Anda di halaman 1dari 132

LAPORAN AKHIR

PRAKTEK KLINIK KEPRAWATAN GAWAT DARURAT & KEKRITISAN


PEMINATAN KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT DARURAT ANAK
NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU)
RSUP.PROF.DR.R.D.KANDOU MANADO

DISUSUN OLEH :

Nama : Tumbol Brylian Kavin Thimotty

NIM : 711490120036

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MANADO

PROFESI NERS

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir Praktek Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Kekritisan Peminatan
Keperawatan Anak Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit RSUP.Prof.DR.R.D.Kandou
Manado

Oleh:

Tumbol Brylian Kavin Thimotty, S.Tr. Kep

NIM. 711490120036

Clinical Instruktur (CI) Clinical Teaching (CT)

Ns.Meike Linda Tuju, S.Kep Sisfiani Sarimin, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An


NIP. NIP. 197504131998032001

Manado, Juni 2021


Ketua Jurusan Keperawatan

Jon W. Tangka M.Kep.Ns,Sp.KMB


NIP : 19640312 198803 1002
ABSTRAK
Asuhan keperawatan pada Bayi gagal nafas di ruangan NICU B
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah, 14 Juni 2021
Nama: Tumbol Brylian Kavin Thimotty, NIM: 711490120036
Latar Belakang: Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.Gangguan dan kelainan pernapasan menjadi
penyebab utama kematian neonatal (35,9%), lalu prematuritas (42,4%) dan sepsis (12%).
Data bayi lahir dengan RDS di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2015 sebanyak
107 jiwa (Dinkes Provinsi NTT, 2015), Ruangan NICU RSUP.Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado 105 bayi yang menderita asfiksia neonatorum di periode juli 2010 – juli 2012
(Zainuddin, 2012).
Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas terapi oksigen terhadap Downes score pada pasien
asfiksia neonates pada bayi diruangan NICU B RSUP.Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Metode: Desain deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik.

Hasil: Dapat di ambil kesimpulan setelah melakukan asuhan keperawatan pada bayi dengan
diagnosa medis gagal nafas berdasarkan hasil pengkajian pada tiga bayi di dapatkan masalah
keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan nafas tidak efektif dan gangguan
ventilasi spontan. Implementasi keperawatan untuk hasil intervensi berdasarkan Evidence
Base Nursing (EBN) tentang Efektifitas Terapi Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di Ruang Perinatologi. Hasil dari intervensi terdapat penurunan Downes
Score pada bayi sebelum diberikan terapi oksigen dan sesudah diberikan terapi oksigen hasil
intervensi menunjukan Terapi oksigen efektif dalam menurunkan Downes score pada pasien
asfiksia neonates, Downes score merupakan alat ukur kegawatan nafas pada neonatus cepat
dan cukup sederhana, sekaligus sebagai acuan menentukan jenis terapi oksigen yang hendak
digunakan. Downes Score dapat digunakan dirumah sakit utuk mengukur keefektifan terapi
oksigen.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena kasih dan anugerah-Nya sehingga
Laporan Akhir Praktek Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Kekritisan Peminatan
Keperawatan Anak di Ruangan Neonatal Intensive Care Unit RSUP.Prof.DR.R.D.Kandou
Manado dapat selesai dengan baik.
Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Profesi Ners di Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan Keperawatan.
Dalam menyusun Laporan ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah
membantu mulai persiapan sampai selesainya laporan ini. Oleh karena itu Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang berpartisipasi baik tenaga,
pikiran dan saran sehingga laporan ini boleh selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan laporan ini masih ada kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik atau saran dari pembaca yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan bagi pembaca
khususnya bidang Keperawatan dan laporan selanjutnya

Manado, Juni 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang
berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan. Sindroma
gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru(Marmi & Rahardjo, 2012).

Respiratory Distress Syndrom (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan merupakan


kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, frekuensi pernapasan yang lebih dari 60 kali
per menit, adanya sianosis, adanya rintihan pada saat ekspirasi serta ada retraksi dinding
dada saat inspirasi. Penyakit ini merupakan penyakit membran hialin dimana terjadi
perubahan atau kurangnya komponen surfaktan pulmoner. Komponen ini merupakan
suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolapsnya paru. Fungsi surfaktan itu
sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps
dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi. Penyakit ini sering terjadi pada bayi
prematur mengingat produksi surfaktan yang kurang (Hidayat, 2003).

Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi aterm maupaun pada bayi preterm,
yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan beratbadan lahir rendah (BBLR).
Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih besar karena
belum maturnya fungsi organ organ tubuh. Kegawatan sistem pernafasan dapat terjadi
pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dalam bentuk sindroma
gagal nafas dan asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi cukup bulan paru(Marmi &
Rahardjo, 2012).

Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk melihat status
kesehatan anak, dan kondisi ekonomi penduduk secarakeseluruhan. Kematian bayi adalah
kematian yang terjadi padaperiode sejak bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu
tahun. Kematian bayi dipengaruhi oleh jumlah kematian neonatal Angka kejadian RDS di
Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan postnatal surfaktan sebanyak 2-3 %,
di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup periode 1998 - 1987. Secara tinjauan kasus, di
negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan postnatalsurfaktan,
terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidupperiode
1986-1987. Sedangkan jaman moderen sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi
1% di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi prematur adalah RDS. Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka kejadian berhubungan dengan
umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak digunakan surfaktan eksogen. Saat ini
RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus (WHO, 2012). Gangguan dan
kelainan pernapasan menjadi penyebab utama kematian neonatal (35,9%), lalu
prematuritas (42,4%) dan sepsis (12%).

Data bayi lahir dengan RDS di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2015
sebanyak 107 jiwa (Dinkes Provinsi NTT, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan
Zainuddin Data yang didapatkan dari buku register di Ruangan NICU RSUP.Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado 105 bayi yang menderita asfiksia neonatorum di periode juli 2010
– juli 2012 (Zainuddin, 2012).

Gagal nafas dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan yang dapat
menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan otak atau bahkan
kematian. Akibat dari gangguan pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen
(hipoksia) pada bayi. Bayi akan 3 beradaptasi terhadap kekurangan oksigen dengan
mengaktifkan metabolisme anaerob yang akan menghasilkan asam Laktat. Dengan
memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi
kerusakan otak dan organ lainkarena hipoksia dan iskemia. Hal ini dapat menyebabkab
kematian pada neonatus (Ainsworth, 2006).

Penatalaksanaan Terapi oksigen yang akan digunakan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia, RDS dan Meconium Aspiration Syndrom (MAS) antara lain oksigen terapi
nasal, Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau ventilasi mekanik tergantung
pada tingkat keparahan gangguan pernafasan bayi yang dilihat dari nilai Downes score
(John et al., 2015) termasuk pemberian terapi surfaktan untuk mencegah kematian (Pattar
& Das, 2018). Bahkan Downes score disebutkan mampu memprediksi kematian neonatal
secara akurat (John et al., 2015). Penelitian tentang terapi oksigen terhadap nilai Downes
score pada bayi asfiksia belum banyak dilakukan di Indonesia. Penting untuk mengetahui
keefektifan terapi oksigen terhadap status respirasi bayi mengingat dampak besarnya
adalah risiko kematian. Penelitian ini lebih komprehensif dengan mengambil data dari
bayi dan ibu yang dapat menggambarakan secara deskriptif karaktersitik responden dan
mengetahui efektifitas dari terapi oksigen terhadap nilai Downes score.

Sampai saat ini gagal nafas pada anak masih merupakan salah satu penyebab
mordibitas dan mortalitas terbesar penderita yang dirawat di Ruang perawatan Neonatal
Intensive Care Unit  RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Keterlambatan merujuk
penderita diduga merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian, disamping
beratnya penyakit dasar, penyakit penyerta dan penyulit selama perawatan.

Penatalaksanaan perawatan gagal nafas memerlukan suatu ketrampilan dan


pengetahuan khusus serta penafsiran dan perencanaan maupun melakukan tindakan harus
dilakukan dengan cepat dan sistematis, oleh karena itu pengetahuan perawat tentang apa
dan bagaimana terjadinya gagal nafas sangat diperlukan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Anak di ruangan Neonatal Intensive Care
Unit RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Anak di ruangan Neonatal
Intensive Care Unit RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI PENYAKIT
1. Definisi
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang
berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan. Sindroma
gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2012).
Gagal napas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam pertukaran gas O2 dan CO2
serta masih menjadi masalah dalam penatalaksanaan medis. Walaupun kemajuan teknik
diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang pesat, tetapi gagal napas masih
merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di instalasi perawatan
intensif (Surjanto, E, Sutanto,S. Y, 2009).

2. Etiologi
a) Faktor predisposisi
Terjadinya gagal nafas pada bayi dan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berbeda dengan orang dewasa, yaitu :

1. Struktur anatomi
a. Dinding dada
Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai insersi tulang iga yang
kurang kokoh, letak iga lebih horisontal dan pertumbahan otot interkostal yang
belum sempurna, menyebabkan pergerakan dinding dada terbatas.

b. Saluran pernafasan
Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan dewasa. Besar
trakea nnatus 1/3 dewasa dan diameter bronkiolus ½ dewasa, sedangkan
ukuran tubuh dewasa 20 kali neonatus. Akan tetapi bila terjadi sumbatan atau
pembengkakan 1 mm saja, pada bayi akan menurunkan luas saluran
pernafasan 75 %.

c. Alveoli
Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan ‘ elastic recoil ’ untuk
mempertahankan alveoli tetap terbuka. Pada neonatus alveoli relatif lebih
besar dan mudah kolaps. Dengan makin besarnya bayi, jumlah alveoli akan
bertambah sehingga akan menambah ‘ elastic recoil’.

2. Kerentangan terhadap infeksi


Bayi kecil mudah terkena infeksi berat seperti pneumonia, pada anak kerentangan
terhadap infeksi traktus respiratorius merupakan faktor predisposisi gagal nafas.

3. Kelainan konginetal
Kelainan ini dapat mengenai semua bagian sistem pernafasan atau organ lain yang
berhubungan dengan alat pernafasan.

4. Faktor fisiologis dan metabolik


Kebutuhan oksigen dan tahanan jalan nafas pada bayi lebih besar daripada
dewasa. Bila terjadi infeksi, metabolisme akan meningkat mengakibatkan
kebutuhan oksigen meningkat. Kebutuhan oksigen tersebut di capai dengan
menaikkan usaha pernafasan, dengan akibat pertama adalah kehilangan kalori dan
air; Kedua dibutuhkan kontraksi otot pernafasan yang sempurna. Karena pada
bayi dan anak kadar glikogen rendah, maka dengan cepat akan terjadi penimbunan
asam organik sebagai hasil metabolisme anaerib akibatnya terjadi asidosis.

2. Sebab gagal nafas


Jenis penyakit penyebab gagal nafas pada bayi / anak

penyebab Bayi / Anak


Jalan nafas bagian atas :
Makroglosis
Faring
Hipertropi tonsil
Laring Laringotrakeobronkitis
Epiglotis akut
Laringitis difterika
Edema/stenosis pasca intubasi

Trakea Benda asing

Jalan nafas bagian bawah

Bronkus/bronkiolus Bronkiolitis
Status asmatikus

Alveoli Pneumonia
Kelainan jantung bawaan
Trauma
Luka bakar

Kompresi pulmonal Pneumonia


Trauma dada

Susunan saraf Trauma


Ensefalitis
Takaran obat berlebihan
Status epileptikus
Sindrom Guillain-Barre
Dikutip dari Brown dan Fisk, Anesthesia for Children, Intensive Care

aspeect, Blackwell Scientific Publ (1979)

3. Patofisiologi dan Pathway


Terdapat 2 mekanisme dasar yang mengakibatkan kegagalan pernafasan yaitu obstruksi
saluran nafas dan konsolidasi atau kolaps alveolus. Apabila seorang anak menderita
infeksi saluran nafas maka akan terjadi :

1. Sekresi trakeobronkial bertambah


2. Proses peradangan dan sumbatan jalan nafas
3. aliran darah pulmonal bertambah
4. ‘metabolic rate’ bertambah
Akibat edema mukosa, lendir yang tebal dan spasme otot polos maka lumen saluran nafas
berkurang dengan hebat. Hal ini mengakibatkan terperangkapnya udara dibagian distal
sumbatan yang akan menyebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi. Gangguan difusi
dan retensi CO2 menimbulkan hipoksemia dan hipercapnea, kedua hal ini disertai kerja
pernafasan yang bertambah sehingga menimbulkan kelelahan dan timbulnya asidosis.
Hipoksia dan hipercapnea akan menyebabkan ventilasi alveolus terganggu sehingga terjadi
depresi pernafasan, bila berlanjut akan menyebabkan kegagalan pernafasan dan akirnya
kematian.

Hipoksemia akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pulmonal yang


menyebabkan tahanan alveolus bertambah, akibatnya jantung akan bekerja lebih berat,
beban jantung bertambah dan akirnya menyebabkan gagal jantung.

Akibat bertambahnya aliran darah paru, hipoksemia yang mengakibatkan permiabilitas


kapiler bertambah, retensi CO2 yang mengakibatkan bronkokontriksi dan ‘metabolic rate’
yang bertambah, terjadinya edema paru. Dengan terjadinya edema paru juga terjadinya
gangguan ventilasi dan oksigenisasi yang akhirnya dapat menimbulkan gagal nafas
Pathway
4. Manifestasi klinik
Umum : kelelahan, berkeringat

Respirasi : wheezing, merintih, menurun/menghilangnya suara nafas,

cuping Hidung retraksi, takipnea, bradipnea atau apnea,

sianosis.

Kardiovaskuler : bradikardia atau takikardia hebat, hipotensi/hipertensi,

pulsus Paroksus 12 mmHg, henti jantung.

