Anda di halaman 1dari 22

PENTINGNYA NASKAH AKADEMIK

DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN UNTUK MEWUJUDKAN HUKUM ASPIRATIF
DAN RESPONSIF
THE IMPORTANCE OF ACADEMIC SCRIPT IN THE STATUTES
FORMATTING TO REALIZE ASPIRASIONAL AND RESPONSIVE
LAW

Abdul Basyir
Staf Perundang-undangan pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB.
E:mail: abasyir69@yahoo.com
Naskah diterima :05/04/2014; revisi : 30/05/2014/; disetujui : 01/08/2014

Abstract
This study aims to identify and assess the importance of an academic paper on the laws
formation in creating aspirations and responsive law and also to knowing the implications of
law that is not accompanied by an academic paper. This type of research is normative research.
The approach used to address this fundamental problem, namely the statute approach and
conceptual approach. Academic Paper in the formation of legislation is as early draft legislation
and regulation, institutionalize or formalize conditions and/or events in the community into
legislation. Creating aspirations and responsive law is because the law is formed starting from
the bottom to the top (bottom up), and the product of legislation can be enforced and accepted
by the community. The implications of the draft legislation that is not accompanied by an
academic paper that is denied to be discussed, out of procedure, and the legislation products can
be constrained when executed or enforced.

Keywords: Academic Paper, The formation of Legislation, Implication.


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji mengenai pentingnya Naskah
Akademik dalam Pembentukan peraturan perundang-undangan dalam mewujudkan
hukum aspiratif dan responsif serta implikasi peraturan perundang-undangan yang tidak
disertai dengan Naskah Akademik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
normatif. Metode pendekatan yang digunakan untuk membahas permasalahan pokok ini,
yaitu pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep. Naskah Akademik dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan adalah sebagai naskah awal rancangan
undang-undang dan Perda, melembagakan atau memformalkan keadaan dan/atau peristiwa
dalam masyarakat ke dalam Peraturan Perundang-undangan. Pembentukan hukum aspiratif
dan responsif karena hukum yang dibentuk mulai dari bawah ke atas (bottom up), dan
Produk peraturan perundang-undangan dapat ditegakkan dan diterima oleh masyarakat.
Adapun implikasi rancangan peraturan perundang-undangan yang tidak disertai dengan
Naskah Akademik yaitu ditolak untuk dibahas, cacat prosedur, dan produk peraturan
perundang-undangan yang dihasilkan dapat mengalami kendala ketika dijalankan atau
ditegakkan.

Kata Kunci : Naskah Akademik, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Im-


plikasinya.

IUS 285 Kajian Hukum dan Keadilan


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

PENDAHULUAN 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan meliputi kejelasan
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1
tujuan, kelembagaan atau pejabat pem­
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
bentuk yang tepat, kesesuaian antara jenis,
Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa
­
hirarki, dan materi muatan, dapat dilaksa­
Negara Indonesia adalah negara hukum.
na­kan, kedayagunaan dan kehasilgunaan,
Sebagai negara hukum, segala aspek ke-
kejelasan rumusan, dan keterbukaan.
hidupan dalam bidang kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pe­ Terkait dengan hal tersebut, Jimly As-
merintahan harus berdasarkan atas ­hukum shiddiqie mengemukakan bahwa sudah
yang sesuai dengan sistem hukum nasi­ seharusnya norma hukum yang hendak
­
onal. Sistem hukum nasional me­ rupakan ­di­tuangkan dalam rancangan peraturan pe-
hukum yang berlaku di Indonesia dengan rundang-undangan, benar-benar telah di­
semua elemennya yang saling menunjang susun berdasarkan pemikiran yang matang
satu dengan yang lain dalam rangka me­ dan perenungan yang memang me­n­dalam,
ngantisipasi dan mengatasi per­ ma­
salahan semata-mata untuk kepen­ tingan umum
yang timbul dalam ke­hidupan bermasyara- (public interest), bukan kepentingan pri­
kat, berbangsa, dan bernegara. Dengan badi atau golongan.1
­status negara hukum, Indonesia mewujud-
Peraturan perundang-undangan Indo­
kan hukum yang berlaku melalui hukum
nesia hingga saat ini belum mampu
tertulis yaitu peraturan perundang-undan-
memenuhi kebutuhan hukum masyarakat
gan.
dan belum mampu pula mengantisipasi
Dalam mewujudkan pembentukan perkembangan masyarakat pada masa yang
hukum tertulis, khususnya peraturan
­ akan datang sebagaimana halnya KUHP
perundang-undangan, diperlukan tatanan dan KUHPerdata peninggalan kolonial
yang tertib di bidang pembentukan per­ Belanda yang masih digunakan hingga saat
aturan perundang-undangan. Pembentu­ ini sebagai pedoman dan pengaturan pola
kan peratu­ran perundang-undangan pada perilaku dalam berbangsa dan bernegara
dasarnya adalah sebuah sistem, karena di meskipun usianya telah beratus-ratus
dalamnya terdapat beberapa peristiwa/ tahun sejak dibentuk. Ketidakmampuan
tahapan yang ter­ jalin dalam satu rang­ perundang-undangan Indonesia tersebut
kaian yang tidak terpisahkan antara satu dapat dilihat dari produk peraturan per­
dan lainnya. Tahapan tersebut yaitu tahap undang-undangan yang ada tidak ada yang
perencanaan, t­ahap penyusunan, tahap masa berlakunya dalam jangka waktu yang
pembahasan, t­ ahap pengesahan, tahap cukup lama karena sering diubah dan
pengundangan, dan tahap penyebar­luasan. bahkan diganti atau dicabut dengan
peraturan perundang-undangan yang baru.
Tak dapat dipungkiri, selama ini produk
Meskipun demikian, pada sisi lain terdapat
dari peraturan perundang-undangan yang
beberapa peraturan perundang-undangan
dibentuk oleh lembaga legislatif baik pusat
yang masa berlakunya relatif cukup lama
maupun daerah ada yang tidak sesuai
terutama yang dibentuk pada masa Orde
dengan asas-asas pembentukan peraturan
­
lama dan Orde baru seperti Undang-
perundang-undangan, akibatnya peraturan
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
perundang-undangan tersebut tidak dilak­
Ketentuan Pokok-pokok Agraria, Undang-
sanakan oleh masyarakat. Asas-asas pem­
Undang Nomor 1 ­ Tahun 1974 tentang
bentukan peraturan perundang-unda­ ngan
1
Jimly Asshiddiqie, Peri hlm Undang-Undang di
tersebut sebagaimana dinyata­ kan dalam Indonesia, Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun Republik Indonesia, Jakarta, 2006, Hlm.320

286 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
Perkawinan, dan KUHAP yang masih pencapaian tujuan pembentukan, dapat
berlaku hingga saat ini dan belum meng­ dilaksanakan dan ditegakkan.
alami perubahan atau penggantian.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 11
Di samping itu, pada tataran pemerin­ Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
­
tahan daerah di Indonesia, ter­ hadap tentang Pembentukan Peraturan Per­
Peraturan Daerah (Perda) juga berlaku hal undang-undangan, Naskah Akademik ada­
yang demikian. Peraturan Daerah baik di lah naskah hasil penelitian atau pen­
Provinsi maupun Kabu­ paten/Kota jarang gkajian hukum dan hasil penelitian lain­
sekali yang masa berlakunya lama dan nya terhadap suatu masalah tertentu yang
berujung pada per­ubahan, bahkan banyak dapat dipertanggungjawabkan secara il­
yang dibatalkan oleh Pemerintah Pusat, miah mengenai pengaturan masalah ter­
dalam hal ini oleh Menteri Dalam Negeri sebut dalam suatu Rancangan Undang-Un-
terutama sejak bergulirnya Era Reformasi dang, Rancangan Peraturan Daerah Pro­­
di Indonesia. Misalnya saja dalam kurun vinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah
waktu 2002 hingga 2009 terdapat 1408 Kabupaten/Kota sebagai solusi ter­ hadap
Perda dibatal­kan, dengan rincian yaitu permasalahan dan kebutuhan hukum ma-
tahun 2002 sebanyak 19, tahun 2003 syarakat.
sebanyak 105, tahun 2004 sebanyak 236,
Dalam perkembangannya, pemakaian
tahun 2005 sebanyak 126, tahun 2006
istilah Naskah Akademik Peraturan Per­
sebanyak 114, tahun 2007 sebanyak 173,
undang-undangan secara baku di­ populer­
tahun 2008 sebanyak 229, dan tahun 2009
kan pada tahun 1994 dengan Keputusan
meningkat sebanyak 406.2
Kepala Badan Pem­binaan Hukum Nasional
Hal tersebut patut untuk dicermati agar Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994 ten-
ke depan peraturan perundang-undangan tang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah
Indonesia lebih aspiratif dan responsif Akademik Peraturan Perundang-undan-
terhadap keadaan masyarakat saat ini dan gan, dinya­ takan bahwa Naskah Aka-
per­
kembangan di masa mendatang. Mu­ demik  Peraturan Perundang-undangan
ncul­nya persoalan tersebut salah satu­nya ada­ lah naskah awal yang memuat pen-
disebabkan karena masih lemah­ nya sisi gaturan materi-materi per­ undang-unda­
perencanaan dalam pembentukan produk ngan bidang tertentu yang telah ditinjau
peraturan perundang-undangan. secara sistemik, holistik dan futuristik.3

