Anda di halaman 1dari 32

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

Sampah adalah bahan buangan yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia

berupa benda-benda padat dan setengah padat, bukan cair/gas. Berdasarkan

sumbernya, ada sedikitnya 4 jenis sampah, yaitu :

1. Sampah domestik, yaitu sampah yang berasal dari lingkungan

perumahan / permukiman, baik di daerah perkotaan maupun di daerah

pedesaan.

2. Sampah komersil, yaitu sampah yang dihasilkan dari lingkungan kegiatan

perdagangan, seperti : toko, warung, restoran, pasar dan lain-lain.

3. Sampah industri, yaitu sampah yang merupakan hasil samping kegiatan

industri yang jenisnya terganutng pada kegiatan industri tersebut.

4. Sampah alami dan lainnya, yaitu sampah yang berupa dedaunan, sisa

bencana alam, selain itu yang merupakan sampah yang dihasilkan oleh taman,

tempat-tempat umu, rumah sakit dan lain-lain.

Pengelolaan sampah dengan sistem kumpul – angkut – buang merupakan

sistem konvensional, yang dianggap hanya memindahkan masalah kelokasi yang

baru karena dampak yang ditimbulkannya tetap sama dari tingkat TPS sampai

TPA. Penanganan sampah menggunakan insinerator memang cepat, sampah

dibakar dan habis. Tetapi pengolahan sampah dengan cara ini juga tidak

menyelesaikan masalah, malah merubah bentuk limbah dimana sampah (limbah

5
2

padat) akan berubah menjadi limbah gas.. Teknik penanganan sampah yang baik

dan ramah lingkungan adalah teknik pengomposan. Kompos adalah satu mulsa

alami terbaik dan menyuburkan tanah dengan harga sangat murah. Bahkan kita

tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk membuatnya.

Penanganan sampah menurut Dr. Joni P. Sakti memperkenalkan BioCore

TRS. BioCore (BioConversion of Organic Refuse To Energy) adalah suatu proses

dimana sampah organik (SO) diubah menjadi energi dan produk-produk berharga

lainnya (biogas, listrik, dan/atau briket SO) dengan menggunakan metode

fermentasi anaerobik yang efisien, efektif dan ekonomis. TRS adalah Total

Recycling System atau daur ulang menyeluruh. Artinya semua sampah anorganik

(sisa dari SO) mengalami proses daur ulang dan dipakai lagi semaksimal mungkin

(Waste to Energy). Dengan metode ini sampah masuk ke landfill bisa berkurang.

2.2 Pengklasifikasian Sampah

Sampah dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu :

a. Sampah domestik yang terdiri dari sampah rumah tangga, bongkaran

bangunan, sanitasi dan sampah jalan. Secara umum sampah jenis ini berasal

dari perumahan dan komplek perdagangan.

b. Sampah berbahaya seperti sampah industri dan sampah rumah sakit yang

kemungkinan mengandung racun. Beberapa sampah rumah tangga juga

termasuk sampah berbahaya seperti baterai, semir sepatu, cat, botil obat.

c. Sampah medis.

Sampah dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya yaitu :


3

a. Sampah anorganik/kering seperti logam, besi, kaleng, botol yang tidak dapat

mengalami pembusukan secara alami.

b. Sampah organik/basah seperti sampah dapur, restoran, sisa makanan yang

dapat mengalami pembusukan secara alami.

c. sampah berbahaya seperti beterai, jarum suntik bekas.

Sampah dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan sampah untuk di

hancurkan yaitu:

a. Biodegradable yaitu sampah yang dapat mengalami pembusukan alami

termasuk sampah organik seperti sampah dapur, sayuran, buah, bunga, daun

dan kertas.

b. Nonbiodegradable yang terdiri dari sampah daur ulang seperti plastik, kertas,

gelas, sampah beracun seperti obat, cat, baterai, semir sepatu, sampah medis

seperti jarum suntik.

2.3 Konsep Penanganan Sampah

Sampah memang sudah merupakan masalah, pencemaran yang

ditimbulkan terhadap lingkungan tidak bisa dianggap main-main lagi, musibah

pengelolaan sampah juga terjadi di kota-kota besar. Dalam rangka memecahkan

masalah tersebut setidaknya ada tiga instansi yang memiliki konsep pengelolaan

sampah:

1. I T B (Institut Teknologi Bandung)

Pengelolaan sampah terpadu, yakni :

a. Komposter rumah tangga


4

b. Pengomposan Skala RT/RW, sekitar 10 RT : 3 gerobak sampah dengan

volume 4,5 - 5 m3/hari.

c. Pengolahan sampah terpadu kapasitas 100 m3/hari.

