Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Bayi Baru Lahir(BBL) normal

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur
satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada
masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan.
Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang
kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan
mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang berkualitas maka
petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melaksanakan
pelayanan essensial neonatal
B.     Tujuan
1.      Mengetahui definisi bayi baru lahir normal
2.      Mengetahui fisiologi bayi baru lahir normal
3.      Mengetahui Patofisiologi bayi baru lahir normal
4.      Mengetahui etiologi bayi baru lahir normal
5.      Mengetahui manifestasi klinik bayi baru lahir normal
6.      Mengetahui komplikasi bayi baru lahir normal
7.      Mengetahui pemeriksaan diagnostik bayi baru lahir normal
8.      Mengetahui bayi penanganan segera bayi baru lahir baru lahir normal
9.      Mengetahui bayi bayi bermasalah sebelum lahir baru lahir normal
10.  Mengetahui bayi bayi bermasalah setelah lahir baru lahir normal
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR NORMAL


1.      Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (menurut Dep. Kes.
RI, 2005).
2.      Fisiologi
Fisiologi Neonatus
Adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital pada neonatus.di bawah
ini akan di uraikan beberapa fungsi dan proses vital pada neonatus.
1)      Sistem Pernapasan
Perkembangan system pulmoner, keadaan yang mempercepat proses maturasi
paru-paru
a)      Taksemia
b)      Hipertensi
c)      Diabetes Berat
d)     Infeksi
e)      Ketuban Pecah dini
f)       Insufisiensi plasenta
Keadaan diatas akan mengakibatkan stress berat pada janin,hal ini
dapat menimbulkan rangsangan untuk pematangan paru-paru.
2)      Jantung dan Sirkulasi darah
Di dalam rahim darah yang kaya oksigen dan nutrisi dari plasenta masuk ke
dalam tubu janin melalui vena umblikalis,sebagian besar masuk ke vena inferior
melalui duktus venosus arantii.
Ketika janin dilahirkan segera setelah bayi menghirup udara dan menangis
kuat. Dengan demikian paru-paru akan mengembang,tekanan paru-paru mengecil
dan darah mengalir ke paru-paru dengan demikian duktus botali tidak berfungsi
lagi,foramen ovale akan menutup. Penutupan foramen oval terjadi karena adanya
pemotongan dan pengikatan tali pusat sebagai berikut:
a)             Sirkulasi plasenta berhenti,aliran darah ke atrium kanan menurun,
sehingga tekanan jantung menurun, tekanan rendah di aorta hilang
sehingga tekanan jantung kiri meningkat.
b)             Asistensi pada paru-paru dan aliran darah ke paru-paru meningkat, hal ini
menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat.
3)      Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah cukup terbentuk dan telah menelan
air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak,absorbs air ketuban terjadi melalui
mukosa saluran pencernaan,janin minum air ketuban dapat di buktikan dengan
adanya mekonium.
4)      Hepar
Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang,dan glikogen mulai di simpan didalam hepar,setelah
bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai,vitamin A dan B juga di simpan di
dalam hepar.
5)      Metabolisme
Dibandingkan dengan ukuran tubuhnya,luas permukaan tubuh neonatus lebih
besar dari pada orang dewasa,sehingga metabolism perkilogram berat janinnya
lebih besar.
6)      Produksi Panas
Pada Neonatus apabila mengalami hipotermi bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan cara NSR(Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
cara pembakaran cadangan lemak (Lewat coklat)yang memberikan lebih banyak
energy dari pada lemak biasa.
7)      Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus,janin mendapatkan hormone dari ibunya. Pada kehamilan
sepuluh minggu, ketika tropin telah ditemukan dalam hipofisis janin,hormon ini
diperlukan untuk mempertahankan grandula suprarenalis janin. Pada neonates
kadang-kadang hormone dari ibunya masih berfungsi pengaruhnya dapat dilihat
missal pada bayi laki-laki atau perempuan adanya pembesaran kelenjar air susu
atau kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai
haid pada bayi perempuan.
8)      Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Glomerulus di ginjal mulai dibentuk pada janin pada umur 8 minggu,jumlah
pada kehamilan 28 minggu diperkirakan 350.000 dan akhir kehamilan
diperkirakan 820.000 ginjal janin mulai berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan.
9)      Susunan Syaraf
Jika janin pada kehamilan 10 minggu di lahirkan hidup maka dapat dilihat
bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan
pada janin baru terjadi pada kehamilan 4 bulan sedangkan gerakan menghisap
terjadi pada kehamilan 6 bulan.
10)  Imunologi
Pada system imunolgi terdapat beberapa jenis imunologi (suatu protein yang
mengandung zat antibody)diantaranya adalah imunoglobulingmma G(Ig G).
Pada neonates hanya terdapat Ig G dibentuk banyak pada bulan ke 2 setelah bayi
dilahirkan. Ig G Pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta.