Tahap perencanaan merupakan langkah Sebelum keluarnya Keputusan Kepala


pertama yang dilakukan untuk mencapai Badan Pembinaan Hukum Nasional mu­
tujuan pembentukan peraturan per­ ncul berbagai istilah, yaitu Naskah Ran­
undang-undangan yang baik. Salah satu cangan Undang-undang, Naskah Il­ miah
kegiatan perencanaan pembentukan per­ Rancangan Undang-undang, Ra­ncangan Il-
aturan perundang-undangan adalah pe­ miah Peraturan Perundang-undangan,
nyu­sunan Naskah Akademik. Melalui Naskah Akademis Rancangan Undang-­
kajian dan penyusunan Naskah Akademik, undang, dan Academic Draft Pe­nyusunan
diharapkan peraturan perundang-unda­ Peraturan Perundang-unda­ngan.4
ngan yang dibentuk dapat memenuhi
Keberadaan Naskah Akademik sebenar­
nya merupakan suatu hal yang sangat
2
Kementerian Dalam Negeri, Daftar Keputusan 3
www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Abdul
Menteri Dalam Negeri tentang Pembatalan Peraturan Wahid, Penyusunan Naskah Akademik, diakses tanggal 5
Daerah dan Keputusan KDH. Diakses tanggal 9 Desember Desember 2013
2013. 4
Ibid

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 287


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

strategis dan urgen dalam pembentukan atau kekaburan norma mengenai perlu
peraturan perundang-undangan yang baik. tidaknya penyusunan Naskah Akademik
Hal ini disebabkaan dalam perkembangan dalam pembentukan Peraturan Daerah.
ketatanegaraan Indonesia yang sedang
Kekaburan norma dalam Undang-
dalam masa transisi demokrasi secara
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
yuridis masih belum banyak aturan hukum
Pem­­bentukan Peraturan Perundang-un­
yang lengkap mengatur segala hal.
dangan juga nampak jelas terlihat bila
Sementara itu arus perubahan yang
mem­perhatikan ketentuan dalam Pasal 56
diinginkan oleh adanya Naskah Akademik
antara ayat (2) dan ayat (3). Dalam Pasal
maka ruang-ruang publik tersebut sangat
56 ayat (2) sudah dinyatakan bahwa
ter­
buka dan masyarakat bebas me­ nge­
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi se­
luarkan aspirasi serta melakukan apresiasi
bagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
terhadap substansi peraturan perundang-
dengan penjelasan atau keterangan dan/
undangan yang diatur.5
atau Naskah Akademik, dan pada ayat (3)
Setelah lahirnya Undang-Undang No­ dinyatakan juga bahwa “Dalam hal
mor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan Perundang-undangan, keber­ mengenai a). Anggaran Pendapatan dan
adaan Naskah Akademik dalam penyu­ Belanja Daerah Provinsi; b). pencabutan
sunan peraturan perundang-undangan Peraturan Daerah Provinsi; atau c).
menjadi suatu keharusan terhadap pem­ perubahan Peraturan Daerah Provinsi
bentukan Undang-Undang sebagai­ mana yang hanya terbatas mengubah beberapa
dinyatakan dalam Pasal 43 ayat (3) bahwa materi, disertai dengan keterangan yang
Rancangan Undang-Undang yang berasal memuat pokok pikiran dan materi muatan
dari DPR, Presiden, atau DPD harus yang diatur”.
disertai Naskah Akademik. Sedangkan ter­
Hal tersebut tentu saja menimbulkan
hadap pembentukan Peraturan Daerah
tanda tanya mengenai kedudukan dan
Provinsi dan Kabupaten/Kota masih ber­
urge­nsi Naskah Akademik dalam pe­
sifat kabur antara keharusan atau
nyusunan rancangan Peraturan Daerah.
alternatif karena hanya menyebutkan
Semestinya pada ayat (2) cukup menye­
“disertai”, sebagaimana tertuang dalam
butkan “disertai Naskah Akademik” tanpa
Pasal 56 ayat (2) yang menyatakan bahwa
harus meng­ gunakan kata “disertai pen­
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
jelasan atau keterangan dan/atau naskah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Akademik” yang memang mengandung
disertai dengan penjelasan atau keterangan
makna kumulatif, padahal pada ayat (3)
dan/atau Naskah Akademik.
sudah jelas menegaskan jenis rancangan
Penggunaan kata “disertai” dalam Peraturan Daerah yang hanya disertai
pembentukan Peraturan Daerah bisa saja keterangan saja tanpa kajian Naskah
dimaknai di satu sisi sebagai keharusan Akade­ mik. Ketentuan tersebut juga ber­
dan di sisi lain sebagai kebolehan untuk makna memposisikan Naskah Akade­ mik
tidak menyertakan Naskah Akademik. sama dengan penjelasan atau keterangan
Semestinya sebelum kata “disertai” suatu rancangan Peraturan D­ aerah, pada­
hendaknya ada kata “dapat” atau “harus” hal Naskah Akademik merupakan naskah
sehingga tidak menimbulkan multi tafsir hasil penelitian atau pengkajian hukum,
sedangkan penjelasan atau kete­ rangan
5 www.legalitas.org, dikutip dari makalah yang
ditulis oleh Aan Eko Widiarto, yang berjudul: Metode belum tentu dihasilkan dari penelitian
dan Penyusunan Naskah Akademik, diakses tanggal 5 atau pengkajian hukum. Akibat dari ke­
Desember 2013.

288 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
tentuan tersebut, wajar jika dalam penyu­ mikTerhadap permaslahan tersebut,
sunan rancangan Peraturan Daerah lebih ruang lingkup penelitian ini dititik­
dikedepankan penjelasan atau kete­rangan beratkan pada pembahasan mengenai
saja ketimbang melakukan pengkajian makna penting dan implikasi hukum
Naskah Akademik. naskah akademik dalam pembentukan
Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
Selain itu tidak diatur mengenai teknik
Untuk membahas permasalahan di atas,
dan sistematika penyusunan penjelasan
maka digunakan landasan teori dan
atau keterangan terhadap rancangan Per­
konseptual yang berkaitan dengan
aturan Daerah yang hanya memerlukan
permasalahan yang diteliti yaitu:
penjelasan atau keterangan sebagaimana
halnya Naskah Akademik yang sudah Dalam penelitian ini, jenis penelitian
ditentukan teknik penyusunan dan sis­ yang digunakan adalah Penelitian Hukum
tematikanya yang menjadi lampiran I Normatif, yaitu suatu penelitian yang
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun mengkaji Peraturan Perundang-undangan
2011 tentang Pembentukan Peraturan yang ada kaitannya dengan Naskah
Perundang-Undangan. Hal ini tentu me­ Akademik dalam pembentukan peraturan
nimbulkan multi tafsir sekaligus sebagai per­
undang-undangan. Sedangkan pende­
bentuk kekosongan norma dalam penyu­ katan yang digunakan yaitu pendekatan
sunan penjelasan atau keterangan ran­ perundang-undangan dan pendekatan
cangan Peraturan Daerah dimaksud. ­Konsep.

Selanjutnya setelah Naskah Akademik Jenis bahan hukum dalam penelitian ini
rancangan Undang-Undang dan Peraturan yaitu terdiri dari Bahan Hukum Primer
Daerah tersusun, ketika dilakukan pem­ berupa peraturan perundang-undangan,
bahasan bersama di Legislatif (DPR/ Bahan Hukum Sekunder yang meliputi
DPRD) yang merupakan lembaga politik, buku-buku literatur, dan Bahan hukum
hasil kajian Naskah Akademik dalam Tersier, yaitu bahan hukum yang berupa
pembahasan Undang-Undang atau Per­ kamus hukum dan kamus umum bahasa
aturan Daerah tidak lagi dianggap penting, Indonesia.
yang dikedepankan justru pertimbangan Adapun sumber bahan hukum dalam
politik yang lebih dominan yang men­ penelitian ini bersumber atau diperoleh
dasarkan pengambilan keputusan pada dari kepustakaan. Teknik pengumpulan
suara mayoritas dengan disertai berbagai bahan hukum dilakukan melalui studi
kepentingan politis dan cenderung meng­ kepustakaan di berbagai perpustakaan,
abaikan substansi atau makna sebenarnya internet, majalah, jurnal, maupun surat
yang hendak d­ icapai. kabar. Bahan hukum yang diperoleh dari
Berdasarkan uraian dalam latar bela­ studi Kepustakaan dianalisis secara
kang tersebut di atas, tulisan ini hendak Deskriptif Kualitatif, dan selanjutnya ada­
melakukan studi terhadap : lah menarik kesimpulan dengan cara
induktif, yaitu suatu cara menarik
- pentingnya Naskah Akademik dalam kesimpulan dari hal yang khusus ke hal
Pembentukan Peraturan Perundang-un­ yang umum.
dangan dalam Mewujudkan Hukum
Aspiratif dan Responsif dan PEMBAHASAN
- implikasi hukum rancangan Peraturan A.
Makna Penting Naskah Akademik
Perundang-undangan yang tidak di­ dalam Pembentukan Peraturan Per­
sertai dengan kajian Naskah Akade­ undang-Undangan

