Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Farmasi Fisika

1438H/20
16

Modul 3
TEGANGAN PERMUKAAN
1. PRINSIP PERCOBAAN
Mengukur tegangan permukaan dengan menggunakan Tensiometer Du Nouy dimana
tegangan permukaan sebanding dengan gaya yang dibutuhkan untuk menarik cincin Du Nouy yang
tercelup di dalam cairan.

2. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu, untuk :
1) Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan
2) Menggunakan alat alat untuk menentukan tegangan permukaan
3) Menentukan tegangan permukaan dan tegangan antar muka zat cair
4) Menentukan harga Konsentrasi Misel Kritik (KMK)

3. LANDASAN TEORI
3.1 Tegangan Permukaan dan Tegangan Antarmuka
Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar
pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permakaan memounyai
satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang
menggantung dipinggur jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali
tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali (Martin, 1990).
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam memperluas
permukaan cairan dengan satu satuan luas. Satuan untuk tegangan (γ) adalah (J. m−1 ) atau dyne
cm−1atau N m−1(Dogra, 1990).
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase
cair yang tidak bercampus. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada tengangan permukaan
karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampus lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan
udara (Hamid, 2010).
Tegangan permukaan air terjadi karena gaya kohesif antar molekul yang berada di
permukaan. Molekul ini tidak memiliki molekul lain di atasnya sehingga molekul tersebut saling
melekat lebih kuat dengan molekul yang ada disekitarnya. Semakin besar gaya kohesif antarmolekul
di permukaan, maka akan semakin besar tegangan permukaan. Karena gaya kohesif antar molekul
hidrokarbon lebih kecil daripada air, maka tegangan permukaan larutan juga lebih kecil daripada air
(Moechtar, 1989).
3.2 Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang, sehingga
permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara
molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya
adesinya dan pada zat yang non-adesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah satu besaran
yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh
permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik
antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi).
(Ansel, 1985)

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 1 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan dikelilingi
oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada molekul cairan
lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total
yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam caian. Sebaliknya molekul cairan yang
terletak di permukaan di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya.
Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya
total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung memperkecil luas
permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada
permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis (Anief, 1993).
Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang sehingga permukaannya seolah-olah di
tutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini di sebabkan adanya gaya tari menarik antar partikel
sejenis di dalam zat cair sampai ke permukaan. Di dalam cairan, tiap molekul di tarik oleh molekul
lain yang sejenis di dekatnya dengan gaya yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa
(resultan) gaya yang bekerja pada masing-masing molekul. Pada permukaan tiap cairan, molekul di
tarik oleh molekul molekul sejenis di dekatnya dengan arah hanya ke samping dan ke bawah, tetapi
tidak di tarik oleh molekul di atasnya  karena di atas permukaan cairan berupa fase uap (udara)
dengan jarak antar molekul sangat renggang. Akibatnya terdapat perbedaan gaya tarik sehingga ada
sisa gaya yang bekerja pada lapisan atas cairan. Gaya tersebut mengarah ke bawah karena molekul di
bawah permukaan cairan jumlahnya lebih banyak dan jarak antar molekul lebih rapat. Adanya gaya
tarik ke bawah menyebabkan permukaan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang
(Yazid,2005).
3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan
mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada pada permukaan
cairan berbentuk lapisan monomolekuler yang disebut dengan molekul surfaktan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi (Giancoli, 2001):
1. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya energi
kinetik molekul.
2. Zat Terlarut (Solut)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan.
Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan
bertambah besar. Tetapi, apabila zat yang berada di permukaan cairan membentuk lapisan
monomolekular, maka akan menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan
surfaktan. Surfaktan (Surface Active Agent), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi
yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan non polar.
Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, maka molekul-
molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan membentuk suatu lapisan monomolekuler.
Bagian gugus polar akan mengarah ke udara. Hal ini mengakibatkan turunnya tegangan permukaan
air. Pada konsentrasi yang lebih tinggi molekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air membentuk
agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel ini mulai terbentuk disebut
konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini dicapai maka tegangan permukaan zat cair tidak

