Lisensi Dokumen:
tahu maksudnya, “Kamu tenang aja lha. Aku ini bukan lelaki
1
Mendengar ucapan Amanda seperti itu, spontan
2
Stasiun Yogyakarta di siang hari. Panas terik begitu
3
Yogyakarta pada siang itu begitu ramai dengan banyak
4
500 meter dan bisa ditempuh dengan jalan kaki alias tidak
desakkan.
5
“Bentar kasih dulu yang mau turun!” teriak salah
merasakan kesakitan,
“Makasih ya,”
6
berubah menjadi kesal kembali. Sudah datang telat,
7
“Ke Wates, mbak,” jawab Rimba, “Mbak sendiri?”
8
“Setia kawan nggak juga,” kata Rimba, “Hanya saja
mau ngapain?”
terlihat. Oh, Tuhan, kok dia manis sekali sih, tanya Rimba
sekali lagi.
9
“Cuma mau tahu rumah kamu,” jawab Rimba
bahwa dia hari ini tidak ada di rumah dan sedang berobat di
10
Ketika jam 4 datang, Prameks dari arah
mudahnya.
11
sambil jalan-jalan. Akhirnya pada saat-saat seperti itu Rimba
belakang UGM.
12
“Kamu ini ada-ada aja deh,” tanggap Amanda
13
Sontak Rimba langsung girang dan memeluk
14
Sedangkan Rimba menilai Amanda adalah tipe
15
“Maksudnya?” Rimba heran dengan tanya itu tetapi
tahu.
Rimba terdiam.
pelan tangan Rimba, “Aku tahu kayanya ini bakal susah buat
mas,”
mas bingung mas nanti mau ngapain nggak ada kamu dan
16
“Kalo mas rindu,” kata Amanda, “Mas bisa datang
belum,”
gampang,”
17
“Ah, kamu ini sok tahu,” kata Rimba, “Emangnya
rindu,”
18
“Oh…terus kamu nggak rindu aku dong?” tanya
Rimba bercanda.
begitu ramai.
19
“Bukan begitu mas,” kata Amanda, “Kan aku harus
miss you.
20
bahwa ada harus yang ia lakukan untuk hari esok dan lebih
penting.
21
ANAK-ANAK BADUNG
keberangkatan.
22
menghentikan. Dua anak ini berkepala plontos dan juga
duduk dan sama sekali tidak bisa diam bahkan ketika kereta
23
masinis kepada penumpang bahwa sebentar lagi Gajayana
24
yang ada di depannya. Ia lantas bereaksi. Rupanya Ijal
makan,
25
terkejut. Kembali si ibu diam saja. Tenang. Seolah-olah tidak
mereka.
Mereka pun masih terus seperti itu dan satu jam kemudian
26
ingin menonton televisi dan pindah tempat duduk ke sana
mencoba menenangkan.
27
APAKAH KAMU SIAP?
di Merak.
28
Feri yang ditumpanginya terus menerjang lautan
alam yang begitu indah yang sudah jarang dilihat oleh Regi.
Rambutan.
29
Tujuannya sekarang dengan bis ini adalah stasiun
baginya.
30
tujuannya adalah stasiun Tanjungkarang yang berada di
31
seharusnya keretaapi berangkat jam 9. Keterlambatan
32
duduk di depan anjungan depan lokomotif yang sebenarnya
33
kedatangannya walau kekasihnya kaget karena ia hendak
naik keretaapi,
Tetapi, ia menjawab,
34
“Lho memang kenapa? Kan suka-suka gue mau naik
35
CERITA BAPAK TUA
sehari-hari.
36
Tetapi apakah Anak mau mendengar cerita Bapak?
37
dengan pekerjaan Bapak yang menyangkut nyawa orang
perjalanan mereka.
38
secara berganti-gantian. Misal pada hari ini Bapak yang
39
untuk sesekali melakukan cuti demi anak-anak. Namun, hal
itu ditentang istri Bapak dan ia hanya berkata nanti juga ada
disudutkan.
40
malam di rumahnya kalau ia sedang ada syukuran. Ia
nyawa orang.
41
“Eh, Bapak Wakil,” sapa Bapak ketika itu, “Betul Pak.
