa.
B. Data Sekunder
Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari studi
literatur yang berkaitan dengan perancangan baik fungsi maupun tema. Data-data
sekunder diperoleh dengan beberapa cara diantaranya :
1. Jurnal
Pencarian data dengan menggunakan jurnal yang sesuai dengan fungsi
dan tema dari perancangan yang akan dilakukan. Jurnal yang digunakan memiliki
batasan waktu yaitu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
2. Buku
Cara lain untuk mengumpulkan data terkait perancangan yang akan
dilakukan ialah dengan mencari buku terkait dengan apa yang akan dirancang.
50
4. Media
Pengumpulan data menggunakan media cetak maupun online merupakan
sebagai data pendukung. Data dan media tersebut nantinya akan dapat menambah
data yang berkaitan dengan women’s opportunity building atau tentang prinsip
desain Kengo Kuma.
51
merupakan jalan penghubung antara 2 (dua) jalan utama sehingga memiliki akses
yang mudah dijangkau.
Pemilihan lokasi pada kawasan ini memiliki kesesuaian baik itu dari segi
peraturan dan segi guna lahan dalam mendukung fungsi dan tema yang akan
diterapkan ke dalam perancangan women’s opportunity building.
52
2. Setiap bangunan apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDB maksimum
70% (tujuh puluh persen) untuk bangunan fungsi usaha, 60 % (enam puluh
persen) untuk bangunan hunian, dan 50% (lima puluh persen) untuk
bangunan fungsi sosial, budaya dan keagamaan.
C. Ketinggian Bangunan
1. Ketinggian bangunan deret maksimum 4 (empat) lantai dan selebihnya
harus berjarak dengan persil tetangga.
53
E. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan
Ketentuan besarnya KDH ditetapkan dengan Rencana Tata Ruang Kota dan
jika belum ditetapkan maka KDH minimal 10% (sepuluh perseratus) pada daerah
sangat padat dan KDH meningkat setara dengan naiknya ketinggian bangunan dan
berkurangnya kepadatan wilayah.
Teori
Survei Tapak
Analisa Site Analisa Fungsi
Analisa Ruang
Program
Ruang
Penzoningan
Konsep
Hasil Desain
54
BAB IV
ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN
55
sosialiasi wirausaha
Pengembangan ilmu Ruang kelas
ketrampilan minat dan akuntansi dan
bakat manajemen
Bertukar pikiran antar Auditorium
pengguna Perpustakaan
Pendidikan Ruang diskusi
pengembangan diri Ruang staff mentor
Media aspirasi Ruang komputer
perempuan Ruang kelas bahasa
asing
Ruang kelas
ketrampilan atau
workshop
Ruang Kelas
Outdoor
Sosial : Sosial :
Menjalin interaksi antar Ruang komunal
perempuan Ruang penitipan
Penitipan anak anak
Perempuan (klien), Memberikan tempat Shelter
2
anak dan staff tinggal sementara untuk Ruang pengaduan
perempuan Mushalla
Menerima pengaduan
Menjalin interaksi dengan
tuhan
Rehabilitasi : Rehabilitasi :
Memeriksa psikologi Ruang
pasien pemeriksaan
Memeriksa kesehatan psikologi
pasien Ruang
Perempuan (klien),
Memberikan bimbingan pemeriksaan
3 dokter psikiater dan
konseling kepada pasien kesehatan
konseler
Membantu penyembuhan Ruang bimbingan
traumatik dan konseling
menyediakan obat-obatan Ruang rehabilitasi
traumatik
Apotek
B. Analisa Sekunder
Kegiatan pendukung dari kegiatan utama meliputi ekonomi dan pertunjukan
karya. Pada fungsi-fungsi tersebut mendidik perempuan untuk bersifat wirausaha
sehingga terbentuknya kegiatan komersial dimana dikelola oleh perempuan.
Selain itu, perempuan juga dapat menyalurkan ketrampilan dan minat bakat yang
dimiliki dan dipertunjukan.
56
Tabel 4.2 Fungsi Sekunder Women’s Opportunity Building
No Pengguna Kegiatan Ruang
Ekonomi : Ekonomi :
Memproduksi barang dan Retail
jasa Foodcourt
Perempuan (klien) Kegiatan jual beli Minimarket
1
dan pengunjung
ATM center
Loading Dock
Gudang
Pertunjukan karya : Pertunjukan karya :
Menyalurkan hobi Ruang produksi
Menampung karya-karya Mini gallery
Perempuan (klien)
2 Live teaching
dan pengunjung
Gudang
R. Perlengkapan
R. Administrasi
C. Analisa Penunjang
Pada fasilitas women’s opportunity building bagian fungsi penunjang
berfungsi sebagai wadah untuk sistem operasional fungsi bangunan seperti
kegiatan pengelola, pelayanan dan kegiatan servis.
