Anda di halaman 1dari 6

1.2.

4 Bagaimana penetapan tarif dan/atau nilai pabean oleh pejabat BC

Penelitian Ulang Tarif dan Nilai Pabean Bea dan Cukai

Penelitian Ulang adalah penelitian kembali yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai terhadap pemberitahuan klasifikasi barang, pengenaan tarif bea masuk dan nilai
transaksi atas barang impor yang diberitahukan oleh importir dalam Pemberitahuan Impor
Barang

DJBC mempunyai kewenangan untuk menetapkan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang
telah diberitahukan oleh importir dalam PIB. Hal ini diatur dalam pasal 17 ayat (1) Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan. Penetapan kembali ini dilakukan melalui penelitian ulang atau
Audit Kepabeanan. Baik Penelitian Ulang ataupun Audit Kepabeanan, keduanya akan
bermuara pada penerbitan Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP)
sebagai suatu “penetapan kembali”.

PER-45/BC/2011

Dasar hukum dari pelaksanaan Penelitian Ulang adalah Peraturan Direktur Jenderal Nomor
PER-45/BC/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penelitian Ulang Tarif dan/atau Nilai
Pabean. Peraturan ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Oktober 2011 dan mulai berlaku
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditetapkan.

Penelitian Ulang dapat dilakukan terhadap pemberitahuan pabean impor yang telah diterima
atau tidak diterima tarif dan/atau nilai pabeannya oleh Pejabat Bea dan Cukai. Dalam hal
penelitian ulang dilakukan terhadap lebih dari 1 (satu) pemberitahuan pabean impor, dapat
diterbitkan 1 (satu) atau lebih SPKTNP.

Penelitian Ulang memiliki jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran
PIB. Sedangkan SPKTNP sebagai hasil dari Penelitian Ulang memiliki jangka waktu 2 (dua)
tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan. Oleh karenanya, jangka waktu Penelitian Ulang
tidak mungkin dapat dicapai maksimal. Akan ada jangka waktu yang terpotong oleh proses
pelaksanaan Penelitian Ulang.
Penelitian Ulang ini dilaksanakan oleh unit pada tingkatan Eselon II DJBC, yaitu Direktorat
Teknis Kepabeanan, Kantor Wilayah DJBC ataupun Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea
dan Cukai berdasarkan Surat Perintah Penelitian Ulang (SPPU). Dasar penerbitan,
kewenangan penandatangan dan struktur Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan
Penelitian Ulang pada masing-masing unit adalah sebagai berikut:

1. Direktorat Teknis Kepabeanan

 Dasar penerbitan: Tindak Lanjut dari Hasil Pemeriksaan Direktorat Penindakan dan
Penyidikan (P2) pada Kantor Pusat DJBC;
 Dalam hal Pejabat Bea dan Cukai yang ditugaskan untuk melaksanakan Penelitian
Ulang hanya dari Direktorat Teknis Kepabeanan, SPPU diterbitkan dan
ditandatangani oleh Direktur Teknis Kepabeanan atas nama Direktur Jenderal Bea dan
Cukai;
 Dalam hal Pejabat Bea dan Cukai yang ditugaskan untuk melaksanakan Penelitian
Ulang berasal dari 2 (dua) atau lebih unit lain pada Kantor Pusat DJBC, SPPU
diterbitkan dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
 Struktur Pejabat yang melaksanakan Penelitian Ulang:
1. Kepala Subdirektorat Klasifikasi Barang atau Kepala Subdirektorat Nilai
Pabean;
2. Kepala Seksi Klasifikasi Barang atau Kepala Seksi Nilai Pabean; dan/atau
3. Pemeriksa Bea dan Cukai.