Butuh lahan 1.500 m2. butuh hanggar utama, hanggar kompos, rumah

kaca, conveyor belt, mesin pencacah, sampah organik, sistem suplai udara

pengomposan aerasi, unit reactor uji coba gasifikasi dan biogas, penyaring

kompos, insinerator, mesin batako, pencacah plastik, container stok,

timbangan dan sebagainya. Biaya operasi pada kapasitas minimum (20 m 3)

yakni Rp. 27.000/m3 dan pada kapasitas maksimum kompos cepat (100m 3)

yakni Rp. 5.400/m3.

2. KLH (Kementerian Lingkungan Hidup)

Penerapan konsep 3 R dengan memaksimalkan 6 lokasi TPS

potensial selama tahun 2006. metode ini diperkirakan dapat mengurangi

sampah sebesar 725 m3 atau sekitar 22,66 persen (total sampah terangkut

3.200 m3/hari). Untuk jangka panjang penerapan konsep 3R dapat

mencapai 40 – 60 persen dari total timbunan sampah. Total biaya yang

dibutuhkan selama tahun 2006 yakni sekitar Rp. 2 milyar.

3. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)

a. Skenario 1

Rehabilitasi dan pemakaian kembali TPA Leuwigajah (jika TPA itu

bisa dimanfaatkan) menjadi reusable sanitay landfill dan pengelolaan

sampah terpadu berbasis 3 R. Biaya pengolahan per ton sampah adalah

Rp. 79.074.
5

b. Skenario 2
Penerapan TPA reusable sanitary landfill (jika TPA Leuwigajah tidak

dapat dimanfaatkan dan jika didapatkan TPA baru dengan luasan yang

memadai) dan penerapan pengelolaan sampah terpadu berbasis 3 R.

Butuh dua lokasi RSL dengan kapasitas 13.000 m 3/hari dan 7.000

m3/hari. Biaya pengolahan Rp. 87.079 per ton sampah.

c. Skenario 3

Penerapan pengolahan sampah menjadi energi melalui teknologi

insenerator, TPA RSL ukuran kecil, dan penerapan pengelolaan

sampah terpadu berbasis gerakan 3R (jika TPA Leuwigajah tidak dapat

digunakan dan didapatkan TPA baru dengan luasan yang relatif

sempit). Insinerator yang akan dibangun mempunyai kapasitas 1.000

ton per hari yang dilengkapi sistem pemanfaatan panas pembakaran

untuk energi. Butuh lahan 5 hektar dan dua lokasi TPA RSSL dengan

kapasitas tampung masing-masing 8.000 m3/hari. Biaya perkiraan per

ton sampah yakni Rp. 124.870.

2.4 Pengelolaan Sampah Menuju Zero Waste

Definisi konsep zero waste menurut Sri Bebassari (BPPT, 2002)

merupakan konsep pengelolaan sampah secara terpadu yang meliputi proses

pengurangan volume timbulan sampah dan penanganan sampah sedekat mungkin

dari sumbernya dengan pendekatan melalui aspek teknologi, lingkungan, peran

aktif masyarakat, serta ekonomi.

Secara teoritis menurut Sri Bebassari pada Pelatihan Teknologi

Pengolahan Sampah Kota Secara Terpadu Menuju Zero Waste Juli 2003, apabila
6

program pengurangan sampah dengan sistem terpadu dilakukan maka dapat

mengurangi volume/berat sampah sampai dengan hanya tersisa 3 %, yang

diuraikan pada gambar II.1 sebagai berikut :

Gambar II.1 Diagram Pengelolaan Sampah Kota Secara Terpadu

Kompos
Sampah
Organik
Pengkomposan
80 % 12 %

Sampah Sisa Sampah TPA

100 %
Sampah
Anorganik Incinerator
Daur Ulang
20 % 6%
3% Abu
Produk Daur Ulang
Bahan
Bangunan
Plastik, kertas, kaleng, dsb

(Sumber : BPPT, 2003)

Tujuan penerapan konsep zero waste sampah perkotaan secara menyeluruh adalah

a. Mengurangi volume timbulan sampah yang harus dibuang ke TPA

(memperpanjang umur TPA)

b. Mengantisipasi penggunaan lahan TPA yang semakin terbatas

c. Mengoptimalkan operasional sarana transportasi persampahan yang

terbatas

d. Mengurangi biaya pengangkutan sampah ke TPA

e. Meningkatkan peran aktif masyarakat

Manfaat pengolahan sampah skala kawasan yang ditinjau dari beberapa aspek

berikut ini :

1. Sistem Pengelolaan Sampah


7

a. Berkurangnya ketergantungan TPA

b. Meningkatkan efisiensi pengelolaan


c. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam mengolah sampah sebagai

mitra Pemerintah Daerah (Pemda)

2. Ekonomi

a. Mengurangi biaya angkut

b. Mengurangi biaya pembuangan akhir

c. Meningkatnya nilai tambah daur ulang

3. Lingkungan

a. Mereduksi sampah

b. Mengurangi pencemaran akibat pengolahan sampah dengan metode Open

Dumping dan menghemat/mengurangi lahan TPA.

