Anda di halaman 1dari 4

Dalam transaksi ba'i, riba hukumnya haram karena dalam Jual-beli pasti di dalamnya ada pertukaran

barang dan keuntungan diperoleh oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli), namun riba hanya
memberi keuntungan kepada satu pihak saja yaitu penjual. Allah menjadikan cara bermuamalah
interpersonal dan mencari harta adalah dengan cara setiap orang bisa saling mengambil keuntungan
satu sama lain dengan cara bekerja. Dan tidak boleh seseorang bisa memiliki hak atas orang lain tanpa
bekerja, sebab cara ini adalah bathil. Maka, dengan cara inilah lalu Allah menghalalkan jual-beli, sebab
dalam jual-beli ada pertukaran. Dan Allah mengharamkan riba sebab didalamnya tidak ada esensi
pertukaran atau saling menguntungkan satu sama lain. Dalam jual-beli ada keuntungan yang bisa
diperoleh bersama-sama, dan cara ini adalah halal. Sedangkan dalam riba banyak hal-hal yang
merugikan pihak lainnya, dan ini adalah haram/tidak boleh. Jika terjadi jual-beli, maka konsumen
mendapatkan manfaat, yaitu ia memiliki barang setelah ia membeli barang. Adapun riba, maka
sesungguhnya riba adalah sesungguhnya adalah memberikan uang dalam jumlah tertentu lalu ia
mengambilnya kembali secara berlipat-ganda pada waktu-waktu berikutnya. Maka, kelebihan uang
yang ia ambil dari konsumen ini bukan didasarkan kepada manfaat yang diperoleh kedua belah pihak
ataupun karena ia bekerja.
jual beli kredit berbeda dengan riba. Perbedaan yang dominan adalah jika kredit, tambahan harga
sudah disepakati bersama dan jelas jumlahnya, namun jika riba, tambahan tersebut tidak jelas dan
ditentukan oleh tempo waktu pembayaran.
Kredit dibolehkan dalam hukum jual-beli secara Islami. Kredit adalah membeli barang dengan harga
yang berbeda antara pembayaran dalam bentuk tunai tunai dengan bila dengan tenggang waktu. Ini
dikenal dengan istilah : bai` bit taqshid atau bai` bits-tsaman `ajil. Harga harus disepakati di awal
transaksi meskipun pelunasannya dilakukan kemudian. Misalnya : harga rumah 100 juta bila dibayar
tunai dan 150 juta bila dibayar dalam tempo 5 tahun.

Tidak boleh diterapkan sistem perhitungan bunga apabila pelunasannya mengalami keterlambatan
sebagaimana yang sering berlaku.

Pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak dan tempo pembayaran dibatasi sehingga terhindar
dari praktek bai` gharar (penipuan).

2. Karakteristik utama jual beli salam adalah pesanan dengan harga tunai dan barang tidak tunai.
Contoh pertama adalah jual beli barang yang belum tersedia saat pemesanan atau transaksi
pembelian. Uang ditransfer oleh pembeli saat pesanan kemudian barang dikirim.

Contoh kedua, belanja daring melalui marketplace. Setelah pembeli menentukan kriteria dan gambar
barang yang akan dibeli, ia melakukan kontrak jual beli dengan menyetujui ketentuan transaksi. Ia lalu
melakukan pembayaran dan pesanan diterima kemudian.

Contoh ketiga, konsumen memesan barang kepada dropshipper sesuai kriteria dan gambar lalu
mentransfer tunai. Dengan uang tersebut, dropshipper membeli barang sesuai pesanan dan barang
dikirim kepada konsumen.

Perbedaan Kafalah, hiwalah dan wadi'ah

Kafalah
Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak ke pihak lain dimana pemberi
jaminan bertanggungjawab atas pembayaran hutang yang menjadi hak penerima jaminan. Atau
jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi pihak kedua atau yang
ditanggung.

