Anda di halaman 1dari 3

Dasar Hukum Pelaksanaan Lelang Mendahului KUA-PPAS/Penetapan APBD

Pengadaan.web.id - KUA merupakan akronim dari Kebijakan Umum APBD, sedangkan PPAS merupakan
akronim dari Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara. Pasal 1 angka 46 PP Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Pasal 1 angka 31 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan sebagai amanah dari ketentuan pasal 34 Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 20015 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, telah memberi pengertian
atas KUA sebagai dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

Kepala daerah berdasarkan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) menyusun rancangan kebijakan
umum APBD/KUA. Penyusunan rancangan kebijakan umum APBD berpedoman pada pedoman
penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Contoh, untuk penyusunan
KUA Tahun 2017, berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017. Pedoman penyusunan APBD dimaksud antara lain
memuat: pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah; prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berikutnya; teknis
penyusunan APBD; dan hal-hal khusus lainnya. Selain itu, rancangan KUA memuat kondisi ekonomi
makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah,
kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian memuat langkah-
langkah konkret dalam mencapai target.

Dalam penyusunan dan pembahasan rancangan KUA-PPAS ini pastinya akan berpengaruh terhadap
proses belanja barang/jasa pemerintah atau yang biasa dikenal dengan Pengadaan Barang/Jasa. Nah,
akhir-akhir ini sering muncul masalah mengenai kapan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa bisa
dilaksanakan atau dimulai, apakah harus menunggu pembahasan APBD selesai ataukah bisa
dilaksanakan dengan mendahului tahun anggaran mengingat pekerjaan yang bakal dilaksanakan
sangatlah urgent.

Berdasarkan pasal 73 Perpres No 54 Tahun 2010 dan perubahannya yang mengatur waktu Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa dijelaskan bahwa pelaksanaan belanja barang/jasa menggunakan Sumber Dana
APBD lebih mengedepankan percepatan pelaksanaan pembangunan. Artinya, Kelompok Kerja ULP harus
segera mengumumkan pelaksanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Hal ini sesuai dengan Perpres No 4
Tahun 2015 yang merupakan perubahan keempat atas Perpres No 54 Tahun 2010 tentang pengadaan
barang/jasa Pemerintah. Untuk lebih jelas bunyi pasal 73 kami sajikan berikut ini.

Pasal 73 Pada Perpres No 4 Tahun 2015

ayat (1) Kelompok Kerja ULP segera mengumumkan pelaksanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa
secara luas kepada masyarakat setelah RUP diumumkan

ayat (2) Untuk Pengadaan Barang/Jasa tertentu, Kelompok Kerja ULP dapat mengumumkan
pelaksanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa secara luas kepada masyarakat sebelum RUP
diumumkan.

Dalam memahami klausul dari pasal 73 ayat 1 mengenai kapan RUP diumumkan, hal tersebut diatur
pada pasal 25 Perpres No 4/2015 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 25 Perpres No 4/2015

ayat (1a) PA pada Pemerintah Daerah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa secara
terbuka kepada masyarakat luas, setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD yang merupakan
rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD.

ayat (1b) PA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a) mengumumkan kembali Rencana
Umum Pengadaan, apabila terdapat   perubahan/penambahan DIPA/DPA.

Selanjutnya bakal muncul pertanyaan, kapan rancangan peraturan daerah tentang APBD yang
merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD?
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada Bab III  Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafond
Anggaran Sementara (KUA-PPAS) dan Bab V PENETAPAN APBD terkait Penyampaian dan Pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, klausul-klausul yang mesti diperhatikan antara lain sebagai
berikut:

Pasal 86 ayat 6

Rancangan KUA yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya disepakati
menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan.

Pasal 87 ayat 5

Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selanjutnya disepakati
menjadi PPA paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

Pasal 88 ayat 1

KUA serta PPA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (3) dan Pasal 87 ayat
(5), masing-masing dituangkan ke dalam NOTA KESEPAKATAN   yang ditandatangani bersama antara
kepala daerah dengan pimpinan DPRD.

Pasal 104

(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampirannya
kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari
tahun yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama.

(2) Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.

Pasal 105

(1) Penetapan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD untuk mendapatkan
persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1) disesuaikan dengan tata tertib
DPRD masing-masing daerah.
Berikut ini bagan alur Penyusunan Rencana Umum Pengadaan (RUP) di di Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD).

Source: khalidmustafa.info

Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

1. Seluruh Kepala Daerah dan DPRD diminta untuk menyelesaikan penetapan APBD sesuai ketentuan
perundang-undangan, sehingga APBD ditetapkan paling lambat 31 Desember tahun anggaran
sebelumnya;
2. Pengguna Anggaran (PA) pada Pemerintah Daerah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan
(RUP) secara terbuka kepada masyarakat luas, setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD
yang merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD;
3. Pada prinsipnya proses pengadaan dilaksanakan setelah APBD ditetapkan, tetapi untuk percepatan
maka pelaksanaan pengadaan dapat dilaksanakan setelah Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda)
tentang APBD disetujui bersama antara Kepala Daerah dengan DPRD;
4. Mencantumkan  ketentuan-ketentuan terkait kondisi DIPA/DPA  belum disahkan/ditetapkan dalam
dokumen pengadaan.
5. Penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan penandatanganan kontrak
dilaksanakan setelah Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) disahkan.
6. Dalam hal proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan mendahului pengesahan DIPA/DPA
dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau ditetapkan kurang dari nilai Pengadaan
Barang/Jasa yang diadakan, proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilanjutkan ke tahap
penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dibatalkan.

Anda mungkin juga menyukai