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 289


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

Kualitas materi suatu undang-undang c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan


merupakan bagian yang tidak terpisahkan materi muatan;
dari proses pembentukan undang-undang. d. dapat dilaksanakan;
Pemahaman terhadap kualitas adalah e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
bagai­mana dapat diantisipasi kemung­
f. kejelasan rumusan; dan
kinan suatu undang-undang terpaksa di­
revisi dalam jangka pendek, daya berlaku g. keterbukaan.
yang lama atau berkelanjutan, sinergi Pasal 6, Materi muatan Peraturan
dengan peraturan perundang-undangan Perundang-undangan harus mencer­
lain, serta sinkronisasi antar norma dalam min­kan asas:
undang-undang itu sendiri.6
pengayoman; kemanusiaan; kebangsa­
Untuk itu, perlu perencanaan pemben­ an; kekeluargaan; kenusan­tara­an;
tukan peraturan perundang-unda­ ngan bhin­neka tunggal ika; keadilan; kesa­
melalui penyusunan Naskah Aka­ demik maan kedudukan dalam hukum dan
dalam rangka pembentukan per­ aturan pemerintahan; ketertiban dan ke­
perundang-undangan yang baik dan ber­ pastian hukum; dan/atau keseimba­
kelanjutan. Menurut Yuliandri, suatu un­ ngan, keserasian, dan keselarasan.
dang-undang dapat dikatakan ber­ kualitas
baik dan memiliki karakter­ istik ber­ Selain mencerminkan asas sebagaimana
kelanjutan, bisa dinilai dari sudut pandang dimaksud pada ayat (1), Peraturan Per­
keberhasilan mencapai tujuan, pelak­ undang-undangan tertentu dapat berisi
sanaan, dan penegakan hukumnya.7 asas lain sesuai dengan bidang hukum
Peraturan Perundang-undangan yang ber­
Dalam upaya untuk memahami urgensi sangkutan. Untuk itu, dikaitkan dengan
naskah akademik dalam pembentukan asas-asas pembentukan peraturan per­
peraturan perundang-undangan, tidak ter­ undang-undangan yang baik, penyusunan
lepas dari keberadaan asas-asas pem­ naskah akademik merupakan salah satu
bentukan peraturan perundang-undangan bentuk perwujudan azas-azas pem­
yang ada. Secara normatif, dalam Pasal 5 bentukan peraturan perundang-undangan
dan 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun yang baik. Khususnya terkait dengan
2011 tentang Pembentukan Peraturan pelaksanaan azas tujuan yang jelas, azas
Perundang-Undangan, dinyatakan: perlunya pengaturan, dan azas dapat
dilaksanakan.8
Pasal 5
Di samping itu, keberadaan naskah aka-
Dalam membentuk Peraturan Per­
demik juga merupakan penerapan dari
undang-undangan harus dilakukan
asas kesesuaian antara jenis dan materi
berdasarkan pada asas Pembentukan
muatan dalam pembentukan peraturan pe-
Peraturan Perundang-undangan yang
rundang-undangan, sebab dalam pe­
baik, yang meliputi:
nyusunan naskah akademik harus benar-
a. kejelasan tujuan; benar memperhatikan secara tepat materi
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk muatan yang akan diatur dengan per-
yang tepat; aturan perundang-undangan yang akan
dibentuk. Selanjutnya, naskah akademik
6
Yuliandri, Azas-azas Pembentukan Peraturan harus pula menggambarkan azas dapat di-
Perundang-Undangan yang Baik, Gagasan Pembentukan laksanakan. Setiap pembentukan per-
Undang-undang Berkelanjutan. Cetakan Ketiga. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2011. Hlm. 7
7
Ibid. Hlm 17 8
Ibid,

290 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
aturan perundang-undangan harus mem- Naskah akademik juga menjelaskan tin­
perhatikan efektivitas peraturan per­ jauan terhadap sebuah peraturan per­
undang-undangan tersebut dalam masyara- undang-undangan dari aspek filosofis
kat, baik secara filosofis, sosiologis, mau- (cita-cita hukum), aspek sosiologis (nilai-
pun yuridis. Tidak dapat diabaikan, nilai yang hidup dalam masyarakat), aspek
­melalui naskah akademik, kita dapat meli- yuridis (secara vertikal dan horizontal
hat penerapan asas kedayagunaan dan ke- tidak bertentangan dengan peraturan-
hasilgunaan. Peraturan perundang-undan- peraturan yang telah ada sebelumnya) dan
gan tentunya dibuat karena benar-benar aspek politis (kebijaksanaan politik yang
dibutuhkan dan diharapkan akan memberi menjadi dasar selanjutnya bagi kebijakan-
manfaat dalam mengatur kehidupan ber- kebijakan dan tata laksana pemerintahan).
masyarakat, ber­bangsa, dan bernegara.9
Dengan Kajian filosofis akan diuraikan
Sejalan dengan hal yang telah di­ mengenai landasan filsafat atau pandangan
kemukakan tersebut di atas, pentingnya yang menjadi dasar cita-cita sewaktu
naskah akademik dalam proses pem­ menuangkan suatu masalah ke dalam per­
bentukan atau penyusunan sebuah per­ aturan perundang-undangan. Untuk kajian
aturan perundang-undangan antara lain yuridis, merupakan kajian yang mem­
yaitu bahwa Naskah akademik merupakan berikan dasar hukum bagi dibuatnya suatu
media nyata bagi peran serta masyarakat peraturan perundang-undangan, baik se­
dalam proses pembentukan atau penyu­ cara yuridis formal maupun yuridis
sunan peraturan perundang-undangan materiil, mengingat dalam bagian ini dikaji
bahkan inisiatif penyusunan atau pem­ mengenai landasan hukum yang berasal
bentukan naskah akademik dapat berasal dari peraturan perundang-undangan lain
dari masyarakat. 10 untuk memberi kewenangan bagi suatu
instansi membuat aturan tertentu dan
Dengan demikian, Naskah Akademik
dasar hukum untuk mengatur per­ masa­
akan memaparkan alasan-alasan, fakta-
lahan (objek) yang akan diatur. Kaji­ an
fakta atau latar belakang masalah atau
sosiologis menjelaskan peraturan dianggap
urusan sehingga hal yang mendorong
sebagai suatu peraturan yang efektif apa­
disusunnya suatu masalah atau urusan
bila tidak melupakan bagaimana kebutu­
sehingga sangat penting dan mendesak
han masyarakat, keinginan masya­ rakat,
diatur dalam suatu peraturan perundang-
interaksi masyarakat terhadap peraturan
undangan. Aspek-aspek yang perlu diper­
tersebut. Sehingga dalam kajian ini realitas
hati­kan adalah aspek ideologis, politis,
masyarakat yang meliputi kebutuhan
budaya, sosial, ekonomi, pertahanan dan
hukum masyarakat, kondisi masyarakat
keamanan. Manfaatnya adalah dapat
dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang
mengetahui secara pasti tentang mengapa
(rasa keadilan masyarakat.)
perlu dibuatnya sebuah peraturan per­
undang-undangan dan apakah peraturan Kajian politis pada prinsipnya meng­e­
perundang-undangan tersebut memang di­ depankan persoalan kepentingan dari
per­lukan oleh masyarakat. pihak terkait (pemerintah dan masyarakat)
melalui kekuatan masing-masing pihak,
oleh karena itu naskah akademik berperan
9
Ibid, Hlm.170
10
Makalah Eko Rial Nugroho, yang mengutip menjadi sarana memadukan kekuatan-
pendapat Harry Alexander dari dan seperti yang dikutip kekuatan para pihak tersebut, sehingga
oleh Mahendra Putra Kurnia dkk, dalam bukunya
Pedoman Naskah Akademik PERDA Partisipatif, diharapkan perpaduan tersebut menjadi
terbitan Kreasi Total media Yogyakarta, hlm. 31, diskes sebuah kebijaksanaan politik yang kelak
dari www.legalitas.org, tanggal 7 Februari 2014.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 291


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

menjadi dasar selanjutnya bagi kebijakan- perundang-undangan yang terkait sangat


kebijakan dan pengarahan ketatalaksanaan mem­bantu pembentukan peraturan per­
pemerintahan. undang-undangan yang baik.
Selanjutnya, Naskah Akademik juga Terlebih lagi dalam penyusunan per-
mem­ berikan gambaran mengenai sub­ aturan daerah yang merupakan jenis per-
stansi, materi dan ruang lingkup dari se­ aturan perundang-undangan yang hie­ rar­
buah peraturan perundang-undangan yang kinya paling bawah. Ketentuan bahwa per-
akan dibuat. Dalam hal ini dijelaskan aturan daerah berfungsi men­jabar­kan per-
mengenai konsepsi, pendekatan dan asas- aturan perundang-undangan yang lebih
asas dari materi hukum yang perlu diatur, tinggi, berarti dalam pem­ bentukan perda
ser­
ta pemikiran-pemikiran normanya. harus mengetahui per­ aturan perundang-
Nas­­kah Akademik juga memberikan per­ undangan di atasnya baik UUD 1945, UU,
timbangan dalam rangka pengambilan ke­ Perpu, PP, Perpres, serta peraturan perun-
putusan bagi pihak eksekutif dan legislatif dang-undangan yang terkait dengan perda
pembentukan peraturan perundang-unda­ yang akan disusun. Naskah akademik me-
ngan tentang permasalahan yang akan miliki fungsi yang penting dalam hal ini.
dibahas dalam naskah akademik. Tidak sedikit per­aturan daerah yang telah
dibatalkan karena bertentangan dengan
Saat ini kecenderungan pandangan ma­
peraturan perundang-undangan yang lebih
sya­rakat yang menempatkan per­un­dang-
tinggi.
undangan sebagai suatu produk yang
berpihak pada kepentingan pe­ merintah Sebagaimana diuraikan sebelumnya,
(politik) semata sehingga dalam implemen­ Nas­kah Akademik suatu Rancangan
tasinya masyarakat tidak terlalu merasa Undang-Undang atau Raperda merupakan
memiliki dan menjiwai perundang-un­ potret yang memberikan gambaran atau
dangan tersebut. Oleh karena itu, Naskah penjelasan tentang berbagai hal yang ter­
Akademik diharapkan bisa digunakan se­ kait dengan Peraturan Perundang-unda­
bagai instrumen penyaring, menjembatani ngan yang hendak dibentuk, maka melalui
dan upaya meminimalisir unsur-unsur Naskah Akademik dapat ditentukan apa­
kepentingan politik dari pihak pembentuk kah Peraturan Perundang-undangan yang
peraturan perundang-undangan, di mana akan dibentuk akan melembagakan atau
Naskah Akademik yang proses pembuatan­ memformalkan apa yang telah ada dan
nya dengan cara meneliti, menampung dan berjalan di masyarakat.
mengakomodasi secara ilmiah kebutuhan ,
Melembagakan atau memformalkan ni­
serta harapan masyarakat, maka masya­
lai-nilai yang hidup dalam masyarakat
rakat merasa memiliki dan menjiwai
adalah pembentukan peraturan per­
perundang-undangan tersebut.
undang-undangan melalui proses bottom
Dalam menyusun peraturan perundang- up. Proses seperti inilah yang diharapkan
undangan, adanya ketentuan mengenai oleh masyarakat, sedangkan pemerintah
hierarki yang merupakan penjenjangan hanya berperan sebagai fasilitator. Mem­
setiap jenis peraturan perundang-unda­ for­malkan nilai-nilai yang ada dalam
ngan yang didasarkan pada asas bahwa masyarakat, tidak memerlukan penegakan
peraturan perundang-undangan yang lebih hukum secara ketat, karena mayoritas
rendah tidak boleh bertentangan dengan masyarakat telah menganut nilai-nilai yang
peraturan perundang-undangan yang lebih tertuang dalam peraturan perundang-
tinggi. Naskah Akademik yang didalamnya undangan.  Penegakan hukum yang tegas
dimuat inventarisasi berbagai peraturan lebih ditujukan untuk minoritas masya­

