Disusun Oleh :
(201804076)
Kelompok 14
2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Dermatitis
1.3.2 Untuk mengetahui Etiologi Dermatitis
1.3.3 Untuk mengetahui Patofisiologi Dermatitis
1.3.4 Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Dermatitis
1.3.5 Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dermatitis
1.3.6 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Dermatitis
1.3.7 Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperaawatan Dermatitis
1.3.8 Untuk mengetahui Discharge Planning Dermatitis.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan ini untuk membantu menambah pengetahuan tentang
penyakit Dermatitis mulai dari Pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan konsep Asuhan
Keperawatan Dermatitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi
1. Dermatitis kontak
Peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang
dianggap asing oleh tubuh. Terbagi menjadi 2: alergi dan iritan.
2. Dermatitis atopic
Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang selama masa
bayi dan anak.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
4. Dermatitis numularis
5. Dermatitis statis.
2.1.3 Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi
kontak.
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul
sebelum 24 – 48 jam, bahkan sampai 72 jam.
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi
akut dan kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna
kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet.
Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan
sedikitmeradang dan kahirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi
kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih
terasa dibandingkan dengan tipe alergi.
2. Dermatitis atopik (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu :
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama
kehidupan yaitu bulan kedua. Lesi mula – mula tampak
didaerah muka (dahi – pipi) berupa eritema, papul-vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan
kahirnya terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala,
leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak mulai
merangkak, lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor
ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2
tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA anak (2 – 10 bulan)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil
ataupun timbul sendiri (de novo). Lokasi lesi di lipatan
siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata
dan leher. Ruam berupapapul likenifikasi, sedikit skuama,
erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA
berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut,
samping leher, dahi, sekitar mata. Pada dewasa, distribusi
lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya
pada bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, penting susu
atau skalp. Kadang – kadang lesi meluas dan paling parah
di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak
menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi
plaklikenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati
ekskoriasi dan eksudadi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi. Umumnya DA remaja dan
dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik
setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan dan
sebagian kecil sampai tua.
3. Neurodermartitis sirkumskripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan
bawah, paha atau mata kaki, kadang muncul pada alat
kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat
santai atau sedang tidur akan berkurang saat beraktivitas.
Rasa gatal yang digaruk akan menambah berat rasa gata
tersebut.
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang
bersisik akibat garukan atau penggosoka dan sudah terjadi
bertahun – tahun.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat
mengganggu.
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm),
kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas
ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang
logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas
tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian
mengering menjadi krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi
dari miliar sampai numular, bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah,
badan, lengan termasuk punggung tangan.
5. Dermatitis statis
a. Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik.
b. Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka (lesi) kulit
f. Pembengkakan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di sekitar daerah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena.
2.1.5 Pathway
Berhubungan dengan
Dermatitis kontak Dermatitis atopik peningkatan kadar IgE
(sabun,detergen,zat dalam alergik
kimia)
Iritan primer
Ketidakefektifan pola
Allergen sensitizen
napas
Reaksi
hipersensitivitas IV
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air
mengalir sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka
bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan
perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau
intravena sesuai dengan tingkat keparahannya.
2. Dermatitis atopik
a. Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/ dingin, bahan bahan berbulu.
b. Hidrasi kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain
krim hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung
asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%.
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi,
daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid
potensi menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila
aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid
diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu.
Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA
eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis
rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan
efek samping dan bila tiba tiba dihentikan akan timbul
rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena
berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit.
Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1
minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping
sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan koloni S. aureus pada kulit penderita DA.
Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila
ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari
selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan
untuk mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa
gatal. Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan
untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan
wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid
yang low poten, pemakaian high-potent steroid hanya
dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti-anxiety sangat membantu pada
sebagian orang dan perlu pertimbangan untuk
pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan
aantibiotik topikal ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku
yang dapat mencegah gatal dan garukan.
4. Dermatitis numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien.
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu
misalnya dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik
secara sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang
berat dan refrakter, dalam jangka pendek. f. Pruritus dapat
diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCI.
5. Dermatitis statis
a. Cahaya Berdenyut Intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi
2.2.1 Pengkajian
I. Data Umum
Identitas pasien dan penanggung jawab
Identitas pasien biasanya terdiri dari Nama, Jenis Kelamin, usia,
pendidikan, alamat, dll
II. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
III. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien mengalami atau merasakan
keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa
saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti
ini atau penyakit kulit lainnya.
