Semester : IV
Tingkat : II B
MAKALAH
PROGRAM BERMAIN
DI SUSUN OLEH :
YUYUN SARENDAREN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada sumber-sumber atau pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga boleh tersusun dengan baik dan
rapih.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik la
Manado, 10.05.2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.......................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane ). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
Bermain merupakan keinginan dalam mengatasi konflik dari anak yang tidak disadari
serta dialami dengan suatu kepuasan . Bermain merupakan sarana bagi anak–anak untuk
belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain, anak–anak mencobakan
gagasan–gagasan mereka, bertanya serta mempertanyakan berbagai persoalan, dan
memperoleh jawaban atas persoalan – persoalan mereka. Melalui permainan menyusun
balok misalnya anak – anak belajar menghubungkan ukuran suatu obyek dengan lainnya.
Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar menopang balok yang kecil.
Mereka belajar konsep bagaimana hal-hal yang lebih besar mampu menopang hal – hal
yang lebih kecil.
Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan
lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor
seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan ancaman
perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat
tindakan invansif yang diterima.
Dari pernyataan diatas, telah mendasari kelompok kami untuk membuat proposal
tentang terapi bermain yang pada nantinya akan diberikan pada anak usia sekolah yaitu
usia 6 sampai dengan 12 tahun. Kelompok akan mencoba menguraikan teori tentang
konsep bermain, pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah serta jenis
permainan yang dapat diberikan pada anak sekolah.
B. Tujuan Penulisan
1.1.1 Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami tentang isi proposal ini yaitu terapi bermain pada anak
usia 6 tahun sampai 12 tahun.
PEMBAHASAN
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bias diukur.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
kematangan (Soetjiningsih, 1995).
a. Fisik
b. Kognitif
c. Psikologis
d. Moral
e. Spiritual
2) Ciri Proses Tumbuh Kembang
Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai
dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas atau
dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
2) Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda
3) Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak satu
dengan lainnya
4) Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ
2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus dalam
pola sebagai berikut :
3. Perkembangan adalah hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola
yang konsisten dan kronologis
4) Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah (7 Tahun)
1. Motorik
Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot –otot halus. Misalnya
loncat tali, badminton, bola volly, pada akhir masa sekolah motorik halus lebih
berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan.
2. Sosial emosional
Mencari lingkungan yang lebih luassehingga cenderung sering pergi dari rumah
hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sanggat berperan untuk
membentuk pribadi anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain
selain keluarga sehingga peran guru sangatlah besar.
3. Pertumbuhan fisik
1. Assimilasi, adalah proses pada saat manusia ketemu dan berekasi dengan situasi
baru dengan mengunakan mekanisme yang sudah ada. Pada tahap ini manusia
mendapatkan pengalaman dan keterampilan baru termasuk cara pandang terhadap
dirinya dan duania disekitarnya
2. Akomodasi, merupakan proses kematangan kognitive untuk memecahkan masalah
yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan. Tahap ini dapat tercapai karena ada
pengetahuan baru yang menyatu.
3. Adaptasi, merupakan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan
3. Konsep Bermain
1) Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk
memperoleh kesenangan ( Foster, 1989 ). Bermain adalah cerminan kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar
memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2000).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah aktivitas
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar
mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
Anak dalam keadaan sakit atau yang mendapat perawatan dirumah sakit
umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan lingkungan yang terjadi pada
dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti usia
perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan rasa terancam
karena perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat.
Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan
tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan invansif yang diterima.
Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak. Tekanan
sekolah, lingkungan sebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang semakin tinggi membuat
anak harus lebih mampu menghadapi tuntutan sosial masyarakat. Bahkan tidak jarang orang
tua menuntut anak untuk berprestasi tinggi, dan adakalanya harapan orang tua melebihi
kapasitas anak untuk dapat mencapainya. Berbagai kondisi sosial yang penuh tuntutan baik
dari sekolah, teman sebaya maupun orang tua dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi
anak salah satunya dalam proses belajar anak sulit berkonsentrasi, perstasi anak menurun
bahkan motivasi anak untuk belajar menurun. Berbagai keluhan tersebut merupakan sebagian
kecil keluhan rutin yang kerap disampaikan oleh para orang tua pada konselor. Tidak jarang
bahakan orang tua justru menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka terlalu senang
bermain, sehingga kurang belajar. Padahal justru melalui bermain, mereka bisa belajar lebih
banyak lagi. Usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun.