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 2 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

banyak lagi dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dapat ditentukan
dengan metode tegangan permukaan (Mawarda,2009).
3. Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air, maka
tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara
molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
4. Konsentrasi Zat Terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat
larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut
yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan
yang lebih kecil daripada didalam larutan.
3.4 Metode Pengukuran Tegangan Permukaan
Metode yang digunakan dalam penentuan tegangan permukaan antara lain :
1. Kenaikan kapiler
Metode kenaikan kapiler adalah tegangan permukaan di ukur dengan melihat ketinggian
air/cairan yang naik melalui suatu kapiler. Bila suatu pipa kapiler di masukkan ke dalam cairan yang
membasahi dinding maka cairan akan naik ke dalam kapiler karena adanya tegangan muka.
Kenaikan cairan sampai pada suhu tinggi tertentu sehingga terjadi keseimbangan antara gaya ke atas
dan ke bawah. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka (Yazid,2005).
2. Tensiometer Du Nuoy
Metode Tersiometer Du Nuoy adalah Metode Cincin Du Nuoy bisa digunakan untuk
mengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini gaya yang di
perlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang di celupkan pada permukaan
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut. Pada
percobaan tegangan permukaan atau antar muka ini metode yang digunakan yakni tensiometer Du-
Nouy dimana Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan
ataupun tegangan antar muka. Untuk penentuan tegangan permukaan saja dapat menggunakan
metode kenaikan kapiler. Sedangkan Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan sebanding dengan
tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut (Yazid,2005).
Tensiometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tegangan permukaan atau
tegangan antarmuka cairan. Pengukuran tegangan permukaan antarmuka dilakukan dengan
menggunakan tensiometer berdasarkan pada pengukunhran tekanan ataugaya dari interaksi suatu
lempeng dengan permukaan atau antarmuka dua zat cair yang tidak saling bercampur. Tensiometer
yang baik adalah tensiometer yang tertutup, kedapudara, tabung berisi air (barel) dengan ujung
keropos pada salah satu ujungnya dan gaugevakum di sisi lain (Mawarda,2009).
3. Berat tetesan
Metode yang digunakan untuk menentukan tegangan permukaan dengan cara cairan dari
konsentrasi tertentu akan dipompa ke dalam cairan yang lain dan waktu yang berbeda saat tetes
dihasilkan diukur (Daniels, 1956).
4. Tekanan gelembung

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 3 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

Sebuah metode universal terutama cocok untuk memeriksa tekanan pada permukaan atas
interval waktu panjang. Sebuah vertikal sepiring dikenal perimeter terlampir untuk keseimbangan
dan memaksa karena pembasahan diukur (Daniels, 1956).
5. Tetesan sessile
Dalam rangka untuk mempelajari tegangan permukaan dan pasukan permukaan antara
cairan dan padatan, analisis bentuk sessile tetes adalah salah satu metode yang paling sering
digunakan. Beberapa alasan yang mendukung preferensi untuk metode ini, khususnya mudah untuk
berlaku dan hanya memerlukan sejumlah kecil cair (Sparavigna,2013).
6. Lempeng wilhelmy
Metode ini didasarkan pada gaya yang diperlukan untuk menarik pelat tipis dari permukaan
cairan. Pelat digantung pada salah satu lengan neraca dan dimasukkan kedalam cairan yang akan
diselidiki. Besarnya gaya tarik pada neraca yang digunakan untuk melepas pelat dari permukaan
cairan dicatat. Pada saat pelat terlepas berlaku hubungan : F=W+21γ Sehingga tegangan permukaan
dapat dihitung sebagai : γ = Dimana : = tegangan permukaan γ F = gaya tarik yang dicatat W = berat
lempeng ( pelat ) 1 = lebar lempeng 2 = faktor karena ada dua permukaan pada lempeng Dalam
metode ini diandaikan sudut kontak θ = 00, dan pengaruh dari ujung- ujung lempeng dapat
diabaikan . Pada metode ini, digunakan lempengan mika tipis atau kaca slide mikrosip yang
digantung pada neraca. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara statistik ataupun dengan
detasment yang secara akurat diberikan pada persamaan ideal. Jika pengukurannya dilakukan
dengan metode detasmen, prosedurnya hampir sama dengan metode cincin du nouy, tetapi faktor
koreksi hanya 0,1 % (Yazid,2005).