Serebral : gelisah, iritabilitas, sakit kepala, kekacauan mental,

kesadaran Menurun, kejang, koma.

5. Pemeriksaan penunjang
Pengenalan dini gagal nafas sulit diketahui secara klinis, pemeriksaan laboratorium yang
terpenting untuk membantu diagnosa gagal nafas ialah pemeriksaan analisa gas darah
untuk mengetahui keadaan oksigenasi, ventilasi dan keseimbangan asam basa, saturasi O2
dan pH darah.

Pada pemeriksaan BGA pada gagal nafas akan didapat Hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
(respiratorik atau metabolik).
B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL NAFAS

A. Pengkajian keperawatan.
a. Riwayat keluarga
 Riwayat keluarga tentang alergi dan penyakit keturunan
 Riwayat pasien tentang gangguan petnafasan yang baru diderita, terkena infeksi,
adanya alergi/iritasi, trauma.
b. Kaji keadaan dada
 Kaji suara nafas dan suara nafas tambahan
 Kaji adanya pembesaran anterior / posterior ukuran dada
 Kaji peningkatan dan penurunan taktil fremitus
 Kaji adanya retraksi otot supraklafikula, interkosta / subkostal
 Kaji adanya hyperesonan (adanya distensi alveoli)
 Kaji adanya ekspirasi yang memanjang.
c. Observasi pernafasan :
 Frekuensi
Kaji adanya takipnue, normal, bradipnue

 Kedalaman
Normal, terlalu lambat (hypopnea), terlalu dalam (hyperpnea)

 Kelancaran
Kurang usaha, dypnea, ortopnea berhubungan dengan adanya retraksi interkostal /
substernal, adanya wheezing, pulsus paradoxus (tekanan darah turun saat inspirasi
dan tekanan darah naik dengan ekspirasi)

 Labored breating
Terus menerus, intermitten, secara tiba – tiba, kelelahan dalam usaha pernafasan.

 Tanda – tanda infeksi


Peningkatan suhu tubuh, pembesaran nodus limfa, inflamasi membran mukus,
keluarnya cairan purulen dari hidung dan kuping, adanya sputum yang purulen.

 Batuk
Kaji karakteristik batuk (produktif/kering) kapan waktu terjadinya batuk (hanya
malam hari/setiap waktu), frekuensi batuk yang berkaitan dengan aktivitas dan
suhu.

 Wheezing
Kapan terjadinya wheezing; saat inspirasi / ekspirasi, apakah memanjang, terjadi
secara tiba-tiba/berlahan-lahan.

 Sianosis
Catat distribusi sianosis (periperal, daerah bibir, wajah), derajat, durasi, keterkaitan
dengan aktivitas.

 Nyeri dada
Terjadi pada anak – anak catat lokasi, penyebaran ke leher/abdomen,
dalam/dangkal.

 Sputum
Pasien anak – anak dapat mengeluarkan sputum pada bayi diperlukan section untuk
mendapatka sempel, catat volume, warna, bau, viskositas.

 Adanya pernafasan yang buruk


Berhubungan dengan infeksi pernafasan.

d. Kaji tanda terjadinya hipoxia


o Hypotensi/hypertensi
o Dyspnea
o Bradikardi
o Sianosis : perifer / sentral
o Somnolen
o Stupor
o Coma

B. Diagnosa keperawatan dan Intervensi keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan suplay oksigen, perubahan aliran darah ke
pulmonal.
Kriteria hasil :

Anak menunjukkan peningkatan kapasitas ventilasi dan pertukaran gas.

Intervensi :

o Beri posisi yang dapat memaksimalkan ekspansi paru; tinggikan kepala selama
tidak ada kontraindikasi, cek secara teratur posisi klien.
o Pertahankan jalan nafas tetap terbuka, hindari hyperektensi leher gunakan
‘sniffing’ posisi, anjurkan anak untuk mengeluarkan sputum.
o Beri bantuan oksigen
o Jika perlu pertahankan anak tetap puasa
o Kaji warna kulit
o Observasi usaha nafas : Observasi pergerakan dada, kembang kempis dada dan
penggunaan otot bantu pernafasan
o Monitor BGA

2. Resiko tinggi terjadi kematian b/d obstruksi jalan nafas.


Kriteria hasil :

Anak dapat bernafas, jalan nafas terbuka.

Intervensi :

o Singkirkan penghalang (sekret) yang dapat menghalangi pertukaran udara (jika


mungkin)
o Hindari situasi yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas atau aktivitas yang
memerlukan kebutuhan oksigen yang berlebihan.
o Siapkan peralatan emergensi
o Lakukan managemen emergensi jalan nafas (RJP) sesuai prosedur
3. Gangguan proses keluarga b/d krisis situasi (penyakit serius pada anak)
Kriteria hasil :
Keluarga menunjukkan paham tentang penyakit anak dan dapat menggunakan koping
yang efektif.

Intervensi :

o Beri informasi kepada keluarga tentang proses penyakit pada anaknya


o Terangkan tentang prosedur dan terapi yang diberikan
o Beri informasi tentang kondisi anak
o Anjurkan untuk mengekpresikan perasaan keluarga khususnya tentang kondisi dan
prognosis anak.
o Susun suport sistem keluarga.

4. Intoleransi aktivitas b/d distress pernafasan


Kriteria hasil : anak mampu melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.

Intervensi :

o Kaji tingkat kemampuan aktivitas anak


o Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
o Atur posisi anak seseuai kebutuhan
o Berikan periode istirahat dan hindari hal – hal yang melelahkan anak.
C. ANALISIS EBN

(EFEKTIFITAS TERAPI OKSIGEN TERHADAP DOWNES SCORE PADA PASIEN


ASFIKSIA NEONATUS DI RUANG PERINATOLOGI)

Judul : Efektifitas terapi oksigen terhadap downes score pada pasien asfiksia neonatus di
ruang perinatologi
Tahun : 2021
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas terapi oksigen terhadap
Downes score pada pasien asfiksia neonatus.
Problem : Penyebab utama kematian neonatal pada minggu pertama (0-6 hari) adalah
asfiksia (36 %), prematuritas (32%) serta sepsis (12%) sedangkan bayi usia 7-28 hari adalah
sepsis (22%), kelainan kongenital (19%) dan pneumonia (17%). Upaya menurunkan angka
kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir, hipotermia dan asfiksia
adalah perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar yang harus disertai
dengan perawatan neonatal yang adekuat (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Asfiksia
memberikan kontribusi yang tinggi pada kematian neonatal. Asfiksia adalah suatu keadaan
kegawatan bayi berupa kegagalan bernafas secara spontan serta teratur segera setelah lahir
(Mochtar, 2013). Jenis penelitian kuantitatif dengan observasional analitik menggunakan
pendekatan prospektif, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling
sebanyak 25 responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan pada
bulan November-Desember 2019.

Intervetion : Jenis penelitian kuantitatif dengan observasional analitik menggunakan


pendekatan prospektif, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling
sebanyak 25 responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan pada
bulan November-Desember 2019. Kriteria inklusi meliputi bayi yang menjalani rawat inap di
ruang perina RSUD Banyumas, mengalami asfiksia dengan nilai apgar menit pertama
maximal 6, berumur kurang dari 28 hari, dan mendapatkan terapi oksigen selama 24 jam
melalui bantuan alat pernapasan (nasal, head box, CPAP, atau Synchroized Intermittent
Mandatory Ventilation) dan orang tua bersedia menjadi responden dengan menandatangi
informed consent. Untuk kriteria eksklusi adalah bayi yang mengalami sepsis, kelainan
kongenital jantung, dan bayi dengan hernia diafragma. Pengambilan data dilakukan sesaat
bayi setelah lahir untuk menentukan derajat asfiksia, kemudian dilakukan pengukuran nilai
Downes score, selanjutnya diberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan setelah 1x24 jam
dilakukan pengukuran nilai Downes score kembali untuk memastikan keefektifan terapi.
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon test. Untuk menjamin kemanan dan keselamatan
responden peneliti melalui serangkaian proses perijinan dan presentasi proposal termasuk
penyediaan informed consent, Standar Operational Procedure (SOP) dan tindakan
penanganan.

Comparasion : Sejalan dengan penelitian Marfuah et al., (2013) bayi dengan AS < 7 dengan
terjadinya RDS mempunyai nilai p < 0,001 artinya ada hubungan bermakna. Alat bantu nafas
yang digunakan pada bayi asfiksia, dari 25 responden sebanyak 16 (64%) menggunakan alat
bantu nasal kanul dengan kondisi asfiksia sedang dan tingkat Downes score ringan sebelum
terapi oksigen yaitu nilai antara 1 - 3, dan nilai Downes score setelah terapi oksigen adalah 0,
yang artinya mengalami perbaikan dengan menurunnya nilai Downes score sekaligus
memperbaiki derajat asfiksia. Manjemen Downes score ringan dapat menggunakan oksigen
nasal atau CPAP, untuk Downes score sedang terapi oksigen yang digunakan mulai dari
CPAP hingga SIMV, sedangkan untuk Downes score berat oksigen yang digunakan adalah
PC SIMV. Pada distress nafas untuk masa gestasi < 30 minggu diberikan terapi oksigen
dengan CPAP bila gagal maka dilanjutkan dengan NIV SIMV (Mirtha et al., 2016).

Outcome : Didapatkan nilai rata-rata Downes score responden sebelum terapi oksigen
sebesar 3,20±2,041dan sesudah terapi oksigen nilai rata-rata berubah menjadi 1,04±1,881.
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh nilai Z sebesar -4,173
dan nilai significancy sebesar 0,001 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat
efektifitas terapi oksigen terhadap Downes Score pada pasien asfiksia neonatus Di Ruang
Perina Rumah Sakit. Hasil penelitian ini menunjukan Downes score nilainya menurun ketika
dilakukan terapi oksigen pada bayi asfiksia setelah 1x24 jam. Terapi oksigen efektif dalam
menurunkan Downes score pada pasien asfiksia neonates, Downes score merupakan alat ukur
kegawatan nafas pada neonatus cepat dan cukup sederhana, sekaligus sebagai acuan
menentukan jenis terapi oksigen yang hendak digunakan. Downes Score dapat digunakan
dirumah sakit utuk mengukur keefektifan terapi oksigen.
D. SOP KETERAMPILAN

SOP PEMBERIAN OKSIGEN NASAL PADA BAYI

PENGERTIAN Memberikan oksigen melalui hidung bayi.


Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
TUJUAN
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh bayi.
1. Seluruh pelayanan keperawatan berorientasi pada
mutu dan keselamatan pasien (sesuai dengan SK
Direktur Nomor 9/RSKM/SK_01/10.X11/2014)
tentang Kebijakan Pelayanan Kesehatan Maternal
KEBIJAKAN dan Neonatus Rumah Sakit Kristen Mojowarno.
2. Pedoman tentang Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatus Rumah Sakit Kristen Mojowarno.
3. Panduan tentang penyusunan SPO Nomor
12/RSKM/8.SK.2/III/2014.
PROSEDUR A. Persiapan alat
1. Tabung oksigen besar atau kecil
2. Flowmeter
3. Regulator
4. Tabung humidifier
5. Aquabides steril
6. Selang nasal
B. Persiapan pasien
1. Lihat kondisi pasien
2. Atur posisi pasien
3. Orang tua pasien diberitahu maksud dan
tujuan pemberian oksigen pada bayinya.
4. Orang tua pasien diberitahu cara
pemasangan oksigen nasal pada bayi.
5. Orang tua pasien diberi penjelasan
mengenai fungsi obat masing-masing.
6. Siapkan surat persetujuan tindakan.
Keluarga untuk mentandatangani surat
persetujuan tindakan.
C. Pelaksanaan
1. Mengucapkan salam (selamat
pagi/siang/sore/malam bapak, ibu...) kepada
pasien.
2. Pastikan identitas pasien (minta pasien
menyebutkan namanya dan tanggal lahir).
3. Petugas mencuci tangan sebelum melakukan
tindakan sesuai (SPO).
4. Cek tabung oksigen dan flow meter.
5. Pasang regulator.
6. Isi tabung humidifier dengan aquades steril
sampai tanda batas.
7. Pasang selang oksigen pada tabung
humidifier.
8. Stel oksigen sesuai kebutuhan.
9. Cek apakah oksigen mengalir dalam selang
dengan mendekatkan ujung kanule pada
punggung tangan.
7. Pasang kanule pada hidung bayi.
8. Orang tua pasien diberitahu maksud dan
tujuan pemberian oksigen pada bayinya.
9. Orang tua pasien diberitahu cara
pemasangan oksigen nasal pada bayi.
10. Orang tua pasien diberi penjelasan
mengenai fungsi obat masing-masing.
11. Siapkan surat persetujuan tindakan.
Keluarga untuk mentandatangani surat
persetujuan tindakan.
D. Pelaksanaan
10. Mengucapkan salam (selamat
pagi/siang/sore/malam bapak, ibu...) kepada
pasien.
11. Pastikan identitas pasien (minta pasien
menyebutkan namanya dan tanggal lahir).
12. Petugas mencuci tangan sebelum melakukan
tindakan sesuai (SPO).
13. Cek tabung oksigen dan flow meter.
14. Pasang regulator.
15. Isi tabung humidifier dengan aquades steril
sampai tanda batas.
16. Pasang selang oksigen pada tabung
humidifier.
17. Stel oksigen sesuai kebutuhan.
18. Cek apakah oksigen mengalir dalam selang
dengan mendekatkan ujung kanule pada
punggung tangan.
12. Pasang kanule pada hidung bayi.
13. Orang tua pasien diberitahu maksud dan
tujuan pemberian oksigen pada bayinya.
14. Orang tua pasien diberitahu cara
pemasangan oksigen nasal pada bayi.
15. Orang tua pasien diberi penjelasan
mengenai fungsi obat masing-masing.
16. Siapkan surat persetujuan tindakan.
Keluarga untuk mentandatangani surat
persetujuan tindakan.
E. Pelaksanaan
19. Mengucapkan salam (selamat
pagi/siang/sore/malam bapak, ibu...) kepada
pasien.
20. Pastikan identitas pasien (minta pasien
menyebutkan namanya dan tanggal lahir).
21. Petugas mencuci tangan sebelum melakukan
tindakan sesuai (SPO).
22. Cek tabung oksigen dan flow meter.
23. Pasang regulator.
24. Isi tabung humidifier dengan aquades steril
sampai tanda batas.
25. Pasang selang oksigen pada tabung
humidifier.
26. Stel oksigen sesuai kebutuhan.
27. Cek apakah oksigen mengalir dalam selang
dengan mendekatkan ujung kanule pada
punggung tangan.
28. Pasang kanule pada hidung bayi.
29. Tali pengikat kanule di selipkan ke telinga.
30. Alat-alat dirapihkan, lalu cuci tangan.
31. Observasi respon pasien terhadap pemberian
oksigen.
32. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
sesuai (SPO).
33. Mendokumentasikan semua yang dilakukan.