Riwayat Psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan, apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat – obatan yang
dipakai pada kulit, atau pernahkan pasien tidak tahan (alergi)
terhadap sesuatu obat.
IV. Pola Kesehatan Fungsional
1. Pola persepsi kesehatan / penanganan kesehatan
Pengumpulan data difokuskan pada laporan kesehatan pasien
dan kesejahteraan manajemen kesehatan dan kepatuhan untuk
menjaga kesehatan.
a) Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan
dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari
pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut
mengganggu aktivitas pasien.
b) Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu
(misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin,
inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan
antispasmotik dan obat anti-parkinson.
c) Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau
untuk mengetahui gaya hidup klien.
2. Pola Nutrisi / Metabolisme
a) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari – hari
klien (pagi, siang dan malam)
b) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, pakah ada mual
muntah, pantangan atau alergi
c) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam
menelan
d) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-
buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin
antioksidant..
3. Pola Eliminasi
a) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya. Berapa kali miksi dalam sehari,
karakteristik urin dan defekasi.
b) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
4. Pola Aktivitas – Latihan.
a) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit.
b) Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
c) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5. Pola Istirahat – Tidur
a) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur
pasien
b) Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada
kulit.
c) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah
merasa segar atau tidak?
6. Pola Kognitif dan Persepsi
a) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien
dalam memahami sesuatu
b) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah,
nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
c) Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
d) Kaji apakah klien mengalami vertigo
e) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak
merah pada kulit.
7. Pola Persepsi Diri / Konsep Diri
a) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan
dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien
mengubah gambaran dirinya.
b) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah
merasa cemas, depresi atau takut.
c) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya.
8. Pola Peran Hubungan
a) Tanyakan apa pekerjaan pasien
b) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan
klien seperti: pasangan, teman, dll.
c) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien.
9. Pola Seksualitas – Reproduksi
a) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan
dengan penyakitnya.
b) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah
kesehatan terkait dengan menopause.
c) Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan
dalam pemenuhan kebutuhan seks.
10. Pola Koping – Toleransi Stres
a) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS
( financial atau perawatan diri ).
b) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanismekoping klien ).
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-
orang terdekat.
11. Pola Nilai – Kepercayaan
a) Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-
pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien
menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada
Tuhannya lebih berfikiran positif.
V. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran, GCS :
Tanda Vital : TD =
Suhu =
Nadi =
RR =
Secara Khusus :
B1(breath) : keadaan umum tampak lemah, tampak
peningkatan frekuensi nafas sampai terjadi gagal nafas. Dapat
terjadi sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret
B2(blood) : TD normal, nadi, perfusi, crt t<2 detik, suhu panas
atu tidak < 37ᵒC.
B3(brain) : kesadaran komposmentis sampai koma
B4(bladdeer) : monitor produksi urine dan warnanya
B5( bowel) :
inspeksi : tampak normal
auskultasi : terdengar suara bising usus normal.
palpasi : turgor kulit normal.
perkusi : tidak ada distensi abdomen.
B6(bone) : pada kasus Dermatitis tidak ditemukan kelainan
tulang.
Edukasi :
Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh.
Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh.
Anjurkan menggunakan alat bantu
(mis. pakaian, wig, kosmetik).
Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung (mis. kelompok
sebaya) - Latih fungsi tubuh yang
dimiliki.
Latih peningkatan penapilan diri
(mis, berdandan).
Latih pengungkapan kemampuan
diri kepada orang lain maupun
kelompok.
2.2.4 Implementasi
Langkah keempat dalam proses keperawatan, dimulai secara formal
setelah mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Dengan rencana
asuhan berdasar pada diagnosis keperawatan yang jelas dan relevan,
menginisiasi intervensi yang didesain untuk membantu pasien mencapai
tujuan dan hasil yang diharapkan yang dibutuhkan untuk mendukung
atau meningkatkan status kesehatan pasien. [CITATION Eni \l 1057 ]
2.2.5 Evaluasi
Apriza, Aulia Fatmayanti, Qonita Ulfiana, Murti Ani, Ratih Kumala Dewi, Riza
Amalia, et al. (2020). konsep dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Yayasan Kita Menuis.
Djuanda. (2015). Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Tindakan Keperawatan . Jakarta Selatan: Dewan pengurus
pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.