Dilema Etik Keperawatan
Dilema Etik Keperawatan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, “Dilema Etik dalam Keperawatan” ini
dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan
dan arahan kepada penyusun.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran
dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................................1
Daftar isi.......................................................................................................................................2
Bab I pendahuluan
1.1. Latar belakang....................................................................................................................3
1.2. Rumusan masalah..............................................................................................................4
1.3. Tujuan................................................................................................................................4
Bab II Pembahasan
2.1. Pengertian dilema etik. .....................................................................................................5
2.2. Prinsip moral dalam menyelesaikan masalah etik. ..........................................................5
2.3. Masalah etika dalam praktik keperawatan........................................................................7
2.4. Langkah-langkah penyelesaian masalah atau dilema etik................................................9
2.5. Enam pendekatan dalam mengahadapi dilema etik........................................................10
2.6. Hal yang berikaitan dengan masalah...............................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untukkesejahteraan
manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk
dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara
perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.
Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya
prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas
dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang
mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional.
Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan
dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik
yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi.
Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup
nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para
perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan
karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang
mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak
lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum
tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering
dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak
adanya kasus dilemma etik sehingga seorang perawat harus benar - benar tahu tentang
etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang
terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya
bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau
institusi yang lain.
3
B. Rumusan masalah
a. Pengertian Dilema Etik.
b. Prinsip Moral dalam Menyelesaikan Masalah Etik.
c. Masalah Etika Dalam Praktik Keperawatan
d. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Atau Dilema Etik
e. Enam Pendekatan Dalam Mengahadapi Dilema Etik
f. Hal Yang Berkaitan Dengan Masalah
C. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dilema etik
b. Mahasiswa dapat mengetahui Prinsip Moral dalam Menyelesaikan Masalah Etik.
c. Mahasiswa mampu memahami masalah etika dalam praktik keperawatan.
d. Mahasiswa dapat mengetahui Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Atau Dilema Etik
e. Mahasiswa mampu memahami enam pendekatan dalam mengahadapi dilema etik
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau
tidak memuaskan sebanding. Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika
kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis (Suhaemi, 2002). Dalam
dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang
harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan
sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang
etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan oleh perawat dalam pendekatan penyelesaian
masalah / dilema etis adalah :
a. Otonomi
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu.
Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri.
Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan
keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam
ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu
tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. (Curtin, 2002).
Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi
pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan
Rumah Sakit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan
pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang
diinginkan .
b. Benefisiensi
5
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan
kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
c. Keadilan (justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu
prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang
sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip
dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini
harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan
yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai
SAK.
d. Non malefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik dan psikologik.
Segala tindakan yang dilakukan pada klien.
e. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan
bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
salama menjalani perawatan.
Walaupun demikian terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau adanya
hubungan paternalistik bahwa “doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran adalah dasar
dalam membangun hubungan saling percaya
f. Fidelity
6
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderita
g. Kerahasiaan (confidentiality).
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga
privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan
lain harus dicegah.
h. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan
standar yang pasti yang mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang
tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah menimbulkan
konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat falsafah keperawatan. Masalah etik
keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etik kesehatan. Masalah etis dalam praktik
keperawatan antara lain :
1. Berkata jujur
Dalam konteks berkata jujur (truth telling), ada suatu istilah yang disebut desepsi,
berasal dari katadeceive yang berarti membuat orang percaya terhadap suatu hal yang tidak
benar, meniru atau membohongi. Desepsi meliputi berkata berbohong, mengingkari atau
menolak, tidak memberikan informasi, dan memberikan jawaban tidak sesuai dengan
pertanyaan atau tidak memberikan penjelasan suatu informasi dibutuhkan.
2. AIDS
AIDS pada awalnya ditemukan pada masyarakat Gay di Amerika sekitar tahun 1980
atau 1981. Saat ini AIDS hampir ditemukan di setiap negara, termasuk Indonesia. AIDS tidak
7
saja menimbulkan dampak pada penatalaksanaan klinis, tetapi juga dampak sosial,
kekhawatiran masyarakat serta masalah hukum dan etika.
Perawat yang bertanggung jawab dalam merawat klien AIDS akan mengalami
berbagai stress pribadi termasuk takut tertular atau menularkan pada keluarga dan ledekan
emosi bila merawat klien AIDS fase terminal yang berusia muda.