2. Kantor Wilayah DJBC

 Dasar Penerbitan: Permintaan tertulis dari Kepala Kantor Pabean atau permintaan
tertulis Kepala Bidang lainnya yang tidak melakukan Penelitian Ulang;
 SPPU ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah atas nama Direktur Jenderal Bea
dan Cukai;
 Struktur Pejabat Bea dan Cukai Pelaksana Penelitian Ulang:
1. Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai;
2. Kepala Seksi pada Bidang Kepabeanan dan Cukai; dan/atau
3. Pemeriksa Bea dan Cukai pada Bidang Kepabeanan dan Cukai.

3. Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea dan Cukai:


 Dasar penerbitan: Permintaan tertulis dari Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen
(PFPD) atau permintaan tertulis dari Kepala Bidang lainnya yang tidak melakukan
Penelitian Ulang;
 SPPU ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Utama atas nama Direktur
Jenderal Bea dan Cukai;
 Struktur Pejabat Bea dan Cukai Pelaksana Penelitian Ulang pada KPU Tipe A:
1. Kepala Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai;
2. Kepala Seksi pada Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai;
3. Pejabat fungsional pemeriksa dokumen; dan/atau
4. Pemeriksa Bea dan Cukai pada Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai.
 Struktur Pejabat Bea dan Cukai Pelaksana Penelitian Ulang pada KPU Tipe B:
1. Kepala Bidang Pelayanan dan Fasilitas Pabean dan Cukai;
2. Kepala Seksi pada Bidang Pelayanan dan Fasilitas Pabean dan Cukai;
3. Pejabat fungsional pemeriksa dokumen; dan/atau
4. Pemeriksa Bea dan Cukai pada Bidang Pelayanan dan Fasilitas Pabean dan
Cukai.

Dalam hal diperlukan, Pejabat Bea dan Cukai dari Direktorat atau bidang lainnya dapat
ditunjuk untuk melakukan Penelitian Ulang. Jumlah Pemeriksa Bea dan Cukai dapat
ditambah dengan mempertimbangkan volume dan/atau tingkat kesulitan pekerjaan yang
tinggi.

Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan penelitian ulang dapat dibebastugaskan dalam hal
dialihtugaskan, dianggap tidak mampu, atau atas permintaan yang bersangkutan dan  dapat
dilakukan penggantian dengan menunjuk pejabat Bea dan Cukai lainnya. Dalam hal terjadi
penambahan dan/atau penggantian Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan Penelitian
Ulang diterbitkan Surat Perintah Penelitian Ulang (SPPU) pengganti dan ditindaklanjuti
dengan pembuatan berita acara serah terima.

Hasil pelaksanaan SPPU atau SPPU pengganti dituangkan dalam Nota Hasil Penelitian Ulang
(NHPU). NHPU sendiri adalah nota hasil penelitian ulang yang disusun oleh Pejabat Bea dan
Cukai sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan penelitian ulang. NHPU diselesaikan paling
lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal diterbitkannya SPPU dan dapat diperpanjang
paling lama 30 (tiga puluh) hari. Satu SPPU dapat dituangkan dalam lebih dari satu NHPU.
Apabila hasil penelitian ulang menemukan adanya kekurangan atau kelebihan pembayaran
bea masuk dan/atau pajak dalam rangka impor maka akan dilakukan penetapan kembali oleh
Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Penetapan kembali ini dituangkan dalam SPKTNP yang
juga berfungsi sebagai:

1. penetapan Direktur Jenderal;


2. pemberitahuan kepada Importir; dan
3. penagihan kepada Importir.

Terkait dengan penerbitan SPKTNP, dalam hal penetapan kembali mengakibatkan


kekurangan pembayaran bea masuk dan/atau pajak dalam rangka impor sebagai akibat dari
kesalahan nilai transaksi yang diberitahukan, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. importir wajib membayar kekurangan bea masuk dan/atau pajak dalam rangka impor;
dan
2. importir dikenai Sanksi Administrasi Berupa Denda paling sedikit 100% (seratus
persen) dari bea masuk yang kurang dibayar dan paling banyak 1000% (seribu persen)
dari bea masuk yang kurang dibayar.