Mumpung belum ada kereta yang lewat lagi dan masih lama
apa,”
menyalahkan diri.
santai,”
42
“Maaf, Pak,” kata Bapak membela diri, “Saya dan
Lagipula kita ini juga butuh istirahat kan masa mereka saja
43
Begitulah. Semenjak kejadian itu kami selalu
44
“Memangnya sudah 15 menit Bapak di sini?” tanya
Aswan.
kepala stasiun.
45
“Kenapa kalian memberangkatkan kereta di jalur 4?”
aman?”
dengkul!”
46
keburu menjauh dan tidak melihat apa yang Bapak
47
berkata jangan berprasangka terlebih dahulu. Apa yang
Bapak.
48
Bapak pada kelaparan sedangkan Bapak bingung mau kerja
terbaik.
49
Bagaimana, Nak? Anak sekarang sudah tahu kan
saja.
50
dari Bapak, Nak. Bapak merasa sudah tidak bisa berkata-kata
lagi.
51
DI STASIUN AKU MENUNGGUMU
tenggorokan.
gayanya. Dia tidak pandang bulu pada siapa saja baik itu
52
Hampir setiap hari banyak lokomotif mampir di
53
Meneer Brug adalah panggilanku terhadap kepala
54
Mulai detik peresmian, di depanku sudah banyak
55
menjemput kereta tersebut dengan kereta derek dan
bahan bakar berupa kayu dan batu bara. Hal-hal inilah yang
mereka sendiri.
56
damai. Namun, ia tidak bisa melawan karena yang harus ia
57
seperti itu. Kepada para masinis pun ia ogah mengundang
menggerutu,
lagi?”
58
penumpang dan para awaknya sampai ke stasiun. Di stasiun
kesal,
59
Suatu hari kudapatkan kabar bahwa der Steen tewas
sebuah perang.
60
Di depanku kini terlihat begitu banyak kesibukan.
61
mempertahankan diriku akhirnya menyerah. Sejak saat itu
saja mereka sipit dan berkata dengan nada yang cepat dan
tegas. Aku pun berharap ada sesuatu yang baru dari mereka.
aku tahu dari ucapan para prajurit Jepang dan mereka tahu
62
lewat radio, mereka yang masih tersisa berupaya
63
Kemudian juga ditunjuk seorang kepala stasiun. Dia
dahulu kala.
64
mau menguburkan dirinya di samping diriku dengan hanya
dulu lagi walau tak kutemui sosok Meneer Brug, aku merasa
65
Tetapi mau bagaimana lagi mereka harus pergi. Kini
sedih.
66
tempat angker. Aku bilang dalam hati, ih apa-apaan nih.
67
“Seperti inilah stasiun yang pernah dikepalai oleh
kakek Anda,”
biaya membengkak,”
katanya.
Perhubungan.
68
“Baiklah,” katanya, “Saya serahkan dana untuk
Kereta Api dari negara Anda saja yang bekerja. Yang penting
laksanakan,”
69
dahulu bersinar terang di antara gunung-gunung dan yang
70
“Maafkan kalau kakekku meninggalkanmu, stasiun
71
DUNIA MEMANG SEMPIT
dan sejuk sebelum nanti jadi panas dan menerik. Ciri khas
kembali.
72
Amri hanya coba memandang dari tempat duduknya
Bandung saat hari kerja dan bukan hari libur di akhir pekan.
meninggalkan Jatinegara.
73
Dipati Ukur. Jalan ini sudah terkenal sejak Bandung berdiri
74
waktunya akan tepat waktu karena Amri akan sampai di
75
beberapa tidak. Karena Amri sudah makan sebelumnya ia
“Silahkan,”
76
Amri yang merasa punya langsung menjawab,
“Boleh,”
77
“Amri,”
“Johan,”
bertanya kembali,
itu. Ia menilai Johan orang yang ingin tahu. Tetapi, mau tak
78
“Oh,” kata Johan, “Kalau saya hendak ke Sukajadi
bapak?”
79
“Apa jangan-jangan Bapak malah kenal sama istri
saya?”
Pak Burhan?”
“Rika itu memang teman saya dan satu angkatan sama saya.