SOP PEMASANGAN C - PAP


PENGERTIAN CPAP adalah salah satu alat yang digunakan sebagai tatalaksana respiratory distres
pada neonatus. Continuos Positive Airway Pressure (CPAP) merupakan suatu alat
untuk mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonatus selama
pernafasan spontan.

TUJUAN  Menurunkan kesulitan bernafas

 Mengurangi ketergantungan terhadap oksigen,


 Membantu memperbaiki dan mempertahankan kapasitas residual paru

 Mencegah obstruksi saluran nafas bagian atas, dan mecegah kollaps paru

 Mengurangi apneu, bradikardia, dan episode sianotik, serta mengurangi


kebutuhan untuk dirawat di Ruangan intensif

PROSEDUR 1. Tempelkan selang oksigen dan udara ke pencampur dan flow meter,
lalu hubungkan ke alat pengatur kelembapan. Pasang floemeter
antara 5-10 liter
2. Tempelkan satu selang ringan , lemas dan berkerut ke alat pengatur
kelembapan. Hubungkan probe kelembapan, dan suhu ke selang
kerut yang masuk ke bayi. Pastikan probe suhu tetap diluar
inkubator atau tidak di dekat sumber panas dari penghangat.
3. Siapkan satu botol air steril di dekat alat pengatur kelembapan
4. Jaga kebersihan ujung selang
Untuk menghubungkan sistem ini ke bayi, langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
1. Posisikan bayi dan naikkan kepala tempat tidur 30 derajat
2. Hisap lendir dari mulut, hidung, dan faring. Pastikan bayi tidak
mengalami atresia choana 3. Letakkan gulungan kain dibawah bahu
bayi, sehingga leher bayi dalam posisi ekstensi untuk menjaga jalan
nafas tetap terbuka.
3. Lembabkan prong dengan air steril atau Nacl 0,9% sebelum
memasukkannya kedalam hidung bayi.Masukkan dengan posisi
lengkungan kebawah. Sesuaikan sudut prong dan kemudian
sesuaikan selang kerut dengan posisi yang sesuai.
4. Masukkan pipa Orogastrik (OGT) dan lakukan aspirasi isi perut, kita
boleh membiarkanpipa lambung tetap ditempatnya untuk mencegah
distensi lambung
5. Pergunakan topi untuk menjaga kehangatan bayi
6. Setelah bayi nyaman dan stabil dengan CPAP, barulah kita
melakukan fiksasi agar nasal prong tidak bergeser dari tempatnya.
SOP PEMASANGAN VENTILATOR

Pengertian Ventilator adalah alat yang mampu membantu sebagian


atau mengambil alih pertukaran gas di paru untuk
mempertahankan hidup pasien.Semua mode untuk
membantu atau mengganti atau mengambil alih dariproses
pernafasan spontan

Tujuan 1. Memberikan kekuatan mekanisme pada sytem


pernafasan untuk mempertahankan ventilasi yang
fisiologis
2. Manipulasi air way pressure dan corak ventilasi untuk
memperbaiki efisiensi dan oksigenasi
3. Mengurangi kerja miocard dengan cara mengurangi kerja
nafas

Prosedur Persiapan

1. Alat :
 Set ventilator
 Aqua steril
 Oksigen
2. Pasien :
 Inform consent
 Pemberian penjelasan/informasi
 Pengaturan posisi sesuai dengan kebutuhan
3. Cara kerja
 Hubungkan ventilator dengan sumber listrik
 Hubungan ventilator dengan sumber oksigen dan
udara tekan
 Isi humidifier dengan aqua steril sampai batas yang
ditentukan
 Pastikan breathing sirkuit apakah ada kebocoran dan
tes fungsi masing masing pre set dengan menggunakan
testlung ( kalibrasi )

 Atur mesin sesuai dengan klarifikasi kerja yang


dibutuhkan untuk pasien
 Alat siap dan disambungkan dengan konektor ETT
pasien
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Asuhan Keperawatan

Nama Mahasiswa : Tumbol B.K Thimotty Tanggal Praktek : 17 Mei – 05 Juni 2021

NIM : 711490120036 Tempat Praktek : NICU B

Minggu Ke-1

Nama Pasien : By. Ny Fn Umur : .10 Hari Jenis Kelamin : P

I. Pengkajian Primer
A : Terdengar suara gurgling pada bayi dan bayi mengeluarkan secret
B : R : 70x/m, Terdapat Retraksi Dada, SPO2 : 94 %, pernafasan cuping hidung, terlihat
sianosis
C : TD :73/30, N : 130 x/m
D : GCS : E : 3 M : 4 V : 4 kesadaran : Apatis

II. Data Demografi


Nama Lengkap : By. Ny Fn Tanggal masuk RS : 07-05-2021
Tempat/tgl lahir : 07-05-2021 Status perkawinan : -
Agama : Kristen Suku : Gorontalo
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Siau barat
Sumber Informasi : Orang Tua
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi:
Nama : Tn. ML
Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS
Alamat : Siau barat
III. Status Kesehatan Saat Ini
Bayi MRS NICU dengan rujukan dari RS Hermina dengan diagnosa Gagal Nafas berat
ditandai dengan pneumonia neonatal.
Alasan Kunjungan/keluhan utama:
Sesak nafas
Faktor pencetus:
Faktor yang memperberat:
Bayi memiliki sepsis.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Memberikan terapi oksigen menggunakan Ventilator pada bayi
Diagnosa Medik:
Gagal nafas

IV. Riwayat Kesehatan yang lalu


(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Pre natal Care
a. Pemeriksaan kehamilan 5x Kali
b. Keluhan selama hamil : muntah-muntah
c. Riwayat alergi : tdk ada
d. Kenaikan Berat Badan selama hamil 5 Kg
e. Immunisasi TT 2 Kali
f. Golongan darah ibu B Golongan darah Ayah O
2. Natal
a. Tempat melahirkan: Puskesmas Kamkes
b. Lama dan jenis persalinan : Spontan
c. Penolong persalinan: Dokter
3. Post natal
a. Kondisi Bayi : BB lahir : 2580 Gram, PB : 47 Cm, BBS : 2.637 gram
b. Perna dirawat dalam inkubator : pernah
c. Apakah anak mengalami: penyakit Kuning (-), Kebiruan (-), Kemerahan (+)
d. Pemberian obat-obatan : vit K (+), Salep mata (+)
V. Riwayat Immunisasi

No Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian


1. BCG 0 bulan Tidak ada
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis A & B H.B : saat lahir Tidak ada
H.A :-

V. Riwayat tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik ( Antropometri )
1. Berat Badan : 2580 gram
2. Panjang Badan Badan : 47 Cm
3. Lingkar Kepala : 36 cm
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat :
1. Berguling :-
2. Duduk :-
3. Merangkak :-
4. Berdiri :-
5. Berjalan :-
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : -
7. Bicara pertama kali :-
8. Berpakaian tanpa Bantuan: -

VI. Riwayat Nutrisi


A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui saat lahir
2. Cara pemberian: 4 kali 10cc sehari melalui via OGT
3. Lama pemberian 10 hari sampai sekarang
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : -
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara memberikan : -

C. Pemberian makanan tambahan


Belum diberikan makanan tambahan

D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian

1. 0 – 4 Bulan ASI 29 hari

2. 4 – 12 bulan - -

3. Saat Ini - -

VII. Pengkajian Sekunder


Kepala
Inspeksi / Palpasi : bulat, rambut warna hitam, tampak bersih
Keluhan : tidak ada
Mata
Fungsi penglihatan : normal Palpebra : Terbuka
Ukuran pupil : normal Isokor
Akomodasi : normal
Konjungtiva : anemis
Edema Palpebra : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Telinga
Fungsi Pendengaran : normal Fungsi keseimbangan : normal
Keluhan : tidak ada
Hidung dan sinus
Inspeksi : normal
Pembangkakan : tidak ada Pendarahan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Mulut dan tenggorok
Inspeksi : normal
Keadaan gigi : belum ada
Keadaan membran mukosa : kering
Kesulitan menelan : tidak ada

Leher
Inspeksi / palpasi : tidak ada pembesaran kelnjar tiroid
Thoraks
Inspeksi : simetris
Sirkulasi
Frekwensi nadi : 150x/m Sa O2 : 96%
Tekanan darah : 87/42
Suhu tubuh : 36,5 0C
Sianosis : Bibir / kuku tidak ada Pucat :ya
Turgor : kering
Abdomen
Inspeksi : asites
Auskultasi :
Frekwensi BAB : 3x1/hr Konsistensi feses : Kental cair
Keluhan makan dan BAB : tidak ada
Frekwensi BAK : - Volume Urin : -
Keluhan BAK :-
Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada edema

SCORE DOWN
Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi nafas <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/mennit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan o2 walaupun di beri o2
Air entery Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat di dengar
dengan stetoskop dengan alat bantu

Hasil Score Down : 8

Interpetasi hasil :

Skor 0  Tidak ada gawat napas 


Skor 1-3  Gawat napas Ringan
Skor 4-5  Gawat napas Sedang
Skor > 6  Ancaman gagal napas

VIII. Data Laboratorium


Leukosit 16.9
Eritrosit 2.69
Hemoglobin 8.6
Hematokrit 23.8
Trombosit 16
SGOT 12
SGPT 3
Ureum 41
Creatinin 0.4
GDS 70
Chlorida 97.8
Kalium 5.15
Natrium 132
Calsium 9.18
Hasil analisi gas darah
pH darah 6.2 dan PaCO2 yang tinggi

IX. Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain


Foto thorax : tidak tampak kelainan

X. Pengobatan
Ampicilin 62 gram / 6 jam Gentamisin 12 gram / 6 jam
Aminofilin 6 gram / 6 jam

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS : - Penurunan Respon Bersihan Jalan Napas
pernafasan Tidak Efektif 
DO :
- Terdengar Kegagalan pernafasan
suara gurgling pada ventilasi

bayi dan bayi


Ketidakseimbangan
mengeluarkan secret ventilasi dan perfusi
- R : 70x/m, Hipoventilasi alveoli

Terdapat Retraksi
Gangguan disfusi dan
Dada, SPO2 : 94 %, retensi CO2
pernafasan cuping
Paru paru
hidung, terlihat
sianosis Secret

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif 
DS :- Penurunan Respon Ganguan Pertukaran Gas
DO : pernafasan

- R : 70x/m,
Terdapat Retraksi Kegagalan pernafasan
Dada, SPO2 : 94 %, ventilasi

pernafasan cuping
hidung, terlihat Ketidakseimbangan
sianosis ventilasi dan perfusi
Hasil analisi gas
darah Hipoventilasi alveoli
- pH darah
6.2 dan PaCO2 yang
Gangguan disfusi dan
tinggi retensi CO2

Paru paru

Secret

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif 
Gangguan Pertukaran gas
DS : Konsoliasi di paru Gangguan Ventilasi
DO : spontan

- R : 70x/m,
Compliance paru
Terdapat Retraksi
Dada, SPO2 : 94 %,
Inspirasi dan ekspirasi
pernafasan cuping
tidak adekuat
hidung, terlihat
sianosis
Gangguan Ventilasi
- pH darah
spontan
6.2 dan PaCO2 yang
tinggi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan


dan Batasan Aktivitas
karakteristik
1. (D. 0001) Bersihan (L.01001) Bersihan Jalan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
Jalan Napas Tidak
Napas
Efektif Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan 1. Monitor pola napas
bersihan jalan nafas meningkat (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
dengan Kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
1. Wheezing menurun tambahan (mis. Gurgling, mengi,
2. Dispnea Menurun weezing, ronkhi kering)
3. Sianosis Menurun
Terapeutik
4. Frekuensi Membaik
5. Pola Nafas Membaik 3. Berikan minum hangat
4. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu

2. (D.0003) Gangguan L.01003 Pertukaran Gas (I.01026) Terapi Oksigen


Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan diharapkan 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
karbondioksida pada membran 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
alveolus-kapiler dalam batas Terapeutik:
normal dengan kriteria hasil : 3. Bersihkan sekret pada mulut,
1. Tingkat Kesadaran hidung dan trakea, jika perlu
2. Dispneu 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Bunyi napas tambahan 5. Berikan oksigen jika perlu
4. PCO2 membaik
5. Sianosis membaik
6. Pola nafas membaik
3 Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN VENTILASI (I.01002)
Spontan (D.0004)
keperawatan diharapkan     Observasi
ventilasi spontan membaik
1. Identifikasi adanya kelelahan
dengan kriteria hasil : otot bantu nafas
1. Dipsnea menurun 2. Monitor status respirasi dan
oksigenasi
2. Penguunaan otot bantu
    Terapeutik
pernafasan menurun
3. Volume tidal membaik 3. Pertahankan kepatenan jalan
4. PCO2 Membaik nafas
4. Berikan oksigenasi sesuai
5. PO2 membaik kebutuhan