57
Servis : Servis :
Melakukan perawatan Ruang genset
terhadap kondisi teknis Ruang elektrikal
dan kebersihan bangunan Ruang pompa
secara keseluruhan. Ruang PABX
2 Staff servis Ruang CCTV
Ruang panel
Ruang
maintenance
Ruang sampah
58
dari 5 jenis yaitu manajer/wakil manajer, karyawati/staff, administrasi, petugas
keamanan dan servis.
B. Pengguna Instruktur
Instruktur disini merupakan seseorang yang melakukan segala aktifitas
edukasi, rehabilitasi dan sosial yang ada pada women’s opportunity building.
Pengguna pengelola terdiri dari 3 jenis yaitu mentor edukasi, petugas kesehatan,
dan petugas sosial.
C. Pengguna Klien
Klien merupakan perempuan yang terlibat dalam kegiatan pembinaan,
pemberdayaan dan perlindungan. Perempuan pada women’s opportunity building
ini merupakan kelompok perempuan usia produktif yaitu 15-64 tahun. Untuk
perempuan yang memiliki anak akan diposisikan ke ruang penitipan anak.
D. Pengguna Pekerja
Pekerja disini merupakan perempuan yang telah memiliki kemampuan dan
sudah siap untuk melanjutkan hidupnya kembali. Perempuan akan diberi
kesempatan untuk melakukan kegiatan ekonomi yang ada di women’s opportunity
building.
E. Pengguna Pengunjung
Terdapat 3 (tiga) jenis pengguna pengunjung pada perancangan women’s
opportunity building ini, pengguna tersebut adalah anak-anak, remaja dan dewasa.
59
fasilitas pengelola, ekonomi, dan pertunjukan karya diletakkan di depan,
kemudian fasilitas edukasi, sosial, rehabilitasi dan servis dapat diakses setelah
melewati area ekonomi, pengelola dan pertunjukan karya. Area parkir menjadi
area transisi yang menghubungkan antara zona edukasi, pertunjukan karya dan
pengelolaan dengan zona edukasi, sosial, rehabilitasi dan servis.
60
Gambar 4.3 Zona Ruang Pengelola
61
D. Zona Ruang Sosial
Zona ruang sosial menjadi titik point atau titik kumpul pada women’s
opportunity building ini. Zona ruang sosial menjadi zona penghubung utama dari
zona ekonomi dan karya dengan pengelola, edukasi, rehabilitasi, dan servis.
62
F. Zona Ruang Ekonomi
Zona ruang ekonomi diletakkan dibagian depan dengan tujuan memberikan
kemudahan ke pengguna atau pengunjung untuk melakukan transaksi jual beli.
Selain itu zona ini memiliki kedekatan jarak dengan jalan utama pada women’s
opportunity building ini.
63
Gambar 4.8 Zona Ruang Pertunjukan Karya
64
4.1.4 Analisa Kegiatan
Analisis kegiatan bertujuan untuk mengetahui jalur ataupun pola kegiatan
pengguna women’s opportunity building. Berikut ini adalah hasil analisis kegiatan
yang akan berlangsung di women’s opportunity building.
A. Pengelola
Adapun pihak-pihak yang terlibat pada aktivitas fasilitas pengelola adalah
manajer, wakil manajer dan staff administrasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
berhubungan dengan penyelenggaraan sistem pada perancangan women’s
opportunity building.
B. Klien
Pihak-pihak yang terlibat pada aktivitas fasilitas edukasi, sosial, rehabilitasi
dan karya adalah perempuan usia produktif yang memiliki permasalahan sosial,
pengangguran dan ibu rumah tangga. Klien pada women’s opportunity building
ini tidak hanya yang memiliki permasalahan di atas melainkan perempuan yang
memiliki penghambat dalam penyaluran hobi dan minat .
65
Gambar 4.11 Analisa Kegiatan Klien
C. Mentor
Mentor merupakan pengajar pendidikan informal dalam penyelenggaraan
kegiatan edukasi pada . Kegiatan mentor mulai dari menyusun kerangka
pembelajaran sampai dengan tahap kegiatan pengajaran. Mentor disini tidak
hanya staff tetap pada women’s opportunity building tetapi mentor juga bisa
berasal dari luar yang ingin membantu dalam kegiatan pembinaan, pemberdayaan
dan perlindungan perempuan yang disebut donatur.
66
D. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan pada women’s opportunity building meliputi dokter
umum, psikiater dan konsuler dalam penanganan permasalah-permasalahan yang
terjadi pada perempuan.
E. Petugas Keamanan
Petugas keamanan pada women’s opportunity building ini adalah security
yang memantau atau mengawasi keamanan pada bangunan selama kegiatan-
kegiatan women’s opportunity dilakukan.