Hiwalah
Memindahkan tagihan dari tanggungjawab yang berutang kepada yang lain yang punya tanggungjwab
kewajiban utang pula. (Hanafiyah)

Wa'diah
Wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yang artinya meninggalkan atau menitipkan sesuatu pada orang
lain yang sanggup menjaga sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun
badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.

Bank adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum oleh karena itu Penggabungan suatu badan
hukum khususnya perseroan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.

Penggabungan BRI Syariah , BNI Syariah , dan Bank Syariah Mandiri menjadi PT Bank Syariah
Indonesia Tbk. dilakukan untuk menciptakan bank syariah berskala besar guna meningkatkan
penetrasi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
Penggabungan badan usaha juga memiliki beberapa manfaat seperti :
skala ekonomi perusahaan jadi lebih besar dari sebelumnya. Selain itu, bank hasil merger juga akan
menjadi lebih efisien, memiliki modal lebih kuat, dan mendapatkan dana murah.
Oleh karena itu menurut pendapat saya penggabungan ketiga bank ini merupakan langkah yang baik
untuk kemajuan dan perkembangan bank syariah di Indonesia.

Dalam Koperasi Syariah akad Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara koperai syariah selaku
pemilik dana dengan anggotanya yang bertindak sebagai pengelola usaha yang produktif dan halal.
Berkaitan dengan Praktek transaksi murobahah dalam koperasi syariah
Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah(Qiradh) bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) telah menerapkan
pembiayaan Mudharabah sesuai dengan syarat dan rukunnya seperti yang tercantum dalam
ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional.
Ada beberapa tahapan yang ditetapkan oleh KJKS untuk mendapatkan sebuah pembiayaan
Mudharabah. Proses tersebut sebagai cara untuk meningkatkan kepercayaan shohibul maal
(KJKS) selaku pemilik dana kepada mudharib (pengusaha) yang menggunakan dana tersebut.
hasil wawancara dengan Manajer KJKS menyebutkan : “Bahwa ada tingkatan yang harus dilalui
oleh anggota untuk mendapatkan pembiayaan Mudharabah. Pertama melalui Murabahah,
Musyarakahbaru setelah itu Mudharabah. Artinya jika anggota yang diberi pembiayaan itu tidak
amanah maka pembiayaan tidak dapat dilanjutkan kembali atau cukup sampai disini. Tetapi
sebaliknya jika anggota melaksankan kewajibannya sesuai dengan akad yang disepakati secara
tepat waktu maka KJKS akan menambah dana pembiayaan yang diajukan.

1. transaksi ba’i adalah transaksi jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh
berarti menjual atau mengganti. Dalam transaksi ba’i, riba hukumnya
haramnya karena dalam istilah teknis riba berarti pengambilan “tambahan”
dan harta pokok atau modal batil. Maksud dari tambahan ini yaitu tambahan
yang tidak boleh dilakukan dengan perbedaan kuantitas, tambahan dalam
hutang harus dibayar karena tertunda pembayarannya, seperti bunga hutang
dan tambahan yang ditentukan dalam waktu penyerahan barang berkaitan
dengan penjualan aset yang diharuskan adanya serah terima langsung.
Sedangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 275 menjelaskan bahwa Allah SWT
mengaharamkan riba secara mutlak yakni tambahannya yang banyak maupun
sedikit tetap diharamkan. Allah SWT menjadikan cara bermuamalah
interpersonal dan mencari harta adalah dengan cara setiap orang bisa saling
mengambil keuntungan satu sama lain dengan cara bekerja. riba sesungguhnya
memberikan uang dalam jumlah tertentu lalu ia mengambilnya kembali secara
berlipat-ganda pada waktu-waktu berikutnya. Maka, kelebihan uang yang ia
ambil dari konsumen ini bukan didasarkan kepada manfaat yang diperoleh
kedua belah pihak ataupun karena ia bekerja. Sehingga dari hal tersebut para
Majelis Ulama pun menyatakan bahwa setiap penambahan pada uang
pinjaman yang saat dikembalikan oleh peminjam menyebabkan terjadinya
riba, maka hal tersebut dilarang.