292 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
rakat (yang terkena dampak langsung), lanjutan. Dalam sebuah naskah akademik
sehingga mereka mau bertindak sesuai setidaknya harus mampu menelaah tiga
dengan apa yang dianut oleh mayoritas permasalahan, yaitu langkah dalam pem­
masyarakat. bentukan peraturan perundang-undangan,
pertama, menjawab pertanyaan mengapa
Proses Bottom up dalam pembentukan
diperlukan undang-undang baru?, kedua,
per­aturan perundang-undangan dapat di­
lingkup materi kandungan dan komponen
wujudkan dengan Naskah Akademik.
utama undang-undang, dan ketiga, proses
Naskah Akademik memiliki arti penting
yang akan digunakan untuk menyusun
untuk menjabarkan nilai-nilai masyarakat
dan mengesahkan undang-undang.12
dari hasil kajian dan penelitian yang
dilakukan oleh penyusun Naskah Aka­ Banyak aspek yang perlu dikaji dalam
demik. menyusun naskah akademik, salah satu­nya
ialah harus dilakukannya riset men­dalam
Kecenderungan selama ini yang hanya
dalam penyusunan naskah aka­demik RUU.
menganggap Naskah Akademik sebagai
Selanjutnya, sebagai suatu hasil kajian
syarat formal dan dikesampingkan begitu
yang bersifat akademik, tentu naskah aka­
saja oleh pemrakarsa, maka wajar saja hal
demik sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu
itu terjadi, karena proses pembentukan
pengetahuan yang rasional, kritis, objektif,
per­
aturan perundang-undangan yang di­
dan infersonal. Karena itu, per­timbangan-
anut bersifat Top Down. Penguasa yang
pertimbangan yang me­latar­belakanginya
me­nentukan, masyarakat sebagai alat pe­
tentulah berisi ide-ide normatif yang me­
laksana. Sistem Top Down, akan ber­
ngandung kebenaran ilmiah dan diharap­
dampak terhadap penegakan hukum yang
kan terbebas dari kepentingan-kepen­
secara tegas dan ketat.
tingan yang bersifat pri­ badi atau ke­
Dari pendekatan teori pembentukan lompok, kepentingan politik golongan, ke­
peraturan perundang-undangan, misalnya pentingan politik kepartaian, dan sebagai­
dengan menggunakan theories on the law nya.13
making itself, kita dapat mengetahui faktor
Dengan memahami substansi dari
yang relevan dan berpengaruh terhadap
naskah akademik, dapat diketahui pondasi
mutu hukum dan substansi hukum.
ilmiah yang mendasari dibentuknya suatu
Dengan demikian naskah akademik dapat
rancangan undang-undang, yang selanjut­
dijadikan sebagai dasar kajian untuk me­
nya akan diajukan dan dibahas di DPR.
nentukan materi muatan suatu peraturan
Melalui naskah akademik ini dapat dilihat
perundang-undangan. Melalui kajian dan
bahwa setiap rancangan undang-undang
penyusunan naskah akademik, diharapkan
tidak disusun karena kepentingan sesaat,
peraturan perundang-undangan yang di­
kebutuhan yang mendadak, atau karena
bentuk dapat memenuhi tujuan pem­
pemikiran yang tidak mendalam. Bagai­
bentukan, dapat dilaksanakan, dan dapat
manapun pembentukan suatu undang-
ditegakkan.11
undang menyangkut kepentingan rakyat
Terdapat beberapa aspek yang berkaitan banyak. Apalagi, undang-undang di­
dengan penyusunan naskah akademik maksud akan menjadi norma hukum yang
rancangan undang-undang, sebagai salah mengikat secara umum.14
satu langkah yang dapat digunakan untuk
mendukung perencanaan pembentukan
peraturan perundang-undangan berke­ 12
Kementerian PPN, dkk, dalam Ibid, Hlm. 170-171
13
Hikmahanto Juwana, dalam Opcit, Hlm. 173
11
Ibid, 14
Ibid, Hlm.173

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 293


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

Oleh karena itu, dengan merujuk pada menentukan apa yang hendak diterjemah­
pandangan Jimly Asshiddiqie, sudah kan ke dalam kalimat hukum dan menjadi
seharusnya setiap norma hukum yang perumusan pasal.
hendak dituangkan dalam bentuk ran­
Dari hal tersebut, dapat tergambarkan
cangan undang-undang, benar-benar telah
bahwa keberadaan peraturan perundang-
disusun berdasarkan pemikiran yang
undangan dan perumusan pasal, merupa­
matang dan perenungan yang mendalam,
kan “jembatan” antara politik hukum yang
semata-mata untuk kepentingan umum,
ditetapkan dengan pelaksanaan politik
bukan untuk kepentingan pribadi atau
hukum, yang diimplementasikan dalam
golongan.15
peraturan oerundang-undangan. Hal ini
Memang, seyogyanya penyusunan berkait erat, bahwa pelaksanaan peraturan
naskah akademik didahului dengan pelak­ perundang-undangan harus ada konsis­
sanaan penelitian yang mendalam dan tensi dan korelasi dengan apa yang
komprehensif, yang tentunya mem­ butuh­ ditetapkan sebagai politik hukum. Pelak­
kan dukungan pembiayaan besar, serta sanaan undang-undang tidak lain adalah
ketersediaan waktu yang relatif lama. pencapaian apa yang diikhtiarkan dalam
Akan tetapi tidak tepat ketika faktor dana politik hukum yang telah ditetapkan
dan waktu dijadikan alasan tidak dialku­ (furthering policy goals).18
kan kajian dan penelitian, untuk mencapai
Pada bagian apa yang akan diatur,
tujuan undang-undang yang berkualitas
­
­bagian ini harus dapat diuraikan secara te-
dan sesuai dengan yang diharapkan.16
pat dan tajam mengenai apa yang akan
Dilihat dari substansinya, suatu naskah menjadi materi muatan dalam undang-­
akademik memuat beberapa hal penting undang. Pada bagian substansi, ada bebe­
yakni: rapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Tujuan dibuatnya rancangan undang- a. Bagian substansi, merupakan pemetaan


undang; tentang apa yang diatur. Untuk
2. Pembahasan tentang apa yang akan di­ keperluan pengisian bagian ini, penyu­
atur; sunan naskah akademik harus ber­
konsultasi secara intens dengan pihak-
3. Memperhatikan faktor berjalannya un­ pihak yang sangat tahu tentang apa
dang-undang; yang akan diatur;
4. Rujukan. 17 b. Uraian substansi sangat penting karena
Menyangkut tujuan dan alasan diben­ akan memberi informasi, pengetahuan
tuk­
nya peraturan perundang-undangan dan perspektif bagi pengambil kebijakan
dapat beranekaragam. Dalam pembuatan tentang apa yang akan diatur;
peraturan perundang-undangan, kondisi c. Bagian substansi juga penting bagi
politik hukum sangat berperan penting perancang (drafter) mengingat pe­
karena, pertama sebagai alasan mengapa rancang harus tahu apa yang akan di­
diperlukan pembentukan suatu peraturan atur sebelum diterjemahkan ke dalam
perundang-undangan, dan kedua untuk kalimat hukum. Tanpa uraian yang
men­dalam, maka sangat sulit bagi per­
15
Jimly Asshiddiqie dalam Ibid. Hlm.173 ancang untuk memahami tujuan dan
16
Ibid, Hlm.174
17
Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum
Nasional Nomor G-159.Pr.09.10 Tahun 1994 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik
Peraturan Perundang-undangan. 18
Hikmahanto Juwana, dalam Opcit, Hlm.175

294 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
men­
terjemahkan ke dalam kalimat Harus dilakukan proses harmonisasi
hukum. 19 dan sinkronisasi pelbagai undang-
Mengenai faktor berjalannya undang- undang yang sudah dalam proses
undang, sering terjadi kondisi di mana pembentukan undang-undang.22
suatu undang-undang telah dibentuk dan Dapat juga dikemukakan, mem­ per­
dinyatakan berlaku, tetapi dalam praktik­ siapkan naskah akademik merupakan
nya tidak dapat dilaksanakan dan di­ salah satu langkah penting dalam proses
tegakkan. Kondisi ini tentunya dapat legislasi, karena:
terjadi karena tidak diikuti dengan kajian
yang mendalam dengan memperhatikan “...naskah akademik berperan sebagai
kebutuhan hukum masyarakat dalam arti “quality control” yang sangat me­
sesungguhnya. Dengan demikian seyogya­ nentukan kualitas suatu produk
nya naskah akademik juga memuat kajian hukum. Naskah akademik memuat
tentang dukungan infrastruktur dalam hal seluruh informasi yang diperlukan
suatu undang-undang diberlakukan nanti­ untuk mengetahui landasan pem­
nya.20 buatan suatu undang-undang yang
baru, termasuk tujuan dan isinya.” 23
Selanjutnya, naskah akademik juga
menjadi rujukan dalam pembentukan per­ Selain itu, keberadaan naskah akademik
aturan perundang-undangan. Dalam pem­
bentukan peraturan perundang-unda­
naskah akademik perlu diuraikan tentang ngan juga berperan dalam:
rujukan terkait dengan RUU yang akan
­ “...memberi arah kepada para
dibuat. Ada tiga rujukan yang dapat pemangku kepentingan (stakeholder)
digunakan: dan perancang (drafter). Pemangku
a. Mengambil undang-undang dari luar kepentingan terutama yang men­
negeri yang mirip dengan RUU yang duduki posisi sebagai pengambil
akan dibuat; kebijakan akan mendapat informasi
b. Dengan merujuk pada model law yang memadai dalam pengambilan
yang kerap dibuat oleh organisasi keputusan. Sedangkan bagi perancang
internasional; akan berfungsi sebagai acuan untuk
dapat menentukan apa yang akan
c.
Pelbagai perjanjian internasional
diatur dan diterjemahkan ke dalam
yang belum diikuti oleh Indonesia.21
kalimat hukum.”24
Penelusuran terhadap peraturan per­
undang-undangan, maupun pelbagai kon­ Di samping itu, unsur-unsur yang perlu
vensi internasional terkait dengan penyu­ ada dalam suatu naskah akademik adalah
su­
nan undang-undang dan kemudian tentang urgensi disusunnya pengaturan
dijelaskan dalam naskah akademik, ber­ baru suatu materi hukum, yang di dalam­
tujuan untuk: nya memuat:

