DISUSUN OLEH :
NIM : 711490120036
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PROFESI NERS
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Akhir Praktek Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Kekritisan Peminatan
Keperawatan Anak Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit RSUP.Prof.DR.R.D.Kandou
Manado
Oleh:
NIM. 711490120036
Hasil: Dapat di ambil kesimpulan setelah melakukan asuhan keperawatan pada bayi dengan
diagnosa medis gagal nafas berdasarkan hasil pengkajian pada tiga bayi di dapatkan masalah
keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan nafas tidak efektif dan gangguan
ventilasi spontan. Implementasi keperawatan untuk hasil intervensi berdasarkan Evidence
Base Nursing (EBN) tentang Efektifitas Terapi Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di Ruang Perinatologi. Hasil dari intervensi terdapat penurunan Downes
Score pada bayi sebelum diberikan terapi oksigen dan sesudah diberikan terapi oksigen hasil
intervensi menunjukan Terapi oksigen efektif dalam menurunkan Downes score pada pasien
asfiksia neonates, Downes score merupakan alat ukur kegawatan nafas pada neonatus cepat
dan cukup sederhana, sekaligus sebagai acuan menentukan jenis terapi oksigen yang hendak
digunakan. Downes Score dapat digunakan dirumah sakit utuk mengukur keefektifan terapi
oksigen.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena kasih dan anugerah-Nya sehingga
Laporan Akhir Praktek Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Kekritisan Peminatan
Keperawatan Anak di Ruangan Neonatal Intensive Care Unit RSUP.Prof.DR.R.D.Kandou
Manado dapat selesai dengan baik.
Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Profesi Ners di Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan Keperawatan.
Dalam menyusun Laporan ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah
membantu mulai persiapan sampai selesainya laporan ini. Oleh karena itu Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang berpartisipasi baik tenaga,
pikiran dan saran sehingga laporan ini boleh selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan laporan ini masih ada kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik atau saran dari pembaca yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan bagi pembaca
khususnya bidang Keperawatan dan laporan selanjutnya
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang
berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan. Sindroma
gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru(Marmi & Rahardjo, 2012).
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi aterm maupaun pada bayi preterm,
yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan beratbadan lahir rendah (BBLR).
Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih besar karena
belum maturnya fungsi organ organ tubuh. Kegawatan sistem pernafasan dapat terjadi
pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dalam bentuk sindroma
gagal nafas dan asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi cukup bulan paru(Marmi &
Rahardjo, 2012).
Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk melihat status
kesehatan anak, dan kondisi ekonomi penduduk secarakeseluruhan. Kematian bayi adalah
kematian yang terjadi padaperiode sejak bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu
tahun. Kematian bayi dipengaruhi oleh jumlah kematian neonatal Angka kejadian RDS di
Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan postnatal surfaktan sebanyak 2-3 %,
di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup periode 1998 - 1987. Secara tinjauan kasus, di
negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan postnatalsurfaktan,
terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidupperiode
1986-1987. Sedangkan jaman moderen sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi
1% di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi prematur adalah RDS. Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka kejadian berhubungan dengan
umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak digunakan surfaktan eksogen. Saat ini
RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus (WHO, 2012). Gangguan dan
kelainan pernapasan menjadi penyebab utama kematian neonatal (35,9%), lalu
prematuritas (42,4%) dan sepsis (12%).
Data bayi lahir dengan RDS di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2015
sebanyak 107 jiwa (Dinkes Provinsi NTT, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan
Zainuddin Data yang didapatkan dari buku register di Ruangan NICU RSUP.Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado 105 bayi yang menderita asfiksia neonatorum di periode juli 2010
– juli 2012 (Zainuddin, 2012).
Gagal nafas dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan yang dapat
menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan otak atau bahkan
kematian. Akibat dari gangguan pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen
(hipoksia) pada bayi. Bayi akan 3 beradaptasi terhadap kekurangan oksigen dengan
mengaktifkan metabolisme anaerob yang akan menghasilkan asam Laktat. Dengan
memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi
kerusakan otak dan organ lainkarena hipoksia dan iskemia. Hal ini dapat menyebabkab
kematian pada neonatus (Ainsworth, 2006).
Penatalaksanaan Terapi oksigen yang akan digunakan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia, RDS dan Meconium Aspiration Syndrom (MAS) antara lain oksigen terapi
nasal, Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau ventilasi mekanik tergantung
pada tingkat keparahan gangguan pernafasan bayi yang dilihat dari nilai Downes score
(John et al., 2015) termasuk pemberian terapi surfaktan untuk mencegah kematian (Pattar
& Das, 2018). Bahkan Downes score disebutkan mampu memprediksi kematian neonatal
secara akurat (John et al., 2015). Penelitian tentang terapi oksigen terhadap nilai Downes
score pada bayi asfiksia belum banyak dilakukan di Indonesia. Penting untuk mengetahui
keefektifan terapi oksigen terhadap status respirasi bayi mengingat dampak besarnya
adalah risiko kematian. Penelitian ini lebih komprehensif dengan mengambil data dari
bayi dan ibu yang dapat menggambarakan secara deskriptif karaktersitik responden dan
mengetahui efektifitas dari terapi oksigen terhadap nilai Downes score.
Sampai saat ini gagal nafas pada anak masih merupakan salah satu penyebab
mordibitas dan mortalitas terbesar penderita yang dirawat di Ruang perawatan Neonatal
Intensive Care Unit RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Keterlambatan merujuk
penderita diduga merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian, disamping
beratnya penyakit dasar, penyakit penyerta dan penyulit selama perawatan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Anak di ruangan Neonatal Intensive Care
Unit RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Anak di ruangan Neonatal
Intensive Care Unit RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI PENYAKIT
1. Definisi
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang
berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan. Sindroma
gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2012).
Gagal napas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam pertukaran gas O2 dan CO2
serta masih menjadi masalah dalam penatalaksanaan medis. Walaupun kemajuan teknik
diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang pesat, tetapi gagal napas masih
merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di instalasi perawatan
intensif (Surjanto, E, Sutanto,S. Y, 2009).
2. Etiologi
a) Faktor predisposisi
Terjadinya gagal nafas pada bayi dan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berbeda dengan orang dewasa, yaitu :
1. Struktur anatomi
a. Dinding dada
Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai insersi tulang iga yang
kurang kokoh, letak iga lebih horisontal dan pertumbahan otot interkostal yang
belum sempurna, menyebabkan pergerakan dinding dada terbatas.
b. Saluran pernafasan
Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan dewasa. Besar
trakea nnatus 1/3 dewasa dan diameter bronkiolus ½ dewasa, sedangkan
ukuran tubuh dewasa 20 kali neonatus. Akan tetapi bila terjadi sumbatan atau
pembengkakan 1 mm saja, pada bayi akan menurunkan luas saluran
pernafasan 75 %.
c. Alveoli
Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan ‘ elastic recoil ’ untuk
mempertahankan alveoli tetap terbuka. Pada neonatus alveoli relatif lebih
besar dan mudah kolaps. Dengan makin besarnya bayi, jumlah alveoli akan
bertambah sehingga akan menambah ‘ elastic recoil’.