80
“Gimana kabarnya sekarang, Pak?”
memuji, “Dulu banyak pria yang suka sama dia selalu dia
81
ke Sukajadi dengan naik angkot. Udara Bandung yang sejuk
tenang di kejauhan.
82
GERBONG TAK BERTUAN
menjadi pijakannya.
siang hari. Tak ada seorang pun yang mau ke sana kecuali
keretaapinya.
83
Jika malam tiba hanggar itu tetap gelap. Sebenarnya
84
tempat bunuh diri sepasang kekasih yang lari dari
85
Aku sendiri percaya dengan keberadaan makluk dari
86
Aku pun tertawa,
kata Anto, “Masa iya kaya suara manusia yang ajalnya mau
habis,”
87
“Bukan. Foto gue masa nggak bisa kecetak. Kosong.
Ngadat,”
bisa diberantas,”
prosesnya,”
88
sekarang diam dengan kesetiaannya di dalamnya. Bukan
gerbong itu. Sejak saat itu ia tidak mau lagi main petak
umpet.
sambil memandang.
89
tidak mengerti bahasanya. Kalau kata temanku sih bahasa
Belanda.
aku tampik,
90
“Mana mungkin paling orang iseng. Buktinya dia
adikmu ditemuin,”
kekuatan di luar nalar. Lalu buat apa guna akal pikiran yang
91
berpendidikan tinggi masih saja percaya dengan yang
92
IMAGINE A DOUBLE-DECKER
93
peron. Banyak penumpang menumpuk di situ. Berdiri dan
keluarga.
menit bisa jadi waktu yang sebentar dan itu untuk mereka
94
kegemaran mereka di radio dan televisi dan waktu sepuluh
95
“Lo pasti tadi ketinggalan kereta ya?”
“Oke,”
96
ke dalam. Darwin pun juga terpaksa seperti karena tidak ada
makin padat.
97
Mendengar itu Darwin kesal di hatinya walaupun ia teringat
98
terutama di jalur jabodetabek yang begitu padat menggila
komuternya saja kereta jenis itu ada. Ia yakin kereta itu pasti
lagi.
99
Tetapi dalam hatinya ia meragukan apa bisa negara
ini membuatnya?
bergegas ke sana,
Husin.
100
“Sapa suruh naek AC,” kata Fadli, “Gaya sih lo. Udah
aja langsung,”
101
INI KERETA KITA!
102
yang kabarnya membawa banyak bahan makanan.
tentara Belanda.
dari jauh.
telunjuknya.
apa?”
103
“Ya dengan senjata lha,” kata Rustam yang sepertinya
langsung di stasiun?”
104
mereka. Kolonel Sardjo yang mendengar agak terkesima juga
sedikit,”
105
ketika itu ia hidup di masa kolonial, ia dan keluarganya tak
106
Mereka kini berada di sebuah sungai kecil yang airnya
bergemericik tenang.
mata sipit. Belakangan Karso baru tahu kalau itu adalah para
107
memaksa bapaknya menyerahkan hasil buminya bagi
108
bisa terdiam menahan airmata yang telah menetes perlahan.
109
“Kenapa, So?” tanya Rustam yang sepertinya
pada rencana nanti. Kita harus usir para londo itu dari sini
110
sebuah kereta logistik. Untuk itu mereka membicarakannya
lagi.
111
bahan makanan tersebut dengan gerobak dan kembali
112
“Saya kira tidak, Pak,” ujar Sundi, tentara yang lain,
“Di dalam malam yang begitu pekat jelas kegiatan nihil dan
begitu jauh,”
mereka.
113
pelurupun meskipun meleset pasti gaungnya akan terbawa
udara.
mengambil makanan.
114
Kini sepenuhnya stasiun Lebakpanjang dalam kuasa mereka.
dijalankan?”
115
Lima menit kemudian Suyono memberikan kode
berubah,”
116
Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dan
dimulai.
117
MAMA…KELUAR!
118
malah membaca koran. Itulah pemandangan yang tersaji
kerja atau para lelaki yang sehabis pulang entah dari mana
serta bau wangi dari para wanita yang hendak kerja malam
119
suara itu berusaha ditenangkan. Lampu di dalam gerbong
berkurang.
kembali.
120
“Kita mau turun dimana sih?” Tanya Rika lagi, “Kok
lama amat?”
menyinggung Rika.
keluar!”