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 4 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

4. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Tensiometer Du Nouy
- Piknometer
- Labu ukur 100 mL dan 50 mL
- Pipet volume
- Pipet Tetes
- Batang Pengaduk
- Beaker Glass
- Gelas Ukur
- Corong
- Neraca Analitik

Bahan :
- Larutan seri Tween 80
- Larutan stok Tween 80 10 %
- Aquades
- Minyak nabati

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 5 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

5. PROSEDUR KERJA

Tegangan antar muka air dengan minyak nabati ditentukan dengan


tensiometer Du Nuoy

Dibuat larutan seri tween 80 dengan konsentrasi sebagai berikut


(0,2 8,0 ‫ ׀‬6,0 ‫ ׀‬4,0 ‫ ׀‬2,0 ‫ ׀‬1.0 ‫ ׀‬0,8 ‫ ׀‬0,6 ‫ ׀‬0,4 ‫ ) ׀‬g tween 80
Ad 50 ml air

BJ dari masing-masing larutan seri Tween 80 dihitung dengan menggunakan


piknometer

Ditentukan tegangan permukaan air dengan masaing-masaing larutan seri


Tween 80 menggunakan Tensioneter Du Nuoy

Dibuat kurva nilai tegangan permukaan (γ) terhadap nilai konsentrasi


surfaktan (% b/v)

Nilai dan titik KMK ditentukan dari kurva yang telah di buat

Dijelaskan hubungan antara BJ terhadap tekanan permukan dari larutan seri


Tween 80

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 6 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

6. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


6.1 Data Pengamatan
Tabel 1. Tegangan Permukaan dan Tegangan Antarmuka
Skala Tegangan Permukaan
(mN/m) (dyne/cm)
Air 56,1 72,767
Minyak 32 41,504
Air+Minyak 31,5 40,855

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tegangan Permukaan dan Tegangan Antarmuka


Konsentrasi
Skala yang Terbaca Tegangan Permukaan
Tween 80 Bobot Jenis
(mN/m) (dyne/cm)
(%)
0.2 46 59.662 0,999
0.4 43 55.771 0,999
0.6 42 54.474 1,004
0.8 41 53.177 0,998
1.0 42,5 55.123 1,005
2.0 41,8 54.215 1,011
4.0 41 50.177 1,010
6.0 41,9 54.344 1,008
8.0 40,9 52.658 1,008

Grafik Konsentrasi Misel Kritis (KMK)


62
59.66
60

58
55.77
56 55.12
54.47 54.22 54.34
γ (dyne/cm)

54 53.18
52.66
52
50.18
50

48

46

44
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (%)

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 7 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

6.2 Perhitungan
1. Pembuatan Larutan Induk/Stok 10
10 g Tween 80
10 % = dibuat 2x
ad . 100 mL Aquades
2. Larutan Seri Tween 80
Volume larutan Tween 80 10% yang dipipet :
Volume Tween 80 10% adalah 50 mL

1. Tween 80 0,2 % V1 x 10 % = 50 mL x 1,0 %


V 1 x M1 = V 2 x M2 V1 = 5 mL
V1 x 10 % = 50 mL x 0,2 %
V1 = 1 mL 6. Tween 80 2,0 %
V 1 x M1 = V 2 x M2
2. Tween 80 0,4 % V1 x 10 % = 50 mL x 2,0 %
V 1 x M1 = V 2 x M2 V1 = 10 mL
V1 x 10 % = 50 mL x 0,4 %
V1 = 2 mL 7. Tween 80 4,0 %
V 1 x M1 = V 2 x M2
3. Tween 80 0,6 % V1 x 10 % = 50 mL x 4,0 %
V 1 x M1 = V 2 x M2 V1 = 20 mL
V1 x 10 % = 50 mL x 0,6 %
V1 = 3 mL 8. Tween 80 6,0 %
V 1 x M1 = V 2 x M2
4. Tween 80 0,8 % V1 x 10 % = 50 mL x 6,0 %
V 1 x M1 = V 2 x M2 V1 = 30 mL
V1 x 10 % = 50 mL x 0,8%
V1 = 4 mL 9. Tween 80 8,0 %
V 1 x M1 = V 2 x M2
5. Tween 80 1,0 % V1 x 10 % = 50 mL x 8,0 %
V 1 x M1 = V 2 x M2 V1 = 40 mL