2. contoh transaksi salam dalam ekonomi islam

Karakteristik utama jual beli salam adalah pesanan dengan harga tunai dan barang
tidak tunai. Contoh pertama adalah jual beli barang yang belum tersedia saat
pemesanan atau transaksi pembelian. Uang ditransfer oleh pembeli saat pesanan
kemudian barang dikirim.

Contoh kedua, belanja daring melalui marketplace. Setelah pembeli menentukan


kriteria dan gambar barang yang akan dibeli, ia melakukan kontrak jual beli dengan
menyetujui ketentuan transaksi. Ia lalu melakukan pembayaran dan pesanan diterima
kemudian.

Contoh ketiga, konsumen memesan barang kepada dropshipper sesuai kriteria dan


gambar lalu mentransfer tunai. Dengan uang tersebut, dropshipper membeli barang
sesuai pesanan dan barang dikirim kepada konsumen

3. perbedaan kafalah, hiwalah dan wadi’ah


Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak ke pihak lain
dimana pemberi jaminan bertanggungjawab atas pembayaran hutang yang menjadi
hak penerima jaminan. Atau jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi pihak kedua atau yang ditanggung.
Hiwalah menurut bahasa, adalah al-intiqal dan al-tahwil. Artinya memindahkan atau
mengalihkan. Menurut Istilah, hiwalah adalah akad pemindahan beban hutang dari
tanggungan seseorang kepada tanggungan orang lain.
Wadi’ah berarti meninggalkan atau menitip. Dari segi istilah adalah titipan murni dari
satu pihak ke pihak lain baik individu ataupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.

4.

5. praktek transaksi mudharobah dalam koperasi syariah


Koperasi Syariah akad Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara koperasi
syariah selaku pemilik dana dengan anggotanya yang bertindak sebagai pengelola
usaha yang produktif dan halal. akad mudharabah diperbolehkan karena bertujuan
untuk saling membantu antara shahibul maal (pemilik modal) dengan mudharib
(pengelola) karena banyak pemilik modal yang tidak bisa mengelola dananya,
sedangkan banyak juga yang mempunyai skill (kemampuan) tetapi tidak ada dananya.
Atas dasar itulah Islam memberikan kesempatan untuk saling bekerjasama antara
pemilik modal dan seorang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan
modal itu.
Berkaitan dengan praktek transaksi mudharobah dalam koperasi syariah, Sesuai
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah(Qiradh) bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah Manfaat
telah menerapkan pembiayaan Mudharabah sesuai dengan syarat dan rukunnya seperti
yang tercantum dalam ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Yang mana rukun
tersebut meliputi pelaku, objek mudharabah, persetujuan kedua belah pihak dan
nisbah. Ada beberapa tahapan yang ditetapkan oleh Koperasi syariah untuk
mendapatkan sebuah pembiayaan Mudharabah. Proses tersebut sebagai cara untuk
meningkatkan kepercayaan shohibul maal(Koperasi jasa koperasi syariah) selaku
pemilik dana kepada mudharib (pengusaha) yang menggunakan dana tersebut.
“Bahwa ada tingkatan yang harus dilalui oleh anggota untuk mendapatkan
pembiayaan Mudharabah. Pertama melalui Murabahah, Musyarakah baru setelah itu
Mudharabah. Artinya jika anggota yang diberi pembiayaan itu tidak amanah maka
pembiayaan tidak dapat dilanjutkan kembali atau cukup sampai disini. Tetapi
sebaliknya jika anggota melaksankan kewajibannya sesuai dengan akad yang
disepakati secara tepat waktu maka Koperasi Jasa Koperasi Syariah akan menambah
dana pembiayaan yang diajukan.

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSciF_E6WdhRY1zp5gbhlhWp7INal
VBV8uACY5z-yjQQq86EbQ/viewform

Anda mungkin juga menyukai