4. Teknologi

a. Manual dan mesin

b. Sederhana, mudah dioperasikan

c. Buatan dalam negeri

5. Sosial

a. Terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat daur ulang

c. Meningkatkan pengetahuan tentang teknologi

6. Kesehatan

a. Tidak berbau

b. Bersih dan sehat


8

Konsep pengelolaan sampah seperti diterangkan di atas menjadi acuan

umum di berbagai negara. Namun tentu saja belum ada satu pun negara yang

dapat menerapkannya seperti itu karena permasalahan sampah sangatlah komplek

yang melibatkan aspek sosial, teknologi, institusi, hukum dan finansial.

2.5 Teknis Operasional Persampahan

Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari beberapa

kegiatan yaitu pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan sampai

dengan pembuangan akhir dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya.

Skema teknis operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada

gambar II.2.

1. Pewadahan

Pola pewadahan dibagi menjadi pewadahan individual dan komunal

sebagai berikut :

1. Pewadahan Individual

Pewadahan individual merupakan aktivitas penanganan penampungan sampah

sementara dalam suatu wadah khusus untuk dan dari sampah individu.

2. Pewadahan Komunal

Pewadahan komunal merupakan aktivitas penanganan penampungan sampah

sementara dalam suatu wadah baik dari berbagai sumber maupun sumber

umum.

a. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam dan lainnnya, dengan

wadah warna terang


9

a. Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga (sampah B3),

dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan

yang berlaku.

Gambar II.2 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

TIMBULAN SAMPAH

PEMILAHAN, PEWADAHAN DAN


PENGOLAHAN DI SUMBER

PENGUMPULAN

PEMILAHAN DAN
PEMINDAHAN
PENGOLAHAN

PENGANGKUTAN

PEMBUANGAN AKHIR

(Sumber : Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, 2000)

Catatan :

1. Pengelolaan sampah B3 rumah tangga dikelola secara khusus sesuai


aturan yang berlaku
2. Kegiatan pemilahan dapat pula dilakukan pada kegiatan
pengumpulan pemindahan
3. Kegiatan pemilahan dan daur ulang diutamakan di sumber sampah

Persyaratan Bahan

Persyaratan bahan adalah sebagai berikut :


10

a. tidak mudah rusak dan kedap air, kecuali kantong


plastik/kertas;
b. mudah untuk diperbaiki;

c. ekonomis, mudah diperoleh/dibuat masyarakat;

d. mudah dan cepat dikosongkan.

Penentuan Ukuran Volume

Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan :

1) jumlah penghuni tiap rumah;

2) timbulan sampah;

3) tingkat hidup masyarakat;

4) frekuensi pengambilan/pengumpulan sampah;

5) cara pengambilan sampah (manual/mekanik);

6) sistem pelayanan (individual atau komunal).

Contoh wadah dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel II.1

Lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut :

1. Wadah individual ditempatkan :

a. Di halaman muka (tidak di luar pagar);

b. Di halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel dan restoran.

2. Wadah komunal ditempatkan :

a. Tidak mengambil lahan trotoar (kecuali bagi wadah sampah pejalan kaki);

b. Tidak di pinggir jalan protokol;

c. Sedekat mungkin dengan sumber sampah;

d. Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya;


11

e. Di tepi jalan besar, pada suatu lokasi yang mudah pengoperasiannya

Kriteria Lokasi dan Penempatan Wadah

a. Di luar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang mudah untuk

pengoperasiannya;

b. Di ujung gang kecil;

Tabel II.1 Pola dan Karakteristik Wadah Sampah

N Pola dan
Individual Komunal
o Karakteristik
Kotak, silinder, kontainer,
Bentuk dan Kotak, bin (tong), silinder
1 bin (tong), semua bertutup,
jenis (semua bertutup)
dan kantong
Ringan, mudah
Ringan, mudah dipindah
2 Sifat dipindahkan dan
dan dikosongkan
dikosongkan
Logam, plastik, kayu, Logam, plastik, kayu
3 Bahan fiberglass (GRP) , bambu, fiberglass (GRP), bambu
rotan dan kertas dan rotan
Pemukiman dan toko kecil Tepi jalan dan taman = 30-
= (10-40 L) 40L)
4 Volume
Kantor, toko besar, hotel, Pemukiman dan pasar =
rumah makan = 100-500 L 100-1000 L
5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi pengelola

(Sumber: SK SNI T-13-1990-F, LPMB Dept. PU, Bandung)

c. Di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah

pejalan kaki);

d. Jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100 m.