IMPLEMENTASI
NO TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. 17-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 70x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 70x/m, Terdapat
SPO2 : 94%, pernafasan
Retraksi Dada, SPO2 :
cuping hidung, terlihat
94%, pernafasan cuping
sianosis
hidung, terlihat sianosis
- Suara gurgling
2. Memonitor bunyi
mulai berkurang dan jalan
napas tambahan
nafas terbuka
Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
Terdengar suara gurgling
ventilator ventilator FiO2
pada bayi
50%, PEEP 5
3. Memberikan
A : Masalah Belum Teratasi
minum hangat (ASI
Hangat)
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Klien meminum ASI 1,2,3,4,5
hangat melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka

5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator

Hasil :

Pernafasan dibantu
dengan ventilator FiO2
50%, PEEP 5
2 17-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator FiO2 50%, membaik setelah
PEEP 5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan ventilator FiO2
terapi oksigen 50%, PEEP 5
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Score down 8
pada mulut
menggunakan suction A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Suara gurgling berkurang P : Lanjutkan Intervensi
setelah diberikan suction 1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
ventilator FiO2 50%,
PEEP 5, Score down 8

3 17-05-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-


Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 70x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 94%, pernafasan
menggunakan otot bantu cuping hidung, terlihat
pernafasas sianosis
2. Memonitor status - Kepatenan jalan nafas
respirasi dan oksigenasi terjaga saat
Hasil : menggunakan
R : 70x/m, Terdapat ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : - Pernafasan dibantu
94%, pernafasan cuping dengan ventilator
hidung, terlihat sianosis ventilator FiO2 50%,
PEEP 5
3. Mepertahankan
- Score down 8
kepatenan jalan nafas
A : Masalah belum Tertasi

Hasil :
P : Lanjutkan Intervensi
Kepatenan jalan nafas 1,2,3,4
terjaga saat
menggunakan ventilator

4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator
ventilator FiO2 50%,
PEEP 5, Score down 8
1. 18-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 65x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 65 x/m, Retraksi Dada
SPO2 : 96%, pernafasan
mulai berkurang , SPO2 :
cuping hidung dan
96%, pernafasan cuping
sianosis menghilang
hidung dan sianosis
- Suara gurgling
menghilang
mulai berkurang dan jalan
2. Memonitor bunyi
nafas terbuka
napas tambahan
- Pernafasan
Hasil :
dibantu dengan ventilator
Suara gurgling mulai
FiO2 50%, PEEP 5
berkurang pada bayi
3. Memberikan
A : Masalah Belum Teratasi
minum hangat (ASI
Hangat)
P : Lanjutkan Intervensi
Hasil :
1,2,3,4,5
Klien meminum ASI hangat
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka

5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator

Hasil :

Pernafasan dibantu dengan


ventilator FiO2 50%, PEEP
5
2 18-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator FiO2 50%, membaik setelah
PEEP 5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan Ventilator FiO2
terapi oksigen 50%, PEEP 5
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Score down
pada mulut menurun menjadi 7
menggunakan suction
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
FiO2 100%, VT 6.8,
PEEP 6, Score down
menurun menjadi 7
3 18-05-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-
Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 65x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 96%,
menggunakan otot bantu - Kepatenan jalan nafas
pernafasas terjaga saat
2. Memonitor status menggunakan
respirasi dan oksigenasi ventilator
Hasil : - Pernafasan dibantu
R : 65x/m, Terdapat dengan ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : ventilator FiO2 50%,
PEEP 5
3. Mepertahankan
- Score down menurun
kepatenan jalan nafas
menjadi 7

Hasil :
A : Masalah Belum teratasi
Kepatenan jalan nafas
P : Lanjutkan Intervensi
terjaga saat
1,2,3,4
menggunakan ventilator

4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator
ventilator FiO2 50%,
PEEP 5, Score down
menurun menjadi 7
1. 19-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 45x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 45 x/m, Retraksi Dada
SPO2 : 98%,
mulai berkurang , SPO2 :
- Suara gurgling
98%,
mulai berkurang dan jalan
2. Memonitor bunyi
nafas terbuka
napas tambahan
- Pemberian
Hasil :
Terapi oksigen diganti
Suara gurgling mulai
dari ventilator
berkurang pada bayi
menggunakan CPAP
3. Memberikan
minum hangat (ASI A : Masalah Belum Teratasi
Hangat)
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Klien meminum ASI hangat 1,2,3,4,5
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
CPAP FiO2 30%%, PEEP 6
2 19-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%%, membaik kemudian
PEEP 6 ventilator digantikan
2. Memonitor posisi alat CPAP FiO2 30%%,
terapi oksigen PEEP 6
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret
pada mulut A : Masalah Belum Teratasi
menggunakan suction
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5 
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian ventilator
digantikan CPAP FiO2
30%%, PEEP 6
3 19-05-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-
Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 45x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 98%,
menggunakan otot bantu - Kepatenan jalan nafas
pernafasas terjaga saat
2. Memonitor status menggunakan CPAP
respirasi dan oksigenasi - Ventilator digantikan
Hasil : CPAP FiO2 30%%,
R : 45x/m, , SPO2 : 98 PEEP 6
- Score down menurun
3. Mepertahankan
menjadi 5
kepatenan jalan nafas
A : Masalah tertasi

Hasil :
P : Intervensi dihentikan
Kepatenan jalan nafas
terjaga saat
menggunakan ventilator

4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor 4-5 
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan ventilator
ventilator FiO2 50%,
PEEP 5 Score down
menurun menjadi 5
1. 20-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 40x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 40 x/m, Retraksi Dada
SPO2 : 98%, pernafasan
mulai berkurang , SPO2 : cuping hidung dan
98%, pernafasan cuping sianosis menghilang
hidung dan sianosis - Suara gurgling
menghilang mulai berkurang dan jalan
2. Memonitor bunyi nafas terbuka
napas tambahan - Pemberian
Hasil : Terapi oksigen diganti
Suara gurgling mulai dari ventilator
berkurang pada bayi menggunakan CPAP
3. Memberikan
minum hangat (ASI A : Masalah Belum Teratasi
Hangat)
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Klien meminum ASI hangat 1,2,3,4,5
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan CPAP FiO2 30%
%, PEEP 6
2 20-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%%, membaik kemudian
PEEP 6 ventilator digantikan
2. Memonitor posisi alat CPAP FiO2 30%%,
terapi oksigen PEEP 6
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Score down
pada mulut menurun menjadi 4
menggunakan suction
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5 
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian ventilator
digantikan CPAP FiO2
30%%, PEEP 6, Score
down menurun menjadi 4
1. 21-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
- R : 40x/m,
Hasil :
Terdapat Retraksi Dada,
R : 40 x/m, Retraksi Dada
SPO2 : 98%,
mulai berkurang , SPO2 :
- Suara gurgling
98%,
mulai berkurang dan jalan
2. Memonitor bunyi
nafas terbuka
napas tambahan
- Pemberian
Hasil :
Terapi oksigen diganti
Suara gurgling mulai
dari CPAP menggunakan
berkurang pada bayi
Nasal Canule 0,5 l/m
3. Memberikan
minum hangat (ASI
A : Masalah Belum Teratasi
Hangat)
Hasil :
P : Lanjutkan Intervensi
Klien meminum ASI hangat
1,2,3,4,5
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui Nasal
Canule Low flow
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan Nasal canule
low flow 0,5 L/m
2 22-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Nasal canule low flow membaik kemudian
0,5 L/M CPAP digantikan Nasal
2. Memonitor posisi alat canule low flow 0,5 L/M
terapi oksigen Suara gurgling
Hasil : berkurang setelah
Posisi alat berada didekat diberikan suction
pasien - Score down
3. Membersihkan sekret menurun menjadi 2
pada mulut
menggunakan suction A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Suara gurgling berkurang P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5 
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian CPAP
digantikan Nasal canule
low flow 0,5 L/M , Score
down menurun menjadi 2
1. 22-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak O:
napas
Efektif - R : 40 x/m,
Hasil : Retraksi Dada mulai
R : 40 x/m, Retraksi Dada berkurang , SPO2 : 98%,
mulai berkurang , SPO2 : - Pernafasan
98%, dibantu dengan Nasal
2. Memonitor bunyi canule low flow 0,5 L/m
napas tambahan - Suara gurgling
Hasil : mulai berkurang dan
Suara gurgling mulai jalan nafas terbuka
berkurang pada bayi
3. Memberikan
minum hangat (ASI
Hangat)
Hasil :
Klien meminum ASI hangat
melalui Via OGT
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui Nasal
Canule Low flow
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan Nasal canule
low flow 0,5 L/m
2 21-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas O:
aliran oksigen
- Nasal canule
Hasil :
low flow 0,5 L/M
Nasal canule low flow
- Pertukaran gas
0,5 L/M
membaik kemudian
2. Memonitor posisi alat
CPAP digantikan Nasal
terapi oksigen
canule low flow 0,5 L/M
Hasil :
- Score down
Posisi alat berada didekat
menurun menjadi 2
pasien
3. Membersihkan sekret
A : Masalah belum Teratasi
pada mulut
menggunakan suction
P : lanjutkan Intervensi
Hasil :
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5 
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian CPAP
digantikan Nasal canule
low flow 0,5 L/M, Score
down menurun menjadi 2
Nama Mahasiswa : Tumbol B.K Thimotty Tanggal Praktek : 17 Mei – 05 Juni 2021

NIM : 711490120036 Tempat Praktek : NICU B

Minggu Ke - 2

Nama Pasien : By. DS Umur : .29 Hari Jenis Kelamin : L


I. Pengkajian Primer
A : Terdengar suara gurgling pada bayi dan bayi mengeluarkan secret
B : R : 65x/m, Terdapat Retraksi Dada, SPO2 : 96%, pernafasan cuping hidung, terlihat
sianosis
C : TD :87/42, N : 150x/m
D : GCS : E : 3 M : 4 V : 4 kesadaran : Apatis
II. Data Demografi
Nama Lengkap : By. DS Tanggal masuk RS : 08-05-2021
Tempat/tgl lahir : 26-04-2021 Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam Suku : Gorontalo
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Sidulang
Sumber Informasi : Orang Tua
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi:
Nama : Tn. Holmes Djakaria
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sidulang
III. Status Kesehatan Saat Ini

Pasien merupakan rujukan rumah sakit pancaran kasih dengan keluhan sesak nafas 8 jam
SMRS, pasien lahir secara spontan, lahir dari ibu G2 P1 A0 usia 21 tahun dengan BBL
2200 gram.
Alasan Kunjungan/keluhan utama:
Sesak nafas
Faktor pencetus: Bayi sesak setelahmeminum susu
Faktor yang memperberat:
Bayi memiliki sepsis.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Memberikan terapi oksigen menggunakan Ventilator pada bayi
Diagnosa Medik:
Gagal nafas

VI. Riwayat Kesehatan yang lalu

(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)

1. Pre natal Care

a. Pemeriksaan kehamilan 5x Kali


b. Keluhan selama hamil : muntah-muntah
c. Riwayat alergi : tdk ada
d. Kenaikan Berat Badan selama hamil 5 Kg
e. Immunisasi TT 2 Kali
f. Golongan darah ibu B Golongan darah Ayah O

4. Natal

a. Tempat melahirkan: Puskesmas Kamkes


b. Lama dan jenis persalinan : Spontan
c. Penolong persalinan: Dokter
5. Post natal

a. Kondisi Bayi : BB lahir : 2200 Gram, PB : 48 Cm


b. Perna dirawat dalam inkubator : pernah
c. Apakah anak mengalami: penyakit Kuning (-), Kebiruan (-), Kemerahan (+)
d. Pemberian obat-obatan : vit K (+), Salep mata (+)

VII. Riwayat Immunisasi

No Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian


1. BCG 0 bulan Tidak ada
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis A & B H.B : saat lahir Tidak ada
H.A :-

V. Riwayat tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik ( Antropometri )

1. Berat Badan : 2200 gram

2. Panjang Badan Badan : 48 Cm

3. Lingkar Kepala : 35 cm

B. Perkembangan tiap tahap


Usia anak saat :
1. Berguling :-
2. Duduk :-
3. Merangkak :-
4. Berdiri :-
5. Berjalan :-
6. Senyum kepada orang lain pertama kali :-
7. Bicara pertama kali :-
8. Berpakaian tanpa Bantuan :-

VI. Riwayat Nutrisi


E. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui saat lahir
2. Cara pemberian: 4 kali 8cc sehari melalui via OGT

F. Pemberian susu formula


1. Alasan pemberian : -
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara memberikan : -

G. Pemberian makanan tambahan


Belum diberikan makanan tambahan

H. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian

1. 0 – 4 Bulan ASI 29 hari

2. 4 – 12 bulan - -

3. Saat Ini - -

XI. Pengkajian Sekunder


Kepala
Inspeksi / Palpasi : bulat, rambut warna hitam, tampak bersih
Keluhan : tidak ada
Mata
Fungsi penglihatan : normal Palpebra : Terbuka
Ukuran pupil : normal Isokor
Akomodasi : normal
Konjungtiva : anemis
Edema Palpebra : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Telinga
Fungsi Pendengaran : normal Fungsi keseimbangan : normal
Keluhan : tidak ada
Hidung dan sinus
Inspeksi : normal
Pembangkakan : tidak ada Pendarahan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Mulut dan tenggorok
Inspeksi : normal
Keadaan gigi : belum ada
Keadaan membran mukosa : kering
Kesulitan menelan : tidak ada
Leher
Inspeksi / palpasi : tidak ada pembesaran kelnjar tiroid
Thoraks
Inspeksi : simetris
Sirkulasi
Frekwensi nadi : 150x/m Sa O2 : 96%
Tekanan darah : 87/42
Suhu tubuh : 36,5 0C
Sianosis : Bibir / kuku tidak ada Pucat :ya
Turgor : kering
Abdomen
Inspeksi : asites
Auskultasi :
Frekwensi BAB : 3x1/hr Konsistensi feses : Kental cair
Keluhan makan dan BAB : tidak ada
Frekwensi BAK : - Volume Urin : -
Keluhan BAK :-
Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada edema