Menghindari terjadinya tumpang tindih


(duplikasi) aturan dan/atau tidak kon­ 22
Ibid,
23
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
sisten baik secara horizontal maupun Bappenas, Departemen Kelautan dan Perikanan,
vertikal; Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia, dan
Coustral Resources Managemen Project/Mitra Pesisir,
Materi Acuan Penyusunan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Jakarta, Desember
19
Ibid. 2005. Hlm.13-14.
20
Ibid. 24
Hikmahanto Juwana, dalam Yuliandri, Opcit.
21
Ibid, Hlm. 178 Hlm.179

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 295


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

1. Hasil inventarisasi hukum posistif; Senada dengan hal tersebut, Rachmad


2.
Hasil inventarisasi permasalahan Syafa’at juga mengemukakan bahwa:
hukum yang sedang dihadapi; “Ditilik dari satu sisi, citra kearifan
3.
Gagasan-gagasan tentang materi lokal dapat didasarkan pada ilmu
hukum yang akan dituangkan ke pengetahuan seperti terpola dalam
dalam rancangan undang-undang; masyarakat ilmiah di negara-negara
4. Konsepsi landasan, alasan hukum dan maju dengan alam pikirannya yang
prinsip yang akan digunakan; bercorak rasional. Namun dari sisi
5. Pemikiran tentang norma-normanya lainnya, kearifan lokal ini dilandasi
yang telah dituangkan ke dalam oleh sistem masyarakat yang
bentuk pasal-pasal; sederhana dan bersahaja di negara-
6.
Gagasan awal naskah rancangan negara yang berkembang. Ajaran
undang-undang yang disusun secara agama dan kepercayaan masyarakat
sistematis, bab demi bab, serta pasal lokal menjiwai dan mempengaruhi
demi pasal, untuk memudahkan dan bagaimanakah suatu peraturan dapat
mempercepat penggarapan RUU oleh terlaksana dengan baik. Cerminan
instansi yang berwenang menyusun dari kearifan lingkungan masyarakat
RUU tersebut.25 secara konkrit terkristalisasi dalam
dalam produk hukum masyarakat
Terkait dengan pembentukan Peraturan
lokal, dalam ajaran antropologi
Daerah (PERDA), adanya proses kajian
hukum dapat disebut juga hukum
akademik dalam pembentukan peraturan
kebiasaan, hukum rakyat, hukum
daerah merupakan salah satu wujud
penduduk asli, hukum tidak tertulis,
partisipasi masyarakat dalam pem­
dan hukum adat.”27
bentukan peraturan perundang-undangan.
Menurut Jazim Hamidi, pentingnya atau Secara umum pembentukan perda yang
urgensi partisipasi masyarakat dalam baik harus dilandasi dengan kajian yang
pembentukan Perda adalah: memadai terhadap hal-hal yang ber­
hubungan dengan:
a.
Menjaring pengetahuan, keahlian
atau pengalaman masyarakat se­ hi­ a. Urgensi dan tujuan pengaturan;
ngga perda yang dibuat benar-benar b. Sasaran yang ingin diwujudkan;
memenuhi syarat perda yang baik; c. Pokok pikiran, lingkup, atau objek
b. Menjamin perda sesuai dengan ke­ yang akan diatur;
nyataan yang ada dalam masya­rakat, d. Jangkauan serta arah pengaturan.28
menumbuhkan rasa memiliki (sense of Setelah berlakunya Undang-Undang
belonging), rasa bertanggungjawab No­mor 12 Tahun 2011 tentang Pem­
(sense of reponsibiliy), akuntabilitas bentukan Peraturan Perundang-Unda­ngan,
(sense of accountability) perda ter­ menjadi suatu keharusan untuk menyusun
sebut; suatu naskah akademik me­ ngenai materi
c. Menumbuhkan adanya kepercayaan yang akan diatur dalam rancangan
(tru­
st), penghargaan (respect), dan
pengakuan (recognition) masayarakat Publisher. Hlm.52.
27
Rachmad Syafa’at, dkk. Dalam Jazim Hamidi.
terhadap pemerintahan daerah.26 Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah, Menggagas
Peraturan Daerah yang Responsif dan Berkesinambungan.
25
Keputusan Kepala BHN, Op Cit. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
26
Jazim Hamidi, dkk. Panduan Praktis Pembentukan 2011. Hlm.53
Peraturan Daerah Partisipatif. Jakarta: Prestasi Pustaka 28
Ibid, Hlm.76

296 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
undang-undang, yang me­rumus­kan antara 2. Bahan pertimbangan yang diper­
lain tentang dasar filosofis, sosiologis, gunakan dalam permohonan izin
yuridis, pokok dan lingkup materi yang prakarsa penyusunan rancangan per­
diatur. Namun dalam pembentukan aturan perundang-undangan;
raperda, belum secara tegas dinyatakan 3. Bahan dasar bagi penyusunan Ran­
apakah naskah akademik harus atau dapat cangan Undang-Undang;
disertakan karena dalam Pasal 56 ayat (2)
hanya menyebutkan bahwa Rancangan 4. Pedoman dari sudut pandang akademik
Peraturan Daerah dapat di­sertai penjelasan dalam menjelaskan alasan-alasan pe­
atau keterangan dan/atau naskah narikan rumusan norma tertentu
akademik. di dalam rancangan peraturan per­
undang-undangan di setiap tingkat
Akibatnya, dalam praktik setelah ber­ pembahasan rancangan peraturan
lakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun perundang-undangan terkait;
2011 tentang Pembentukan Peraturan 5. Bahan dasar Keterangan Pemerintah
Perundang-Undangan, naskah akademik mengenai rancangan peraturan per­
dalam penyusunan suatu raperda saat ini undang-undangan yang disiapkan Pe­
dimaknai beragam oleh masing-masing mrakarsa untuk disampaikan kepada
pemerintahan daerah. Naskah akademik Dewan Perwakilan Rakyat.29
oleh sebagian pemerintahan daerah di­
jadikan sebagai keharusan dalam peng­ Berdasarkan uraian tersebut di atas,
ajuan raperda kepada DPRD maupun dapat disimpulkan bahwa makna penting
sebaliknya oleh DPRD kepada pemerintah atau urgensi naskah akademik adalah
daerah. Tetapi bagi sebagian pemerintahan terletak pada produk peraturan per­
daerah naskah akademik dianggap bukan undang-undangan yang dihasilkan yaitu
suatu hal yang harus disertakan dalam dapat berlaku efektif di masyarakat ketika
tahapan penyusunan rancangan peraturan diberlakukan karena mampu menampung
daerah. Walaupun demikian, tapi setidak­ segala aspirasi yang ada dalam masyarakat
nya penyusunan suatu naskah akademik serta tanggap dalam merespon hal-hal yang
dapat membantu para pihak yang me­ menjadi kebutuhan dan memberikan
merlukan, terutama bagi para perancang perlindungan terhadap hak dan kewajiban
perda, n­amun demikian seharusnya hal masyarakat dalam kehidupan berbangsa
tersebut dilakukan sebelum draf awal ra­ dan bernegara.
per­danya dirumuskan dan bukan sesudah­
B. Implikasi Hukum Peraturan Perundang-
nya.
Undangan Yang Tidak Disertai Dengan
Dengan demikian, senada dengan apa Naskah Akademik
yang dikemukakan oleh Rudianto, maka
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya
makna penting atau urgensi Naskah
bahwa penyusunan naskah akademik me­
Akademik yaitu:
rupakan bagian dari tahapan-tahapan yang
1. Konsep awal yang memuat gagasan- harus dilaksanakan dalam pembentukan
gagasan tentang dasar pemikiran peraturan perundang-undangan. Adanya
perlunya disusun suatu rancangan tahap-tahap yang telah ditentukan dan
peraturan perundang-undangan, asas dilakukan secara transparan, masyarakat
-asas hukum, ruang lingkup, dan
materi muatan peraturan perundang- 29
http://rusdianto.dosen.narotama.ac.id/files,
dikutip dari makalah Rusdianto, Naskah Akademik
undangan dimaksud; dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
diakses tanggal 24 Maret 2014.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 297