3. Kelainan konginetal
Kelainan ini dapat mengenai semua bagian sistem pernafasan atau organ lain yang
berhubungan dengan alat pernafasan.
Bronkus/bronkiolus Bronkiolitis
Status asmatikus
Alveoli Pneumonia
Kelainan jantung bawaan
Trauma
Luka bakar
sianosis.
5. Pemeriksaan penunjang
Pengenalan dini gagal nafas sulit diketahui secara klinis, pemeriksaan laboratorium yang
terpenting untuk membantu diagnosa gagal nafas ialah pemeriksaan analisa gas darah
untuk mengetahui keadaan oksigenasi, ventilasi dan keseimbangan asam basa, saturasi O2
dan pH darah.
Pada pemeriksaan BGA pada gagal nafas akan didapat Hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
(respiratorik atau metabolik).
B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL NAFAS
A. Pengkajian keperawatan.
a. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga tentang alergi dan penyakit keturunan
Riwayat pasien tentang gangguan petnafasan yang baru diderita, terkena infeksi,
adanya alergi/iritasi, trauma.
b. Kaji keadaan dada
Kaji suara nafas dan suara nafas tambahan
Kaji adanya pembesaran anterior / posterior ukuran dada
Kaji peningkatan dan penurunan taktil fremitus
Kaji adanya retraksi otot supraklafikula, interkosta / subkostal
Kaji adanya hyperesonan (adanya distensi alveoli)
Kaji adanya ekspirasi yang memanjang.
c. Observasi pernafasan :
Frekuensi
Kaji adanya takipnue, normal, bradipnue
Kedalaman
Normal, terlalu lambat (hypopnea), terlalu dalam (hyperpnea)
Kelancaran
Kurang usaha, dypnea, ortopnea berhubungan dengan adanya retraksi interkostal /
substernal, adanya wheezing, pulsus paradoxus (tekanan darah turun saat inspirasi
dan tekanan darah naik dengan ekspirasi)
Labored breating
Terus menerus, intermitten, secara tiba – tiba, kelelahan dalam usaha pernafasan.
Batuk
Kaji karakteristik batuk (produktif/kering) kapan waktu terjadinya batuk (hanya
malam hari/setiap waktu), frekuensi batuk yang berkaitan dengan aktivitas dan
suhu.
Wheezing
Kapan terjadinya wheezing; saat inspirasi / ekspirasi, apakah memanjang, terjadi
secara tiba-tiba/berlahan-lahan.
Sianosis
Catat distribusi sianosis (periperal, daerah bibir, wajah), derajat, durasi, keterkaitan
dengan aktivitas.
Nyeri dada
Terjadi pada anak – anak catat lokasi, penyebaran ke leher/abdomen,
dalam/dangkal.
Sputum
Pasien anak – anak dapat mengeluarkan sputum pada bayi diperlukan section untuk
mendapatka sempel, catat volume, warna, bau, viskositas.
Intervensi :
o Beri posisi yang dapat memaksimalkan ekspansi paru; tinggikan kepala selama
tidak ada kontraindikasi, cek secara teratur posisi klien.
o Pertahankan jalan nafas tetap terbuka, hindari hyperektensi leher gunakan
‘sniffing’ posisi, anjurkan anak untuk mengeluarkan sputum.
o Beri bantuan oksigen
o Jika perlu pertahankan anak tetap puasa
o Kaji warna kulit
o Observasi usaha nafas : Observasi pergerakan dada, kembang kempis dada dan
penggunaan otot bantu pernafasan
o Monitor BGA
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Judul : Efektifitas terapi oksigen terhadap downes score pada pasien asfiksia neonatus di
ruang perinatologi
Tahun : 2021
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas terapi oksigen terhadap
Downes score pada pasien asfiksia neonatus.
Problem : Penyebab utama kematian neonatal pada minggu pertama (0-6 hari) adalah
asfiksia (36 %), prematuritas (32%) serta sepsis (12%) sedangkan bayi usia 7-28 hari adalah
sepsis (22%), kelainan kongenital (19%) dan pneumonia (17%). Upaya menurunkan angka
kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir, hipotermia dan asfiksia
adalah perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar yang harus disertai
dengan perawatan neonatal yang adekuat (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Asfiksia
memberikan kontribusi yang tinggi pada kematian neonatal. Asfiksia adalah suatu keadaan
kegawatan bayi berupa kegagalan bernafas secara spontan serta teratur segera setelah lahir
(Mochtar, 2013). Jenis penelitian kuantitatif dengan observasional analitik menggunakan
pendekatan prospektif, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling
sebanyak 25 responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan pada
bulan November-Desember 2019.
Comparasion : Sejalan dengan penelitian Marfuah et al., (2013) bayi dengan AS < 7 dengan
terjadinya RDS mempunyai nilai p < 0,001 artinya ada hubungan bermakna. Alat bantu nafas
yang digunakan pada bayi asfiksia, dari 25 responden sebanyak 16 (64%) menggunakan alat
bantu nasal kanul dengan kondisi asfiksia sedang dan tingkat Downes score ringan sebelum
terapi oksigen yaitu nilai antara 1 - 3, dan nilai Downes score setelah terapi oksigen adalah 0,
yang artinya mengalami perbaikan dengan menurunnya nilai Downes score sekaligus
memperbaiki derajat asfiksia. Manjemen Downes score ringan dapat menggunakan oksigen
nasal atau CPAP, untuk Downes score sedang terapi oksigen yang digunakan mulai dari
CPAP hingga SIMV, sedangkan untuk Downes score berat oksigen yang digunakan adalah
PC SIMV. Pada distress nafas untuk masa gestasi < 30 minggu diberikan terapi oksigen
dengan CPAP bila gagal maka dilanjutkan dengan NIV SIMV (Mirtha et al., 2016).
Outcome : Didapatkan nilai rata-rata Downes score responden sebelum terapi oksigen
sebesar 3,20±2,041dan sesudah terapi oksigen nilai rata-rata berubah menjadi 1,04±1,881.
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh nilai Z sebesar -4,173
dan nilai significancy sebesar 0,001 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat
efektifitas terapi oksigen terhadap Downes Score pada pasien asfiksia neonatus Di Ruang
Perina Rumah Sakit. Hasil penelitian ini menunjukan Downes score nilainya menurun ketika
dilakukan terapi oksigen pada bayi asfiksia setelah 1x24 jam. Terapi oksigen efektif dalam
menurunkan Downes score pada pasien asfiksia neonates, Downes score merupakan alat ukur
kegawatan nafas pada neonatus cepat dan cukup sederhana, sekaligus sebagai acuan
menentukan jenis terapi oksigen yang hendak digunakan. Downes Score dapat digunakan
dirumah sakit utuk mengukur keefektifan terapi oksigen.