SCORE DOWN

Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi nafas <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/mennit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan o2 walaupun di beri o2
Air entery Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat di dengar
dengan stetoskop dengan alat bantu

Hasil Score Down 7

Interpetasi hasil :

Skor 0  Tidak ada gawat napas 


Skor 1-3  Gawat napas Ringan
Skor 4-5  Gawat napas Sedang
Skor > 6  Ancaman gagal napas

XII. Data Laboratorium


SGOT 57
SGPT 16
Bilirubin Total 0.74
Bilirubin Direct 0.16
Ureum 32
Creatinin 0.2
GDS 80
Chlorida 88.1
Kalium 5.45
Natrium 145
Calsium 11.42
Hasil analisi gas darah
pH darah 6.5 dan PaCO2 yang tinggi

XIII. Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain


Foto thorax : tidak tampak kelainan
XIV. Pengobatan

- Cefotaxime 3x30 mg IV - Heparin 0.1 ml


- Fosfat 0.8% KCL 1.7% - Nutrimix 7ml/jam

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

DS : - Penurunan Respon Bersihan Jalan Napas


pernafasan Tidak Efektif 
DO :

- Terdengar
suara ronchi pada bayi Kegagalan pernafasan
dan bayi ventilasi
mengeluarkan secret
- R:
Ketidakseimbangan
65x/m, Terdapat
ventilasi dan perfusi
Retraksi Dada, SPO2 :
96%, pernafasan
cuping hidung, terlihat
Hipoventilasi alveoli
sianosis

Gangguan disfusi dan


retensi CO2

Paru paru

Secret

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif 

DS : - Penurunan Respon Ganguan Pertukaran Gas


pernafasan

DO :
Kegagalan pernafasan
- R : 65x/m,
ventilasi
Terdapat Retraksi
Dada, SPO2 : 96%,
pernafasan cuping
Ketidakseimbangan
hidung, terlihat
sianosis ventilasi dan perfusi

Hipoventilasi alveoli

Gangguan disfusi dan


retensi CO2

Paru paru

Secret

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif 

DS : Gangguan Pertukaran gas Gangguan Ventilasi


spontan
DO : Konsoliasi di paru

- R : 65x/m,
Terdapat Retraksi
Compliance paru
Dada, SPO2 : 96 %,
pernafasan cuping
hidung, terlihat
Inspirasi dan ekspirasi
sianosis
tidak adekuat
- pH darah
6.5 dan PaCO2 yang
tinggi
Gangguan Ventilasi
spontan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan


dan Batasan Aktivitas
karakteristik
1. (D. 0001) Bersihan (L.01001) Bersihan Jalan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
Jalan Napas Tidak
Napas
Efektif Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan 1. Monitor pola napas
bersihan jalan nafas meningkat (frekuensi, kedalaman, usaha
dengan Kriteria hasil : napas)
1. Wheezing menurun 2. Monitor bunyi napas
2. Dispnea Menurun tambahan (mis. Gurgling, mengi,
3. Sianosis Menurun weezing, ronkhi kering)
4. Frekuensi Membaik
Terapeutik
5. Pola Nafas Membaik

3. Berikan minum hangat


4. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu

2. (D.0003) Gangguan L.01003 Pertukaran Gas (I.01026) Terapi Oksigen


Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan diharapkan 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
karbondioksida pada membran 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
alveolus-kapiler dalam batas Terapeutik:
normal dengan kriteria hasil : 3. Bersihkan sekret pada mulut,
1. Tingkat Kesadaran hidung dan trakea, jika perlu
2. Dispneu 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Bunyi napas tambahan 5. Berikan oksigen jika perlu
4. PCO2 membaik
5. Sianosis membaik
6. Pola nafas membaik
3 Gangguan Ventilasi Ventilasi spontan (L.01007) DUKUNGAN VENTILASI (I.01002)
Spontan (D.0004) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan     Observasi
ventilasi spontan membaik
1. Identifikasi adanya kelelahan
dengan kriteria hasil : otot bantu nafas
1. Dipsnea menurun 2. Monitor status respirasi dan
oksigenasi
2. Penguunaan otot bantu
pernafasan menurun     Terapeutik

3. Volume tidal membaik 3. Pertahankan kepatenan jalan


4. PCO2 Membaik nafas
4. Berikan oksigenasi sesuai
5. PO2 membaik kebutuhan

IMPLEMENTASI
NO TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. 24-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 65x/m,
R : 65x/m, Terdapat Terdapat Retraksi Dada,
Retraksi Dada, SPO2 : SPO2 : 96%, pernafasan
96%, pernafasan cuping cuping hidung, terlihat
hidung, terlihat sianosis sianosis
2. Memonitor bunyi - Suara gurgling
napas tambahan mulai berkurang dan jalan
Hasil : nafas terbuka
Terdengar suara gurgling - Pernafasan
pada bayi dibantu dengan ventilator
3. Memberikan FiO2 100%, VT 6.8,
minum hangat (ASI PEEP 6
Hangat)
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Klien meminum ASI
hangat melalui Via OGT P : Lanjutkan Intervensi
4. Melakukan 1,2,3,4,5
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka

5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator

Hasil :

Pernafasan dibantu
dengan ventilator FiO2
100%, VT 6.8, PEEP 6
2 24-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator Mode/CAC membaik setelah
FiO2 100%, VT 6.8, pernafasan dibantu
PEEP 6 dengan ventilator FiO2
2. Memonitor posisi alat 100%, VT 6.8, PEEP 6,
terapi oksigen Hasil Score Down 7
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret
pada mulut A : Masalah Belum Teratasi
menggunakan suction
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Suara gurgling berkurang 1,2,3,4,5
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
FiO2 100%, VT 6.8,
PEEP 6, Hasil Score
Down 7

3 24-05-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-


Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 65x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 96%, pernafasan
menggunakan otot bantu cuping hidung, terlihat
pernafasas sianosis
2. Memonitor status - Kepatenan jalan nafas
respirasi dan oksigenasi terjaga saat
Hasil : menggunakan
R : 70x/m, Terdapat ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : - Pernafasan dibantu
94%, pernafasan cuping dengan ventilator
hidung, terlihat sianosis Ventilator Mode/CAC
FiO2 100%, VT 6.8,
3. Mepertahankan
PEEP 6
kepatenan jalan nafas
- Hasil Score Down 7

Hasil :
A : Masalah belum Tertasi
Kepatenan jalan nafas
terjaga saat P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4
menggunakan ventilator
4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan Ventilator
Mode/CAC FiO2 100%,
VT 6.8, PEEP 6, Hasil
Score Down 7

1. 25-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -


Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 65x/m,
R : 52 x/m, Retraksi Dada Terdapat Retraksi Dada,
mulai berkurang , SPO2 : SPO2 : 98%, pernafasan
98%, pernafasan cuping cuping hidung dan
hidung dan sianosis sianosis menghilang
menghilang - Suara gurgling
2. Memonitor bunyi mulai berkurang dan jalan
napas tambahan nafas terbuka
Hasil : - Pernafasan
Suara gurgling mulai dibantu dengan ventilator
berkurang pada bayi FiO2 100%, VT 6.8,
3. Memberikan PEEP 6
minum hangat (ASI
Hangat) A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Klien meminum ASI hangat P : Lanjutkan Intervensi
melalui Via OGT 1,2,3,4,5
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka

5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator

Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
ventilator FiO2 100%, VT
6.8, PEEP 6
2 25-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator Mode/CAC membaik setelah
FiO2 100%, VT 6.8, pernafasan dibantu
PEEP 6 dengan ventilator FiO2
2. Memonitor posisi alat 100%, VT 6.8, PEEP 6
terapi oksigen - Suara gurgling
Hasil : berkurang setelah
Posisi alat berada didekat diberikan suction
pasien - Hasil Score
3. Membersihkan sekret Down menurun menjadi
pada mulut 6
menggunakan suction
Hasil :
Suara gurgling berkurang A : Masalah Belum Teratasi
setelah diberikan suction
Memertahankan P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
4. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
FiO2 100%, VT 6.8,
PEEP 6, Hasil Score
Down menurun menjadi
6

3 25-05-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-


Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 52x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 96%, pernafasan
menggunakan otot bantu cuping hidung, terlihat
pernafasas sianosis
2. Memonitor status - Kepatenan jalan nafas
respirasi dan oksigenasi terjaga saat
Hasil : menggunakan
R : 52x/m, Terdapat ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : Pernafasan dibantu
96%, pernafasan cuping dengan ventilator
hidung, terlihat sianosis Ventilator Mode/CAC
FiO2 100%, VT 6.8,
3. Mepertahankan
PEEP 6, Hasil Score
kepatenan jalan nafas
Down menurun
menjadi 6
Hasil :

Kepatenan jalan nafas A : Masalah belum Tertasi


terjaga saat
menggunakan ventilator P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4
4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan Ventilator
Mode/CAC FiO2 100%,
VT 6.8, PEEP 6, Hasil
Score Down menurun
menjadi 6
1. 27-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 45x/m,
R : 45 x/m, Retraksi Dada Terdapat Retraksi Dada,
mulai berkurang , SPO2 : SPO2 : 98%, pernafasan
98%, pernafasan cuping cuping hidung dan
hidung dan sianosis sianosis menghilang
menghilang - Suara gurgling
2. Memonitor bunyi mulai berkurang dan jalan
napas tambahan nafas terbuka
Hasil : - Pemberian
Suara gurgling mulai Terapi oksigen diganti
berkurang pada bayi dari ventilator
3. Memberikan menggunakan CPAP
minum hangat (ASI
Hangat) A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Klien meminum ASI hangat P : Lanjutkan Intervensi
melalui Via OGT 1,2,3,4,5
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
CPAP FiO2 30%%, PEEP 6
2 27-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%%, membaik kemudian
PEEP 6 ventilator digantikan
2. Memonitor posisi alat CPAP FiO2 30%%,
terapi oksigen PEEP 6
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Hasil Score
pada mulut Down menurun menjadi
menggunakan suction 5
Hasil :
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction A : Masalah Belum Teratasi
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5 
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian ventilator
digantikan CPAP FiO2
30%%, PEEP 6, Hasil
Score Down menurun
menjadi 5
3 27-05-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-
Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 52x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 96%, pernafasan
menggunakan otot bantu cuping hidung, terlihat
pernafasas sianosis
2. Memonitor status - Kepatenan jalan nafas
respirasi dan oksigenasi terjaga saat
Hasil : menggunakan
R : 45x/m, Terdapat ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : Bantuan Pernafasan
98%, pernafasan cuping diganti dengan CPAP
hidung, terlihat sianosis CPAP FiO2 30%%,
PEEP 6, Hasil Score
3. Mepertahankan
Down menurun
kepatenan jalan nafas
menjadi 6

Hasil :

Kepatenan jalan nafas A : Masalah belum Tertasi


terjaga saat
menggunakan ventilator P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4
4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor 4-5 
Gawat napas Sedang) 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Bantuan Pernafasan
diganti dengan CPAP
CPAP FiO2 30%%,
PEEP 6, Hasil Score
Down menurun menjadi
5

1. 28-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -


Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 40x/m,
R : 40 x/m, Retraksi Dada Terdapat Retraksi Dada,
mulai berkurang , SPO2 : SPO2 : 98%, pernafasan
98%, pernafasan cuping cuping hidung dan
hidung dan sianosis sianosis menghilang
menghilang - Suara gurgling
2. Memonitor bunyi mulai berkurang dan jalan
napas tambahan nafas terbuka
Hasil : - Pemberian
Suara gurgling mulai Terapi oksigen diganti
berkurang pada bayi dari ventilator
3. Memberikan menggunakan CPAP
minum hangat (ASI
Hangat) A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Klien meminum ASI hangat P : Lanjutkan Intervensi
melalui Via OGT 1,2,3,4,5
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
CPAP FiO2 30%%, PEEP 6
2 28-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%%, membaik kemudian
PEEP 6 ventilator digantikan
2. Memonitor posisi alat CPAP FiO2 30%%,
terapi oksigen PEEP 6
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Hasil Score
pada mulut Down menurun menjadi
menggunakan suction 4
Hasil :
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction A : Masalah Belum Teratasi
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Down Score Skor 4-5 
Gawat napas Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian ventilator
digantikan CPAP FiO2
30%%, PEEP 6,
asil Score Down
menurun menjadi 4