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

dapat memilih dan menentukan berbagai Pemerintah Pengganti Undang-Undang, te­


langkah-langkah dalam pembentukan per­ tapi cukup disertai dengan keterangan
aturan perundang-undangan yang me­narik yang memuat pokok pikiran dan materi
perhatiannya. Prosedur adalah bagian dari muatan yang diatur.
pertanggungjawaban dalam pembentukan
Menyangkut pembentukan Peraturan
peraturan perundang-unda­ ngan. Ketika
Daerah Provinsi, dalam Pasal 56 dan 57
pem­bentuk peraturan perundang-unda­
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
ngan menempuh berbagai tahap-tahap
tentang Pembentukan Peraturan Per­
yang harus dilalui sesuai dengan ketentuan
undang-Undangan, dinyatakan bahwa
yang ada, maka proses pembentukan per­
Ran­ca­­ngan Peraturan Daerah Provinsi
aturan perundang-unda­ ngan itu mem­
dapat berasal dari DPRD Provinsi atau
punyai nilai yang tinggi untuk dapat diper­
Gube­ rnur. Rancangan Peraturan Daerah
tanggungjawabkan ke­pada publik.
Pro­vinsi tersebut disertai dengan pen­
Akan tetapi manakala tahap-tahap jelasan atau keterangan dan/atau Naskah
dalam pembentukan peraturan perundang- Akademik. Tetapi dalam hal Rancangan
unda­ngan itu ada sebagian yang diting­ Peraturan Daerah Provinsi mengenai:
galkan, maka proses pembentukan per­ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
aturan perundang-undangan tersebut akan Provinsi; pencabutan Peraturan Daerah
memperoleh nilai yang rendah untuk dapat Provinsi; atau perubahan Peraturan
dipertanggungjawabkan kepada publik. Daerah Provinsi yang hanya terbatas me­
Jadi, ditempuhnya prosedur secara benar ngubah beberapa materi, cukup disertai
adalah bagian tidak terpisahkan dari dengan keterangan yang memuat pokok
bentuk pertanggungjawaban kepada publik pikiran dan materi muatan yang diatur.
dalam pembentukan peraturan perundang-
Pasal 57 Undang-Undang Nomor 12
undangan dalam suatu negara demokrasi.30
Tahun 2011 tentang Pembentukan Per­
Menurut ketentuan dalam Pasal 43 Un- aturan Perundang-Undangan, menekankan
dang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 ten- bahwa Penyusunan Naskah Akademik
tang Pembentukan Peraturan Per­ undang- Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Undangan, Rancangan Undang-Undang dilakukan sesuai dengan teknik penyu­
dapat berasal dari DPR atau Presiden. sunan Naskah Akademik yang diatur
Rancangan Undang-Undang yang berasal dalam Lampiran I yang merupakan bagian
dari DPR tersebut dapat berasal dari DPD. tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
Rancangan Undang-Undang yang berasal
Mengenai penyusunan Peraturan Da­
dari DPR, Presiden, atau DPD harus diser-
erah Kabupaten/Kota, Undang-Undang
tai Naskah Aka­demik.
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem­
Ketentuan mengenai adanya keharusan bentukan Peraturan Perundang-Undangan
suatu rancangan undang-undang disertai tidak menyebutkan secara jelas dan rinci,
dengan Naskah Akademik tersebut, tidak dalam Pasal 63 hanya menyebutkan bahwa
berlaku bagi Rancangan Undang-Undang ketentuan mengenai penyusunan Per­
mengenai Anggaran Pendapatan dan B ­ e­ aturan Daerah Provinsi berlaku secara
lanja Negara, penetapan Peraturan Pe­me­ mutatis mutandis terhadap penyusunan
rin­tah Pengganti Undang-Undang men­jadi Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Undang-Undang, atau pencabutan Un­
Sebelum resmi disahkan menjadi und­
dang-Undang atau pencabutan Peraturan
ang-undang, norma-norma hukum yang
terkandung di dalamnya disusun dalam
30
Saifudin, Opcit. Hlm .72.

298 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
bentuk suatu naskah rancangan undang- kepentingan politik golongan, kepentingan
undang. Draf atau rancangan undang- politik kepartaian, dan sebagainya. Sudah
undang itu dapat dibedakan dalam tiga tentu, pandangan-pandangan yang bersifat
macam yaitu: akademis kadang-kadang juga hanya me­
wakili satu mazhab pemikiran tertentu
1. rancangan yang bersifat akademik
saja, yang belum tentu diterima oleh
atau biasa disebut Naskah Akademis;
mazhab pemikiran lain yang sama-sama
2. rancangan yang bersifat politik yang hidup di dunia akademis.33
dapat disebut sebagai Naskah Politik.
Dalam hal terkait dengan ragam
Rancangan ini baru mengikat secara
pendapat akademis seperti itu, kadang-
politik bagi pihak-pihak yang terlibat
kadang rancangan akademis juga me­
dalam proses pembahasannya; dan
nawarkan alternatif rumusan normatif
3.
rancangan yang sudah bernilai secara apa adanya, sehingga cara perumu­
yuridis yang dapat dinamakan san­nya belum bersifat final dan secara
sebagai Naskah Yuridis.31 mutlak menawarkan satu jalan pemikiran
saja. Artinya apabila terdapat beberapa
Dari segi bentuk dan isinya, rancangan kemungkinan gagasan normatif, para pe­
undang-undang sebagai naskah akademis rumus rancangan akademis harus dapat
itu jelas berbeda dari rancangan undang- menggambarkan adanya berbagai alternatif
undang yang sudah resmi. Bentuknya rumusan yang mungkin dipilih oleh
tidak harus sama dengan bentuk atau pemegang otoritas politik atas rancangan
format rancangan undang-undang yang undang-undang itu. Oleh karena itulah,
sudah resmi dibahas di DPR. Perumusan status naskah rancangan akademis atau
norma hukum yang menjadi isinya juga “academic draft” ini harus dibedakan
masih dilengkapi, misalnya, dengan alter­ dalam pengertian naskah rancangan
natif perumusan-perumusan tertentu politik atau “polotical draft”.34
dengan dilengkapi argumentasi dan data-
data pendukung. Kadang-kadang, ada pula Oleh karena itu, adanya rancangan atau
naskah akademis rancangan suatu undang- naskah akademis dalam tiap-tiap pe­
undang yang masih ditulis dengan catatan- rancangan undang-undang ataupun Per­
catatan kaki atau “footnote” tertentu se­ aturan daerah dapat dikatakan sangat
perti kebiasaan dalam penulisan makalah- penting untuk memberikan gambaran
makalah ilmiah.32 mengenai hasil penelitian ilmiah yang
mendasari usul rancangan setiap undang-
Naskah akademis rancangan undang- undang yang kelak akan diajukan dan
undang disusun sebagai hasil kegiatan dibahas di DPR. Dengan draf akademis itu
penelitian yang bersifat akademis sesuai dapat diperlihatkan bahwa rancangan
dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan undang-undang yang bersangkutan tidak­
yang rasional, kritis, obyektif, dan imper­ lah disusun karena kepentingan se­ saat,
sonal. Karena itu, pertimbangan-per­ kebutuhan yang mendadak, atau karena
timbangan yang melatarbelakanginya ten­ pe­
mikiran yang tidak mendalam. Bagai­
tulah berisi ide-ide normatif yang me­ mana­pun, pembentukan suatu undang-
ngandung kebenaran ilmiah dan diharap­ undang menyangkut kepentingan rakyat
kan terbebas dari kepentingan-kepenti­ banyak atau kadang-kadang berkaitan
ngan yang bersifat pribadi atau kelompok, dengan kepentingan seluruh rakyat.

31
Jimly Asshiddiqie Opcit, Hlm 224 33
Ibid, Hlm. 225
32
Ibid, Hlm. 224 34
Ibid,

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 299


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

Apalagi, undang-undang dimaksud akan disebut sebagai rancangan akademis atau


menjadi norma hukum yang mengikat setidak-tidaknya belum menjadi naskah
untuk umum. Oleh karena itu, sudah rancangan politik yang resmi. Mungkin
seharusnya bahwa setiap norma hukum sekali, jenis rancangan undang-undang
yang hendak dituangkan dalam bentuk yang sudah final, tetapi belum resmi
rancangan undang-undang yang demikian diajukan ini sebaiknya dibedakan saja
itu benar-benar telah disusun berdasarkan statausnya dari naskah akademis dalam
hasil pemikiran yang matang dan arti yang lazim. Hal yang sama misalnya
perenungan yang memang mendalam, dapat pula terjadi dengan rancangan
semata-mata untuk kepentingan umum, udang-undang yang diajukan oleh DPR
bukan kepentingan pribadi atau golongan. ataupun yang diajukan oleh DPD.

Rancangan undang-undang itu masih Rancangan undang-undang yang disu­


terus dapat dikatakan bersifat akademis sun dan dipersiapkan oleh Badan Legislasi
sampai menjelang dikirimkannya ran­ DPR ataupun yang diajukan atas prakarsa
cangan undang-undang itu secara resmi DPD baru dapat dikatakan resmi menjadi
dengan surat presiden kepada DPR. Demi­ rancangan undang-undang apabila telah
kian, pemerintah sendiri masih dapat disetujui oleh DPR sebagai lembaga
melakukan perubahan-perubahan tertentu pembentuk undang-undang. Sebelum itu,
atas rancangan undang-undang itu se­ misalnya ketika masih didiskusikan di
belum dikirimkan secara remi kepada lingkungan internal Badan Legislasi DPR,
DPR. Selama proses perubahan tersebut maka status rancangan undang-undang
masih dapat dilakukan di lingkungan dimaksud belum bersifat resmi. Padahal,
pemerintah, maka status draf rancangan bentuk dan isinya mungkin saja sudah
undang-undang itu masih dapat disebut sama saja dengan rancangan undang-
sebagai naskah akademis, meskipun for­ undang yang sudah resmi. Oleh karena itu,
mat atau bentuknya sudah berubah dari rancangan akademis itu dapat dibedakan
bentuk aslinya sebagai rancangan aka­ antara Naskah Akademis pertama dan
demis. Misalnya setelah naskah rancangan naskah akademis kedua. Yang terakhir ini
unda­ng-undang itu difinalkan, tetapi be­ sebenarnya sudah menyerupai rancangan
lum dikirim secara resmi dengan surat politik, tetapi belum ditetapkan menjadi
pengantar presiden kepada pimpinan DPR, rancangan undang-undang yang resmi,
maka perumusan rancangan undang-unda­ sehingga belum ditetapkan menjadi ran­
ng itu masih berada di dalam lingkup tang­ cangan undang-undang yang resmi, se­
gung jawab internal pemerintah. Selama hingga masih dapat dinamakan sebagai
belum dikirim secara resmi, pemerintah naskah akademis kedua.35
tetap dapat mempertimbang­ kan berbagai
Dengan demikian, memperhatikan
kemungkinan penyempur­ naan kembali
ketentuan dalam Pasal 43, Pasal, 48, dan
atas rumusan rancangan undang-undang
Pasal 50 Undang-Undang Nomor 12
itu sebagai hasil kerja tim antar depar­
Tahun 2011 tentang Pembentukan Per­
temen.
aturan Perundang-Undangan, yang meng­
Pada tingkat ini, baik bentuk maupun haruskan adanya Naskah Akademik dalam
isi rancangan undang-undang itu sudah setiap rancangan undang-undang, baik
benar-benar menjadi rancangan undang- yang berasal dari inisiatif DPR, DPD, mau­
undang yang siap untuk diajukan kepada pun Presiden, maka terhadap rancangan
DPR. Akan tetapi belum secara esmi undang-undang yang tidak disertai dengan
diajukan, maka statusnya tetap dapat
35
Ibid, Hlm. 226