3.      Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan
segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri
yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.

Perubahan Sistem Pernafasan.


Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a.                Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b.                Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru
secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat
menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a.       Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b.      Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan
mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna
mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a.        Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b.      Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara
mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
a.       Pada saat tali pusat dipotong.
Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium
kanan. Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan O2 sedikit
mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.
b.      Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium
kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional
akan menutup.
Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat, mengakibatkan
ductus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus
dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup dalam beberapa menit setelah
lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa
berlangsung 2-3 bulan.
Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan
Kekebalan Tubuh.
1)      Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap
melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat
untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin.
2)      Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL
yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai
persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati.
3)      Perubahan Sistem Gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat
lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan.
Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada
bayi.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc
dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin.
4)      Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi.
Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya.
a)            Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
b)            Fungsi jaringan saluran nafas.
c)            Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
d)           Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu membunuh organisme asing.
4.      Etiologi
a.       His(Kontraksi otot rahim)
b.      Kontraksi otot dinding perut
c.       Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d.      Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
5.      Manifestasi klinik
a.      Warna kulit: seluruhnya merah
b.      Denyut jantung: > 100 x/menit
c.       Pernapasan : baik,menangis kuat.
d.      Otot : gerak aktif,reflek baik
e.       Reaksi terhadap rangsangan : menangis
6.      Komplikasi
a.       Sebore
b.      Ruam
c.       Moniliasis
d.      Ikterus fisiologi
7.   Pemeriksaan Diagnostik
a.       Sel Darah Putih 18000/mm, Neutropil meningkat sampai 23.000-24.000/mm hari pertama
setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b.      Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia)
c.       Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan
kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
d.      Essai Inhibisi guthriel tes untuk adanya metabolit  fenillalanin, menandakan fenil ketonuria
e.       Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5
hari.
f.       Detrosik:Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl,meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke 3.

8.      Penanganan Segera Bayi Baru Lahir


Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi
baru lahir ialah :
a.       Pencegahan Infeksi
1)      Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
2)      Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
3)      Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
4)      Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, stetoskop.
b.      Melakukan penilaian
1)      Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
2)      Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
c.       Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
1)      Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

2)      Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan
di atas benda – benda tersebut
3)      Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan
udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
4)      Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda –
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena
benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung)
Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a.       Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
b.      Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut
atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
c.       Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d.      Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1)
jam pertama kelahiran

e.       Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir


Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
a.       Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika
bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
b.      Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara
36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali
tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di
tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda
memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit)
satu (1) jam.
c.       Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
d.      Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan
angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan
siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti
tubuh bayi setelah dimandikan.
e.       Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
f.       Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
g.      Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti
tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik
h.      Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik
i.        Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
j.        Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
k.      Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya,
untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI

d.      Membebaskan Jalan Nafas nafas


Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah
lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut :
1.      Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2.      Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus
dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
3.      Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
4.      Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar.
5.      Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
6.      Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
7.      Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
8.      Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
e.       Merawat tali pusat
1.      Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem
plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
2.      Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin
0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
3.      Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
4.      Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
5.      Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau
steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
6.      Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat
dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi
yang berlawanan.
7.      Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
8.      Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala
bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)
f.       Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir
harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat
dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang
mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau
meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan
mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
1)       Keringkan bayi secara seksama
2)       Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
3)       Tutup bagian kepala bayi
4)       Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
5)       Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
6)       Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)
g.      Pencegahan infeksi
1.      Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari
selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5
– 1 mg IM.
2.      Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata
eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5
jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah
bayi selesai dengan perawatan tali pusat
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan
tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
a.       Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan
bayi.
b.       Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c.        Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat
telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet
penghisap, pakai yang bersih dan baru.
d.       Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan
untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
e.        Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-
benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih
(dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002)
h.      Identifikasi bayi
1.      Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca
persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru
lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
2.      Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
3.      Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
4.      Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
5.      Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal
lahir, nomor identifikasi.