1. 29-05-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -


Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 40x/m,
R : 40 x/m, Retraksi Dada Terdapat Retraksi Dada,
mulai berkurang , SPO2 : SPO2 : 98%,
98%, - Suara gurgling
2. Memonitor bunyi mulai berkurang dan jalan
napas tambahan nafas terbuka
Hasil : - Pemberian
Suara gurgling mulai Terapi oksigen diganti
berkurang pada bayi dari CPAP menggunakan
3. Memberikan Nasal Canule 0,5 l/m
minum hangat (ASI
Hangat) A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Klien meminum ASI hangat P : Lanjutkan Intervensi
melalui Via OGT 1,2,3,4,5
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka
5. Memberikan
oksigen Melalui Nasal
Canule Low flow
Hasil :
Pernafasan dibantu dengan
Nasal canule low flow 0,5
L/m
2 29-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Nasal canule low flow membaik kemudian
0,5 L/M CPAP digantikan Nasal
2. Memonitor posisi alat canule low flow 0,5 L/M
terapi oksigen Suara gurgling
Hasil : berkurang setelah
Posisi alat berada didekat diberikan suction
pasien - Down
3. Membersihkan sekret menurun menjadi 3
pada mulut
menggunakan suction A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Suara gurgling berkurang P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan CPAP
5. Memberikan oksigen
menggunakan CPAP
(Skor 1-3  Gawat
napas Ringan)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
kemudian CPAP
digantikan Nasal canule
low flow 0,5 L/M, Down
menurun menjadi 3
Nama Mahasiswa : Tumbol B.K Thimotty Tanggal Praktek : 17 Mei – 05 Juni 2021

NIM : 711490120036 Tempat Praktek : NICU B

Minggu Ke - 3

Nama Pasien : By. NY. LR Umur : .19 Hari Jenis Kelamin : L

I. Pengkajian Primer
A : Terdengar suara gurgling pada bayi dan bayi mengeluarkan secret

B : R : 60x/m, Terdapat Retraksi Dada, SPO2 : 95%, pernafasan cuping hidung

C : TD :91/53, N : 142x/m

D : GCS : E : 3 M : 4 V : 4 kesadaran : Apatis

II. Data Demografi


Nama Lengkap : By. NY. LR Tanggal masuk RS : 01-06-2021
Tempat/tgl lahir : 12-05-2021 Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam Suku :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Belang

Sumber Informasi : Orang Tua


Keluarga terdekat yang dapat dihubungi:
Nama : Tn. JU
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani
Alamat : Belang
III. Status Kesehatan Saat Ini
Pasien lahir spontan letak belakang kepala dari ibu G2 P1 A0 umur 25 tahun.
Alasan Kunjungan/keluhan utama:
Sesak nafas
Faktor pencetus: Penumonia nenotanal
Faktor yang memperberat:
-
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Memberikan terapi oksigen menggunakan Ventilator pada bayi
Diagnosa Medik:
Gagal nafas

VIII. Riwayat Kesehatan yang lalu


(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Pre natal Care
a. Pemeriksaan kehamilan 5x Kali
b. Keluhan selama hamil : muntah-muntah
c. Riwayat alergi : tdk ada
d. Kenaikan Berat Badan selama hamil 5 Kg
e. Immunisasi TT 2 Kali
f. Golongan darah ibu B Golongan darah Ayah O
2. Natal
d. Tempat melahirkan: Puskesmas Kamkes
e. Lama dan jenis persalinan : Spontan
f. Penolong persalinan: Dokter
3. Post natal
e. Kondisi Bayi : BB lahir : 2200 Gram, PB : 48 Cm,
f. Perna dirawat dalam inkubator : pernah
g. Apakah anak mengalami: penyakit Kuning (-), Kebiruan (-), Kemerahan (+)
h. Pemberian obat-obatan : vit K (+), Salep mata (+)
IX. Riwayat Immunisasi

No Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian


1. BCG 0 bulan Tidak ada
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis A & B H.B : saat lahir Tidak ada
H.A :-

V. Riwayat tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik ( Antropometri )
1. Berat Badan : 3200 gram
2. Panjang Badan Badan : 51 Cm
3. Lingkar Kepala : 38 cm

B. Perkembangan tiap tahap


Usia anak saat :
1. Berguling :-
2. Duduk :-
3. Merangkak :-
4. Berdiri :-
5. Berjalan :-
6. Senyum kepada orang lain pertama kali :-
7. Bicara pertama kali :-
8. Berpakaian tanpa Bantuan :-

VI. Riwayat Nutrisi


I. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui saat lahir
2. Cara pemberian: 4 kali 10cc sehari melalui via OGT
J. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : -
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara memberikan : -

K. Pemberian makanan tambahan


Belum diberikan makanan tambahan

L. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian

1. 0 – 4 Bulan ASI 19 hari

2. 4 – 12 bulan - -

3. Saat Ini - -

XV. Pengkajian Sekunder


Kepala
Inspeksi / Palpasi : bulat, rambut warna hitam, tampak bersih
Keluhan : tidak ada
Mata
Fungsi penglihatan : normal Palpebra : Terbuka
Ukuran pupil : normal Isokor
Akomodasi : normal
Konjungtiva : anemis
Edema Palpebra : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Telinga
Fungsi Pendengaran : normal Fungsi keseimbangan : normal
Keluhan : tidak ada
Hidung dan sinus
Inspeksi : normal
Pembangkakan : tidak ada Pendarahan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Mulut dan tenggorok
Inspeksi : normal
Keadaan gigi : belum ada
Keadaan membran mukosa : kering
Kesulitan menelan : tidak ada

Leher
Inspeksi / palpasi : tidak ada pembesaran kelnjar tiroid
Thoraks
Inspeksi : simetris
Sirkulasi
Frekwensi nadi : 142x/m Sa O2 : 95%
Tekanan darah : 91/53
Suhu tubuh : 36,5 0C
Sianosis : Bibir / kuku tidak ada Pucat :ya
Turgor : kering
Abdomen
Inspeksi : asites
Auskultasi :
Frekwensi BAB : 3x1/hr Konsistensi feses : Kental cair
Keluhan makan dan BAB : tidak ada
Frekwensi BAK : - Volume Urin : -
Keluhan BAK :-
Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada edema

SCORE DOWN
Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi nafas <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/mennit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan o2 walaupun di beri o2
Air entery Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat di dengar
dengan stetoskop dengan alat bantu

Hasil Score Down 7

Interpetasi hasil :
Skor 0  Tidak ada gawat napas 
Skor 1-3  Gawat napas Ringan
Skor 4-5  Gawat napas Sedang
Skor > 6  Ancaman gagal napas

XVI. Data Laboratorium


Leukosit 4.7
Eritrosit 3.22
Hemaglobin 11.2
Hematokrit 32.6
SGOT 31
SGPT 8
Bilirubin Total 12.25
Bilirubin Direct 0.51
Ureum 17
Creatinin 0.3
Chlorida 105.3
Kalium 3.63
Natrium 144
Calsium 9.31
Hasil analisi gas darah
pH darah 6.0 dan PaCO2 yang tinggi

XVII. Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain


Foto thorax : tidak tampak kelainan

XVIII. Pengobatan
Cefotaxime 3x30 mg IV
Heparin 0.1 ml
Fosfat 0.8%
KCL 1.7%
Nutrimix 7ml/jam

ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : - Penurunan Respon Bersihan Jalan Napas
pernafasan Tidak Efektif 
DO :
- Terdengar
suara gurgling Kegagalan pernafasan
ventilasi
pada bayi dan
bayi
Ketidakseimbangan
mengeluarkan
ventilasi dan perfusi
secret
- R : 60x/m,
Hipoventilasi alveoli
Terdapat Retraksi
Dada, SPO2 :
95%, pernafasan Gangguan disfusi dan
retensi CO2
cuping hidung
-
Paru paru

Secret

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif 
DS : - Penurunan Respon Ganguan Pertukaran Gas
pernafasan
DO :
- R : 60x/m,
Terdapat Retraksi Kegagalan pernafasan
ventilasi
Dada, SPO2 : 95%,
pernafasan cuping
hidung Ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi

Hipoventilasi alveoli

Gangguan disfusi dan


retensi CO2
Paru paru

Secret

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif 

Gangguan Pertukaran gas


DS : Gangguan Pertukaran gas Gangguan Ventilasi
DO : Konsoliasi di paru spontan

- R : 60x/m,
Terdapat Retraksi Compliance paru
Dada, SPO2 : 95%,
pernafasan cuping
Inspirasi dan ekspirasi
hidung tidak adekuat
- Hasil
analisi gas darah
Gangguan Ventilasi
pH darah 6.0 dan spontan
PaCO2 yang tinggi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan
dan Batasan Aktivitas
karakteristik
1. (D. 0001) Bersihan (L.01001) Bersihan Jalan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
Jalan Napas Tidak
Napas
Efektif Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan 1. Monitor pola napas
bersihan jalan nafas meningkat (frekuensi, kedalaman, usaha
dengan Kriteria hasil : napas)
1. Wheezing menurun 2. Monitor bunyi napas
2. Dispnea Menurun tambahan (mis. Gurgling, mengi,
3. Sianosis Menurun weezing, ronkhi kering)
4. Frekuensi Membaik Terapeutik

5. Pola Nafas Membaik


3. Berikan minum hangat
4. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu

2. (D.0003) Gangguan L.01003 Pertukaran Gas (I.01026) Terapi Oksigen


Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan diharapkan 1. Monitor kecepatan aliran oksigen

karbondioksida pada membran 2. Monitor posisi alat terapi oksigen

alveolus-kapiler dalam batas Terapeutik:


normal dengan kriteria hasil : 3. Bersihkan sekret pada mulut,

1. Tingkat Kesadaran hidung dan trakea, jika perlu

Membaik 4. Pertahankan kepatenan jalan napas

2. Dispneu Menurun 5. Berikan oksigen jika perlu

3. Bunyi napas tambahan


Membaik
4. PCO2 membaik
5. Sianosis membaik
6. Pola nafas membaik
3 Gangguan Ventilasi Ventilasi spontan (L.01007) DUKUNGAN VENTILASI (I.01002)
Spontan (D.0004)
Setelah dilakukan tindakan     Observasi
keperawatan diharapkan
1. Identifikasi adanya kelelahan otot
ventilasi spontan membaik bantu nafas
dengan kriteria hasil : 2. Monitor status respirasi dan
oksigenasi
1. Dipsnea menurun
    Terapeutik
2. Penguunaan otot bantu
pernafasan menurun 3. Pertahankan kepatenan jalan
3. Volume tidal membaik nafas
4. Berikan oksigenasi sesuai
4. PCO2 Membaik kebutuhan
PO2 membaik

IMPLEMENTASI
NO TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. 02-06-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 60x/m,
R : 60x/m, Terdapat Terdapat Retraksi Dada,
Retraksi Dada, SPO2 : 95% SPO2 : 95%,
2. Memonitor bunyi - Suara gurgling
napas tambahan mulai berkurang dan jalan
Hasil : nafas terbuka
Terdengar suara gurgling - Pernafasan
pada bayi dibantu dengan ventilator
3. Memberikan FiO2 40%, VT 16, PEEP
minum hangat (ASI 5
Hangat)
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Klien meminum ASI
hangat melalui Via OGT P : Lanjutkan Intervensi
10 cc 1,2,3,4,5
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka

5. Memberikan
oksigen menggunakan
ventilator

Hasil :

Pernafasan dibantu
dengan ventilator FiO2
40%, VT 16, PEEP 5
2 02-06-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
Ventilator Mode/CAC membaik setelah
FiO2 40%, VT 16, PEEP pernafasan dibantu
5 dengan Ventilator
2. Memonitor posisi alat Mode/CAC FiO2 40%,
terapi oksigen VT 16, PEEP 5, Hasil
Hasil : Down Score 7
Posisi alat berada didekat - Suara gurgling
pasien berkurang setelah
3. Membersihkan sekret diberikan suction
pada mulut
menggunakan suction A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Suara gurgling berkurang P : Lanjutkan Intervensi
setelah diberikan suction 1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan ventilator
Ventilator Mode/CAC
FiO2 40%, VT 16, PEEP
5, Hasil Down Score 7
3 02-06-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-
Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 60x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 95%, pernafasan
menggunakan otot bantu cuping hidung, terlihat
pernafasas sianosis
2. Memonitor status - Kepatenan jalan nafas
respirasi dan oksigenasi terjaga saat
Hasil : menggunakan
R : 60x/m, Terdapat ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : Pernafasan dibantu
95%, pernafasan cuping dengan ventilator
hidung, terlihat sianosis Ventilator Mode/CAC
FiO2 40%, VT 16,
3. Mepertahankan
PEEP 5
kepatenan jalan nafas
- Hasil Down Score 7
A : Masalah belum Tertasi
Hasil :

Kepatenan jalan nafas P : Lanjutkan Intervensi


1,2,3,4
terjaga saat
menggunakan ventilator
5. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Down Score Skor > 6 
Ancaman gagal napas)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Ventilator Mode/CAC FiO2
40%, VT 16, PEEP 5, Hasil
Score Down 7
1. 03-06-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 52x/m,
R : 52x/m, Terdapat Terdapat Retraksi Dada,
Retraksi Dada, SPO2 : 97% SPO2 : 97%,
2. Memonitor bunyi - Suara gurgling
napas tambahan mulai berkurang dan jalan
Hasil : nafas terbuka
Terdengar suara gurgling - Pernafasan
pada bayi dibantu dengan ventilator
3. Memberikan FiO2 30%, PEEP 5
minum hangat (ASI
Hangat) A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Klien meminum ASI P : Lanjutkan Intervensi
hangat melalui Via OGT 1,2,3,4,5
10 cc
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka

5. Memberikan
oksigen menggunakan
CPAP
Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan CPAP FiO2
30%, PEEP 5
2 03-06-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%, PEEP membaik setelah
5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan CPAP FiO2
terapi oksigen 30%, PEEP 5
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Hasil Score
pada mulut Down menurun 4
menggunakan suction
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Skor 4-5  Gawat napas
Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan CPAP
FiO2 30%, PEEP 5,
Hasil Score Down
menurun 4
3 03-06-2021 Gangguan Ventilasi 1. Mengidentifikasi adanya S :-
Spontan (D.0004)
kelelahan otot bantu
O:
nafas - R : 52x/m, Terdapat
Hasil : Retraksi Dada, SPO2 :
Terlihat klien 97%, pernafasan
menggunakan otot bantu cuping hidung, terlihat
pernafasas sianosis
2. Memonitor status - Kepatenan jalan nafas
respirasi dan oksigenasi terjaga saat
Hasil : menggunakan
R : 52x/m, Terdapat ventilator
Retraksi Dada, SPO2 : Pernafasan dibantu
97%, pernafasan cuping dengan ventilator
hidung, terlihat sianosis Ventilator Mode/CAC
FiO2 40%, VT 16,
3. Mepertahankan
PEEP 5
kepatenan jalan nafas