D. SOP KETERAMPILAN
Mencegah obstruksi saluran nafas bagian atas, dan mecegah kollaps paru
PROSEDUR 1. Tempelkan selang oksigen dan udara ke pencampur dan flow meter,
lalu hubungkan ke alat pengatur kelembapan. Pasang floemeter
antara 5-10 liter
2. Tempelkan satu selang ringan , lemas dan berkerut ke alat pengatur
kelembapan. Hubungkan probe kelembapan, dan suhu ke selang
kerut yang masuk ke bayi. Pastikan probe suhu tetap diluar
inkubator atau tidak di dekat sumber panas dari penghangat.
3. Siapkan satu botol air steril di dekat alat pengatur kelembapan
4. Jaga kebersihan ujung selang
Untuk menghubungkan sistem ini ke bayi, langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
1. Posisikan bayi dan naikkan kepala tempat tidur 30 derajat
2. Hisap lendir dari mulut, hidung, dan faring. Pastikan bayi tidak
mengalami atresia choana 3. Letakkan gulungan kain dibawah bahu
bayi, sehingga leher bayi dalam posisi ekstensi untuk menjaga jalan
nafas tetap terbuka.
3. Lembabkan prong dengan air steril atau Nacl 0,9% sebelum
memasukkannya kedalam hidung bayi.Masukkan dengan posisi
lengkungan kebawah. Sesuaikan sudut prong dan kemudian
sesuaikan selang kerut dengan posisi yang sesuai.
4. Masukkan pipa Orogastrik (OGT) dan lakukan aspirasi isi perut, kita
boleh membiarkanpipa lambung tetap ditempatnya untuk mencegah
distensi lambung
5. Pergunakan topi untuk menjaga kehangatan bayi
6. Setelah bayi nyaman dan stabil dengan CPAP, barulah kita
melakukan fiksasi agar nasal prong tidak bergeser dari tempatnya.
SOP PEMASANGAN VENTILATOR
Prosedur Persiapan
1. Alat :
Set ventilator
Aqua steril
Oksigen
2. Pasien :
Inform consent
Pemberian penjelasan/informasi
Pengaturan posisi sesuai dengan kebutuhan
3. Cara kerja
Hubungkan ventilator dengan sumber listrik
Hubungan ventilator dengan sumber oksigen dan
udara tekan
Isi humidifier dengan aqua steril sampai batas yang
ditentukan
Pastikan breathing sirkuit apakah ada kebocoran dan
tes fungsi masing masing pre set dengan menggunakan
testlung ( kalibrasi )
A. HASIL
1. Asuhan Keperawatan
Nama Mahasiswa : Tumbol B.K Thimotty Tanggal Praktek : 17 Mei – 05 Juni 2021
Minggu Ke-1
I. Pengkajian Primer
A : Terdengar suara gurgling pada bayi dan bayi mengeluarkan secret
B : R : 70x/m, Terdapat Retraksi Dada, SPO2 : 94 %, pernafasan cuping hidung, terlihat
sianosis
C : TD :73/30, N : 130 x/m
D : GCS : E : 3 M : 4 V : 4 kesadaran : Apatis
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
2. 4 – 12 bulan - -
3. Saat Ini - -
Leher
Inspeksi / palpasi : tidak ada pembesaran kelnjar tiroid
Thoraks
Inspeksi : simetris
Sirkulasi
Frekwensi nadi : 150x/m Sa O2 : 96%
Tekanan darah : 87/42
Suhu tubuh : 36,5 0C
Sianosis : Bibir / kuku tidak ada Pucat :ya
Turgor : kering
Abdomen
Inspeksi : asites
Auskultasi :
Frekwensi BAB : 3x1/hr Konsistensi feses : Kental cair
Keluhan makan dan BAB : tidak ada
Frekwensi BAK : - Volume Urin : -
Keluhan BAK :-
Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada edema
SCORE DOWN
Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi nafas <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/mennit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan o2 walaupun di beri o2
Air entery Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat di dengar
dengan stetoskop dengan alat bantu
Interpetasi hasil :
X. Pengobatan
Ampicilin 62 gram / 6 jam Gentamisin 12 gram / 6 jam
Aminofilin 6 gram / 6 jam
ANALISA DATA
Terdapat Retraksi
Gangguan disfusi dan
Dada, SPO2 : 94 %, retensi CO2
pernafasan cuping
Paru paru
hidung, terlihat
sianosis Secret
- R : 70x/m,
Terdapat Retraksi Kegagalan pernafasan
Dada, SPO2 : 94 %, ventilasi
pernafasan cuping
hidung, terlihat Ketidakseimbangan
sianosis ventilasi dan perfusi
Hasil analisi gas
darah Hipoventilasi alveoli
- pH darah
6.2 dan PaCO2 yang
Gangguan disfusi dan
tinggi retensi CO2
Paru paru
Secret
- R : 70x/m,
Compliance paru
Terdapat Retraksi
Dada, SPO2 : 94 %,
Inspirasi dan ekspirasi
pernafasan cuping
tidak adekuat
hidung, terlihat
sianosis
Gangguan Ventilasi
- pH darah
spontan
6.2 dan PaCO2 yang
tinggi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
NO TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. 17-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 70x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 70x/m, Terdapat
SPO2 : 94%, pernafasan
Retraksi Dada, SPO2 :
cuping hidung, terlihat
94%, pernafasan cuping
sianosis
hidung, terlihat sianosis
- Suara gurgling
2. Memonitor bunyi
mulai berkurang dan jalan
napas tambahan
nafas terbuka
Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
Terdengar suara gurgling
ventilator ventilator FiO2
pada bayi
50%, PEEP 5
3. Memberikan
A : Masalah Belum Teratasi
minum hangat (ASI
Hangat)
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Klien meminum ASI 1,2,3,4,5
hangat melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator FiO2
50%, PEEP 5
2 17-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator FiO2 50%, membaik setelah
PEEP 5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan ventilator FiO2
terapi oksigen 50%, PEEP 5
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Score down 8
pada mulut
menggunakan suction A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Suara gurgling berkurang P : Lanjutkan Intervensi
setelah diberikan suction 1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
ventilator FiO2 50%,
PEEP 5, Score down 8
Hasil :
P : Lanjutkan Intervensi
Kepatenan jalan nafas 1,2,3,4
terjaga saat
menggunakan ventilator
4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator
ventilator FiO2 50%,
PEEP 5, Score down 8
1. 18-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 65x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 65 x/m, Retraksi Dada
SPO2 : 96%, pernafasan
mulai berkurang , SPO2 :
cuping hidung dan
96%, pernafasan cuping
sianosis menghilang
hidung dan sianosis
- Suara gurgling
menghilang
mulai berkurang dan jalan
2. Memonitor bunyi
nafas terbuka
napas tambahan
- Pernafasan
Hasil :
dibantu dengan ventilator
Suara gurgling mulai
FiO2 50%, PEEP 5
berkurang pada bayi
3. Memberikan