2. Pengumpulan
12

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara

pengumpulan dari masing – masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat

pembuangan sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui

proses pemindahan.

Pola Pengumpulan

Pola pengumpulan sampah terdiri dari :

1. Pola Individual Langsung

Tabel II.2 Contoh Wadah dan Penggunaannya

Umur
Jenis Wadah
No Kapasitas Pelayanan Keterangan
wadah
/Life Time
Kantong
1 10 – 40 L 1 KK 2 – 3 hari Individual
plastik
Maksimal
2 Bin/tong 40 L 1 KK 2 – 3 tahun pengambilan 3
hari 1 kali
3 Bin/tong 120 L 2-3 KK 2 – 3 tahun Toko
4 Bin/tong 240 L 4-6 KK 2 – 3 tahun
5 Kontainer 1000 L 80 KK 2 – 3 tahun Komunal
6 Kontainer 500 L 40 KK 2 – 3 tahun Komunal
Pejalan
7 Bin/tong 30 – 40 L 2 – 3 tahun
kaki taman

(Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya, Direktorat PLP)

Pola pengumpulan individual langsung adalah kegiatan pengambilan

sampah dari rumah – rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke Tempat

Pembuangan Akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan.

Persyaratan :
13

a. Kondisi topografi bergelombang (> 5%), sehingga alat pengumpul non

mesin sulit beroperasi;

b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan

lainnya;

c. Kondisi dan jumlah alat memadai;

d. Bagi penghuni yang berlokasi di jalan protokol;

e. Jumlah timbulan sampah besar (> 0,3 m3/hari).

2. Pola Individual Tidak Langsung

Pola pengumpulan individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan

sampah dari masing – masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk

kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir.

Persyaratan :

a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah;

b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;

c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung;

d. Bagi kondisi topografi relatif datar (rata – rata <5 %) dapat

menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak);

e. Kondisi lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa

mengganggu pemakai jalan lainnya;

f. Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.

3. Pola Komunal Langsung


14

Pola pengumpulan komunal langsung adalah kegiatan pengambilan

sampah dari masing – masing titik komunal dan diangkut ke lokasi pembuangan

akhir.

Persyaratan :

a. Bila alat angkut terbatas;

b. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan rendah;

c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber – sumber sampah

individual (kondisi daerah berbukit, gang/jalan sempit);

d. Peran serta masyarakat tinggi;

e. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di

lokasi yang mudah dijangkau alat pengangkut (truk);

f. Untuk permukiman tidak teratur.

4. Pola Komunal Tidak Langsung

Pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah kegiatan pengambilan

sampah dari masing – masing titik pewadahan komunal ke lokasi pemindahan

untuk diangkut selanjutnya ke Tempat Pembuangan Akhir.

Persyaratan :

a. Peran serta masyarakat tinggi;

b. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di

lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengumpul;

c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;

d. Bagi kondisi topografi relatif datar (rata – rata <5%) dapat

menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak), bagi kondisi


15

topografi >5% dapat menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil

beroda dan karung;

e. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu

pemakai jalan lainnya;

f. Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.

5. Pola Penyapuan Jalan

Pola penyapuan jalan adalah kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan


jalan.
Persyaratan :

a. Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah

pelayanan (diperkeras, tanah, lapangan rumput, dan lain – lain);

b. Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda

tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani;

c. Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi

pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA;

d. Pengendalian personil dan peralatan harus baik.

Perencanaan Operasional Pengumpulan

Perencanaan operasional pengumpulan harus memperhatikan :

1) Ritasi antara 1 – 4 rit/hari;

2) Periodisasi : 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali,

tergantung dari kondisi komposisi sampah, yaitu :

a. Semakin besar persentase sampah organik

periodisasi pelayanan maksimal sehari satu kali.


16

b. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya

disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan tiga

hari satu kali.

c. Untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan

yang berlaku.

3) Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap;

4) Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan

dipindahkan secara periodik;

5) Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria

jumlah sampah terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah.

Pelaksana Pengumpulan Sampah

1. Pelaksana

Pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh :

a. Institusi kebersihan kota

b. Lembaga Swadaya Masyarakat

e. Swasta dan Masyarakat (oleh RT/RW)

2. Pelaksanaan Pengumpulan

Jenis sampah yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh

pihak yang berminat pada waktu yang telah disepakati bersama antara petugas

pengumpul dan masyarakat penghasil sampah.