B.     PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH


Bayi Bermasalah Sebelum Lahir
1.      Bayi Prematur
Umumnya bayi yang lahir prematur baru diizinkan pulang bila berat badannya
telah mencapai 2.000 g. Atau setidaknya sudah terjadi kecenderungan peningkatan
berat badan yang stabil dalam 2–3 kali pemantauan. Tubuh bayi juga telah
memiliki pengaturan suhu yang baik.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan:
a.       Menjelang kepulangan, yakinlah bahwa Anda dan pasangan mampu merawat
bayi prematur di rumah. Keyakinan orangtua akan “menular” kepada bayi
sehingga ia akan lebih nyaman dan tenang.
b.      Konsultasikan kondisi bayi pada dokter, termasuk tindakan yang harus
dilakukan dalam keadaan darurat. Tanyakan juga tentang perlu tidaknya boks
khusus untuk si kecil yang lahir belum cukup bulan ini. Boks yang
menyerupai inkubator ini berfungsi sebagai penghangat mengingat bayi
prematur umumnya belum memiliki pengaturan suhu tubuh yang baik
sehingga mudah kedinginan. Boks ini juga bisa dibuat sendiri. Caranya pada
keempat sisi bagian bawah boks dipasangi lampu berkekuatan 60-100 watt.
Dapat juga disediakan lampu belajar (100 watt) yang diletakkan di samping
atau bawah boks.
c.       Untuk alat kesehatan, yang wajib disediakan adalah termometer. Berguna
untuk mengukur suhu tubuh bayi sewaktu-waktu bila diperlukan. Suhu ideal
bayi berkisar antara 36,5-37,5˚C.
d.      Pakaikan baju lengan panjang dan selimut pada bayi. Setelah bayi dipakaikan
baju lengan panjang, sarung tangan, sarung kaki dan topi, selimuti ia sehingga
merasa nyaman serta hangat dan siap dibawa pulang.
e.       Jaga suhu ruangan agar tetap stabil. Jika kamar bayi menggunakan penyejuk
ruangan, setel suhunya tidak terlalu dingin sekitar 23°. Bila perlu matikan AC.
Selama ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik, bayi akan mendapatkan
suhu yang nyaman dan stabil.
f.       Jaga suhu tubuhnya. Ingat, pengaturan suhu tubuh bayi prematur belum baik.
Jaga suhu tubuhnya agar stabil. Kenakan padanya tutup kepala terutama pada
malam hari, karena bagian kepala paling mudah kehilangan panas tubuh.
Tambahkan sarung tangan dan kaki, bila dirasa perlu. Cara lain untuk
menghangatkan tubuh bayi prematur adalah dengan metode kangguru.
Gendong bayi yang dalam keadaan tanpa busana ke dada ibu. Buka kancing
kemeja yang ibu kenakan, dekap bayi di dada ibu lalu selimuti bayi dengan
kemeja tersebut. Kulit bayi yang bersentuhan dengan kulit ibu, selain akan
membuatnya merasa nyaman juga sekaligus menghangatkannya.
g.      Ibu lebih sering menyusui. Semakin sering bayi diberi ASI semakin baik.
Kemampuan minum dan daya tampung perutnya belumlah terlalu banyak.
Untuk itu, berikan minum sedikit demi sedikit tapi sesering mungkin.
h.      Cucilah tangan dan gunakan masker. Bayi prematur rentan terhadap infeksi.
Untuk itu, batasi penjenguk dan mintalah mereka mencuci tangan terlebih
dahulu dan menggunakan masker sebelum melihat bayi.
i.        Patuhi petunjuk dokter perihal waktu kunjungan. Patuhi kontrol rutin yang
sudah dijadwalkan dan ikuti petunjuk dokter agar kesehatan si kecil lebih
terjaga.
j.        Boleh dimandikan. Bayi prematur tidak dilarang untuk dimandikan. Namun
sebelumnya, cermati dulu suhu tubuhnya, jangan sampai kurang dari 36,5° C.
Mandikan ia 2 kali sehari dengan air hangat.
2.      Bayi kuning
Kuning (karena tingginya kadar bilirubin) pada bayi umumnya timbul pada
hari keempat dan berakhir pada usia bayi 2 minggu. Untuk itu ada beberapa hal
yang tak boleh luput dari perhatian, seperti:
a.       Patuhi jadwal kunjungan ke dokter berikutnya. Bila kadar bilirubin tidak
terlalu tinggi (< 10) umumnya bayi diperkenankan untuk pulang ke rumah.
Namun, biasanya 3 hari setelah kepulangannya dari rumah sakit, bayi diminta
kembali ke dokter/rumah sakit untuk dikontrol kadar bilirubinnya. Ini
dimaksudkan bila terjadi peningkatan bilirubin yang tinggi dapat segera
dilakukan tindakan. Patuhi jadwal tersebut.
b.      Cermati kondisi bayi. Jika ada tanda-tanda bayi tidak aktif, seperti tidur terus
dan malas menetek segera bawa ia ke rumah sakit. Ini dapat dijadikan tanda
bahwa telah terjadi peningkatan kadar bilirubin yang berisiko memicu kejang
pada bayi. Cara lain yang paling mudah untuk mengamati peningkatan
bilirubin adalah melalui bola mata dan kulit bayi yang terlihat menguning.
c.       Berikan ASI sebanyak mungkin. Banyak minum ASI dapat membantu
menurunkan kadar bilirubin karena bilirubin dapat dikeluarkan melalui air
kencing dan kotoran bayi.
d.      Jemur bayi di matahari pagi. Menjemur bayi tanpa busana di bawah sinar
matahari pagi antara (pukul 07.30–08.30) dapat membantu memecah bilirubin
dalam darah. Lindungi mata bayi dari sorot sinar mentari langsung.
3.      Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
BBLR umumnya Bayi mengalami pertumbuhan yang terhambat selama dalam
kandungan. Untuk itulah ia mesti mengejar keterting- galan pertumbuhannya “di
luar”. Hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan sebelum membawanya pulang dari
rumah sakit.
a.       Tanyakan kondisi bayi kepada dokter. Catatlah hal-hal yang harus dilakukan
dan dicermati selama bayi di rumah. Jangan lupa meminta salinan riwayat
kesehatan bayi selama di rumah sakit. Data ini pasti bermanfaat dalam
keadaan darurat.
b.      Sering menyusui. Sama dengan bayi prematur, kapasitas perut bayi BBLR
masih terbatas lantaran itu berikan ASI sedikit demi sedikit namun sesering
mungkin.
c.       Perhatikan kebersihan. Jaga kebersihan tubuh bayi setiap hari karena ia masih
rentan terhadap infeksi, terutama kebersihan mata, hidung, telinga, dan
kemaluannya.
d.      Jagalah bayi agar nyaman. Bila bayi menangis, cari tahu penyebabnya.
Apakah karena kedinginan, kepanasan, atau kelaparan? Agar tetap hangat, tak
ada salahnya si kecil menggunakan topi, sarung tangan dan kaki ketika tidur di
malam hari.
e.       Bila harus menggunakan sonde. Umumnya bayi BBLR masih harus
menggunakan sonde saat memperoleh asupan. Tanyakan cara-caranya kepada
petugas sebelum pulang dari rumah sakit. Perhatikan pula cara membersihkan
peralatan yang digunakan. Ingat baik-baik kapan peralatan tersebut mesti
diganti (umumnya 2 minggu sekali).