A : Masalah Belum Teratasi
minum hangat (ASI
Hangat)
P : Lanjutkan Intervensi
Hasil :
1,2,3,4,5
Klien meminum ASI hangat
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator
Hasil :
Hasil :
A : Masalah Belum teratasi
Kepatenan jalan nafas
P : Lanjutkan Intervensi
terjaga saat
1,2,3,4
menggunakan ventilator
4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator
ventilator FiO2 50%,
PEEP 5, Score down
menurun menjadi 7
1. 19-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 45x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 45 x/m, Retraksi Dada
SPO2 : 98%,
mulai berkurang , SPO2 :
- Suara gurgling
98%,
mulai berkurang dan jalan
2. Memonitor bunyi
nafas terbuka
napas tambahan
- Pemberian
Hasil :
Terapi oksigen diganti
Suara gurgling mulai
dari ventilator
berkurang pada bayi
menggunakan CPAP
3. Memberikan
minum hangat (ASI A : Masalah Belum Teratasi
Hangat)
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Klien meminum ASI hangat 1,2,3,4,5
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
CPAP FiO2 30%%, PEEP 6
2 19-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%%, membaik kemudian
PEEP 6 ventilator digantikan
2. Memonitor posisi alat CPAP FiO2 30%%,
terapi oksigen PEEP 6
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret
pada mulut A : Masalah Belum Teratasi
menggunakan suction
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian ventilator
digantikan CPAP FiO2
30%%, PEEP 6
3 19-05-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-
Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 45x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 98%,
menggunakan otot bantu - Kepatenan jalan nafas
pernafasas terjaga saat
2. Memonitor status menggunakan CPAP
respirasi dan oksigenasi - Ventilator digantikan
Hasil : CPAP FiO2 30%%,
R : 45x/m, , SPO2 : 98 PEEP 6
- Score down menurun
3. Mepertahankan
menjadi 5
kepatenan jalan nafas
A : Masalah tertasi
Hasil :
P : Intervensi dihentikan
Kepatenan jalan nafas
terjaga saat
menggunakan ventilator
4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor 4-5
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator
ventilator FiO2 50%,
PEEP 5 Score down
menurun menjadi 5
1. 20-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 40x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 40 x/m, Retraksi Dada
SPO2 : 98%, pernafasan
mulai berkurang , SPO2 : cuping hidung dan
98%, pernafasan cuping sianosis menghilang
hidung dan sianosis - Suara gurgling
menghilang mulai berkurang dan jalan
2. Memonitor bunyi nafas terbuka
napas tambahan - Pemberian
Hasil : Terapi oksigen diganti
Suara gurgling mulai dari ventilator
berkurang pada bayi menggunakan CPAP
3. Memberikan
minum hangat (ASI A : Masalah Belum Teratasi
Hangat)
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Klien meminum ASI hangat 1,2,3,4,5
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan CPAP FiO2 30%
%, PEEP 6
2 20-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%%, membaik kemudian
PEEP 6 ventilator digantikan
2. Memonitor posisi alat CPAP FiO2 30%%,
terapi oksigen PEEP 6
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Score down
pada mulut menurun menjadi 4
menggunakan suction
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian ventilator
digantikan CPAP FiO2
30%%, PEEP 6, Score
down menurun menjadi 4
1. 21-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 40x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 40 x/m, Retraksi Dada
SPO2 : 98%,
mulai berkurang , SPO2 :
- Suara gurgling
98%,
mulai berkurang dan jalan
2. Memonitor bunyi
nafas terbuka
napas tambahan
- Pemberian
Hasil :
Terapi oksigen diganti
Suara gurgling mulai
dari CPAP menggunakan
berkurang pada bayi
Nasal Canule 0,5 l/m
3. Memberikan
minum hangat (ASI
A : Masalah Belum Teratasi
Hangat)
Hasil :
P : Lanjutkan Intervensi
Klien meminum ASI hangat
1,2,3,4,5
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui Nasal
Canule Low flow
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan Nasal canule
low flow 0,5 L/m
2 22-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Nasal canule low flow membaik kemudian
0,5 L/M CPAP digantikan Nasal
2. Memonitor posisi alat canule low flow 0,5 L/M
terapi oksigen Suara gurgling
Hasil : berkurang setelah
Posisi alat berada didekat diberikan suction
pasien - Score down
3. Membersihkan sekret menurun menjadi 2
pada mulut
menggunakan suction A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Suara gurgling berkurang P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian CPAP
digantikan Nasal canule
low flow 0,5 L/M , Score
down menurun menjadi 2
1. 22-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak O:
napas
Efektif - R : 40 x/m,
Hasil : Retraksi Dada mulai
R : 40 x/m, Retraksi Dada berkurang , SPO2 : 98%,
mulai berkurang , SPO2 : - Pernafasan
98%, dibantu dengan Nasal
2. Memonitor bunyi canule low flow 0,5 L/m
napas tambahan - Suara gurgling
Hasil : mulai berkurang dan
Suara gurgling mulai jalan nafas terbuka
berkurang pada bayi
3. Memberikan
minum hangat (ASI
Hangat)
Hasil :
Klien meminum ASI hangat
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui Nasal
Canule Low flow
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan Nasal canule
low flow 0,5 L/m
2 21-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas O:
aliran oksigen
- Nasal canule
Hasil :
low flow 0,5 L/M
Nasal canule low flow
- Pertukaran gas
0,5 L/M
membaik kemudian
2. Memonitor posisi alat
CPAP digantikan Nasal
terapi oksigen
canule low flow 0,5 L/M
Hasil :
- Score down
Posisi alat berada didekat
menurun menjadi 2
pasien
3. Membersihkan sekret
A : Masalah belum Teratasi
pada mulut
menggunakan suction
P : lanjutkan Intervensi
Hasil :
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian CPAP
digantikan Nasal canule
low flow 0,5 L/M, Score
down menurun menjadi 2
Nama Mahasiswa : Tumbol B.K Thimotty Tanggal Praktek : 17 Mei – 05 Juni 2021
Minggu Ke - 2
Pasien merupakan rujukan rumah sakit pancaran kasih dengan keluhan sesak nafas 8 jam
SMRS, pasien lahir secara spontan, lahir dari ibu G2 P1 A0 usia 21 tahun dengan BBL
2200 gram.