300 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
Naskah Akademik atau tanpa melalui tujuan hukum yaitu keadilan, keman-
kajian Akademik, sudah jelas telah terjadi faatan, dan kepastian.
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
Selanjutnya terhadap pembentukan Per­
perundang-undangan di bidang pembentu­
aturan Daerah, dengan merujuk pada
kan peraturan perundang-undangan dan di
ketentuan dalam Pasal 56 Undang-Undang
sisi lain tidak melalui tahapan yang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentu­
semestinya. Konsekuensi dari semua itu,
kan Peraturan Perundang-Undangan, di­
sebagaimana azas yang berlaku dalam ilmu
nya­takan bahwa:
hukum bahwa suatu perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan per­ unda­ a. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
ng-undangan adalah batal demi hukum. dapat berasal dari DPRD Provinsi atau
Oleh karena itu, terhadap ranca­ngan per­ Gubernur.
aturan perundang-undangan yang tidak
b. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
disertai dengan naskah akademik, maka
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terjadi cacat prosedural jika rancangan
disertai dengan penjelasan atau
tersebut ditetapkan menjadi suatu produk
keterangan dan/atau Naskah Akademik.
perundang-undangan.
c. Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah
Oleh karena itu, DPR bisa saja secara Provinsi mengenai:
tegas menolak rancangan undang-undang
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja
yang diajukan oleh Presiden atau pe­
Daerah Provinsi;
merintah karena tidak disertai dengan
Naskah Akademik. Sebaliknya demikian 2.
pencabutan Peraturan Daerah
juga dengan rancangan undang-undang Provinsi; atau
yang diajukan oleh DPR atau DPD, 3. perubahan Peraturan Daerah Pro­
Presiden atau pemerintah dapat menolak vinsi yang hanya terbatas mengubah
rancangan undang-undang tersebut. Jika beberapa materi,
kondisi ini tetap terjadi, tidak akan ada 4.
disertai dengan keterangan yang
undang-undang yang terbentuk karena memuat pokok pikiran dan materi
undang-undang merupakan produk yang muatan yang diatur.
memerlukan persetujuan bersama antara
DPR dan Pemerintah.
Ketentuan tersebut khususnya pada
Di samping itu, dilihat dari sisi imple- ayat (2) yang hanya menyebutkan “disertai
mentasi, undang-undang yang tidak diben- dengan penjelasan atau keterangan dan/
tuk melalui kajian akademis akan sulit atau Naskah Akademik”, dapat menimbul­
diterima oleh masyarakat atau rakyat kare- kan multi tafsir ataupun kekaburan norma
na substansi dan rumusan norma yang ada karena tidak disebutkan secara tegas me­
di dalamnya tidak sesuai dengan budaya ngenai bentuk norma yang ada di
hukum dan karakter masyarakat. Akibat- dalamnya apakah dalam setiap rancangan
nya masyarakat akan sering melanggar peraturan daerah “harus” atau “dapat” di­
aturan hukum yang ada, dan jika diterap- sertai naskah akademik. Semestinya se­
kan dengan cara paksa atau tindakan belum kata “disertai” ada kata “harus”
represif, maka akan banyak rakyat yang atau “dapat”. Rumusan norma “harus”
mendapatkan hukuman atas pelanggaran atau “dapat” akan sangat menentukan
norma hukum yang diatur dalam undang- implikasi hukum terhadap rancangan per­
undang tersebut. Kondisi ini tentu saja aturan daerah itu sendiri.
sangat berbeda dengan apa yang menjadi

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 301


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

Dengan dicantumkannya kata “harus”, peraturan daerah, perlu ditetapkan teknik


maka dalam tahapan pembentukan penyusunan dan sistematikanya.
peraturan daerah, penyusunan naskah
Akibat dari kekaburan norma ataupun
akademik merupakan tahapan yang sangat
kekosongan norma dalam Pasal 56 ayat (2)
penting untuk dilalui sebelum ditetap­
dan (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
kannya rancangan peraturan daerah men­
2011 tentang Pembentukan Peraturan
jadi peraturan daerah. Tanpa melalui
Perundang-undangan, pada tataran pelak­
tahapan tersebut, maka terjadi cacat
sanaannya di daerah, dapat menimbulkan
prosedural dalam menetapkan rancangan-
terjadinya perbedaan pemahaman, penaf­
rancangan peraturan daerah menjadi per­
siran, dan komitmen untuk melaksana­
aturan daerah. Sedangkan penggunaan
kannya oleh masing-masing pemerintahan
kata “dapat” bermakna kebolehan yang
daerah dalam pembentukan peraturan
akan berarti bahwa dalam rancangan per­
daerah.
aturan daerah bisa disertai naskah
akademik, dan jika tidak disertai juga Di balik semua itu, dalam tahapan
tidak akan membawa implikasi apapun ter­ pembentukan peraturan daerah, naskah
hadap peraturan daerah yang ditetapkan. akademik tidak hanya dijadikan sebagai
syarat formalitas belaka, namun yang
Selain itu, dalam Pasal 56 ayat (2)
terpenting adalah penyertaan hasil kajian
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
naskah akademik akan sangat menentukan
tentang Pembentukan Peraturan Per­
substansi dari suatu rancangan peraturan
undang-undangan, tidak memberikan ba­
daerah yang akan dibentuk sehingga dapat
tasan antara “penjelasan atau keterangan”
ditegakkan ketika sudah ditetapkan men­
dengan “Naskah Akademik”. Sementara
jadi peraturan daerah. Terlebih lagi bahwa
pada ayat (3) dijelaskan rancangan per­
peraturan daerah merupakan peraturan
aturan daerah yang hanya disertai “kete­
tertinggi di daerah dalam konteks pemerin­
rangan”, tetapi bukan disertai “penjelasan
tahan daerah yang kadar keberlakuan
atau keterangan”. Dengan demikian
mengikatnya dapat disamakan dengan
terdapat tiga kosa kata dalam ketentuan
­undang-undang.
tersebut, yaitu:
- penjelasan atau keterangan; Kaitannya dengan itu, menurut Hik­
mahanto Juwana, ada dua faktor utama
-` naskah akademik; dan
suatu undang-undang tidak dapat di­
- keterangan. laksanakan:
Mengenai teknik penyusunan dan siste­
1.
pembuat peraturan perundang-unda­
matika “penjelasan atau keterangan”
ngan tidak memberikan perhatian yang
rancangan peraturan daerah, dalam Unda­
cukup apakah aturan yang dibuat
ng-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
nantinya bisa dijalankan atau tidak.
Pembentukan Peraturan Perundang-unda­
Pem­buat peraturan perundang-unda­
ngan, tidak diatur sebagaimana halnya
ngan sadar ataupun tidak sadar meng­
teknik penyusunan dan sistematika n ­as­
ambil asumsi aturan yang dibuat akan
kah akademik yang terdapat dalam
dengan sendirinya dapat berjalan;
lampiran I. Teknik penyusunan dan
sistematika “penjelasan atau keterangan” 2.
perturan perundang-undangan kerap
rancangan peraturan daerah semestinya dibuat secara tidak realistis.36
perlu diatur agar dalam pelaksanaannya
ada batasan dan keseragaman. Demikian 36
Hikmahanto Juwana, dalam Yuliandri, Op Cit.
pula terhadap “keterangan” rancangan Hlm.176