C. Metode Bermain
Permainan untuk anak-anak tidak perlu memakai alat yang sulit dijangkau
tempatnya apalagi harganya. Cukup dengan barang-barang atau alat-alat di sekitar kita
bisa kita gunakan untuk memperkaya permainan anak. Misal ; bola, lompat tali, kertas
origami, dan lain-lain. Yang terpenting kita bisa meramu dan menggunakan alat sesuai
dengan keinginan anak.
Pelatihan anak dengan metode bermain, menoton film dan diskusi dapat
membuat anak lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat menghargai
orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri.
Acara pementasan juga dapat menjadi salah satu pilihan yang sangat efektif
untuk membentuk kerja sama anak, mengekspresikan diri, dan anak dapat memberikan
apresiasi terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan
ini dapat diterapkan oleh anak dalam kegiatan sehari-hari.
D. Tahapan Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permaianan mereka terutama terdiri atas
melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang
diasungkan dihadapannya. Selanjutnya mereka akan mengendalikan tangan
sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang dan
memperlajari benda kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau berjalan, mulai
memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya
b. Tahap permainan
Bermain barang mainan dimuali pada tahun pertama dan mencapai puncaknya pada
usia antar 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainannya.
Antara 2 dan 3 tahun mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat
hidup, dapat bergerak, berbicara dan merasakan. Dengan semakin berkembangnya
kecerdasan anak, mereka tidak lagi mengangap benda mati sebagai sesuatu yang
hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang
mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permaianan
itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk
sekolah, kebanyakan anak mengangap bermaian barang sebagai “permaianan bayi”
c. Tahap bermain
Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula mereka
meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu
mereka merasa tertarik dengan permainan, olahraga, hobi dan bentuk permaianan
matang lainnya.
d. Tahap melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat pada peramainan
yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktu dengan melamun.
Melamun yang merupakan ciri khas anak remaja adalah saat berkorban, saat mereka
mengangap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh
siapapun.
E.Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah
merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi (Soetjiningsih, 1995).
a. Status kesehatan, pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotorik/ kognitif
terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permainannya dan
ada saat-saatanak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermaian.
b. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anka laki-laki engan bermain
dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunikasi sendiri,
dimana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama
laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka
bermain bola, pada anak permpuan suka main boneka.
a) Solitary play
Bermaian sendiri walaupun disekitarnya orang lain. Misalnya pada bayi dan
toddler, dia akan asyik dengan mainnya sendiri tanpa menghiraukan orang-
orang yang ada disekitarnya.
b) Pararel play
c) Associative play
Bermain dalam kelompok , dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih
belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai
keinginannya. Misalnya, anak bermain hujan-hujanan di teras rumah,
berlari-lari dan sebagainya. Hal ini banyak dialami pada anak pre school.
d) Cooperative play
2. Menurut isi
Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa dengan cara
merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa.
c) Skill play
Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat dan dia
dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permaianan itu. Misalnya,
anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu tetangganya sakit,
dia melihat perawat dan dokter . sesampainya dirumah dia berusaha untuk
memerankan dirinya sebagai seorang perawat maupun dokter, sesuai dengan
apa yang dia lihat dan diterima tentang peran tersebut.
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat
tidur.
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan
anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak
dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua,
maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE merupakan
alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan
perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat
mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi
sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan
ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya
jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat
kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa
memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga
terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa contoh jenis permainan
yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau
dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam
pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan
gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan
motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil
warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri
dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat
dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan
dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji
kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan
kesempatan untuk mandiri.
Terapi Bermain pada Anak yang Dihospitalisasi
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di
suatu rumah sakit, antara lain:
a. Memberikan dukungan
Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah sakit, mendampingi
anak saat diperiksa petugas medis, atau memberikan beberapa treatment pengobatan.
Yang tak kalah penting, memberi sentuhann lembut, seperti pelukan atau mengelus saat
anak mengalami kesakitan.
Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau petugas medis lainnya
adalah orang-orang yang menolongnya untuk sembuh
BAB III
KEGIATAN BERMAIN
Kegiatan
No Tahapan Waktu
Perawat Klien
8. Evaluasi
1) Kaji respon anak secara verbal maupun non verbal dalam kemampuan anak mengikuti
permainan selama permainan berlangsung
2) Pantau keadaan anak selama bermain
3) Kaji tercapainya tujuan bermain
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu. Bermain
merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam proses
belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak. Orang tua yang keberatan
terhadap aktivitas bermain anak justru menghambat kemampuan kreativitas anak untuk
mengenal dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya. Dalam usia sekolah tuntutan yang
dihadapi oleh anak semakin banyak.
4.2 Saran