Alasan Kunjungan/keluhan utama:
Sesak nafas
Faktor pencetus: Bayi sesak setelahmeminum susu
Faktor yang memperberat:
Bayi memiliki sepsis.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Memberikan terapi oksigen menggunakan Ventilator pada bayi
Diagnosa Medik:
Gagal nafas
4. Natal
3. Lingkar Kepala : 35 cm
H. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian
2. 4 – 12 bulan - -
3. Saat Ini - -
SCORE DOWN
Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi nafas <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/mennit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan o2 walaupun di beri o2
Air entery Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat di dengar
dengan stetoskop dengan alat bantu
Interpetasi hasil :
ANALISA DATA
- Terdengar
suara ronchi pada bayi Kegagalan pernafasan
dan bayi ventilasi
mengeluarkan secret
- R:
Ketidakseimbangan
65x/m, Terdapat
ventilasi dan perfusi
Retraksi Dada, SPO2 :
96%, pernafasan
cuping hidung, terlihat
Hipoventilasi alveoli
sianosis
Paru paru
Secret
DO :
Kegagalan pernafasan
- R : 65x/m,
ventilasi
Terdapat Retraksi
Dada, SPO2 : 96%,
pernafasan cuping
Ketidakseimbangan
hidung, terlihat
sianosis ventilasi dan perfusi
Hipoventilasi alveoli
Paru paru
Secret
- R : 65x/m,
Terdapat Retraksi
Compliance paru
Dada, SPO2 : 96 %,
pernafasan cuping
hidung, terlihat
Inspirasi dan ekspirasi
sianosis
tidak adekuat
- pH darah
6.5 dan PaCO2 yang
tinggi
Gangguan Ventilasi
spontan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
NO TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. 24-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 65x/m,
R : 65x/m, Terdapat Terdapat Retraksi Dada,
Retraksi Dada, SPO2 : SPO2 : 96%, pernafasan
96%, pernafasan cuping cuping hidung, terlihat
hidung, terlihat sianosis sianosis
2. Memonitor bunyi - Suara gurgling
napas tambahan mulai berkurang dan jalan
Hasil : nafas terbuka
Terdengar suara gurgling - Pernafasan
pada bayi dibantu dengan ventilator
3. Memberikan FiO2 100%, VT 6.8,
minum hangat (ASI PEEP 6
Hangat)
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Klien meminum ASI
hangat melalui Via OGT P : Lanjutkan Intervensi
4. Melakukan 1,2,3,4,5
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator FiO2
100%, VT 6.8, PEEP 6
2 24-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator Mode/CAC membaik setelah
FiO2 100%, VT 6.8, pernafasan dibantu
PEEP 6 dengan ventilator FiO2
2. Memonitor posisi alat 100%, VT 6.8, PEEP 6,
terapi oksigen Hasil Score Down 7
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret
pada mulut A : Masalah Belum Teratasi
menggunakan suction
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Suara gurgling berkurang 1,2,3,4,5
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
FiO2 100%, VT 6.8,
PEEP 6, Hasil Score
Down 7
Hasil :
A : Masalah belum Tertasi
Kepatenan jalan nafas
terjaga saat P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4
menggunakan ventilator
4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan Ventilator
Mode/CAC FiO2 100%,
VT 6.8, PEEP 6, Hasil
Score Down 7
5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator
Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
ventilator FiO2 100%, VT
6.8, PEEP 6
2 25-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator Mode/CAC membaik setelah
FiO2 100%, VT 6.8, pernafasan dibantu
PEEP 6 dengan ventilator FiO2
2. Memonitor posisi alat 100%, VT 6.8, PEEP 6
terapi oksigen - Suara gurgling
Hasil : berkurang setelah
Posisi alat berada didekat diberikan suction
pasien - Hasil Score
3. Membersihkan sekret Down menurun menjadi
pada mulut 6
menggunakan suction
Hasil :
Suara gurgling berkurang A : Masalah Belum Teratasi
setelah diberikan suction
Memertahankan P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
4. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
FiO2 100%, VT 6.8,
PEEP 6, Hasil Score
Down menurun menjadi
6
Hasil :
Minggu Ke - 3
I. Pengkajian Primer
A : Terdengar suara gurgling pada bayi dan bayi mengeluarkan secret
C : TD :91/53, N : 142x/m
L. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
2. 4 – 12 bulan - -
3. Saat Ini - -
Leher
Inspeksi / palpasi : tidak ada pembesaran kelnjar tiroid
Thoraks
Inspeksi : simetris
Sirkulasi
Frekwensi nadi : 142x/m Sa O2 : 95%
Tekanan darah : 91/53
Suhu tubuh : 36,5 0C
Sianosis : Bibir / kuku tidak ada Pucat :ya
Turgor : kering
Abdomen
Inspeksi : asites
Auskultasi :
Frekwensi BAB : 3x1/hr Konsistensi feses : Kental cair
Keluhan makan dan BAB : tidak ada
Frekwensi BAK : - Volume Urin : -
Keluhan BAK :-
Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada edema
SCORE DOWN
Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi nafas <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/mennit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan o2 walaupun di beri o2
Air entery Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat di dengar
dengan stetoskop dengan alat bantu
Interpetasi hasil :
Skor 0 Tidak ada gawat napas
Skor 1-3 Gawat napas Ringan
Skor 4-5 Gawat napas Sedang
Skor > 6 Ancaman gagal napas
XVIII. Pengobatan
Cefotaxime 3x30 mg IV
Heparin 0.1 ml
Fosfat 0.8%
KCL 1.7%
Nutrimix 7ml/jam
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : - Penurunan Respon Bersihan Jalan Napas
pernafasan Tidak Efektif
DO :
- Terdengar
suara gurgling Kegagalan pernafasan
ventilasi
pada bayi dan
bayi
Ketidakseimbangan
mengeluarkan
ventilasi dan perfusi
secret
- R : 60x/m,
Hipoventilasi alveoli
Terdapat Retraksi
Dada, SPO2 :
95%, pernafasan Gangguan disfusi dan
retensi CO2
cuping hidung
-
Paru paru
Secret
Hipoventilasi alveoli
Secret
- R : 60x/m,
Terdapat Retraksi Compliance paru
Dada, SPO2 : 95%,
pernafasan cuping
Inspirasi dan ekspirasi
hidung tidak adekuat
- Hasil
analisi gas darah
Gangguan Ventilasi
pH darah 6.0 dan spontan
PaCO2 yang tinggi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan
dan Batasan Aktivitas
karakteristik
1. (D. 0001) Bersihan (L.01001) Bersihan Jalan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
Jalan Napas Tidak
Napas
Efektif Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan 1. Monitor pola napas
bersihan jalan nafas meningkat (frekuensi, kedalaman, usaha
dengan Kriteria hasil : napas)
1. Wheezing menurun 2. Monitor bunyi napas
2. Dispnea Menurun tambahan (mis. Gurgling, mengi,
3. Sianosis Menurun weezing, ronkhi kering)
4. Frekuensi Membaik Terapeutik
IMPLEMENTASI
NO TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. 02-06-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 60x/m,
R : 60x/m, Terdapat Terdapat Retraksi Dada,
Retraksi Dada, SPO2 : 95% SPO2 : 95%,
2. Memonitor bunyi - Suara gurgling
napas tambahan mulai berkurang dan jalan
Hasil : nafas terbuka
Terdengar suara gurgling - Pernafasan
pada bayi dibantu dengan ventilator
3. Memberikan FiO2 40%, VT 16, PEEP
minum hangat (ASI 5
Hangat)
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Klien meminum ASI
hangat melalui Via OGT P : Lanjutkan Intervensi
10 cc 1,2,3,4,5
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator FiO2
40%, VT 16, PEEP 5
2 02-06-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator Mode/CAC membaik setelah
FiO2 40%, VT 16, PEEP pernafasan dibantu
5 dengan Ventilator
2. Memonitor posisi alat Mode/CAC FiO2 40%,
terapi oksigen VT 16, PEEP 5, Hasil
Hasil : Down Score 7
Posisi alat berada didekat - Suara gurgling
pasien berkurang setelah
3. Membersihkan sekret diberikan suction
pada mulut
menggunakan suction A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Suara gurgling berkurang P : Lanjutkan Intervensi