302 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
Beberapa alasan yang dapat dike­ undang-undang tidak memberikan jawa­
mukakan, berkaitan dengan suatu undang- ban terhadap pelbagai permasalahan dalam
undang tidak dapat dilaksanakan, ketika masyarakat. Bahkan dapat terjadi, ketika
proses penyusunan dan perenca­naan tidak suatu undang-undang telah dibentuk dan
dilakukan dengan kajian mendalam, y
­ akni: dinyatakan berlaku, ternyata bertentangan
a. Ini terjadi tehadap pembuatan per­ dengan undang-undang lain yang telah
aturan perundang-undangan yang dibentuk sebelumnya sehingga meni­
merupakan pesanan dari elit politik, mbulkan problem hukum dalam pe­
negara asing, maupun lembaga ke­ laksanaan.38
uangan internasional. Di sini per­ Dengan demikian, dalam pembentukan
aturan perundang-undangan diang­ peraturan daerah yang juga memiliki
gap sebagai komoditas, elit politik hubungan dengan pembentukan undang-
dapat menentukan agar suatu per­­ undang, Moh.Mahfud MD mengemukakan:
aturan perundang-undangan dibu­
at, bukan karena kebutuhan masya­ “Bertalian dengan pembentukan
rakat, melainkan agar Indo­ nesia undang-undang yang partisipatif ini,
memiliki peraturan perundang-unda­ di dalamnya mengandung dua makna
ngan yang sebanding (comparable) yaitu proses dan substansi. Proses
dengan negara industri. Sementara adalah mekanisme dalam pem­
negara asing ataupun lembaga ke­ bentukan undang-undang yang harus
uangan Internasional dapat meminta dilakukan secara transparan sehingga
untuk membuat peraturan per­ ma­sya­rakat dapat berpartisipasi me­
undang-undangan tertentu sebagai m­­­berikan masukan-masukan dal­am
syarat mendapatkan pinjaman atau mengatur suatu persoalan. Sub­ stansi
hibah luar negeri; adalah materi yang akan diatur harus
ditujukan bagi kepentingan masya­
b. Peraturan perundang-undangan
rakat luas sehingga menghasilkan
yang menjadi komoditas, biasanya
suatu undang-undang yang demo­
ku­rang memperhatikan isu penega­
kratis berkarakter responsif/populis.”39
kan hukum. Sepanjang “trade off”
dari pembuatan peraturan per­ un­ Oleh karena itu, terhadap per­ masa­
da­
ng-undangan telah didapat, ma­ lahan-permasalahan tersebut agar tidak
ka penegakan hukum bukan hal terulang kembali serta sebagai solusi untuk
penting. Bahkan peraturan per­ menyelesaikan persoalan-persoalan hukum
undang-undangan seperti ini tidak yang timbul dan memenuhi ke­ butuhan
realistis untuk ditegakkan karena hukum masyarakat, maka dalam proses
dibuat dengan cara mengadopsi lang­ pembentukan peraturan perundang-unda­
sung peraturan perundang-undangan ngan perlu dilakukan kajian aka­demis.
dari negara lain yang nota­ bene
memiliki infrastruktur hukum yang KESIMPULAN
jauh berbeda dengan Indonesia.37
Naskah Akademik memiliki makna
Banyak permasalahan yang tidak dapat
penting dalam pembentukan peraturan
diketahui dari awal, dalam hal pem­
perundang-undangan yaitu antara lain:
bentukan undang-undang tidak didahului
dengan penyusunan naskah akademik.
Kadang kala dapat terjadi, pembentukan
38
Ibid, Hlm.177
37
Ibid. Hlm.176-177 39
Moh. Mahfud MD, dalam Saifuddin. Op Cit. Hlm.5

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 303


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 285~306

- Naskah awal sebagai potret yang mem­ Implikasi Rancangan peraturan per­
berikan gambaran atau penjelasan undang-undangan yang tidak disertai
tentang berbagai hal yang terkait den­ dengan Naskah Akademik yaitu antara
gan Peraturan Perundang-undangan lain:
yang hendak dibentuk, yaitu meliputi:
- Rancangan undang-undang yang di­
- Latar belakang, sasaran yang akan ajukan oleh Presiden dapat ditolak oleh
diwujudkan, identifikasi masalah, tu­ DPR, dan Presiden bisa menolak ran­
juan dan kegunaan, serta metode pe­ cangan undang-undang yang diajukan
nelitian; oleh DPR. Demikian pula halnya
- Kajian teoretis dan praktik empiris; dengan rancangan peraturan daerah
yang diajukan oleh Gubernur atau
- Evaluasi dan analisis peraturan per­und­
Bupati/Walikota dapat ditolak oleh
ang-undangan terkait;
DPRD Propvinsi atau DPRD Ka­
- Landasan filosofis, sosiologis, dan bupaten/Kota, dan sebaliknya Gubernur
yuridis; Dan atau Bupati/Walikota dapat menolak
- Jangkauan, arah pengaturan, dan r­ uang rancangan peraturan daerah yang
lingkup Materi muatan undang-undang, diajukan DPRD Propvinsi atau DPRD
peraturan daerah provinsi, atau Kabupaten/Kota;
peraturan daerah kabupaten/kota; - Cacat prosedural karena tidak dila­
Sebagai sarana untuk melembagakan kukan sesuai dengan tahapan atau
atau memformalkan apa yang telah ada persyaratan yang ditentukan dalam per­
dan berjalan di masyarakat ke dalam Per­ aturan perundang-undangan;
aturan Perundang-undangan dengan meng­ - Produk peraturan perundang-undangan
indentifikasi dan menyelasaikan per­masa­ yang dihasilkan dapat mengalami ken­
lahan hukum yang sedang terjadi dalam dala ketika dijalankan atau ditegakkan
masyarakat serta menganitisipasi per­ karena dalam proses pembentukannya
masalahan yang akan terjadi pada masa tidak dilakukan dengan cermat dan
yang akan datang; Merupakan media nyata teliti sehingga bertentangan dengan
bagi peran serta masyarakat dalam proses peraturan perundang-undangan yang
pembentukan atau penyusunan peraturan lebih tinggi dan tidak sesuai dengan
perundang-undangan untuk mewujudkan kebutuhan hukum serta nilai-nilai yang
hukum aspiratif dan responsif sehingga hidup dan berkembang dalam masya­
ma­nghasilkan produk peraturan per­ rakat.
undang-undangan yang dapat ditegakkan
dan diterima oleh masyarakat.
Daftar Pustaka

Hikmahanto Juwana, Penyusunan Naskah Akademik sebagai Prasyarat


dalam Perencanaan Pembentukan RUU, Departemen Hukum
dan HAM, 2006.
Jazim Hamidi dkk. Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah,
Menggagas Peraturan Daerah yang Responsif dan
Berkesinambungan. Cetakan Pertama, Prestasi Pustaka
Publisher. Jakarta, 2011.
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang di Indonesia, Sekretariat
Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta,
2006,

304 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Abdul Basyir | Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........
Rachmad Syafa’at, dkk. Dalam Jazim Hamidi. Optik Hukum Peraturan
Daerah Bermasalah, Menggagas Peraturan Daerah yang
Responsif dan Berkesinambungan. Cetakan Pertama. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher. 2011.
Saifudin, Partisipasi Publik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Cetakan Pertama, FH UII Press, Yogyakarta. 2009
Yuliandri, Azas-azas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang
Baik, Gagasan Pembentukan Undang-undang Berkelanjutan.
Cetakan Ketiga. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.

Kementerian Dalam Negeri, Daftar Keputusan Menteri Dalam Negeri


tentang Pembatalan Peraturan Daerah dan Keputusan KDH.
Diakses tanggal 9 Desember 2013.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Hukum
dan Hak Azasi Manusia, dan Coustral Resources Managemen
Project/Mitra Pesisir, Materi Acuan Penyusunan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Jakarta,
Desember 2005.
Makalah Eko Rial Nugroho, yang mengutip pendapat Harry Alexander
dari dan seperti yang dikutip oleh Mahendra Putra Kurnia
dkk, dalam bukunya Pedoman Naskah Akademik PERDA
Partisipatif, terbitan Kreasi Total media Yogyakarta, hlm. 31,
diskes dari www.legalitas.org, tanggal 7 Februari 2014. 10
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional.
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden.
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang   Pengesahan,
Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan.
Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
Indonesia, Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional
Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-
undangan.
http://rusdianto.dosen.narotama.ac.id/files, dikutip dari makalah
Rusdianto, Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, diakses tanggal 24 Maret 2014.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 305


KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA
MASYARAKAT DITINJAU DARI KONSEP NEGARA WELFARE
STATE
POLICY OF TEMPORARY DIRECT AID PROGRAM ANALYZED
FROM WELFARE STATE CONCEPT

Ummy Athiq
Guru PPkN SMP Negeri 8 Mataram
E:mail : athiqalbalad@gmail.com
Naskah diterima : 01/05/2014; revisi : 30/05/2014; disetujui : 07/08/2014

Abstract
This study aims to identify and analyze BLSM program policies in term of the concept of welfare
state and various constraints in the implementation of the program in the substance law and
legal structures as well as the proposed solution. The research is normative employing legal and
conceptual approach. To study the normative issue used, primary, , secondary, and tertiary legal
materials with collection techniques performed with literature study followed by data processing
while the qualitatively (issue?) Was analyzed descriptively. In the effort to carry out the
mandate of the welfare state that embraces the Indonesian state as outlined in the target country
and as part of the implementation of Article 34, paragraph 1 and 2 of the 1945 Constitution of
the Republic of Indonesia, but on the other hand, BLSM is temporary, short duration in nature,
and the project is only in dealing with poverty that it is considered inconsistent with: a) RI Law
No. 13 of 2011 concerning Property Management, b) RI Law No. 11 of 2009 concerning Social
Welfare, c) RI Law No. 40 of 2004 concerning Persistent National Social Security. Welfare state
is not only trying to provide relief to the poor, but also provide social protection for all citizens to
avoid poverty.

Keywords: Welfare State, BLSM


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebijakan program BLSM
dalam hal konsep negara kesejahteraan dan juga berbagai kendala dalam pelaksanaan
program BLSM dalam hal substansi hukum dan struktur hukum serta solusi yang diajukan.
Penelitian normatif, pendekatan undang-undang, dan Pendekatan konseptual. Untuk
mempelajari masalah normatif yang digunakan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier
dengan teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan oleh literatur dan kemudian di olah
dan kualitatif dianalisis secara deskriptif. Sebagai upaya untuk melaksanakan amanat
negara kesejahteraan yang merangkul negara Indonesia yang dituangkan dalam negara
tujuan dan sebagai bentuk implementasi Pasal 34, ayat 1 dan 2 UUD 1945 tentang Republik
Indonesia, tetapi di sisi lain, BLSM bersifat sementara, durasi pendek dan proyek ini hanya
dalam menangani kemiskinan dinilai tidak konsisten dengan: a) Undang-Undang Nomor
RI 13 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Property, b) Hukum Tahun RI Nomor 11 Tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial, c) Undang-undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Jaminan Sosial Nasional Persistent. Sistem negara kesejahteraan tidak hanya berusaha
untuk memberikan bantuan kepada orang miskin, tetapi juga memberikan perlindungan
sosial bagi seluruh rakyat untuk menghindari kemiskinan.
Kata kunci: Negara Kesejahteraan, BLSM

Kajian Hukum dan Keadilan 306 IUS

Anda mungkin juga menyukai