Anda di halaman 1dari 23

Mk : Pkk Keperawatan Anak

Semester : IV
Tingkat : II B

MAKALAH
PROGRAM BERMAIN

DI SUSUN OLEH :

YUYUN SARENDAREN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI D-III KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada sumber-sumber atau pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga boleh tersusun dengan baik dan
rapih.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik la

Manado, 10.05.2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.......................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar belakang ......................................................................................


B. Rumusan masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

A. Konsep tumbuh kembang ....................................................................


B. Teori tunbuh kembang .........................................................................
C. ..............................................................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane ). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.

Bermain merupakan keinginan dalam mengatasi konflik dari anak yang tidak disadari
serta dialami dengan suatu kepuasan . Bermain merupakan sarana bagi anak–anak untuk
belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain, anak–anak mencobakan
gagasan–gagasan mereka, bertanya serta mempertanyakan berbagai persoalan, dan
memperoleh jawaban atas persoalan – persoalan mereka. Melalui permainan menyusun
balok misalnya anak – anak belajar menghubungkan ukuran suatu obyek dengan lainnya.
Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar menopang balok yang kecil.
Mereka belajar konsep bagaimana hal-hal yang lebih besar mampu menopang hal – hal
yang lebih kecil.

Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan
lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor
seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan ancaman
perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat
tindakan invansif yang diterima.

Dari pernyataan diatas, telah mendasari kelompok kami untuk membuat proposal
tentang terapi bermain yang pada nantinya akan diberikan pada anak usia sekolah yaitu
usia 6 sampai dengan 12 tahun. Kelompok akan mencoba menguraikan teori tentang
konsep bermain, pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah serta jenis
permainan yang dapat diberikan pada anak sekolah.
B. Tujuan Penulisan
1.1.1 Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami tentang isi proposal ini yaitu terapi bermain pada anak
usia 6 tahun sampai 12 tahun.

1.1.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan
anak
b. Mahasiswa dapat memahami konsep bermain pada anak
c. Mahasiswa dapat menerapkan konsep permainan pada anak usia 6 tahun sampai
12 tahun
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Tumbuh Kembang


1) Pengertian Tumbuh Kembang

Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bias diukur.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
kematangan (Soetjiningsih, 1995).

Whaley dan Wong dalam Supartini (2004), mengemukakan pertumbuhan


sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi
dan pembelajaran.

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari


mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang
apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah
unik, sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.
Tumbuh kembang merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi yaitu faktor
herediter dan faktor lingkungan. Manusia dalam tumbuh dan berkembang
dipengaruhi oleh kondisi:

a. Fisik
b. Kognitif
c. Psikologis
d. Moral
e. Spiritual
2) Ciri Proses Tumbuh Kembang

Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai
dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :

1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas atau
dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
2) Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda
3) Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak satu
dengan lainnya
4) Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ

3) Prinsip Tumbuh Kembang

Prinsip tumbuh kembang menurut Potter dan Perry (2005)

1. Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu

2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus dalam
pola sebagai berikut :

- Cephalocaudal, pertumbuhan berlansung terus menerus dari kepala ke arah


bawah bagian tubuh

- Proximodistal., perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal)


tubuh ke arah luar tubuh (distal)

- Differentiation, ketika perkembangan berlangsung terus yang mudah ke arah


yang lebih kompleks

3. Perkembangan adalah hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola
yang konsisten dan kronologis
4) Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah (7 Tahun)

1. Motorik

Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot –otot halus. Misalnya
loncat tali, badminton, bola volly, pada akhir masa sekolah motorik halus lebih
berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan.

2. Sosial emosional

Mencari lingkungan yang lebih luassehingga cenderung sering pergi dari rumah
hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sanggat berperan untuk
membentuk pribadi anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain
selain keluarga sehingga peran guru sangatlah besar.

3. Pertumbuhan fisik

BB meningkat 2-3 Kg/tahun dan TB meningkat 6-7 cm/tahun.

5) Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak
1) Faktor herediter
Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun
dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses
tumbang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah
dibuahi dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam
faktor genetic ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa /ras. Misalnya, anak keturunan
bangsa eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika dibandingkan dengan keturunan asia
termasuk indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.
2) Faktor lingkungan
3) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon
yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatotropin merupakan hormon
yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa
pertumbuhan,berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme. Hormon tiroid
akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan
kretinesme dan hor,on gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan
seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan esterogen merangsang
perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur. Jika kekurangan hormon
gonadotropin ini akan menyebakan terhambatnya perkembangan seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara,
teman sebaya, guru dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
emosi, sosial, dan intelektual anak. Cara seseorang anak dalam berinteraksi dengan
orang tua akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah. Pada umumnya anak yang
perkembangannya baik dan mempunyai intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan
anak yang tahap perkembangannya terhambat.
4) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhi, diantaranya
adalah kebudayaan. Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan, adat
kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana oarang tua mendidik anaknya.status sosial
ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua yang ekonominya menengah ke atas
dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya disekolah-sekolah berkualitas. Sehingga
mereka dapat menerima dan mengadopsi cara-cara baru bagimana cara merawat anak
dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua dengan status
ekonomi lemah bahkan tidak mampu memberikan makanan tambahan buat bayinya,
sehingga bayi akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh
akan menurun dan akhirnya bayi/anak akan jatuh sakit.
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas
fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot, posisi anak dalam keluarga
juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang tua, sehingga
semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik, emosi, maupun sosial.
5) Faktor pelayanan kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada disekitar lingkungan
dimana anak tumbuh dan berkembang. Diharapkan tumbang anak dapat dipantau.
Sehingga apabila terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat
keterlambatan dalam perkembangannya. Anak dapat segera mendapatkan pelayanan
kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya.
B. Teori Tumbuh Kembang
1. Tahapan perkembangan :

Industry Vs Inferiority (School age, 7 tahun)

1. Anak senang menyelesaikan sesuatu dan menerima pujian


2. Anak tidak berhasil menyelesaikan tugasnya akan menjadi inferior
3. Perilaku positif: memiliki perasaan untuk bekerja atau melaksanakan tugas,
mengembangkan kompetisi sosial dan sekolah, melakukan tugas yang nyata

2. Teori perkembangan Piaget


Jean Piaget lebih menekankan kepada perkembangan kognitif atau intelektual. Piaget
menyatakan perkembangan kognitif berkembang dengan proses yang teratur dengan 4
urutan/tahapan melalui proses ini:

1. Assimilasi, adalah proses pada saat manusia ketemu dan berekasi dengan situasi
baru dengan mengunakan mekanisme yang sudah ada. Pada tahap ini manusia
mendapatkan pengalaman dan keterampilan baru termasuk cara pandang terhadap
dirinya dan duania disekitarnya
2. Akomodasi, merupakan proses kematangan kognitive untuk memecahkan masalah
yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan. Tahap ini dapat tercapai karena ada
pengetahuan baru yang menyatu.
3. Adaptasi, merupakan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan

3. Konsep Bermain
1) Pengertian Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau


mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, memersiapkan diri untuk berperan dan menjadi dewasa.(Aziz Alimul
Hidayat,2008).

Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik


dalam dirinya yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane, 1983 ).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk
memperoleh kesenangan ( Foster, 1989 ). Bermain adalah cerminan kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar
memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2000).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah aktivitas
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar
mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.

Anak dalam keadaan sakit atau yang mendapat perawatan dirumah sakit
umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan lingkungan yang terjadi pada
dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti usia
perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan rasa terancam
karena perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat.
Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan
tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan invansif yang diterima.

Gibon dan Boren mendeskripsikan 3 tipe permainan yang bermanfaat untuk


mengurangi rasa stress anak, yaitu:

1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang yaitu bermain


bemain spontan yang tidak terstruktur.
2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas untuk tujuan
tertentu, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan
3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan
meninterprestasiakan permainan anak dan merekomendasikan intervensi yang
sesuai. Tipe bermain ini bertujuan untuk untuk memberikan pengalaman pada
anak menyelesaiakan konflik internal, dan tipe ini merupakan komponen
penting pendekatan psikososial untuk merawat anak.
Sasaran Usia Sekolah ( 7 tahun )

Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak. Tekanan
sekolah, lingkungan sebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang semakin tinggi membuat
anak harus lebih mampu menghadapi tuntutan sosial masyarakat. Bahkan tidak jarang orang
tua menuntut anak untuk berprestasi tinggi, dan adakalanya harapan orang tua melebihi
kapasitas anak untuk dapat mencapainya. Berbagai kondisi sosial yang penuh tuntutan baik
dari sekolah, teman sebaya maupun orang tua dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi
anak salah satunya dalam proses belajar anak sulit berkonsentrasi, perstasi anak menurun
bahkan motivasi anak untuk belajar menurun. Berbagai keluhan tersebut merupakan sebagian
kecil keluhan rutin yang kerap disampaikan oleh para orang tua pada konselor. Tidak jarang
bahakan orang tua justru menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka terlalu senang
bermain, sehingga kurang belajar. Padahal justru melalui bermain, mereka bisa belajar lebih
banyak lagi. Usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun.

C. Metode Bermain
Permainan untuk anak-anak tidak perlu memakai alat yang sulit dijangkau
tempatnya apalagi harganya. Cukup dengan barang-barang atau alat-alat di sekitar kita
bisa kita gunakan untuk memperkaya permainan anak. Misal ; bola, lompat tali, kertas
origami, dan lain-lain. Yang terpenting kita bisa meramu dan menggunakan alat sesuai
dengan keinginan anak.