setelah diberikan suction 1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
Ventilator Mode/CAC
FiO2 40%, VT 16, PEEP
5, Hasil Down Score 7
3 02-06-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-
Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 60x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 95%, pernafasan
menggunakan otot bantu cuping hidung, terlihat
pernafasas sianosis
2. Memonitor status - Kepatenan jalan nafas
respirasi dan oksigenasi terjaga saat
Hasil : menggunakan
R : 60x/m, Terdapat ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : Pernafasan dibantu
95%, pernafasan cuping dengan ventilator
hidung, terlihat sianosis Ventilator Mode/CAC
FiO2 40%, VT 16,
3. Mepertahankan
PEEP 5
kepatenan jalan nafas
- Hasil Down Score 7
A : Masalah belum Tertasi
Hasil :
5. Memberikan
oksigen menggunakan
CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan CPAP FiO2
30%, PEEP 5
2 03-06-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%, PEEP membaik setelah
5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan CPAP FiO2
terapi oksigen 30%, PEEP 5
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Hasil Score
pada mulut Down menurun 4
menggunakan suction
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Skor 4-5 Gawat napas
Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan CPAP
FiO2 30%, PEEP 5,
Hasil Score Down
menurun 4
3 03-06-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-
Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 52x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 97%, pernafasan
menggunakan otot bantu cuping hidung, terlihat
pernafasas sianosis
2. Memonitor status - Kepatenan jalan nafas
respirasi dan oksigenasi terjaga saat
Hasil : menggunakan
R : 52x/m, Terdapat ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : Pernafasan dibantu
97%, pernafasan cuping dengan ventilator
hidung, terlihat sianosis Ventilator Mode/CAC
FiO2 40%, VT 16,
3. Mepertahankan
PEEP 5
kepatenan jalan nafas
A : Masalah teratasi
Hasil :
5. Memberikan
oksigen menggunakan
CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan CPAP FiO2
30%, PEEP 5, Hasil
Score Down menurun 4
2 04-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%, PEEP membaik setelah
5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan CPAP FiO2
terapi oksigen 30%, PEEP 5
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret
pada mulut A : Masalah Belum Teratasi
menggunakan suction
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Suara gurgling berkurang 1,2,3,4,5
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Skor 4-5 Gawat napas
Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan CPAP
FiO2 30%, PEEP 5
1. 05-06-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 35x/m,
R : 35x/m, SPO2 : 99% SPO2 : 99%,
2. Memonitor bunyi - Suara gurgling
napas tambahan mulai berkurang dan jalan
Hasil : nafas terbuka
Terdengar suara gurgling - Pernafasan
pada bayi dibantu dengan nasal
3. Memberikan canule 0,5 l/m
minum hangat (ASI
Hangat) A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Klien meminum ASI P : Lanjutkan Intervensi
hangat melalui Via OGT 1,2,3,4,5
10 cc
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen menggunakan
CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan CPAP FiO2 30%,
PEEP 5
2 05-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%, PEEP membaik setelah
5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan nasal canule 0,5
terapi oksigen l/m
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Hasil Score
pada mulut Down menurun 1
menggunakan suction
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Skor 1-3 Gawat
napas Ringan)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan nasal
canule low flow 0.5 l/m
Hasil Score Down
menurun 1
2. Penerapan EBN
Praktek klinik gawat darurat peminatan pada anak diruangan NICU B ( Neonatal Intensive
Care Unit) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama 3 minggu selama tanggal 17 mei –
05 juni 2021.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada ketiga pasien By.F.N, By.D.S dan By.
L.R dengan diagnose medis gagal nafas dengan masalah keperawatan actual yaitu gangguan
pertukaran gas maka diterapkan Evidence Based Nursing (EBN) tentang Efektifitas Terapi
Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien Asfiksia Neonatus.
Down Score Sebelum diberikan terapi oksigen dan Sesudah diberikan terapi oksigen
pada bayi diruangan NICU dengan gagal nafas
Hasil Score Down
Nama Bayi Sebelum diberikan Terapi Sesudah diberikan terapi
oksigen oksigen selama 1 minggu
By FN 8 2
By. DS 7 3
By. LR 7 1
Tabel diatas menunjukan terdapat penurunan Down Score pada By. FN sebelum diberikan
terapi oksigen down score 8 setelah diberikan terapi oksigen downscore turun menjadi 2,
Pada By. DS sebelum diberikan terapi oksigen down score 7 setelah diberikan terapi oksigen
downscore turun menjadi 3, Pada By. DS sebelum diberikan terapi oksigen down score 7
setelah diberikan terapi oksigen downscore turun menjadi 1, jadi dapat disimpulkan
Efektifitas Terapi Oksigen dapat menurunkan Downes Score dan Penilaian Down Score
efektif dalam menilai tingkat kegawatan nafas pasien.
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, akan membahasan antara teori dan laporan kasus asuhan keperawatan
pada By. FN, By. DS, dang By. LR tentang kasus Gagal Nafas yang teah dilakukan sejak
17 Mei 2021 s.d 5 Juni 2021. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakan
diagnose keperawatan, memberikan intervensi, melakukan implementasi keperawatan dan
penerapan EBN serta evaluasi keperawtan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai informasi yang
berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara
yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
dilaboratorium (Surasmi dkk, 2013).
Pengkajian diawali dari fungsi pernafasan, mengobservasi kemampuan paru-paru bayi
untuk bernafas pada fase transisi dari kehidupan intra-uteri ke kehidupan ekstra-uteri.
Pengkajian dapat dilakukan secara sistematik berawal dari pengkajian data mengenai
identitas pasien, identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kehamilan dan kelahiran, riwayat penyakit
keluarga, riwayat tumbuh kembang, psikologi keluarga, pola kebiasaan sehari hari, dan
pemeriksaan fisik sesuai dengan sistem tubuh.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan:
1. Observasi bentuk dada (barrel, cembung) kesimetrian, adanya insisi, selang dada,
atau penyimpangan lainnya.
2. Observasi otot aksesori: Pernafasan cuping hidung, retraksi dada .
3. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
4. Auskultasi bunyi pernafasan: Stridor, mengi, ronchi, area yang tidak ada bunyinya,
keseimbangan bunyi nafas.
5. Observasi saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen dan
karbon dioksida.
6. Secara singkat, perhatikan: Bentuk cuping hidung, dada simetris atau tidak, otot-
otot pernafasan retraksi intercostae, subclavicula, frekuensi pernafasan, bunyi
nafas ada ronchi atau tidak.
Hal-hal yang biasanya ditemukan pada pengkajian gangguan pernafasan bayi adalah
Jumlah penafasan rata-rata 40 - 60 per menit dibagi dengan periode 18 apneu,
pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar) dengkuran, retraksi
(interkostal, supra sternal, substernal), terdengar suara gemerisik pada auskultasi paru-
paru, takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
persentasi bokong, pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari
dada dan abdomen, dan perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan,
mengorok, pernafasan cuping hidung (Maryunani, 2013).