67
F. Pengunjung
Pengunjung women’s opportunity building terdiri dari anak-anak, remaja,
dewasa dan orang tua.
68
f. Ruang Tunggu
g. Pantry
h. Ruang Rapat
B. Semi Privat
Semi privat merupakan zona ruangan yang dapat dimasuki oleh beberapa
orang yang memiliki kepentingan untuk mengakses ruangan tersebut. Untuk
desain women’s opportunity bulding ini, ruang yang termasuk dengan fungsi semi
privat adalah:
1. Ruang Edukasi
a. Ruang Kelas Memasak
b. Ruang Kelas Menjahit
c. Ruang Kelas Wirausaha
d. Ruang Kelas Manajemen dan Akuntansi
e. Auditorium
f. Perpustakaan
g. Ruang Diskusi
h. Ruang Pengajar
i. Ruang Komputer
j. Ruang Kelas Asing Bahasa
k. Ruang Kelas Ketrampilan
l. Ruang Kelas Outdoor
2. Ruang Rehabilitasi
a. Ruang Pemeriksaan Psikologi
b. Ruang Pemeriksaan Kesehatan
c. Ruang Bimbingan Konseling
d. Ruang Rehabilitasi Traumatik
e. Apotek
3. Ruang Sosial
a. Ruang Komunal
69
b. Ruang Penitipan Anak
c. Shelter
d. Ruang Pengaduan
e. Musholla
C. Publik
Publik merupakan suatu ruang yang dapat dimasuki oleh semua orang.
Ruang publik diletakkan pada zona yang memiliki intesitas orang yang tinggi
sehingga mudah diakses. Untuk desain women’s opportunity building ini, ruang
yang termasuk dengan fungsi publik adalah:
1. Ruang Terbuka Hijau dan Lansekap
a. Taman
b. Kolam
c. Parkir Kendaraan
D. Servis
Area servis merupakan area yang hanya diakses oleh bagian servis saja dan
diletakkan dekat dengan jalan utama dan service entrance sehingga memiliki
70
akses tersendiri yang tidak akan mengganggu kenyamanan para pengunjung
maupun pengelola.
1. Ruang Servis
a. Ruang Genset
a. Ruang Elektrikal
b. Ruang Pompa
c. Ruang PABX
d. Ruang CCTV
e. Ruang Penel
f. Ruang Sampah
g. Ruang Maintenance
71
Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang Pelayanan Umum
Kebutuhan Ruang Program Ruang
Lobby Utama Diasumsikan untuk menampung 150 orang pada saat
yang bersamaan
Lobby dibuat tidak terlalu luas karena aktivitas
pengunjung langsung diarahkan ke tujuan
Lobby utama dapat diakses oleh semua pengunjung,
baik pengguna women’s opportunity building maupun
pengguna fasilitas lainnnya.
Resepsionis Terdapat 3 orang resepsionis yang menjadi pusat
pelayanan dan informasi bagi pengunjung yang ingin
menyewa auditorium, ruang rapat, dan lain-lain
R. Tunggu Diasumsikan untuk menampung 3-5 orang tamu
Terdapat sofa dan meja serta tv untuk menungggu
Ruang Administrasi Diasumsikan untuk menampung 3 orang admin
Terdapat meja dan kursi admin serta rak arsip
Ruang administrasi ini merupakan awal yang akan
dilanjutkan ke ruang administrasi pengelola
Toilet Diasumsikan untuk menampung 3 orang/toilet
Berdekatan dengan toilet terdapat sebuah janitor
72
Terbuka untuk umum dan pelajar privat
Ruang Loker Diasumsikan terdiri dari 10 loker
Hanya dapat diakses oleh pengguna pelajar
Perpustakaan Diasumsikan dapat menampung 50 orang
Terdiri dari 20 rak buku
Terdapat ruang peminjaman
Terdapat ruang diskusi
Terdapar ruang administrasi dan staff
Ruang kelas manajemen Diasumsikan unuk menampung 30 orang
dan akuntansi Terdapat kursi dan meja tulis serta rak buku
73
Tabel 4.9 Analisa program ruang Rehabilitasi
Kebutuhan Ruang Program Ruang
Lobby Diasumsikan untuk menampung 50 orang
R. Informasi atau Diasumsikan untuk menampung 3 orang
resepsionis Terdiri dari 3 staff
Terdapat meja dan kursi