3. Pemindahan
17

Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil

pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke Tempat Pembuangan

Akhir.

Lokasi pemindahan adalah sebagai berikut :

1) harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkutan

sampah;

2) tidak jauh dari sumber sampah;

3) berdasarkan tipe, lokasi pemindahan terdiri dari :

a. terpusat (transfer depo tipe I)

b. tersebar (transfer depo tipe II atau III)

4) jarak antara transfer depo untuk tipe I dan II adalah 1 – 1,5 km.

Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut :

1) manual;

2) mekanis;

3) gabungan manual dan mekanis, pengisian kontainer dilakukan secara

manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke

atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).

a) Pengangkutan

Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi

pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke Tempat Pembuangan

Akhir.

Pola Pengangkutan

1. Sistem pengumpulan individual langsung (door to door)


18

Pola pengangkutan ini adalah sebagai berikut :

b) truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber

sampah pertama untuk mengambil sampah;

c) selanjutnya mengambil sampah pada titik – titik sumber

sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya;

d) selanjutnya diangkut ke TPA sampah;

e) setelah pengosongan di TPA, truk menuju lokasi sumber

sampah berikutnya sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.

Gambar II.3 Pola Pengangkutan Sistem Individual Langsung (Door to Door)

Su

mber : Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, 2000)

2. Sistem Pemindahan (Transfer Depo)

Pola pengangkutan ini digambarkan pada Gambar 2.4 berikut.

a) kendaraan angkutan ke luar dari pool langsung menuju lokasi

pemindahan/transfer depo untuk mengangkut sampah langsung ke TPA;

b) dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk

pengembalian pada rit berikutnya;

Gambar II.4 Pola Pengangkutan Sistem Transfer Depo

POOL
19

Transfer Depo TPA

(Sumber : Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, 2000)

3. Sistem Kontainer

Pengumpulan dengan sistem kontainer, pengangkutannya dilakukan

sebagai berikut:

3.1 Sistem Pengosongan Kontainer Cara 1

Sistem pengangkutan ini dapat dilihat pada Gambar II.5 dan cara kerjanya

adalah sebagai berikut :

Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah

ke TPA;

a) Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;

b) Menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke

TPA;

c) Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;

d) Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

3.2 Sistem Pengosongan Kontainer Cara 2

Sistem pengangkutan ini dapat dilihat pada Gambar II.6 dan proses

pengangkutan dilakukan dengan cara :

Gambar II.5 Sistem Pengosongan Kontainer Cara 1

isi Kosong
10
1 4 7
pool kontainer
3 5 8
6 ke pool
20

TPA 9
2

(Sumber : Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, 2000)

a) Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama

untuk mengangkat sampah ke TPA;

b) Dari TPA, kendaraan tersebut dengan kontainer

kosong menuju ke lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan

membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA;

c) Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir;

d) Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA

menuju ke lokasi pertama, kemudian truk kembali ke pool tanpa

kontainer;

e) Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu (misal :

pengambilan pada jam tertentu atau mengurangi kemacetan lalu lintas).

3.3 Sistem Pengosongan Cara 3

Sistem pengangkutan ini dapat dilihat pada Gambar II.7 dan proses

pengangkutan dilakukan dengan cara :

a) kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi

kontainer isi untuk mengganti/mengambil dan langsung membawanya ke

TPA;

Gambar II.6 Sistem Pengosongan Kontainer Cara 2

kosong isi
21

1
5
dari pool 2 3 4
8 6
7 TPAA

(Sumber : Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, 2000)

b) kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju ke

kontainer isi berikutnya;

c) demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir.

Gambar II.7 Sistem Pengosongan Kontainer Cara 3

kosong isi
dari 1
pool 5
3 4
2
6
7 TPAA

(Sumber : Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, 2000)

4 Sistem kontainer tetap

Sistem kontainer tetap biasanya untuk kontainer kecil dengan alat angkut

berupa truk pemadat atau dump truk atau truk biasa. Pengangkutan dengan sistem

ini dapat dilihat pada Gambar II.8 dan proses pengangkutan dilakukan dengan

cara :

a) kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan ke

dalam truk compactor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong;

b) kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh, untuk

kemudian langsung ke TPA;


22

c) demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir.

Peralatan dan Perlengkapan

Persyaratan :

1. Sampah harus tertutup selama pengangkutan, minimal ditutup dengan

jaring;

2. tinggi bak maksimum 1,6 m;

3. sebaiknya ada alat ungkit;

4. disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan dilalui;

5. bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air

sampah.