3. Bobot Jenis
W 3– W 1
BJ =
W 2– W 1

W1 = Berat Pikno kosong


W2 = Berat Pikno+Aquades
W3 = Berat (Piknometer+Larutan Seri Tween80)
W1 = 16,3529
W2 = 26,8451
W3 =
Konsentrasi W3
0,2 % 26,8350
0,4 % 26,8356
0,6 % 26,8871
0,8 % 26,8190

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 8 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

1,0 % 26,8960
2,0 % 26,9597
4,0 % 26,9574
6,0 % 26,9316
8,0 % 26,9293
Konsentrasi 0,2 % W 3 – W 1 26,8960−16,3529 10,3529
BJ = = =
W 3 – W 1 26,8350−16,3529 10,4821 W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922
BJ = = =
W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922 = 1,005
= 0,999 Konsentrasi 2,0 %
Konsentrasi 0,4 % W 3 – W 1 26,9597−16,3529 10,6068
BJ = = =
W 3 – W 1 26,8356−16,3529 10,4827 W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922
BJ = = =
W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922 = 1,011
= 0,999 Konsentrasi 4,0 %
Konsentrasi 0,6 % W 3 – W 1 26,9574−16,3529 10,6045
BJ = = =
W 3 – W 1 26,8871−16,3529 10,5342 W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922
BJ = = =
W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922 = 1,010
= 1,004 Konsentrasi 6,0 %
Konsentrasi 0,8 % W 3 – W 1 26,9316−16,3529 10,5787
BJ = = =
W 3 – W 1 26,8190−16,3529 10,4661 W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922
BJ = = =
W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922 = 1,008
= 0,998 Konsentrasi 8,0 %
Konsentrasi 1,0 % W 3 – W 1 26,9293−16,3529 10,5764
BJ = = =
W 2 – W 1 26,8451−16,3529 10,4922
=1,008

4. Skala yang Terbaca pada Skala


Air = 56,1 (mN/m)
Minyak = 32 (mN/m)
Air + Minyak = 31,5 (mN/m)
Larutan Seri Tween 80

Konsentras
Skala
i
(mN/m)
(%)
0,2 46
0,4 43
0,6 42
0,8 41
1,0 42,5
2,0 41,8
4,0 41
6,0 41,9
8,0 40,9

5. Tegangan Permukaan dan Tegangan Antarmuka

γ = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 9 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

γ air 72,8
- Faktor Koreksi = = = 1,297
Skala yang terbaca 56,1

- γ minyak = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ minyak = 32 x 1,297

γ minyak = 41,504 dyne/cm

- Tegangan antarmuka (air+minyak) = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

Tegangan antarmuka (air+minyak) = 31,5 x 1,297

Tegangan antarmuka (air+minyak) = 40,855 dyne/cm

- Tegangan Permukaan Larutan Seri 80

1. Konsentrasi 0,2%

γ0,2% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ0,2%= 46 x 1,297 = 59,662 dyne/cm

2. Konsentrasi 0,4%

γ0,4% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ0,4%= 43 x 1,297 = 55,771 dyne/cm

3. Konsentrasi 0,6%

γ0,6% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ0,6% = 42 x 1,297 = 54,474 dyne/cm

4. Konsentrasi 0,8%

γ0,8% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ0,8% = 41 x 1,297 = 53,177 dyne/cm

5. Konsentrasi 1,0%

γ1,0% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ1,0% = 42,5 x 1,297 = 55,213 dyne/cm

6. Konsentrasi 2,0%

γ2,0% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ2,0% = 41,8 x 1,297 = 54,215 dyne/cm

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 10 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