R. Pemeriksaan Diasumsikan untuk menampung 3-5 orang
Kesehatan Terdapat beberapa ruang praktek dokter
Memiliki area tunggu
R. Pemeriksaan Psikologi Diasumsikan untuk menampung 3-5 orang
Terdapat beberapa ruang praktek psikiater
Memiliki area tunggu
R. Bimbingan Konseling Diasumsikan untuk menampung 3-5 orang
Terdapat beberapa ruang praktek konseler
Memiliki area tunggu
R. Rehabilitasi Traumatik Diasumsikan untuk menampung 3-5 orang
Terdapat beberapa ruang rehabilitasi traumatik
Memiliki area tunggu
Apotek Diasumsikan untuk menampung 3-5 orang
Terdapat ruang penyimpanan obat
Terdapat rak-rak obat
Terdapat ruang apoteker
74
Tabel 4.11 Analisa program ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau
Kebutuhan Ruang Program Ruang
Taman Merupakan area terbuka untuk para pengunjung yang
ditumbuhi pohon rindang
Terdapat kursi yang dapat digunakan pengunjung
Ampitheater Diasumsikan dapat menampung 500 orang
Terdiri dari panggung dan tribun
Merupakan area untuk mengadakan event out door
seputar kreatifitas perempuan
Parkir Diasumsikan dapat menampung 200 mobil, 350
Pengguna/Pengunjung motor dan 3 bus
75
manajemen m2)
dan akuntansi Ukuran kelas
Ruang kelas besar (85 m2)
25 Orang 60 m2 NAD
komputer
Ruang kelas
25 Orang 85 m2 NAD
bahasa asing
Ruang kelas
40 Orang 85 m2 NAD
ketrampilan
80-85 m2
Ruang mentor 30 orang 90 m2 NAD
76
kesehatan
Ruang
bimbingan 14 – 17 m2 3-5 orang 20 m2 MNH
konseling
Ruang
rehabilitasi 19 – 22 m2 3-5 orang 25 m2 NAD
traumatik
Apotek 20 m2 3-5 orang 25 m2 NAD
Lobby 2 m2/orang 50 orang 100 m2 NAD
Resepsionis 12 m2 3 orang 12 m2 NAD
Total + 30% sirkulasi = 302 + 90,6 392,6 m2
77
Ruang rapat 6,3 × 7,2= 45,36 m2 15 orang 50 m2 MNH
Ruang staff 25 staff MNH
Resepsionis 2 orang MNH
Ruang
3 orang MNH
administrasi
22,5 × 18,5 = 2
Ruang 416,25 m
416,25 m2 3-5 orang MNH
tunggu
MNH
Ruang
2 orang
informasi
Pantry 1,8 × 3= 5,4 m2 2-3 orang 6 m2 NAD
665,925
Total + 30% sirkulasi = 512,25 + 153,675
m2
78
Lainnya 5,16 = 12,9 m2 Motor: 380 1.560 m2
Motor: 0,75× Bus: 3
2,25 = 1,6875 Kontaner: 3 2 × 380 =
Bus: 2,5 × 12 760 m2
= 30 m2
Kontainer : 30 × 3= 90
2,14 × 5,63 = m2
12,0482
3×12,0482
= 37 m2
Laki-laki :
3,15×0,85/wc
(2) = 5,355 m2 11m2 × 7
(zona) = 77
Washroom: m2
2,2275 m2
Laki-laki : 2
closet, 2
Disable : 1,7 ×
urinoir,
1,65= 2,805
washroom :
m2
3 westafel
Toilet NAD
Perempuan:
Perempuan:
2,8×0,85/wc
closet dan
(2)= 4,76 m2
washroom:
10 m2 × 7
3 westafel
Washroom: (zona) = 70
2,2275 m2 m2
Disable : 1,7 ×
1,65= 2,805m2
Total luas besaran ruang keseluruhan adalah 10.156,225 m2 atau 1,015 Ha.
Luas lahan yang tersedia merupakan 23.363 m2 atau 2,33 Ha. Dengan KDB
sebesar 50% dari luas site 2,33 Ha, maka KDB untuk bangunan yang akan
dirancang sebesar 11. 681, 5 m2. Maka sisa lahan dari KDB sebesar 1.525, 275 m2
dapat dimanfaatkan sebagai area terbuka seperti taman, kolam, area meditasi dan
lain sebagainya.
79
4.2 Analisa Site
Women’s opportunity building di Kota Pekanbaru merupakan wadah bagi
kaum perempuan untuk dapat mengekplorasi diri sehingga tapak dalam
perancangan ini dipilih dengan pertimbangan kondisi dan potensi tapak.
Jalan Subayang
Arengkaa Sudirman
Lokasi tapak berada di Jalan Arifin Achmad. Sirkulasi pada jalan Arifin
Achmad termasuk kategori lancar namun mengalami kemacetan pada situasi-
situasi tertentu seperti hujan, jam pulang kantor dan lain sebagainya.