A : Masalah teratasi
Hasil :

Kepatenan jalan nafas P : Lanjutkan Intervensi


1,2,3,4
terjaga saat
menggunakan ventilator
4. Memberikan oksigenasi
menggunakan ventilator
(Skor 4-5  Gawat napas
Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Ventilator Mode/CAC
FiO2 40%, VT 16, PEEP
5
1. 04-06-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 35x/m,
R : 35x/m, Terdapat Terdapat Retraksi Dada,
Retraksi Dada, SPO2 : 99% SPO2 : 99%,
2. Memonitor bunyi - Suara gurgling
napas tambahan mulai berkurang dan jalan
Hasil : nafas terbuka
Terdengar suara gurgling - Pernafasan
pada bayi dibantu dengan CPAP
3. Memberikan FiO2 30%, PEEP 5, Hasil
minum hangat (ASI Score Down menurun 4
Hangat)
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Klien meminum ASI
hangat melalui Via OGT P : Lanjutkan Intervensi
10 cc 1,2,3,4,5
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka

5. Memberikan
oksigen menggunakan
CPAP

Hasil :
Pernafasan dibantu
dengan CPAP FiO2
30%, PEEP 5, Hasil
Score Down menurun 4
2 04-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%, PEEP membaik setelah
5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan CPAP FiO2
terapi oksigen 30%, PEEP 5
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret
pada mulut A : Masalah Belum Teratasi
menggunakan suction
Hasil : P : Lanjutkan Intervensi
Suara gurgling berkurang 1,2,3,4,5
setelah diberikan suction
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Skor 4-5  Gawat napas
Sedang)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan CPAP
FiO2 30%, PEEP 5
1. 05-06-2021 (D. 0001) Bersihan 1. Memonitor pola S : -
Jalan Napas Tidak
napas
Efektif O:
Hasil : - R : 35x/m,
R : 35x/m, SPO2 : 99% SPO2 : 99%,
2. Memonitor bunyi - Suara gurgling
napas tambahan mulai berkurang dan jalan
Hasil : nafas terbuka
Terdengar suara gurgling - Pernafasan
pada bayi dibantu dengan nasal
3. Memberikan canule 0,5 l/m
minum hangat (ASI
Hangat) A : Masalah Belum Teratasi
Hasil :
Klien meminum ASI P : Lanjutkan Intervensi
hangat melalui Via OGT 1,2,3,4,5
10 cc
4. Melakukan
penghisapan lendir
menggunakan suction
kurang dari 15 detik
Hasil :
Suara gurgling mulai
berkurang dan jalan nafas
terbuka

5. Memberikan
oksigen menggunakan
CPAP

Hasil :

Pernafasan dibantu
dengan CPAP FiO2 30%,
PEEP 5
2 05-05-2021 (D.0003) Gangguan 1. Memonitor kecepatan S:-
Pertukaran Gas
aliran oksigen
O:
Hasil : - Pertukaran gas
CPAP FiO2 30%, PEEP membaik setelah
5 pernafasan dibantu
2. Memonitor posisi alat dengan nasal canule 0,5
terapi oksigen l/m
Hasil : - Suara gurgling
Posisi alat berada didekat berkurang setelah
pasien diberikan suction
3. Membersihkan sekret - Hasil Score
pada mulut Down menurun 1
menggunakan suction
Hasil : A : Masalah Belum Teratasi
Suara gurgling berkurang
setelah diberikan suction P : Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
4. Memertahankan
kepatenan jalan napas
menggunakan Ventilator
5. Memberikan oksigen
menggunakan ventilator
(Skor 1-3  Gawat
napas Ringan)
Jurnal : Efektifitas
Terapi Oksigen
Terhadap Downes
Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di
Ruang Perinatologi
Hasil :
Pertukaran gas membaik
setelah pernafasan
dibantu dengan nasal
canule low flow 0.5 l/m
Hasil Score Down
menurun 1

2. Penerapan EBN
Praktek klinik gawat darurat peminatan pada anak diruangan NICU B ( Neonatal Intensive
Care Unit)  RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama 3 minggu selama tanggal 17 mei –
05 juni 2021.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada ketiga pasien By.F.N, By.D.S dan By.
L.R dengan diagnose medis gagal nafas dengan masalah keperawatan actual yaitu gangguan
pertukaran gas maka diterapkan Evidence Based Nursing (EBN) tentang Efektifitas Terapi
Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien Asfiksia Neonatus.

Down Score Sebelum diberikan terapi oksigen dan Sesudah diberikan terapi oksigen
pada bayi diruangan NICU dengan gagal nafas
Hasil Score Down
Nama Bayi Sebelum diberikan Terapi Sesudah diberikan terapi
oksigen oksigen selama 1 minggu
By FN 8 2
By. DS 7 3
By. LR 7 1

Tabel diatas menunjukan terdapat penurunan Down Score pada By. FN sebelum diberikan
terapi oksigen down score 8 setelah diberikan terapi oksigen downscore turun menjadi 2,
Pada By. DS sebelum diberikan terapi oksigen down score 7 setelah diberikan terapi oksigen
downscore turun menjadi 3, Pada By. DS sebelum diberikan terapi oksigen down score 7
setelah diberikan terapi oksigen downscore turun menjadi 1, jadi dapat disimpulkan
Efektifitas Terapi Oksigen dapat menurunkan Downes Score dan Penilaian Down Score
efektif dalam menilai tingkat kegawatan nafas pasien.
B. Pembahasan

Pada pembahasan ini, akan membahasan antara teori dan laporan kasus asuhan keperawatan
pada By. FN, By. DS, dang By. LR tentang kasus Gagal Nafas yang teah dilakukan sejak
17 Mei 2021 s.d 5 Juni 2021. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakan
diagnose keperawatan, memberikan intervensi, melakukan implementasi keperawatan dan
penerapan EBN serta evaluasi keperawtan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai informasi yang
berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara
yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
dilaboratorium (Surasmi dkk, 2013).
Pengkajian diawali dari fungsi pernafasan, mengobservasi kemampuan paru-paru bayi
untuk bernafas pada fase transisi dari kehidupan intra-uteri ke kehidupan ekstra-uteri.
Pengkajian dapat dilakukan secara sistematik berawal dari pengkajian data mengenai
identitas pasien, identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kehamilan dan kelahiran, riwayat penyakit
keluarga, riwayat tumbuh kembang, psikologi keluarga, pola kebiasaan sehari hari, dan
pemeriksaan fisik sesuai dengan sistem tubuh.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan:
1. Observasi bentuk dada (barrel, cembung) kesimetrian, adanya insisi, selang dada,
atau penyimpangan lainnya.
2. Observasi otot aksesori: Pernafasan cuping hidung, retraksi dada .
3. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
4. Auskultasi bunyi pernafasan: Stridor, mengi, ronchi, area yang tidak ada bunyinya,
keseimbangan bunyi nafas.
5. Observasi saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen dan
karbon dioksida.
6. Secara singkat, perhatikan: Bentuk cuping hidung, dada simetris atau tidak, otot-
otot pernafasan retraksi intercostae, subclavicula, frekuensi pernafasan, bunyi
nafas ada ronchi atau tidak.
Hal-hal yang biasanya ditemukan pada pengkajian gangguan pernafasan bayi adalah
Jumlah penafasan rata-rata 40 - 60 per menit dibagi dengan periode 18 apneu,
pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar) dengkuran, retraksi
(interkostal, supra sternal, substernal), terdengar suara gemerisik pada auskultasi paru-
paru, takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
persentasi bokong, pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari
dada dan abdomen, dan perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan,
mengorok, pernafasan cuping hidung (Maryunani, 2013).
Pada pengkajian By. F.N yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2021 pada pukul 10.00
Wita, dengan melakukan wawancara pada orang tua, observasi pemeriksaan fisik pada
pasien, dan catatan rekam medic pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut By. FN Umur
10 Hari merupakan rujukan dari RS Hermina Masuk di NICU B pada tanggal 08-05-
2021, By. FN lahir secara SC di RS Hermina, Lahir dari ibu G1P2A0 usia 31 tahun, usia
kehamilan 35-36 minggu lahir dengan berat 2.580 gram dengan Panjang badan 47 cm.
By.F.N. di rujuk karena nafas cepat. Saat dikaji tanggal 17 mei 2021 keadaan umum :
lemah, nafas cepat, terdapat retraksi dinding dada, terpasang ventilator FiO2 50%,
PEEP 5, Score down 8, terdapat bunyi nafas tambahan, tekanan darah : 73/30 mmHg,
nadi : 130x/menit, respirasi, 70x/menit, SPO2 : 94%, pH darah 6.2 dan PaCO2 yang
tinggi, berat badan sekarang 2.637 gram, terpasang IVFD nutrimix terpasang OGT
pemunuhan nutrisi melalu OGT dengan jumlah pemberian asi : 4x10 cc/hari.
Pada pengkajian By. DS. yang dilakukan pada tanggal 02 juni 2021 pada pukul 10.00
Wita, dengan melakukan wawancara pada orang tua, observasi pemeriksaan fisik pada
pasien, dan catatan rekam medic pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut By. DS Umur
29 Hari merupakan rujukan dari RS Pancaran kasih masuk di NICU B pada tanggal 17-
05-2021, By. D.S lahir secara Spontan di RS Pancaran Kasih, Lahir dari ibu G1P2A0
usia 21 tahun, usia kehamilan 30 minggu lahir dengan berat 2.200 gram dengan Panjang
badan 37 cm. By.D.S. di rujuk karena nafas cepat. Saat dikaji tanggal 17 mei 2021
keadaan umum : lemah, nafas cepat, terdapat retraksi dinding dada, terpasang ventilator
FiO2 60%, PEEP 5, VT 6.8, PEEP 6, Score down 7, terdapat bunyi nafas tambahan,
tekanan darah : 87/42 mmHg, nadi : 150x/menit, respirasi, 70x/menit, SPO 2 : 96%, pH
darah 6.5 dan PaCO2 yang tinggi, berat badan sekarang 1.813 gram, terpasang IVFD
nutrimix terpasang OGT pemunuhan nutrisi melalu OGT dengan jumlah pemberian asi :
4x8 cc/hari.

Pada pengkajian By. L.R yang dilakukan pada tanggal 02 Juni 2021 pada pukul 10.00
Wita, dengan melakukan wawancara pada orang tua, observasi pemeriksaan fisik pada
pasien, dan catatan rekam medic pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut By. L.R Umur
19 Hari merupakan rujukan dari RS Pancaran kasih masuk di NICU B pada tanggal 31-
05-2021, By. L.R lahir secara Spontan di RS Pancaran Kasih, Lahir dari ibu G2P1A0
usia 25 tahun, usia kehamilan 40 minggu lahir dengan berat 3.700 gram dengan Panjang
badan 51 cm. By.L.R. di rujuk karena nafas cepat. Saat dikaji tanggal 31 mei 2021
keadaan umum : lemah, nafas cepat, terdapat retraksi dinding dada, terpasang Ventilator
Mode/CAC FiO2 40%, VT 16, PEEP 5, Score down 7, terdapat bunyi nafas tambahan,
tekanan darah : 91/53 mmHg, nadi : 142x/menit, respirasi, 60x/menit, SPO2 : 95%, pH
darah 6.0 dan PaCO2 yang tinggi, berat badan sekarang 1.813 gram, terpasang IVFD
nutrimix terpasang OGT pemunuhan nutrisi melalu OGT dengan jumlah pemberian asi :
4x10 cc/hari.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI, 2016). Diagnosis 20
keperawatan dibagi menjadi 5 kategori, yaitu fisiologis, psikologis, perilaku, relasional,
dan lingkungan. Lima kategori tersebut dapat dibagi lagi menjadi 14 subkategori.
Penyebab dari pola napas tidak efektif adalah depresi pusat pernapasan, hambatan upaya
napas (misalnya nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan), deformitas dinding
dada, deformitas tulang dada, imaturitas neurologia, posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru, sindrom hipoventilasi, dan efek agen farmakologis (Tim Pokja SDKI,
2016).
Dalam hal ini peneliti mengambil diagnosis gangguan pertukaran gas yang termasuk ke
dalam kategori fisiologis dan subkategori respirasi (Tim Pokja SDKI, 2016).
DEFINISI:
Kelebihan atau kekuarangan oksigenasi dan atau eleminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler.

PENYEBAB :
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Perubahan membran alveolus-kapiler.

Gejalan dan Tanda Mayor – Subjektif : 


1. Dispnea.

Gejalan dan Tanda Mayor – Objektif :


1. PCO2 meningkat / menurun.
2. PO2 menurun.
3. Takikardia.
4. Ph arteri meningkat/menurun.
5. Bunyi napas tambahan.

GEJALA dan TANDA MINOR – Subjektif :


1. Pusing.
2. Penglihatan kabur.

GEJALA dan TANDA MINOR – Objektif :


1. Sianosis.
2. Diaforesis.
3. Gelisah.
4. Napas cuping hidung.
5. Pola napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal).
6. Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan).
7. Kesadaran menurun.

KONDISI KLINIS TERKAIT :


1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Asma.
4. Pneumonia.
5. Tuberkulosis paru.
6. Penyakit membran hialin.
7. Asfiksia.
8. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN).
9. Prematuritas.
10.Infeksi saluran napas.