7. Konsentrasi 4,0%

γ4,0% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ4,0% = 41 x 1,297 = 50,177 dyne/cm

8. Konsentrasi 6,0%

γ 6,0% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ 6,0% = 41,9 x 1,297 = 54,344 dyne/cm

9. Konsentrasi 8,0%

γ 8,0% = Skala yang Terbaca x Faktor Koreksi

γ 8,0% = 40,6 x 1,297 = 52,658 dyne/cm

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 11 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

7. PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan menentukan factor-faktor yang memengaruhi
tegangan permukaan, menggunakan alat-alat untuk menentukan tegangan permukaan, menentukan
tegangan permukaan dan tegangan antarmuka, dan menentukan Konsentrasi Misel Kritis (KMK).
Tegangan permukaan adalah gaya dipermukaan yang dapat menyeimbangi gaya ke arah
dalam yang disebut gaya kohesi (gaya tarik menarik antarmolekul sejenis) sehingga molekul tetap
berada di permukaan. Misalnya campuran antara air dengan surfaktan Tween 80. Sedangkan
tegangan antarmuka adalah gaya dipermukaan yang dapat menyeimbangi gaya ke arah dalam yang
disebut gaya kohesi (gaya tarik menarik antarmolekul sejenis) sehingga molekul tetap berada di
permukaan tetapi terjadi pada dua cairan yang tidak saling bercampur. Misalnya antara minyak dan
air.
Pada percobaan ini digunakan metode tensiometer Du Nouy. Metode Tersiometer Du Nuoy
bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antarmuka. Prinsip dari
alat ini gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin platina iridium yang dicelupkan pada
permukaan caiaran sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antarmuka dari cairan
tersebut.
Penentuan tegangan permukaan dilakukan percobaan terhadap campuran air dengan larutan
seri Tween 80 dengan konsentrasi 0.2%, 0.4%, 0.6%, 0.8%, 1.0%, 2.0%, 4.0%, 6.0%, dan 8.0% .
Sedangkan untuk menentukan tegangan antarmuka dilakukan percobaan terhadap campuran air dan
minyak nabati.
Penentukan Berat Jenis (BJ) masing-masing larutan seri Tween 80 dilakukan dengan
menggunakan piknometer. Piknometer merupakan alat untuk menentukan massa jenis atau densitas
suatu fluida. Cara pengukurannya adalah dengan menghitung berat kosong piknometer (W 1),
menghitung berat piknometer yang diisi aquades (W2), menghitung berat piknometer yang diisi
W 3−W 1
dengan larutan Tween 80 (W3). Lalu dikonversikan ke dalam rumus BJ= .
W 2−W 1
Larutan stok yang digunakan adalah larutan Tween 80 dengan konsentrasi 10% sebanyak 100
mL. Kemudian larutan stok ini diencerkan menjadi beberapa konsentrasi yaitu 0.2%, 0.4%, 0.6%,
0.8%, 1.0%, 2.0%, 4.0%, 6.0%, dan 8.0% masing-masing sebanyak 50 mL. Lalu masing-masing larutan
seri diukur dengan piknometer untuk menentukan bobot jenisnya. Setelah dilakukan pengukuran
nilai BJ yang didapat tidak beraturan nilainya. Hal ini bisa saja disebabkan karena tidak tepatnya
konsentrasi setiap larutan seri yang diukur dengan piknometer sehingga mempengaruhi ketepatan
pengukuran BJ larutan seri Tween 80. Hasil perhitungan bobot jenis larutan seri Tween 80 dengan
konsentrasi 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; 1,0%; 2,0%; 4,0%; 6,0%; 8,0% sebesar 0,999; 0,999; 1,004; 0,998;
1,005; 1,011; 1,010; 1,008; 1,008.
Selanjutnya dilakukan pengukuran tegangan permukaan dengan menggunakan tensiometer
Du Nouy. Setiap larutan seri sebanyak 30 mL diletakkan di wadah kaca lalu disimpan di meja
Tensiometer kemudian cincin Du Nouy dicelupkan pada cairan dan posisi cincin tepat dibagian
tengah permukaan atas. Lalu diberikan gaya hingga cincin Du Nouy terlepas dari cairan. Maka gaya
yang tertera pada tensiometer adalah gaya yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan gaya ke arah
dalam (gaya kohesi). Selanjutnya pengukuran tegangan permukaan air dan minyak. Faktor koreksi
sebesar 1,297. Tegangan permukaan air sebesar 72,767 dyne/cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa
gaya yang bekerja antara air dan udara yang sejajar permukaan zat cair untuk mengimbangi gaya
kohesi antara molekul air di bagian dalam adalah 72,767 dyne/cm. Tegangan permukaan minyak
sebesar 41,504 dyne/cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa gaya yang bekerja antara minyak dan