80
Area parkir
Area parkir
Dari Arengkaa
Dari Sudirman
Arengkaa Sudirman
Berdasarkan analisa kecapaian tapak, Tapak ini dapat diakses melalui 2 arah
yang berbeda yaitu dari arah Arengka - Sudirman dan arah Sudirman ke Arengka.
Area parkir diletakkan di tengah bertujuan untuk memperpendek jarak capai
pengunjung atau pengguna bangunan dalam meletakkan kendaraan.
81
Berdasarkan analisa bangunan sekitar tapak, terdapat 2 (dua) jenis fungsi
bangunan yang berbeda. Gedung PWI Riau berfungsi sebagai wadah perkumpulan
wartawan sedangkan institut penerbangan berfungsi sebagai pendidikan. Oleh
karena itu zona publik pada bangunan diletakkan di bagian depan untuk
mempermudah pengunjung yang datang.
komersial
Timur
Barata
Banyak Vegetasia
Memberikan efek
kurang vegetasi
82
Tanggapan terhadap pergerakan matahari yang terjadi pada tapak adalah
memberikan efek bayangan pada area yang kurang vegetasi seperti taman,
naungan dan lainnya.
Vegetasi
Bangunan
83
Gambar 4.23 Eksisting View Ke Luar tapak
Vegetasi alami
dipertahankan
View bangunan ke taman
Vegetasi diperbaharui
Taman
Menanggapi hal tersebut, maka pada bagian utara, timur dan selatan
memaksimalkan taman sebagai objek pemandangan. Dan untuk pada bagian utara
memaksimalkan bukaan untuk menikmati view alami
84
Tanggapan dari analisa tersebut, maka pada tampilan bangunan yang
menghadap ke Jalan Arifin Achmad lebih menonjolkan konsep dan fungsi dari
bangunan tersebut namun tidak menciptakan keterasingan dengan bangunan
sekitar.
Taman
Privat
Semi Privat
Publik
85
Karya
Rehabilitas
Edukasi
Ekonomi
Pengelola
Sosial
86
pondasi tiang pancang. Salah satu alasan penggunaan pondasi tiang pancang
adalah dapat memikul berat bangunan yang berada pada tanah yang tidak
mempunyai daya dukung.
Tiang-tiang pancang
B. Struktur Tengah
Struktur tengah meliputi struktur kolom dan balok sebagai pendukung
struktur atas yang menggunakan struktur baja. Pada perancangan women’s
opportunity building menggunakan struktur kolom baja hal ini dikarenakan Kengo
Kuma menghindari penggunaan beton berlebihan. Bentuk kolom sendiri
dipengaruhi oleh konsep yang akan diterapkan pada perancangan women’s
opportunity building.
kolom
C. Struktur Atas
Struktur rangka atap pada perancangan women’s opportunity building
mengikuti bentuk-bentuk massa. Pada zona edukasi, pengelola, rehabilitasi,
ekonomi, sosial dan servis menggunakan struktur atap baja ringan. Sedangkan
pada zona pertunjukan karya dan sosial menggunakan struktur atap space frame.
87
Struktur space frame dibutuhkan pada bangunan yang memiliki penggunaan
ruang bebas kolom. Sistem rangka space frame adalah sistem sambungan antara
batang satu dengan yang lain menggunakan bola join sebagai sendi
penyambungan yang membentuk bentuk segitiga.
88
4.3.3 Analisa Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan yang digunakan pada perancangan women’s
opportunity building menggunakan penghawaan alami dan penghawaan buatan.
Penghawaan alami diperoleh dengan menggunakan ventilasi dan membuat banyak
bukaan serta vegetasi. Penghawaan alami diaplikasikan pada zona edukasi, sosial,
dan rehabilitasi. Sedangkan penghawaan buatan diaplikasikan pada zona ekonomi,
pengelola dan karya yaitu dengan penggunaan AC (Air Conditioner).
89
4.3.5 Analisa Sistem Utilitas
A. Plumbing dan Sanitasi
1. Air Bersih
Sumber penyediaan air bersih pada perancangan women’s opportunity
building ini bersumber dari PAM dan dari sumur bor, yang ditampung di reservoir
dan didistribusikan menggunakan pompa-pompa .
2. Limbah
Limbah cair berasal dari hujan, floor drain, wastafel, urinoir, dapur, dan
pantry yang disalurkan menuju sumur resapan melalui bak kontrol kemudian
dialirkan ke riol kota.
90
Gambar 4.34 Skema Pembuangan Limbah Cair
B. MEE
1. PLN
Sumber listrik utama pada perancangan women’s opportunity building
berasal dari PLN. Selain dari PLN, bangunan ini juga memiliki pembangkit listrik
cadangan berupa genset. Perletakkan ruang genset berada diluar namun jaraknya
tidak jauh dari bangunan, hal ini bertujuan untuk mengurangi getaran dan bunyi
yang dihasilkan genset sehingga tidak mengganggu pengunjung/pengguna
bangunan.