Gambar II.8 Sistem Kontainer Tetap

isi kosong

kontainer
po

TPAA
Truk pemadat
dari pool

(Sumber : Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, 2000)

Jenis Peralatan :

1. truk (ukuran besar atau kecil);

2. dump truck/tipper truck;

3. arm roll truck;

4. truk pemadat (compactor truck);

5. truk dengan crane;


23

6. mobil penyapu jalan;

7. truk gandengan;

b) Pengolahan
Teknik – teknik pengolahan sampah dapat berupa :

1. Pengomposan

Pengomposan dapat dilakukan berdasarkan :

a. kapasitas (individual, komunal, skala lingkungan);

b. proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan

mikroorganisme tambahan).

2. Insinerasi yang berwawasan lingkungan;

3. daur ulang;

a. sampah anorganik disesuaikan dengan jenis sampah;

b. menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak.

4. Pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan;

5. Biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah);

6. dan lain – lain.

c) Pembuangan Akhir

Persyaratan

Persyaratan umum dan teknis lokasi pembuangan akhir sampah sesuai

dengan SNI 03 3241 1994 mengenai Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA.

Metode Pembuangan Akhir Sampah Kota

Metode pembuangan akhir sampah kota dapat dilakukan sebagai berikut :

1. penimbunan terkendali

termasuk pengolahan lindi dan gas;


24

2. lahan urug santer termasuk

pengolahan lindi dan gas;

3. metode pembuangan sampah

untuk daerah pasang surut dengan sistem kolam; (anaerob, fakultatif,

maturasi)

c) Pengelolaan Limbah Padat

Pengelolaan limbah padat didasarkan pada hirarki pengelolaan sampah

(Draft Naskah Akademis Rancangan Undang – Undang Pengelolaan

Persampahan, Japan International Cooperation Agency, 2003) yaitu:

1. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumber

Kegiatan pencegahan sampah dari sumber dimulai dengan kegiatan

pemisahan sampah, misalnya antara sampah organik dan anorganik. Pemisahan

sampah merupakan bagian penting dalam hirarki pengelolaan sampah karena

dapat menentukan keberhasilan hirarki pengelolaan sampah berikutnya.

Kegiatan pengurangan sampah pada sumbernya meliputi :

a. Reduksi

Mereduksi timbulan sampah mengurangi semaksimal mungkin kegiatan yang

akan menghasilkan banyak sampah, seperti mengurangi konsumsi barang

yang dikemas secara berlebihan.

b. Pemakaian kembali

Di samping mengurangi sampah, kegiatan ini merupakan penghematan.

Barang atau bahan yang telah digunakan dan masih bisa digunakan tidak
25

dibuang menjadi sampah tetapi digunakan kembali, untuk itu biasanya

dilakukan pemilihan penggunaan barang atau bahan yang dapat digunakan

secara berulang – ulang dengan tanpa perlu dilakukan proses yang rumit.

Seperti penggunaan botol kaca sebagai pengganti botol plastik, menggunakan

gelas dan piring kaca sebagai pengganti gelas dan piring styrofoam,

menggunakan produk isi ulang (refill).

c. Daur ulang

Daur ulang merupakan kegiatan pemanfaatan kembali suatu barang/produk

namun masih perlu kegiatan/proses tambahan. Misalnya pemanfaatan kertas

daur ulang yang berasal dari kertas – kertas bekas. Kertas – kertas bekas

tersebut harus diproses terlebih dahulu menjadi bubur kertas sebelum akhirnya

menghasilkan kertas daur ulang. Kegiatan daur ulang pun dapat dilakukan

secara tidak langsung yaitu dengan memisahkan barang – barang bekas yang

masih bisa dimanfaatkan kembali seperti kaleng, botol, koran bekas, dan

sebagainya.

Pemanfaatan Kembali

Kegiatan pemanfaatan kembali ini dapat berjalan dengan baik bila proses

pemisahan sampah berjalan dengan baik pula.

Kegiatan pemanfaatan kembali sampah secara garis besar terdiri dari :

a. Pemanfaatan sampah organik, misalnya composting/pengomposan. Hal ini

karena komposisi sampah di Indonesia yang berupa sampah organik

berkisar antara 50 – 70 % (Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta


26

Karya, Laporan Data Persampahan Beberapa Kota di Indonesia, JICA dan

Arkonin, 1999).

b. Pemanfaatan sampah anorganik, baik itu secara langsung maupun tidak

langsung. Pemanfaatan sampah anorganik secara langsung misalnya

pembuatan kerajinan yang berbahan baku barang bekas. Sementara

pemanfaatan kembali sampah anorganik secara tidak langsung misalnya

dengan menjual barang bekas seperti botol, kaleng, koran bekas kepada

pengusaha.