Pada pengkajian By. F.N yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2021 pada pukul 10.00
Wita, dengan melakukan wawancara pada orang tua, observasi pemeriksaan fisik pada
pasien, dan catatan rekam medic pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut By. FN Umur
10 Hari merupakan rujukan dari RS Hermina Masuk di NICU B pada tanggal 08-05-
2021, By. FN lahir secara SC di RS Hermina, Lahir dari ibu G1P2A0 usia 31 tahun, usia
kehamilan 35-36 minggu lahir dengan berat 2.580 gram dengan Panjang badan 47 cm.
By.F.N. di rujuk karena nafas cepat. Saat dikaji tanggal 17 mei 2021 keadaan umum :
lemah, nafas cepat, terdapat retraksi dinding dada, terpasang ventilator FiO2 50%,
PEEP 5, Score down 8, terdapat bunyi nafas tambahan, tekanan darah : 73/30 mmHg,
nadi : 130x/menit, respirasi, 70x/menit, SPO2 : 94%, pH darah 6.2 dan PaCO2 yang
tinggi, berat badan sekarang 2.637 gram, terpasang IVFD nutrimix terpasang OGT
pemunuhan nutrisi melalu OGT dengan jumlah pemberian asi : 4x10 cc/hari.
Pada pengkajian By. DS. yang dilakukan pada tanggal 02 juni 2021 pada pukul 10.00
Wita, dengan melakukan wawancara pada orang tua, observasi pemeriksaan fisik pada
pasien, dan catatan rekam medic pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut By. DS Umur
29 Hari merupakan rujukan dari RS Pancaran kasih masuk di NICU B pada tanggal 17-
05-2021, By. D.S lahir secara Spontan di RS Pancaran Kasih, Lahir dari ibu G1P2A0
usia 21 tahun, usia kehamilan 30 minggu lahir dengan berat 2.200 gram dengan Panjang
badan 37 cm. By.D.S. di rujuk karena nafas cepat. Saat dikaji tanggal 17 mei 2021
keadaan umum : lemah, nafas cepat, terdapat retraksi dinding dada, terpasang ventilator
FiO2 60%, PEEP 5, VT 6.8, PEEP 6, Score down 7, terdapat bunyi nafas tambahan,
tekanan darah : 87/42 mmHg, nadi : 150x/menit, respirasi, 70x/menit, SPO 2 : 96%, pH
darah 6.5 dan PaCO2 yang tinggi, berat badan sekarang 1.813 gram, terpasang IVFD
nutrimix terpasang OGT pemunuhan nutrisi melalu OGT dengan jumlah pemberian asi :
4x8 cc/hari.
Pada pengkajian By. L.R yang dilakukan pada tanggal 02 Juni 2021 pada pukul 10.00
Wita, dengan melakukan wawancara pada orang tua, observasi pemeriksaan fisik pada
pasien, dan catatan rekam medic pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut By. L.R Umur
19 Hari merupakan rujukan dari RS Pancaran kasih masuk di NICU B pada tanggal 31-
05-2021, By. L.R lahir secara Spontan di RS Pancaran Kasih, Lahir dari ibu G2P1A0
usia 25 tahun, usia kehamilan 40 minggu lahir dengan berat 3.700 gram dengan Panjang
badan 51 cm. By.L.R. di rujuk karena nafas cepat. Saat dikaji tanggal 31 mei 2021
keadaan umum : lemah, nafas cepat, terdapat retraksi dinding dada, terpasang Ventilator
Mode/CAC FiO2 40%, VT 16, PEEP 5, Score down 7, terdapat bunyi nafas tambahan,
tekanan darah : 91/53 mmHg, nadi : 142x/menit, respirasi, 60x/menit, SPO2 : 95%, pH
darah 6.0 dan PaCO2 yang tinggi, berat badan sekarang 1.813 gram, terpasang IVFD
nutrimix terpasang OGT pemunuhan nutrisi melalu OGT dengan jumlah pemberian asi :
4x10 cc/hari.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI, 2016). Diagnosis 20
keperawatan dibagi menjadi 5 kategori, yaitu fisiologis, psikologis, perilaku, relasional,
dan lingkungan. Lima kategori tersebut dapat dibagi lagi menjadi 14 subkategori.
Penyebab dari pola napas tidak efektif adalah depresi pusat pernapasan, hambatan upaya
napas (misalnya nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan), deformitas dinding
dada, deformitas tulang dada, imaturitas neurologia, posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru, sindrom hipoventilasi, dan efek agen farmakologis (Tim Pokja SDKI,
2016).
Dalam hal ini peneliti mengambil diagnosis gangguan pertukaran gas yang termasuk ke
dalam kategori fisiologis dan subkategori respirasi (Tim Pokja SDKI, 2016).
DEFINISI:
Kelebihan atau kekuarangan oksigenasi dan atau eleminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler.
PENYEBAB :
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Perubahan membran alveolus-kapiler.
LUARAN UTAMA :
1. Pertukaran Gas.
LUARAN TAMBAHAN :
1. Keseimbangan Asam-basa.
2. Konservasi Energi.
3. Perfusi Paru.
4. Respons Ventilasi Mekanik.
5. Tingkat Perlirium.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
klien, dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Deswani, 2011).
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan(Tim Pokja SIKI, 2018). Intervensi keperawatan terdiri dari beberapa
komponen, yaitu label, definisi, dan tindakan. Komponen label merupakan nama dari
intervensi keperawatan yang merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi
terkait intervensi keperawatan tersebut. Komponen definisi menjelaskan tentang makna
dari label intervensi keperawatan, pada penulisannya akan diawali dengan kata kerja
berupa perilaku yang dilakukan perawat, bukan perilaku pasien. Komponen tindakan
merupakan rangkaian perilaku atau yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan
terdiri atas observasi, terapiutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI, 2018).
Berikut ini adalah intervensi keperawatan yang diberikan pada bayi gagal nafas
dengan gangguan pertukaran gas:
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi dan
Keperawatan hasil Aktivitas
dan Batasan
karakteristik
(D.0003) L.01003 Pertukaran Gas (I.01026) Terapi Oksigen
Gangguan Setelah dilakukan Observasi:
Pertukaran Gas 1. Monitor kecepatan
tindakan keperawatan
diharapkan aliran oksigen
tambahan perlu
4. PCO2 membaik
5. Sianosis membaik
6. Pola nafas
membaik
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan (Wartonah, 2015). Implementasi pada proses keperawatan berorientasi
pada tindakan, berpusat pada klien, dan diarahkan pada hasil. Setelah menyusun
rencana asuhan berdasarkan fase pengkajian dan diagnosis, perawat
mengimplementasikan intervensi dan mengevaluasi hasil yang diharapkan.
Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi (Kozier Erb, 2010).