BUKTI NYATA ATAU DATA YANG OBJEKTIF DAN TERUKUR


Dalam hal penelitian ulang dilakukan atas permintaan tertulis Kepala Kantor Pabean atau
Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen (PFPD) berdasarkan bukti nyata atau data yang
objektif dan terukur, Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan penelitian ulang dapat
meminta penjelasan dan/atau informasi lainnya kepada importir. Yang dimaksud dengan
Bukti Nyata atau Data Yang Objektif dan Terukur adalah bukti atau data berdasarkan
dokumen yang benar-benar tersedia dan pada dokumen tersebut terdapat besaran, nilai atau
ukuran tertentu dalam bentuk angka dan/atau kalimat.

HASIL PENELITIAN ULANG

Ketika penelitian ulang menemukan adanya adanya kekurangan dan/atau kelebihan


pembayaran bea masuk dan/atau pajak dalam rangka impor maka akan dilakukan penetapan
kembali dalam bentuk SPKTNP. Ketika penelitian ulang tidak menemukan adanya
kekurangan dan/atau kelebihan pembayaran bea masuk dan/atau pajak dalam rangka impor
maka penetapan kembali tidak dilakukan dan akan diterbitkan surat atau nota dinas
pemberitahuan hasil penelitian ulang dan dikirimkan kepada Pejabat yang mengajukan
permintaan penelitian ulang.

Ketika penelitian ulang tidak menemukan data pembanding dan/atau tidak terdapat bukti
nyata atau data yang obyektif dan terukur maka penetapan kembali tidak dilakukan dan
diterbitkan surat atau nota dinas pemberitahuan pelaksanaan penelitian ulang. Surat atau nota
dinas tersebut kemudian dikirimkan kepada Pejabat yang mengajukan permintaan penelitian
ulang. Selain membuat surat dan nota dinas tersebut diatas, Pejabat penerbit SPPU juga akan
meminta kepada Kepala Kantor Pabean setempat untuk menelusuri lebih lanjut spesifikasi
barang impor atas pemberitahuan pabean impor yang tidak dapat dilakukan penetapan
kembali tarif dan/atau nilai pabean.

Tatacara penelitian tarif dalam rangka penelitian ulang dilakukan dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang tarif. Tatacara penelitian
nilai pabean dalam rangka penelitian ulang dilakukan dengan ketentuan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan tentang nilai pabean.

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;


2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2008 tentang Pengenaan Sanksi Administrasi
Berupa Denda Di Bidang Kepabeanan;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Penetapan
Tarif, Nilai Pabean, dan Sanksi Administrasi, serta Penetapan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai atau Pejabat Bea dan Cukai;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.04/2009 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Penetapan
Tarif, Nilai Pabean, dan Sanksi Administrasi, Serta Penetapan Direktur Jenderal Bea
Dan Cukai Atau Pejabat Bea Dan Cukai;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2010 tentang Nilai Pabean Untuk
Penghitungan Bea Masuk;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.04/2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.04/2008 tentang Tata Cara
Penetapan Tarif, Nilai Pabean, dan Sanksi Administrasi, serta Penetapan Direktur
Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat Bea dan Cukai;
8. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-25/BC/2009 tentang Bentuk dan
Isi Surat Penetapan, Surat Keputusan, Surat Teguran, dan Surat Paksa;
9. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-43/BC/2010 tentang
Pelimpahan Wewenang Kepada Direktur Teknis Kepabeanan, Direktur Audit, Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Kepala Kantor Pelayanan
Utama Bea dan Cukai, Untuk Dan Atas Nama Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Membuat dan Menandatangani Surat Penetapan Kembali Tarif dan Nilai Pabean;
10. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-45/BC/2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penelitian Tarif dan/atau Nilai Pabean; dan
11. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-8/BC/2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-25/BC/2009
tentang Bentuk dan Isi Surat Penetapan, Surat Keputusan, Surat Teguran, dan Surat
Paksa;

Anda mungkin juga menyukai