LUARAN UTAMA : 
1. Pertukaran Gas.

LUARAN TAMBAHAN :
1. Keseimbangan Asam-basa.
2. Konservasi Energi.
3. Perfusi Paru.
4. Respons Ventilasi Mekanik.
5. Tingkat Perlirium.

3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
klien, dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Deswani, 2011).
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan(Tim Pokja SIKI, 2018). Intervensi keperawatan terdiri dari beberapa
komponen, yaitu label, definisi, dan tindakan. Komponen label merupakan nama dari
intervensi keperawatan yang merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi
terkait intervensi keperawatan tersebut. Komponen definisi menjelaskan tentang makna
dari label intervensi keperawatan, pada penulisannya akan diawali dengan kata kerja
berupa perilaku yang dilakukan perawat, bukan perilaku pasien. Komponen tindakan
merupakan rangkaian perilaku atau yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan
terdiri atas observasi, terapiutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI, 2018).
Berikut ini adalah intervensi keperawatan yang diberikan pada bayi gagal nafas
dengan gangguan pertukaran gas:
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi dan
Keperawatan hasil Aktivitas
dan Batasan
karakteristik
(D.0003) L.01003 Pertukaran Gas (I.01026) Terapi Oksigen
Gangguan Setelah dilakukan Observasi:
Pertukaran Gas 1. Monitor kecepatan
tindakan keperawatan
diharapkan aliran oksigen

karbondioksida pada 2. Monitor posisi alat

membran alveolus- terapi oksigen

kapiler batas Terapeutik:


dalam
normal dengan kriteria 3. Bersihkan sekret pada

hasil : mulut, hidung dan

1. Tingkat trakea, jika perlu

Kesadaran 4. Pertahankan kepatenan

2. Dispneu jalan napas

3. Bunyi napas 5. Berikan oksigen jika

tambahan perlu

4. PCO2 membaik
5. Sianosis membaik
6. Pola nafas
membaik

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan (Wartonah, 2015). Implementasi pada proses keperawatan berorientasi
pada tindakan, berpusat pada klien, dan diarahkan pada hasil. Setelah menyusun
rencana asuhan berdasarkan fase pengkajian dan diagnosis, perawat
mengimplementasikan intervensi dan mengevaluasi hasil yang diharapkan.
Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi (Kozier Erb, 2010).
Implementasi yang harus dicapai dalam intervensi pada bayi dengan gagal nafas
yaitu Terapi oksigen meliputi Monitor kecepatan aliran oksigen, Monitor posisi alat
terapi oksigen, Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu,
Pertahankan kepatenan jalan napas, Berikan oksigen jika perlu (Tim Pokja SIKI,
2018).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan
keberhasilan dalam asuhan keperawatan (Wartonah, 2015). Evaluasi berfokus pada
klien, baik itu individu maupun kelompok. Evaluasi dapat berupa evaluasi tujuan/
hasil, proses, dan struktur. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera
setelah tindakan. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan. Perawat akan
menggunakan pendokumentasian dari pengkajian dan kriteria hasil yang diharapkan
sebagi dasar untuk menulis evaluasi sumatif (Deswani, 2011). Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Dinarti, Aryani, Nurhaeni,
Chairani, 2013).Evaluasi yang harus dicapai pada bayi Gagal nadas yaitu Tingkat
Kesadaran Membaik, Dispneu Menurun, Bunyi napas tambahan Membaik, PCO2
membaik, Sianosis membaik, Pola nafas membaik (Tim Pokja SLKI, 2018).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktek klinik keperawaan gawat darurat peminatan anak diruangan NICU B (Neonatal
Intensive Care Unit) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama 3 minggu sejak tanggal
17 mei – 05 juni 2021. Dapat di ambil kesimpulan setelah melakukan asuhan keperawatan
pada bayi dengan diagnose medis gagal nafas berdasarkan hasil pengkajian pada tiga bayi
di dapatkan masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan nafas tidak
efektif dan gangguan ventilasi spontan. Implementasi keperawatan untuk hasil intervensi
berdasarkan Evidence Base Nursing (EBN) tentang Efektifitas Terapi Oksigen Terhadap
Downes Score pada Pasien Asfiksia Neonatus di Ruang Perinatologi.
Hasil dari intervensi terdapat penurunan Downes Score pada bayi sebelum diberikan
terapi oksigen dan sesudah diberikan terapi oksigen hasil intervensi menunjukan Terapi
oksigen efektif dalam menurunkan Downes score pada pasien asfiksia neonates, Downes
score merupakan alat ukur kegawatan nafas pada neonatus cepat dan cukup sederhana,
sekaligus sebagai acuan menentukan jenis terapi oksigen yang hendak digunakan. Downes
Score dapat digunakan dirumah sakit utuk mengukur keefektifan terapi oksigen.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukkan atau sumber informasi serta dasar
pengetahuan bagi para mahasiswa khususnya dibidang keperawatan tentang Efektifitas
Terapi Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien Asfiksia Neonatus.

2. Bagi Peneliti
Diharapkan menjadi landasan yang kuat untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya.
Saran untuk peneliti selanjutnya agar meneliti terkait pelaksanaan Efektifitas Terapi
Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien Asfiksia Neonatus.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan klien dengan Gagal nafas di Rumah
Sakit.

4. Bagi Profesi Perawat


Diharapkan dapat meningkatkan Asuhan Keperawatan klien dengan gagal nafas secara
komperhensif.
DAFTAR PUSTAKA

Cecily & Sowden (2009). Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Edisi 5. Jakarta: EGC

Dinkes Provinsi NTT. (2015). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kementrian Kesehatan www.depkes.go.id_NTT_2015. Di akses tanggal 29 Mei 2019

Nelson, (2011), Ilmu Ksesehatan Anak Esensial, Ed 6, Jakarta: Elsevier

Nelson, (2010), Esensi Pediatri, Ed 4, Jakarta: EGC

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan

Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan

Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria

Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Sudarti & Fauziah. (2013). Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan. Cetakan I.

Yogyakarta: Nuha medika

Surasmi,Asrining.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC

Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1 Jakarta : CV Agung

Seto

Rahardjo dan Marmi,2012, Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah. Jakarta : Pustaka

Belajar Wong, (2008), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Jakarta


LAMPIRAN
Lampiran 1. SAP

SATUAN ACARA MBELAJARAN

Pokok Bahasan : Gagal Nafas


Sub pokok bahasan : Gagal Nafas
Sasaran : Orang Tua Bayi
Waktu : 2x15 menit
Tanggal : 29-05-2021
Tempat : Balai Desa

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU) :


Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 3 x 15 menit, di harapkan klien
dan keluarga mampu memahami tentang Gagal Nafas.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Gagal Nafas selama 3x15 menit, pada
masyarakat di desa Angsana, Tanah Bumbu dapat mengerti:
1. Menjelaskan kembali pengertian Gagal Nafas
2. Menjelaskan penyebab Gagal Nafas
3. Menjelaskan kembali tanda dan gejala Gagal Nafas
4. Menjelaskan kembali cara penatalaksanaan Gagal Nafas

C. Pokok Materi
1. Pengertian Gagal Nafas
2. Penyebab Gagal Nafas
3. Tanda dan Gejala Gagal Nafas
4. Penatalaksanaan Gagal Nafas

D. Kegiatan Belajar Mengajar


1. Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab

2. Strategi Pelaksanaan :
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

1 5 menit Pembukaan :

 Membuka /memulai kegiatana. Menjawab salam


dengan mengucapkan salam b.
 Memperkenalkan nama c. Mendengarkan
 Memperkenalkan d. Mendengarkan
pembimbing akademik
 Menjelaskan tujuan dari e. Mendengarkan
penyuluhan f.
 Meyebutkan materi g. Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
 Apersepsi h. Menjawab
2 12 Menit pelaksanaan :

penyampaian materi :

 menjelaskan tentang a. mendengarkan

pengertian Gagal Nafas


 menjelaskan tentang b. mendengarkan

penyebab Gagal Nafas


 menjelaskan tentang tanda c. mendengarkan
gejala Gagal Nafas
d. mendengarkan
 menjelaskan cara
ppenatalaksanaan Gagal
e. mendengarkan
Nafas
3 10 menit Evaluasi :

 menanyakan kepada peserta menjawab pertanyaan

tentang pengertian Gagal


Nafas a. menjawab pertanyaan
 menanyakan kepada peserta
tentang penyebab Gagal b.
menjawab pertanyaan
Nafas c.
 menanyakan tentang tanda d.
e. menjawab pertanyaan
gejala Gagal Nafas
 menanyakan kepada peserta f. menjawab pertanyaan
tentang penatalaksanaan
Gagal Nafas
 memberikan reward kepada
audience yang mampu
menjawab materi yang
disampaikan
4 3 menit  mengucapkan terima kasih a. mendengarkan
atas peran sertanya
 mengucapkan salam penutup
b. menjawab salam

E. Media
1. Leaflet
2. Laptop
3. LCD
4. Sound Sistem
5. Kamera

Perorganisasian
1. Moderator : Nira Wulandary
2. Penyuluh : Nurlatifah
3. Fasilitator : Bugy Fajar Nusantara
4. Fasilitator : Luthia Normawati
5. Observer : Dwi Nurahidin
6. Dokumentasi : Muhammad Riswan Hidayat
Rincian Tugas
1. Nira Wulandary : Mengatur jalannya penyuluhan
2. Nurlatifah : Yang mmberikan materi penyuluhan
3. Bugy Fajar Nusantara : Yang memberi fasilitas kepada peserta
4. Luthia Normawati : Yang memberi fasilitas kepada peserta
5. Dwi Nurwahidin : Yang Memperhatikan jalannya penyuluhan
6. M.Riswan Hidayat : Yang mendokumentasikan penyuluhan

G. Evaluasi
1. EvaluasiPersiapan
a. Materi sudah siap 1 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
c. Tempat sudah siap 2 hari sebelum penkes
d. SAP sudah jadi 1 hari sebelum penkes

2. Evaluasi Proses
a. Peserta hadir tepat waktu
b. Peserta kooperatif serta aktif bertanya
c. Media digunakan secara efektif

3. Evaluasi Hasil
a. Menjelaskan pengertian Gagal Nafas
b. Menyebutkan penyebab Gagal Nafas
c. Menyebutkan tanda gejala Gagal Nafas
d. Menyebutkn penatalaksanaan Gagal Nafas
MATERI

A. Pengertian
Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia,
hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbondi oksida arteri), dan asidosis.

Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana system respirasi gagal untuk melakukan fungsi
pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadekuatan itu
dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida.

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi.

Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan system pernafasan untuk mempertahankan suatu
keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh normal.

B. Penyebab Gagal Nafas


Penyebab gagal nafas akut biasanya tidak berdiri sendiri dan merupakan kombinasi dari
beberapa keadaan dimana penyebab utamanya adalah :

1. Gangguan Ventilasi

a. Obstruksi akut, misalnya disebabkan fleksi leher pada pasien tidak sadar, spasme
larink atau oedem larink.
b. Obstruksi kronis, misalnya pada emfisema, bronkritis kronis, asma, bronkiektasis,
terutama yang disertai sepsis.
c. Penurunan compliance, compliance paru atau toraks, efusi pleura, edema paru,
atelektasis, pneumonia, kiposkoloisis, patah tulang iga, pasca operasi toraks/
abdomen, peritonitis, distensi lambung, sakit dada, dan sebagainya.
d. Gangguan neuromuskuler, misalnya pada polio, “guillain bare syndrome”, miastenia
grafis, cedera spinal, fraktur servikal, keracuan obat/ zat lain.
e. Gangguan / depresi pusat pernafasan, misalnya pada penggunaan obat narkotik /
barbiturate/ trankuiliser, obat anestesi, trauma / infak otak, hipoksia berat pada
susunan saraf pusat dan sebagainya.

2. Gangguan Difusi Alveoli Kapiler

Oedem paru, ARDS, fibrosis paru, emfisema, emboli lemak, pneumonia, “post
perfusion syndrome”, tumor paru, aspirasi.

3. Gangguan Kesimbangan Ventilasi Perfusi (V/Q Missmatch)

a. Peningkatan deadspace (ruang rugi) misalnya pada trombo emboli, enfisema,


bronchektasis dsb
b. Peninggian “intra alveolar shunting”, misal pada atelektasis, ARDS, pneumonia
edema paru, dan lain sebagainya.

C. Tanda dan Gejala Gagal Nafas


1. Gagal nafas total

 Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.


 Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak
ada pengembangan dada pada inspirasi
 Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan

2. Gagal nafas parsial

 Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan wheezing.


 Ada retraksi dada
3. Gejala

 Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)


 Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun
 Somnolen
 Letargi
 Koma
 Asterisk (iritabilitas neuromuscular)
 Tidak dapat tenang
 Tremor
 Bicara kacau
 Sakit kepala
 Ansietas
 Takhikardia
 Takipnoe

D. Penalaksanaan Malaria
Pengobatan Gagal nafas akut diarahkan pada terapi khusus yang mendukung fungsi
oksigenasi dan ventilasi dari paru-paru sampai dapat pulih dari akibat buruk disfungsi
paru. Tiga prinsip utama dalam pengelolaan kegagalan pernafasan akut yaitu :
1. koreksi hipoksemia arteri,
2. penghapusan kelebihan karbon dioksida, dan
3. penyediaan jalan napas atas yang paten yaitu Oksigen tambahan
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2012. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : EGC

Doengoes, E. Marilyn, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC

Hudak and Gallo. 2012. Critical Care Nursing, A Holistic Approach. Philadelpia : JB
Lippincott company

Reksoprodjo Soelarto. 2013. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara
Lampiran 2. Leaflet
Lampiean 3. Daftar Target Keterampilan
Lampiran 4. Penilaian Sikap

Anda mungkin juga menyukai