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 12 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

udara yang sejajar permukaan zat cair untuk mengimbangi gaya kohesi antara molekul air di bagian
dalam adalah 41,504 dyne/cm. Maka tegangan permukaan air lebih besar daripada tegangan
permukaan minyak. Hal ini disebabkan karena bobot jenis air lebih besar daripada bobot jenis
minyak sehingga minyak beada di atas bersentuhan langsung dengan udara dan air berada dibawah.
Hal ini bersesuaian dengan literature, dimana tegangan permukaan air seharusnya lebih besar
daripada minyak, karena berat jenis air lebih besar daripada minyak. Berat jenis air 1000 kg/m3
sedangkan bobot jenis minyak kelapa adalah 800 kg/m (Genaro, 1990). Tegangan permukaan Tween
80 dengan konsentrasi 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; 1,0%; 2,0%; 4,0%; 6,0%; 8,0% sebesar 59,662; 55,771;
54,474; 53,177; 55,123; 54,215; 50,177; 54,344; 52,658 dyne/cm. Tegangan permukaan larutan seri
Tween 80 lebih kecil dibandingkan dengan tegangan permukaan air karena sudah dipengaruhi oleh
adanya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan sehingga lebih kecil.
Pengukuran tegangan antarmuka dilakukan pada campuran 15 mL air dan 15 mL minyak
nabati yang dimasukkan ke dalam wadah kaca lalu cincin Du Nouy dicelupkan tepat di tengah
antara air dan minyak. Lalu diberikan gaya hingga cincin Du Nouy terlepas. Tegangan antarmuka air
dan minyak sebesar 40,855 dyne/cm. Tegangan antarmuka lebih kecil daripada tegangan
permukaan, hal tersebut terjadi karena gaya adhesi antara dua fase zat cair yang tidak bercampur
adalah lebih besar. Pada percobaan kali ini, air dicampur dengan minyak nabati. Ketika diukur,
tegangan antarmuka minyak dan air yang didapat adalah 40,855 dyne/cm. Setelah dibandingkan
dengan tegangan permukaan air (72,767 dyne/cm) dan tegangan permukaan minyak (41,504
dyne/cm), tegangan antarmuka lebih kecil daripada tegangan permukaan. Hal ini disebabkan karena
gaya adhesi lebih besar daripada gaya kohesi. Hasil percobaan sesuai dengan literature, yaitu
tegangan antarmuka lebih kecil daripada tegangan permukaan (Genaro,1990).
Tegangan permukaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu dan adanya zat
terlarut berupa surfaktan. Pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan adalah berbanding terbalik.
Tegangan permukaan akan menurun jika suhu meningkat. Hal ini disebabkan apabila suhu
meningkat maka energi kinetik akan semakin meningkat, apabila energi kinetik meningkat maka
pergerakan molekul akan semakin bebas dan tegangan permukaan akan menurun. Pengaruh adanya
zat terlarut dipengaruhi dengan adanya penambahan surfaktan.
Pada percobaan ini surfaktan yang ditambahkan berupa Tween 80. Larutan Tween 80 ini akan
terlarut di dalam air dan dihasilkan larutan Tween 80. Dengan adanya penambahan surfaktan ini
akan menurunkan tegangan permukaan. Apabila konsentrasi surfaktan meningkat maka tegangan
permukaan menurun. Penurunan tegangan permukaan ini menyebabkan terbentuknya misel. Misel
terbentuk saat sudah tercapainya Konsentrasi Misel Kritis (KMK) dimana molekul surfaktan tidak
lagi berada dipermukaan tetapi masuk ke dalam air dan membentuk agregat yang disebut misel.
Setelah misel terbentuk surfaktan berhenti menurunkan tegangan permukaan dan konsentrasi akan
konstan.
Pada percobaan ini semakin tinggi konsentrasi surfaktan Tween 80 nilai tegangan permukaan
ada yang menurun dan ada yang meningkat. Nilai KMK yang tercapai yaitu saat konsentrasi Tween
80 0,8% saat tegangan permukaan 53,177 dyne/cm dimana dari konsentrasi 0,2% hingga konsentrasi
0,8% terus mengalami penurunan tegangan permukaan. Seharusnya semakin meningkatnya
konsentrasi surfaktan maka nilai tegangan permukaan semakin menurun dan sesudah tercapai KMK
niali tegangan permukaan akan konstan, namun hasil percobaan tidak konstan, tegangan permukaan
naik dan turun. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti tidak tepatnya konsentrasi surfaktan
yang digunakan dan pada percobaan ini tidak memperhatikan dengan teliti suhu yang digunakan
karena pada percobaan ini menggunakan suhu ruangan saja. Pada literature dijelaskan bahwa,
penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 13 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi
surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan
mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle
Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC
tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh
dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990).