Implementasi yang harus dicapai dalam intervensi pada bayi dengan gagal nafas
yaitu Terapi oksigen meliputi Monitor kecepatan aliran oksigen, Monitor posisi alat
terapi oksigen, Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu,
Pertahankan kepatenan jalan napas, Berikan oksigen jika perlu (Tim Pokja SIKI,
2018).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan
keberhasilan dalam asuhan keperawatan (Wartonah, 2015). Evaluasi berfokus pada
klien, baik itu individu maupun kelompok. Evaluasi dapat berupa evaluasi tujuan/
hasil, proses, dan struktur. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera
setelah tindakan. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan. Perawat akan
menggunakan pendokumentasian dari pengkajian dan kriteria hasil yang diharapkan
sebagi dasar untuk menulis evaluasi sumatif (Deswani, 2011). Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Dinarti, Aryani, Nurhaeni,
Chairani, 2013).Evaluasi yang harus dicapai pada bayi Gagal nadas yaitu Tingkat
Kesadaran Membaik, Dispneu Menurun, Bunyi napas tambahan Membaik, PCO2
membaik, Sianosis membaik, Pola nafas membaik (Tim Pokja SLKI, 2018).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktek klinik keperawaan gawat darurat peminatan anak diruangan NICU B (Neonatal
Intensive Care Unit) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama 3 minggu sejak tanggal
17 mei – 05 juni 2021. Dapat di ambil kesimpulan setelah melakukan asuhan keperawatan
pada bayi dengan diagnose medis gagal nafas berdasarkan hasil pengkajian pada tiga bayi
di dapatkan masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan nafas tidak
efektif dan gangguan ventilasi spontan. Implementasi keperawatan untuk hasil intervensi
berdasarkan Evidence Base Nursing (EBN) tentang Efektifitas Terapi Oksigen Terhadap
Downes Score pada Pasien Asfiksia Neonatus di Ruang Perinatologi.
Hasil dari intervensi terdapat penurunan Downes Score pada bayi sebelum diberikan
terapi oksigen dan sesudah diberikan terapi oksigen hasil intervensi menunjukan Terapi
oksigen efektif dalam menurunkan Downes score pada pasien asfiksia neonates, Downes
score merupakan alat ukur kegawatan nafas pada neonatus cepat dan cukup sederhana,
sekaligus sebagai acuan menentukan jenis terapi oksigen yang hendak digunakan. Downes
Score dapat digunakan dirumah sakit utuk mengukur keefektifan terapi oksigen.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukkan atau sumber informasi serta dasar
pengetahuan bagi para mahasiswa khususnya dibidang keperawatan tentang Efektifitas
Terapi Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien Asfiksia Neonatus.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan menjadi landasan yang kuat untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya.
Saran untuk peneliti selanjutnya agar meneliti terkait pelaksanaan Efektifitas Terapi
Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien Asfiksia Neonatus.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan klien dengan Gagal nafas di Rumah
Sakit.
Cecily & Sowden (2009). Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Edisi 5. Jakarta: EGC
Dinkes Provinsi NTT. (2015). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Sudarti & Fauziah. (2013). Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan. Cetakan I.
Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1 Jakarta : CV Agung
Seto
Rahardjo dan Marmi,2012, Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah. Jakarta : Pustaka
C. Pokok Materi
1. Pengertian Gagal Nafas
2. Penyebab Gagal Nafas
3. Tanda dan Gejala Gagal Nafas
4. Penatalaksanaan Gagal Nafas
2. Strategi Pelaksanaan :
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan :
penyampaian materi :
E. Media
1. Leaflet
2. Laptop
3. LCD
4. Sound Sistem
5. Kamera
Perorganisasian
1. Moderator : Nira Wulandary
2. Penyuluh : Nurlatifah
3. Fasilitator : Bugy Fajar Nusantara
4. Fasilitator : Luthia Normawati
5. Observer : Dwi Nurahidin
6. Dokumentasi : Muhammad Riswan Hidayat
Rincian Tugas
1. Nira Wulandary : Mengatur jalannya penyuluhan
2. Nurlatifah : Yang mmberikan materi penyuluhan
3. Bugy Fajar Nusantara : Yang memberi fasilitas kepada peserta
4. Luthia Normawati : Yang memberi fasilitas kepada peserta
5. Dwi Nurwahidin : Yang Memperhatikan jalannya penyuluhan
6. M.Riswan Hidayat : Yang mendokumentasikan penyuluhan
G. Evaluasi
1. EvaluasiPersiapan
a. Materi sudah siap 1 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
c. Tempat sudah siap 2 hari sebelum penkes
d. SAP sudah jadi 1 hari sebelum penkes
2. Evaluasi Proses
a. Peserta hadir tepat waktu
b. Peserta kooperatif serta aktif bertanya
c. Media digunakan secara efektif
3. Evaluasi Hasil
a. Menjelaskan pengertian Gagal Nafas
b. Menyebutkan penyebab Gagal Nafas
c. Menyebutkan tanda gejala Gagal Nafas
d. Menyebutkn penatalaksanaan Gagal Nafas
MATERI
A. Pengertian
Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia,
hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbondi oksida arteri), dan asidosis.
Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana system respirasi gagal untuk melakukan fungsi
pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadekuatan itu
dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi.
Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan system pernafasan untuk mempertahankan suatu
keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh normal.
1. Gangguan Ventilasi
a. Obstruksi akut, misalnya disebabkan fleksi leher pada pasien tidak sadar, spasme
larink atau oedem larink.
b. Obstruksi kronis, misalnya pada emfisema, bronkritis kronis, asma, bronkiektasis,
terutama yang disertai sepsis.
c. Penurunan compliance, compliance paru atau toraks, efusi pleura, edema paru,
atelektasis, pneumonia, kiposkoloisis, patah tulang iga, pasca operasi toraks/
abdomen, peritonitis, distensi lambung, sakit dada, dan sebagainya.
d. Gangguan neuromuskuler, misalnya pada polio, “guillain bare syndrome”, miastenia
grafis, cedera spinal, fraktur servikal, keracuan obat/ zat lain.
e. Gangguan / depresi pusat pernafasan, misalnya pada penggunaan obat narkotik /
barbiturate/ trankuiliser, obat anestesi, trauma / infak otak, hipoksia berat pada
susunan saraf pusat dan sebagainya.
Oedem paru, ARDS, fibrosis paru, emfisema, emboli lemak, pneumonia, “post
perfusion syndrome”, tumor paru, aspirasi.
D. Penalaksanaan Malaria
Pengobatan Gagal nafas akut diarahkan pada terapi khusus yang mendukung fungsi
oksigenasi dan ventilasi dari paru-paru sampai dapat pulih dari akibat buruk disfungsi
paru. Tiga prinsip utama dalam pengelolaan kegagalan pernafasan akut yaitu :
1. koreksi hipoksemia arteri,
2. penghapusan kelebihan karbon dioksida, dan
3. penyediaan jalan napas atas yang paten yaitu Oksigen tambahan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2012. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : EGC
Doengoes, E. Marilyn, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC
Hudak and Gallo. 2012. Critical Care Nursing, A Holistic Approach. Philadelpia : JB
Lippincott company
Reksoprodjo Soelarto. 2013. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara
Lampiran 2. Leaflet
Lampiean 3. Daftar Target Keterampilan
Lampiran 4. Penilaian Sikap