Perawat sangat berperan dalam perawatan klien, sepanjang infeksi HIV masih ada
dengan berbagai komplikasi sampai kematian tiba. Perawat terlibat dalam pembuatan
keputusan tentang tindakan atau terapi yang dapat dihentikan dan tetap menghargai martabat
manusia, pada saat tidak ada terapi medis lagi yang dapat diberikan kepada klien, seperti
mengidentifikasi nilai-nilai, mengenali makna hidup klien, memberikan rasa nyaman,
memberi dukungan manusiawi dan membantu meninggal dunia dalam keadaan tentram dan
damai (RIP).
3. Abortus
Abortus telah menjadi perdebatan internasional masalah etika. Berbagai penapat
muncul baik pro maupun kontra. Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian
kehamilan secara sepontan atau rekayasa. Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari 2
sudut pandang yaitu moral dan hukum.
Kesimpulannya, apapun alasan yang dikemukakan, abortus sering menimbulkan
konflik nilai bagi perawat bila ia harus terlibat dalam tindakan abortus. Di indonesia,
tindakan abortus dilarang sejak tahun 1978 sesuai dengan pasal 346 sampai dengan 349
KUHP, dinyatakan bahwa “barang siapa melakukan suatu dengan sengaja yang
menyebabkan keguguran atau matinya kandungan, dapat dikenai penjara”. Masalah abortus
memang kompleks, namun perawat profesional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai
yang ia yakini kepada klien yang memiliki nilai yang berbeda, termasuk pandangan terhadap
abortus.
4. Menghentikan pengobatan, cairan dan makanan
Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tugas perawat adalah
memenuhi kebutuhan makanan dan minuman. Selama perawatan seringkali perawat
menghentikan pemberian makanan dan minuman, terutama bila pemberian tersebut justru
membahayakan klien (misal : pada pra dan post operasi).
8
Masalah etika dapat muncul pada keadaan terjadi ketidakjelasan antara memberi
dan menghentikan makanan dan minuman, serta ketidakpastian tentang hal yang lebih
menguntungkan klien.
5. Euthanasia
Merupakan masalah biotik yang juga menjadi perdebatan utama didunia
barat.euthanasia berasal dari bahasa Yunani, eu (berarti mudah, bahagia atau baik)
dan thabatos(berarti : meninggal dunia) jadi bila dipadukan, berarti meninggal dunia
dengan baik atau bahagia.
Kesimpulan berbagai argumentasi telah diberikan oleh pada ahli tentang
euthanasia, baik yang mendukung ataupun menolaknya. Untuk saat ini pertanyaan moral
masyarakat yang perlu dijawab bukan “apakah euthanasia secara moral diperbolehkan?”
melainkan “jenis euthanasia mana yang diperbolehkan?”. Pada kondisi yang bagaimana?
Dan metode bagaimana yang tepat?
6. Transplantasi organ
Pada saat ini, dunia kedokteran telah memasuki teknologi yang lebih tinggi.
Transplantasi organ hanya dilakukan di rumah sakit luar negri, untuk saat ini telah
diakukan di indonesia.
Menurut Helsinik, tidak semua perawat terlibat dalam tindakan ini, namun
beberapa hal perawat cukup berperan, seperti merawat dan meningkatkan kesehatan
pemberi donor, membantu di kamar operasi dan merawat klien setelah transplantasi.
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat langsung dalam
dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang berempati.
Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan
pertanyaan yaitu:
1. Apa yang menjadi fakta medik?
9
2. Apa yang menjadi fakta psikososial?
3. Apa yang menjadi keinginan klien?
4. Apa nilai yang menjadi konflik?
b. Perencanaan.
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985) mendaftarkan
3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :
10
dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi
diantara para pengambil keputusan masih harus dipelihara.
11
menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu
dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga
menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
12
meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat
dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi
ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan
tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi
keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan
informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal
yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa
obat itu diambil. Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi
antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan
hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang
bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah
dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan
nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak
yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat
dipertahankan.
3.2. Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan
harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih
memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya
(kode etik keperawatan).
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema
etik.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/06/makalah-dilema-etik.html
http://naimah-naimahlaila.blogspot.com/p/dilema-etik-dan-pemecahanya.html
https://search.medianewpagesearch.com
http://karyatanganzaenalmibrahim.blogspot.com/2015/06/makalah-dilema-etik-keperawatan.html
14