Grafik Konsentrasi Misel Kritis (KMK)


62
59.66
60

58
55.77
56 55.12
54.47 54.22 54.34
γ (dyne/cm)

54 53.18
52.66
52
50.18
50

48

46

44
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (%)

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 14 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

8. KESIMPULAN
- Tegangan permukaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu dan adanya zat
terlarut berupa surfaktan. Pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan adalah
berbanding terbalik. Tegangan permukaan akan menurun jika suhu meningkat. Pengaruh
adanya zat terlarut dipengaruhi dengan adanya penambahan surfaktan. Semakin
meningkatnya konsentrasi surfaktan maka nilai tegangan permukaan semakin menurun
dan sesudah tercapai KMK nilai tegangan permukaan akan konstan.

- Pada percobaan ini digunakan metode tensiometer Du Nouy. Metode Tersiometer Du Nuoy
bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antarmuka.
Prinsip dari alat ini gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin platina iridium yang
dicelupkan pada permukaan caiaran sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan
antarmuka dari cairan tersebut.

- Tegangan permukaan air sebesar 72,767 dyne/cm, tegangan permukaan minyak sebesar
41,504 dyne/cm, tegangan permukaan Tween 80 dengan konsentrasi 0,2%; 0,4%; 0,6%;
0,8%; 1,0%; 2,0%; 4,0%; 6,0%; 8,0% sebesar 59,662; 55,771; 54,474; 53,177; 55,123; 54,215;
50,177; 54,344; 52,658 dyne/cm. Tegangan antarmuka air dan minyak sebesar 40,855
dyne/cm.

- Nilai KMK yang tercapai yaitu saat konsentrasi Tween 80 0,8% saat tegangan permukaan
53,177 dyne/cm dimana dari konsentrasi 0,2% hingga konsentrasi 0,8% terus mengalami
penurunan tegangan permukaan.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 15 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

9. DAFTAR PUSTAKA
Amelia Carolina Sparavigna. 2013. Sessile drops in microgravity. Italy.
Anief, M. 1993. Farmasetika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Ansel, Howard C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI press.
Daniels, F. & Robert A.A. 1956. Physical Chemistry. Japan: John Wiley & Son, Inc.
Dogra, S.K dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisika. Jakarta: UI-Press.
Gennaro, A.R. 1990. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18th Edition. Pennsylvania: Mack
Publishing Company.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hamid, Rimba. 2010. Kimia Fisik. Kendari: Universitas Hauoleo.
Martin, A., 2008. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Mawarda. 2009. Tegangan Permukaan dan Kapasitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Moechtar. 1989. Farmasi Fisika bagian Larutan Sistem Dispersi. Yogyakarta: UGM Press.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 16 dari 17
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1438H/20
16

Lampiran

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 17 dari 17

Anda mungkin juga menyukai