2. Tempat Pembuangan Akhir

Pada akhirnya, akan tetap ada sampah yang memang sudah tidak dapat

dimanfaatkan secara ekonomis. Sampah tersebut harus dibuang ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA). Namun TPA ini harus memenuhi persyaratan teknis

metode Sanitary Landfill, baik dasar pemilihan lokasi, penentuan lokasi

pengoperasian dan pemeliharaannya.

d) Pengolahan Limbah Padat yang Berwawasan Lingkungan

1. Pengomposan

Pengomposan didefinisikan sebagai proses dekomposisi materi organik

secara biologis menjadi material seperti humus dalam kondisi aerobik yang

terkendali (Wahyono, 2003).

2. Daur Ulang

a. Daur Ulang Sampah Plastik

Plastik merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan untuk

pembuatan peralatan rumah tangga, otomotif dan sebagainya. Penggunaan bahan


27

plastik semakin lama semakin meluas karena sifatnya kuat dan tidak mudah rusak

oleh pelapukan. Komposisi sampah plastik di kota besar seperti Jakarta dan

Surabaya berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan BPPT dapat

dilihat pada tabel II.7.

Tabel II.3 Komposisi Sampah di Surabaya dan Jakarta (dalam % berat)

Komponen Surabaya Jakarta


Plastik
LDPE 1,01 0,78
2,64 2,03
PP
3,97 3,05
HDPE
-- --
PVC Botol
0,15 0,12
PVC Film
0,09 0,07
PET
0,08 0,07
Styrofoam
0,54 0,41
Lain – lain
(Sumber : BPPT, 2003)

Sampah plastik dari jenis PP dan HDPE paling banyak ditemui. HDPE banyak

digunakan untuk produk plastik yang memerlukan kekuatan dan tahan bahan

kimia seperti ember, jerigen, dan botol plastik, sedangkan PP digunakan untuk

produk plastik yang mempunyai daya regang yang tinggi seperti kantung plastik,

blister (bungkus snack), dan lain – lain.Beberapa dari jenis plastik tersebut

mempunyai nilai pasar, akan tetapi kebanyakan plastik yang terdiri dari bungkus

snack tidak mempunyai nilai pasar. Untuk lebih jelasnya, nama kimia,

penggunaan dan lambang dari jenis plastik dapat dilihat pada lampiran.

b. Jalur Kegiatan Bisnis Sampah Plastik


Pada jalur kegiatan bisnis sampah plastik terdapat tingkatan perajang yang

mempunyai posisi seperti bandar atau pemasok. Perajang merupakan industri

kecil yang mengolah sampah plastik menjadi serpihan untuk konsumsi pabrik
28

plastik. Lapak merupakan perantara tingkat pertama yang akan menyalurkan

bahan – bahan daur ulang dalam jumlah yang besar per jenis ke perantara

berikutnya, pemasok atau bandar. Kebanyakan sampah plastik didapat dari

pemulung. Jumlah plastik yang dapat dikumpulkan oleh pemulung dapat dilihat

pada tabel II.4.

c. Daur Ulang Sampah Kertas

Jumlah timbulan sampah kertas relatif banyak. Sebagai contoh, kota

Jakarta tahun 1997/1998 diperkirakan menghasilkan sampah kertas sejumlah

2.989 m3/hari atau 10,11 % dari jumlah keseluruhan 29.568 m3/hari (BPS, 1998).

Gambar II.9 Diagram Kegiatan Bisnis Daur Ulang Sampah Plastik

Buangan Buangan Lelang Pembongkaran Sisa Proyek/


Pemulung Pemulung
Kantor Toko Gedung Kantor/Pabrik

Lapak Lapak
Kecil Besar

Bandar/
Pemasok
Perajang
(khusus plastik)
Pabrik

(Sumber : BPPT, 2003)

Tabel II.4 Jumlah Rata – Rata Plastik yang Terkumpul Pemulung

Jumlah Sampah Plastik


Komponen yang Terkumpul
(kg/org/hr)
Ember HDPE 8,60
Mainan HDPE 3,17
Aqua
LDPE 2,67
Accu
Infus LDPE 0,55
Karpet
LDPE
29

Slang LDPE 2,25


High Impact
LDPE 20,00
Atap
Paralon PP 8,00
Ember cor (kotor)
PP 5,00
PVC
Sandal PS 3,50
PVC 5,00
PVC 2,00
PVC 2,67
(Sumber : BPPT, 2003)

Sampah kertas jenisnya bermacam – macam, misalnya kertas HVS (kertas

komputer dan kertas tulis), kertas kraft, karton, kertas berlapis plastik, dan lain –

lain. Aktivitas yang berbeda biasanya menghasilkan jenis – jenis sampah kertas

yang berbeda pula. Pada tabel II.9, dapat kita lihat sampah kertas dari sumber dan

produk daur ulang yang dapat dihasilkan.