Pelatihan anak dengan metode bermain, menoton film dan diskusi dapat
membuat anak lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat menghargai
orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri.

Acara pementasan juga dapat menjadi salah satu pilihan yang sangat efektif
untuk membentuk kerja sama anak, mengekspresikan diri, dan anak dapat memberikan
apresiasi terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan
ini dapat diterapkan oleh anak dalam kegiatan sehari-hari.
D. Tahapan Perkembangan Bermain

a. Tahap eksplorasi

Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permaianan mereka terutama terdiri atas
melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang
diasungkan dihadapannya. Selanjutnya mereka akan mengendalikan tangan
sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang dan
memperlajari benda kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau berjalan, mulai
memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya

b. Tahap permainan

Bermain barang mainan dimuali pada tahun pertama dan mencapai puncaknya pada
usia antar 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainannya.
Antara 2 dan 3 tahun mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat
hidup, dapat bergerak, berbicara dan merasakan. Dengan semakin berkembangnya
kecerdasan anak, mereka tidak lagi mengangap benda mati sebagai sesuatu yang
hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang
mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permaianan
itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk
sekolah, kebanyakan anak mengangap bermaian barang sebagai “permaianan bayi”

c. Tahap bermain

Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula mereka
meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu
mereka merasa tertarik dengan permainan, olahraga, hobi dan bentuk permaianan
matang lainnya.

d. Tahap melamun

Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat pada peramainan
yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktu dengan melamun.
Melamun yang merupakan ciri khas anak remaja adalah saat berkorban, saat mereka
mengangap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh
siapapun.
E.Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah
merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi (Soetjiningsih, 1995).

F. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain pada Anak

a. Status kesehatan, pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotorik/ kognitif
terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permainannya dan
ada saat-saatanak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermaian.

b. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anka laki-laki engan bermain
dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunikasi sendiri,
dimana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama
laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka
bermain bola, pada anak permpuan suka main boneka.

c. Lingkungan, lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola permainan


anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan. Paling
mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan
untuk bermain, berbeda dengan yang masih terdapat tanah-tanah kosong.

d. Alat permainan yang cocok, disesuaikan dengan tahap perkembangan sehingga


anak menjadi senang untuk menggunakannya.

G. Karakteristik dan Klasifikasi dari Bermain

1. Menurut karakteristik sosial

a) Solitary play

Bermaian sendiri walaupun disekitarnya orang lain. Misalnya pada bayi dan
toddler, dia akan asyik dengan mainnya sendiri tanpa menghiraukan orang-
orang yang ada disekitarnya.
b) Pararel play

Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masing-masing


anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi di antara
mereka. Mereka tidak ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Misalnya, masing-masing anak punya bola, maka dia akan bermain dengan
bolanya sendiri tanpa menghiraukan bola temannya. Biasanya terjadi pada
usia toddler dan pre school.

c) Associative play

Bermain dalam kelompok , dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih
belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai
keinginannya. Misalnya, anak bermain hujan-hujanan di teras rumah,
berlari-lari dan sebagainya. Hal ini banyak dialami pada anak pre school.

d) Cooperative play

Anak bermain secara bersama-sama, permaianan sudah terorganisir dan


terencana, didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya, anak bermain
kartu, petak umpet, terjadi pada usia sekolad dan adolescent.

2. Menurut isi

a) Sosial afektive play

Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa dengan cara
merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa.

b) Sense of pleasure play

Anak mendapatkan kesenagan dari suatu objek disekelilingnya. Misalnya,


anak bermain pasir atau air sehingga anak tertawa bahagia.

c) Skill play

Memperoleh keterampilan sehingga anak akan melaksanakannya secara


berulang-ulang. Misalnya, anak bermain sepeda-sepedaan dan sedikit mulai
merasa bisa, maka dia akan berusaha untuk mencobanya lagi
d) Dramatic play

Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat dan dia
dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permaianan itu. Misalnya,
anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu tetangganya sakit,
dia melihat perawat dan dokter . sesampainya dirumah dia berusaha untuk
memerankan dirinya sebagai seorang perawat maupun dokter, sesuai dengan
apa yang dia lihat dan diterima tentang peran tersebut.

2.2.7 Pedoman untuk Keamanan Bermain

Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:

a. Ekstra energi

Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil


kemungkinan untuk melakukan permainan.

b. Waktu

Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal.

c. Alat permainan

Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.

d. Ruang untuk bermain

Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat
tidur.

e. Pengetahuan cara bermain

Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan
anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.

f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak
dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua,
maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE merupakan
alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan
perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat
mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi
sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan
ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya
jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.

Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat
kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa
memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga
terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.

Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa contoh jenis permainan
yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau
dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam
pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan
gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan
motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil
warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri
dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat
dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.

Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan
dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji
kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan
kesempatan untuk mandiri.
Terapi Bermain pada Anak yang Dihospitalisasi

Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas


bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan
tugas perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan,
kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).

Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan


memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur
invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa
perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di
suatu rumah sakit, antara lain:

1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar


2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan
dan prosedur medis
6. Memberi peralihan dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif
terhadap orang lain
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

Prinsip Bermain di Rumah Sakit

1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.


2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur yang sama.
4. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
5. Semua alat permainan dapat dicuci
6. Melibatkan orang tua.
Dukungan dari orang tuapun merupakan faktor penting yang harus diberikan untuk
memotivasi anak. Hal-hal yang perlu diberikan sebagai orang tua antara lain:

a. Memberikan dukungan
Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah sakit, mendampingi
anak saat diperiksa petugas medis, atau memberikan beberapa treatment pengobatan.
Yang tak kalah penting, memberi sentuhann lembut, seperti pelukan atau mengelus saat
anak mengalami kesakitan.

b. Bersikap optimis dan tidak menampakkan kecemasan didepan anak.


Orang tua yang menampakkan wajah ceria, meski beban yang ditanggungnya cukup
berat, akan membuat anak bersikap tabah dan ceria dalam menghadapi kondisi sakitnya.

3. Menanamkan pengertian bahwa proses pengobatan dan perawatan dirumah sakit


adalah proses menuju kesembuhan.

Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau petugas medis lainnya
adalah orang-orang yang menolongnya untuk sembuh
BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM BERMAIN

1. Jenis permainan : Mewarnai gambar


2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Usia : 7 tahun
4. Waktu permainan : ± 30 menit
5. Tempat permainan : Lantai 3 Selatan, RSUP Fatmawati
6. Alat yang digunakan : Kertas bergambar, pensil warna
7. Tujuan :
a. Meningkatkan hubungan perawat – klien.
b. Meningkatkan kreativitas pada anak.
c. Sosialisasi dengan teman sebaya / orang lain.
d. Melatih perkembangan motorik kasar pada anak.
7. Strategi permainan :

KEGIATAN BERMAIN

Kegiatan
No Tahapan Waktu
Perawat Klien

1. Fase Pra-Interaksi 5 menit a. Mempersiapkan diri


b. Mempersiapkan media &
alat yang akan
digunakan
c. Mempersiapkan tempat
untuk bermain
d. Mempersiapkan klien
2. Fase Orientasi 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Kontrak waktu b. Menyimak
d. Menyampaikan tujuan c. Menyepakati
bermain d. Menyimak
e. Meyampaikan e. Menyimak
permainan yang akan
dilakukan
f. Menjawab
pertanyaan
3. Fase Kerja a.
15 Menyampaikan
m cara a. Menyimak
permainan
e yaitu
mewarnai
n gambar
b. Membimbing
i klien
dalam
t mewarnai gambar
4. Fase Terminasi 5 menit a. Menyimpulkan manfaat a. Menyimak
dari aktivitas bermain
anak
b. Memberi evaluasi secara b. Menjawab
lisan
c. Memberi rencana tindak c. Menyimak
lanjut
d. Memberi reward kepeda d. Klien merasa
klien jika dapat membuat senang
sebuah karya dari kertas
origami

a) Sebelum bermain berikan contoh dahulu kepada anak.


b) Buat anak duduk membentuk sebuah lingkaran.
c) Fasilitator memberikan kertas bergambar yang telah disediakan pada masing-
masing anak, kemudian leader membimbing anak untuk mewarnainya.
d) Selama jalannya permainan semua fasilitator wajib membimbing masing-
masing anak untuk mewarnai gambar
e) Setelah leader selesai membimbing anak mewarnai gambar, semua fasilitator
mengecek semua kertas gambar yang telah diwarnai anak.
f) Berikan reward positif pada semua anak yang telah menyelesaikan tugas untuk
mewarnai gambarnya.

8. Evaluasi

1) Kaji respon anak secara verbal maupun non verbal dalam kemampuan anak mengikuti
permainan selama permainan berlangsung
2) Pantau keadaan anak selama bermain
3) Kaji tercapainya tujuan bermain
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu. Bermain
merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam proses
belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak. Orang tua yang keberatan
terhadap aktivitas bermain anak justru menghambat kemampuan kreativitas anak untuk
mengenal dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya. Dalam usia sekolah tuntutan yang
dihadapi oleh anak semakin banyak.

4.2 Saran

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari mulai


manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang
apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik,
sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.

Anda mungkin juga menyukai