91
Gambar 4.36 Analisa Sistem Jaringan Listrik
92
data eksternal dan input data. Fasilitas Wi-fi juga disediakan untuk mendukung
kegiatan pengguna gedung dalam meng-akses ke internet.
93
4.4 Analisa Prinsip Desain Kengo Kuma
Analisa prinsip desain Kengo Kuma berdasarkan karakteristik Kuma yang
terlihat pada karya-karyanya.
Tabel 4.21 Analisa Prinsip Desain Kengo Kuma
Karya Karakteristik Prinsip Pada Desain
Tobata C Block (Kitakyushu, Fukuoka Tobata Block C merupakan proyek
Prefecture 2005) pengembangan yang terdiri dari dari
Kantor kota Tobata, pusat penitipan anak,
pusat aksi komunitas untuk penyandang
cacat, perumahan umum pemerintah
daerah untuk warga lanjut usia,
perumahan sewa umum, perumahan
pribadi untuk penjualan, dan fasilitas
kompleks untuk warga lanjut usia.
Bangunan ini menggunakan penghijauan
atap yang memungkinkan terciptanya
bukit ruang atap yang disebut "Fureai-no-
Oka". Kisi-kisi berbentuk tangga telah
digunakan di fasad sisi barat bagian depan
kantor kota untuk memungkinkan
Gambar 4.38 Tobata C Block
Sumber : Bogna, 2009
matahari bersinar melalui anak tangga ke
area lobi. Lereng landai menghubungkan
taman di depan dengan "Fureai-no-Oka,"
penyatuan dengan bukit diperkuat melalui
penggunaan warna berdasarkan warna
tanah untuk eksterior bangunan.
Asahi Broadcasting Corporation Bangunan ini terdiri dari dua blok persegi
Headquarters (Fukushima-ku, Osaka, panjang lebih tinggi dan lebih rendah
2003) dengan podium lansekap yang terintegrasi
yang menghadap ke sungai. Kuma berniat
untuk membuka entitas yang tertutup
untuk kota dan menyediakan ruang
94
berorientasi sungai bagi semua orang..
Lansekap memungkinkan kombinasi
pribadi dan publik spasi. Seperangkat dua
teras seperti taman berfungsi sebagai
tampilan platform untuk menikmati
pemandangan sungai.
95
fasad yang menyerupai mosaik
memberikan persatuan dan diferensiasi
lokal. Perangkat penghubung penting
lainnya adalah lembah curvilinear,
menampilkan air, jembatan, dan elemen
lansekap, dan dipagari dengan berbagai
tingkat toko dan fasilitas.
96
bangunan di malam hari. Film dicetak
dengan pola awan periode Edo, biasanya
digunakan untuk kertas penutup pintu
geser, diapit di antara dua lembar kaca.
Pola ini dipilih dari woodblock yang
diawetkan oleh produsen karakami
Karacho yang sudah lama berdiri.
Kombinasi grafik Edo-period dan teknik
konstruksi modern dalam bangunan asli
1938 secara efektif menyatukan berbagai
Gambar 4.44 Cocon Karasuma elemen dari periode waktu yang berbeda
Sumber : Bogna, 2009
97
Kuma menggambarkan proyek Ekonom
Sake No Hana (London, England, 2006)
Smithsons sebagai "lanskap misterius"
dari batu yang ditaburkan, bukan hanya
bangunan yang berdiri sendiri. Sake No
Hana memperluas ini dengan
mendistribusikan potongan-potongan
kayu di dalam bangunan yang ada, dengan
pengaturan yang halus namun ketat.
Tingkat kedua dari restoran menunjukkan
palet yang dikendalikan dari bahan-bahan
alami dan menggunakan cara Jepang yang
jelas untuk membangun ruang di dalam
bangunan Inggris modern. Ini segera
terlihat di bagian interior kayu,digandakan
sebagai struktur. Menggunakan bracketing
sebagai metode koneksi utama
mengingatkan pada instalasi Cidori Kuma
yang lebih kecil di Milan, Italia - proyek
Gambar 4.46 Sake No Hana ini menggabungkan kolom dan langit-
Sumber : Bogna, 2009 langit ke dalam satu sistem. Kerangka
kayu naik di atas banquet yang akrab dan
memperluas overhead ke awan grid.
Sebuah mezzanine melayang tepat di
bawah ini berisi ruang makan pribadi dan
sebuah bar. Di perimeter, dua lapis bambu
yang dipotong tipis menyaring area
tempat duduk tatami Jepang dengan pola
pandangan dan bayangan moire.