121
“Ya sudah,” kata ibunya kini bernada kesal, “Keluar
saja kamu sendiri! Begini aja kamu ribut! Kaya anak kecil
aja!”
membelainya kembali.
duduknya,
122
Ia lalu menerobos kerumunan dan berhasil keluar. Si
123
mau mencapai tujuannya, ia bertanya kembali ke orang di
depannya,
“Iya,” jawabnya.
turun,”
melihat mereka,
124
Ia segera berpindah tempat perlahan dan
juga Rika.
125
Ketika turun ke bawah berjejerlah banyak tukang
“Benar ya?”
“Mau,”
126
“Ya udah sekarang terusin makannya,”
127
MAUNYA APA SIH?
sesuatu dari arah utara. Belum datang juga dia padahal ini
kuliah.
128
dengan lancar. Pertama-tama Pakuan yang datang tanpa
129
Penumpang-penumpang lain yang seperti dirinya. Beberapa
yah bolos saja. Toh, absen masih sedikit. Tapi, ia berpikir lagi
130
kalau nggak masuk nggak enak sama dosennya dan teman-
temannya.
131
yang dianggap tercepat seperti ini terus. Suka menyiksa. Toh,
132
Ketika sampai di stasiun Pasar Minggu, kereta malah
temannya.
ngosan gitu?”
telpon kalau dia nggak bisa ngajar hari ini karena sakit,”
133
Rino yang mendengar hal itu segera terkejut dan
kesal,
Brengsek!”
ROTTERDAM-PARIS
134
terkenal di Belanda dan dunia ini. Di sini ia bersama dengan
jika bertemu itu selalu akan mengatakan, hai, apa kabar lo?
135
menaiki Trans Eropa seharga 60 euro. Rencananya di sana
bangunan tersebut,”
ke Perancis kali,”
136
“Masa sih. Soalnya dulu lo pernah ngomong pernah
ngeliat Eiffel,”
Vegas,”
“Oh, gitu,”
137
dekat pintu. Tak lama kemudian kereta berangkat kembali
memeriksa karcis.
138
“Abis ini kita kan harus naik kereta lagi?” tanya
tersebut,
bahasa sendiri,”
139
“Apalagi Belanda,”
“Kok lo diam?”
“Gue lagi mikir nih,” kata Risda, “Gue mau coba ingat
teman gue,”
“Pasti lama,”
140
Tiba-tiba datanglah seorang wanita mendekati
bercelana jins.
141
“Kalo menurut saya kalian naik metro aja yang
diikuti Ani.
142
dan kemudian keluar dari sana dan mulailah terlihat
143
harus menaiki sebuah trem yang menuju ke Den Haag
keduanya berkata,
“Kok ada gue?” tanya Risda heran, “Sori deh kalo tadi
gue bawel,”
“Boleh,”
144
Mereka seperti biasa lalu berpelukan dan cium pipi
145
SEKEJAP
dicurigai.
“Oke!”
146
raya di depan stasiun dan memasuki sebuah gang. Siang
sebaliknya.
***
147
orangtua warga yang kebetulan adalah tentara dan ia
148
korbannya kembali lagi anak kecil tapi terkadang orang
Cara ini agak berhasil untuk yang penakut kalau yang tidak
149
“Woi! Lo diam aja di rumah!” ujar ibunya melihat
kesal.
150
Keluar dari rumah Egong tampak bingung. Terus-
temannya, Reka.
itu ia tertawa-tawa.
151
“Emangnya nih ketoprak?” tanya Egong heran, “Gue
serius!”
para orang kaya yang suka malak orang miskin kaya gue
gini,”
Ayo!”
“Bukan itu,”
“Apaan emangnya?”
152
“Tapi, gue tanya lo mau nggak?”
sekejap,”
153
“Tapi, lo dilepasin lagi kan?” tanya Reka.
Reka.
154
Seorang ibu berperawakan setengah tua sedang
250,”
155
KRL Jabodetabek dari arah Bogor datang dan
156
sepi dan orang bisa leluasa bergerak. Inilah yang tidak boleh
157
kalung dari leher dan seketika ibu itu terbangun sambil
mengumpat,
158