Tabel II.5 Jenis, Sumber, dan Produk Daur Ulang Sampah Kertas

Jenis Sampah Kertas Sumber Produk Daur Ulang


Kertas komputer dan Perkantoran Kertas komputer dan kertas
kertas tulis Percetakan tulis
Art Paper
Sekolah
Kantong kraft Pabrik Karton, art paper
Pasar
Pertokoan
Karton dan box Pabrik Karton, art paper
Pasar
Pertokoan
Perkantoran
Koran, majalah, dan Pasar Kertas koran, art paper
buku Rumah tangga
Rumah tangga
Perkantoran Kertas tissue, kertas tulis
Kertas bekas campuran TPS/TPA kualitas rendah, art paper
Pertokoan
Pertokoan
Rumah tangga Tidak dapat didaur ulang
Kertas pembungkus Perkantoran
makanan Rumah tangga
Perkantoran
30

Rumah makan Kertas tissue (tetapi sangat


Pertokoan jarang yang didaur ulang
Kertas tissue kembali)
(Sumber : Ditjen Cipta Karya (1999) dalam BPPT (2003))

Masing – masing jenis kertas juga memiliki karakteristik tersendiri

sehingga kemampuannya untuk didaur ulang dan produknya juga berbeda – beda.

Sementara itu sebagian kertas pembungkus makanan sulit didaur ulang karena

adanya lapisan plastik, sedangkan kertas tissue tidak didaur ulang karena sifatnya

yang mudah hancur.

Jalur Pemanfaatan Sampah Kertas :

Saat ini pemanfaatan sampah kertas melibatkan sektor formal dan informal

seperti industri kertas, pemulung, lapak, bandar, dan sebagainya. Jalur

pemanfaatan sampah kertas, menurut hasil survei di Jakarta (Direkorat Cipta

Karya, 1999), dapat dilihat pada gambar II.10. Menurut survei tersebut,

masyarakat sebagai penghasil kertas masih jarang yang memanfaatkan langsung

kertasnya. Saat ini sebagian sampah kertas dijual oleh pemulung ke lapak,

sedangkan sebagian kecil lainnya dijual langsung ke industri kecil daur ulang

kertas. Dari lapak, sampah kertas atau kertas bekas dijual ke bandar, selanjutnya

ke supplier atau pemasok. Oleh supplier sampah kertas dijual kepada industri

kecil daur ulang kertas atau industri kertas.

2.6 Kapsul Sampah

Kapsul sampah atau bal-balan sampah merupakan salah satu model

penyimpanan sampah jangka panjang, sebelum diproses menjadi produk lebih

lanjut. Penanganan sampah tradisional sering kali membawa banyak masalah


31

berupa polusi tanah, air dan udara, kerugian sumber daya penting yang terus-

menerus, satandar kehidupan yang buruk dan penurunan nilai-nilai properti yang

dekat lokasi sampah, dan peningkatan biaya karena pertumbuhan volume sampah.

Berbagai upaya dilakukan di seluruh dunia untuk menangani masalah

sampah ini. Industri daur ulang pun dikembangkan. Namun hasilnya belum

memuaskan. Kini ada sebuah terobosan baru dalam teknologi penyimpanan

sampah yakni kapsul sampah atau dikenal sebagai bal-bal sampah. Pengemasan

sampah ini konon memberikan nilai efisiensi dan keamanan yang lebih baik.

Teknologi ini memungkinkan sampah bisa di simpan dalam waktu yang

lama, bisa setahun tanpa mengganggu lingkungan hidup disekitarnya. Teknik

pembuatannya diproses dengan mudah sekalisgus mengoptimalkan pengolahan

akhir. Selain itu kapsul sampah ini bisa disuplai sepanjang waktu tanpa tergantung

cuaca dan hanya membutuhkan tempat penyimpanan yang murah.

2.7 Kerangka Berpikir

SAMPAH PROSES ~ BAL-BALAN SAMPAH

Sampah Organik ~ ESTETIKA

~ EPESIENSI

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesa penelitian merupakan jawaban sementara terdahap pertanyaan

yang diajukan dalam rumusan masalah. Jawaban sementara ini masih kurang

lengkap, sehingga memerlukan pengujian berdasarkan fakta empiris yang

dikumpulkan. Adapun bentuk hipotesis dari penelitian ini adalah :


32

”Terdapat pengaruh pembuatan Bal-balan sampah terhadap estetika, optimasi

episiensi ruang, biaya dan waktu terhadap pengelolaan sampah”.

Anda mungkin juga menyukai