98
Y-Hutte (Karuizawa, Nagano Tekstur eksteriornya terdiri dari banyak
potongan pinus Oregon, berjarak secara
Prefecture, 2005) bertahap untuk memungkinkan aliran
udara dan visual keringanan. Di dalam,
bahan ini membentuk serangkaian kasau
dan balok yang mencapai ke atas,
mereproduksi perasaan dikelilingi oleh
hutan lebat. Lantai pinus Skandinavia
melengkapi palet. Y-Hutte hanya
bergantung pada segitiga sebagai unit
geometrik dasarnya. Tema ini diusung
secara konsisten dari atap polyhedral ke
garis luar pondasi. Volume vila itu sendiri
Gambar 4.48 Sake No Hana
adalah tetrahedron dengan simpul-
Sumber : Bogna, 2009
simpulnya dipotong untuk membuat entri
dan untuk membuka rumah dengan
pemandangan sekitarnya.
99
Fasilitas komunitas dengan ruang
Fukuzaki Hanging Garden (Minato-ku, multifungsi dan ruang bermain untuk
Osaka, 2003) anak-anak, struktur sementara ini
dirancang bertahan hanya sepuluh tahun.
Bangunan ini terletak di sudut blok besar
di lingkungan Minato Osaka, sebuah
kawasan yang berbatasan dengan zona
industri dan pemukiman. Akibatnya,
lingkungan sekitar proyek berisi gudang
penyimpanan dan driving range go lf.
Proyek ini adalah eksplorasi gagasan
"arsitektur lemah," yang dalam hal ini
memanifestasikan melalui kelembutan
bahan utama. Seluruh fasad depan dan
banyak permukaan interior terdiri dari
strip vertikal vinil oranye terang, bahan
yang umum digunakan di pabrik-pabrik
Gambar 4.50 Fukuzaki Hanging Garden dan untuk berbagai proses manufaktur.
Sumber : Bogna, 2009 Potongan yang tumpang tindih diikat
bersama menggunakan datar baut dan
kaku dengan kabel. Sistem yang lembut
dan fleksibel ini menyerap dampak anak-
anak yang bermain dan juga menahan
angin kencang. Secara fungsional, vinyl
membentu kandang spasial, tetapi celah di
antara potongan-potongan ruang interior.
100
aluminium. Di dalam, museum ini
menawarkan apa yang digambarkan
Kuma sebagai ruang bergaya Jepang yang
tenang dan nyaman, menawarkan ruang
sosial
Vegetasi
101
B. Passivity
Penggunaan elemen air ke dalam bangunan. Penggunaan elemen air
berfungsi sebagai ransangan positif yang akan dirasakan oleh pengguna bangunan.
Water fall
Kolam
C. Particilization
Menciptakan celah-celah pada susunan material sehingga material yang
awalnya bersifat solid terpecahkan menjadi partikel-partikel. Celah-celah pada
material tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sistem pencahyaan alami dan
penghawaan alami.
Penghawaan
Alami Pencahayaan
alami
D. Temporality
Perbedaan antar ruang dan waktu diciptakan melalui permainan leveling
ruangan dan jarak baik antar ruang, antar fungsi maupun antr zona.
102
E. Subject-Object Relationship
Objek pada bangunan adalah bangunan itu sendiri, sedangkan subjek adalah
pengguna dan lingkungan pada area bangunan. Penghubungan subject dan objek
bangunan diterapkan pada bentuk lansekap, bentuk masa, bentuk ruang dan
lainnya. Pengguna atau pengunjung menjadi bagian dari rancangan itu sendiri.
Bangunan
ditenggelamkan sedikit
ke dalam tanah
B. Gubahan Masa
Gubahan masa didapat dari bentukan awal konsep lalu mengalami
perubahan berdasarkan analisa-analisa dan menyesuaikan dengan bentukkan
tapak. Bentukan dasar pada perancangan women’s opportunity building ini
diambil dari bentuk bunga sakura. Dalam transformasi desain bentukan dasar ini
mendapatkan beberapa perlakuan yang berpengaruh pada bentukan masa itu
sendiri.
C. Fasad
Fasad bangunan dalam perancangan ini merupakan permainan pada
komposisi material dengan susunan tertentu. Susunan material bertujuan untuk
memasukkan angin dan cahaya pada bangunan sekaligus estetika pada bangunan.
103
Batu Bata
Kaca
D. Interior
Terdapat taman dan kolam pada interior bangunan hal ini bertujuan sebagai
area mediator antara bangunan dan lingkungan sekitanya. Sisi interior dari karya
desain Kuma, Kuma banyak melakukan eksplorasi material alami contohnya
kuma menyusun elemen-elemen kayu atau bambu pada plafond membentuk suatu
pola tertentu. Oleh karena itu, interior pada perancangan ini juga akan melalukan
eksplorasi terhadap material.
