LP CKD
LP CKD
LP CKD
DISUSUN OLEH :
SRI INDRININGSI
2020032085
2. Fisiologis
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010).CKD atau gagal ginjal
kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer,
2009)Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan
sampah lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal
kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak
mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh dan
menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme lainnya serta
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
C. Etiologi
1. Infeksi, misalnya pielonefritis kronik, glomerulonephritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung, misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
5. Penyakit metabolik, misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amyloidosis
6. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif, misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif
ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% – 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C
Long, 2016)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2016).
F. Manifastasi klinis
Manifestasi klinik menurut Suyono (2017) adalah sebagai berikut:
1. Sistem kardiovaskuler
a) Hipertensi
b) Pitting edema
c) Edema periorbital
d) Pembesaran vena leher
e) Friction sub pericardial
2. Sistem Pulmoner
a) Krekel
b) Nafas dangkal
c) Kusmaull
d) Sputum kental dan liat
3. Sistem gastrointestinal
a) Anoreksia, mual dan muntah
b) Perdarahan saluran GI
c) Ulserasi dan pardarahan mulut
d) Nafas berbau ammonia
4. Sistem musculoskeletal
a) Kram otot
b) Kehilangan kekuatan otot
c) Fraktur tulang
5. Sistem Integumen
a) Warna kulit abu-abu mengkilat
b) Pruritis
c) Kulit kering bersisik
d) Ekimosis
e) Kuku tipis dan rapuh
f) Rambut tipis dan kasar
6. Sistem Reproduksi
a) Amenore
b) Atrofi testis
G. Komplikasi
1. Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan
kadar kalium yang tinggi dalam darah.
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah.
3. Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites.
4. Anemia atau kekurangan sel darah merah.
5. Kerusakan sistem saraf pusat dan menimbulkan kejang.
H. Pemeriksaan diagnostik
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi
antara lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
b. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
c. Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1.
d. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
e. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
2. Urine
a. Urine rutin
b. Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radiodiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG (retio pielografi)
I. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian
terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan
pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang
menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada
pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang
pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
b. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
e. Dialisis (cuci darah)
f. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
g. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
h. Transfusi darah
2. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal
c. Rehabilitatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal
Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun
(Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin, Observasi balance cairan, Observasi
adanya odema dan Batasi cairan yang masuk).
2. Diagnosa keperawatan
Masalah yang sering muncul pada pasien gagal ginjal berdasarkan nanda
a. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium
b. Ketidak seimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
dan muntah, pembatasan diet
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
d. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi
e. Gangguan pertukaran gas
f. Nyeri
g. Kerusakan integritas kulit
3. Intervensi Keperawatan
Diagnose Perencanaan Keperawatan
Keperawatan NOC dan kriteria hasil NIC
Kelebihan volume NOC Pertahankan catatan intake dan
cairan b.d Keseimbangan elektrolit dan output yang akurat
penurunan haluaran asam basa Pasang urine kateter jika perlu
urine, diet berlebih Keseimbangan cairan Monitor hasil Hb yang sesuai
dan retensi cairan Hidrasi dengan retensi cairan
serta natrium Monitor status hemodinamik
Kriteria hasil Monitor vital sign
Terbebas dari edema, efusi, Monitor retensi/kelebihan volume
Bunyi nafas bersih tidak ada cairan
dyspneu/ortopneu Kaji dan monitor lokasi dan luas
Terbebas dari distensi vena edema
jugularis , reflek Monitor masukan makanan
hepatojugularis (+) /cairan dan hitung intake kalori
Terbebas dari kelelahan, Monitor status nutrisi
kecemasan dan kebingungan Kolaborasi pemberian diuretic
sesuai intruksi
Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatremia
Monitor kardiovaskuler terhadap
aktifitas
Monitor tanda dan gejala adanya
odema
4. Discharge Planning
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangancairan dan garam
3. Control hipertensi
4. Control ketidakseimbangan elektrolit
5. Deteksi dini dan terapi infeksi
6. Dialysis
7. Ajarkan diet rendah protein dan tinggi karbohidrat
8. Pemberian obat (kolaborasi)
DAFTAR PUSTAKA
Suyono. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8volume 2. Jakarta: EGC
Tim pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,edisi I Jakarta
:DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,edisi I Jakarta
DPP PPNI
Carpenito, L.J., 2016, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2016. Asuhan Keperawatan Gangguan SistemPerkemihan.
Jakarta : Salemba Medika