104
Batu Bata
Kayu
Kaca
F. Vegetasi
Vegetasi pada perancangan women’s opportunity ini terdiri dari 2 (jenis)
yaitu vegetasi dipertahankan dan vegetasi yang diperbaharui atau di desain ulang.
Pembaharuan vegetasi dilakukan terhadap area yang kurang atau tidak memiliki
vegetasi. Jenis vegetasi yang akan diletakkan pada bangunan adalah jenis bunga.
Gambar 4.60 Alstonia scholaris, Fistula Cassia, Bombax ceiba, Lagerstroemia speciosa
(kiri ke kanan)
4.6 Konsep
4.6.1 Konsep Dasar Perancangan
Konsep dasar perancangan women’s opportunity building di Kota
Pekanbaru yaitu Hitoe. Hitoe merupakan nama bunga sakura yang memiliki 5
kelopak bunga. Alasan pemilihan bunga sakura kelopak 5 (lima) karena bangunan
ini memiliki 5 fungsi utama. Bunga sakura merupakan salah satu bunga yang
menjadi kebanggaan bangsa Jepang. Pemilihan konsep dasar ini berdasarkan cara
pandang Kuma yang selalu mengadopsi atau mengangkat kekayaan lokalitas
Jepang ke dalam setiap ide rancangannya. Dari segi filosofi bunga sakura
memiliki arti harapan. Bunga sakura memiliki beberapa keunikan diantaranya
memiliki jumlah bunga yang banyak dibandingkan daunnya dan hanya mekar
105
selama 1-2 minggu. Keterkaitan konsep terhadap fungsi rancangan adalah bahwa
perempuan-perempuan yang mengalami pembatasan kesempatan memiliki suatu
harapan positif terhadap kehidupannya sehingga perempuan sejatinya
membutuhkan suatu rangkulan. Selain terinspirasi dari kekayaan lokalitas Jepang
Kuma juga terinspirasi dengan lingkungan sekitar untuk menghindari suatu
dominasi yang disebut anti-object. Sehingga dalam perancangan bangunan ini
bangunan sekitar site menjadi suatu hal yang mempengaruhi tahap pendesainan.
Prinsip desain Kengo Kuma dapat menjadi ide konsep rancangan pertama,
menciptakan suatu koneksi dengan alam sekitar, sesuai dengan cara pandang
Kuma yang menyatakan sejatinya lingkungan sudah memiliki hubungan antar
elemen satu dengan elemen lainnya. Kedua, menciptakan komunikasi. Ketiga,
material dan warna yang memiliki kesan alami untuk menghindari munculnya
keterasingan. Alur konsep dapat dilihat dari Gambar 4.61
106
Gambar 4.62 Ide Konsep
Zona publik
Orientas ke Jalan
Arifin Ahmad
Vegetasi dipertahankan
Bentuk bangunan Fasilitas Publik
berhadapan antar
bangunan
107
Konsep Terhadap Bangunan Sekitar Tapak
Leveling
Penghubung Sirkulasi
108
Berdasarkan konsep awal dan pengembangan konsep terhadap analisa-
analisa bentukan dasar dari perancangan women’s opportunity building adalah
sebagai berikut :
109
E B A
F
G
D
B. Orientasi Bangunan
Sesuai dengan hasil analisa yang telah dijelaskan, orientasi bangunan
berdasarkan sifat dari fasilitas tersebut yang terdiri dari sifat publik, semi privat,
dan privat. Bangunan dengan sifat publik menghadap ke akses masuk dari Arifin
Achmad dikarenakan dari jalan tersebut tapak lebih terlihat. Sedangkan area semi
privat dan privat saling berhadapan untuk menciptakan suatu komunikasi
110
Gambar 4.70 Orientasi Bangunan
C. Pencapaian Tapak
Women’s opportunity building di Kota Pekanbaru dapat diakses melalui
Jalan Arifin achmad. Tapak memiliki satu akses keluar masuk.
D. Sirkulasi Tapak
Berdasarkan analisa tapak, sirkulasi dimulai dari fasilitas parkir. Dari
fasilitas parkir pengguna melewati pelayanan umun setelah itu sirkulasi dipecah
untuk menuju ke pengelola atau ke fasilitas ekonomi. Dari fasiltas pengelola
pengguna akan melewati fasilitas edukasi, falitas sosial dan fasilitas rehabilitas
sedangkan dari fasilitas ekonomi pengguna akan melewati fasilitas karya dan
111
menuju fasilitas sosial dan rehabilitasi. Fasilitas sosial menjadi titik tengah dari
sirkulasi dalam perancangan bangunan ini.
112