4.      Bayi berat lahir besar (BBLB)


Yang dimaksud dengan bayi berat lahir besar (BBLB) adalah bayi yang pada
saat lahir memiliki bobot lebih dari 4.000 gram. Beberapa hal yang harus
diketahui sebelum bayi dibawa pulang:
a.       Pemeriksaan kadar gula darah saat dilahirkan. Pemeriksaan ini khusus
dilakukan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg dan dilahirkan dari ibu
penderita diabetes. Tujuan agar kadar gula darah bayi tidak drop begitu lahir
akibat terhentinya suplai makanan dari plasenta. Jika kadar gula pada bayi
memang rendah, ia akan diberi cairan yang mengandung kadar gula tertentu.
Umumnya dalam waktu 24 jam kondisinya akan kembali normal.
b.      Cermati ruam pada kulit. Pada badan bayi yang gemuk umumnya ada lipatan
pada paha dan tangannya. Penting mencermati kondisi kulit di sekitar lipatan-
lipatan tersebut agar tak terjadi ruam
Bayi Bermasalah Setelah Lahir
1.      Bayi tersedak
Tersedak, hal yang seringkali terjadi pada bayi yang baru lahir (1 bulan), hal ini terjadi
karena reflek menelan pada bayi belum sempuma. Karena itu, terkadang ketika menyusu bayi
menjadi tersedak. Agar cairan tak masuk ke dalam paru-paru hingga berakibat fatal, saat
tersedak sebaiknya segera miringkan tubuh bayi.
Penanganannya:
Bila hal ini terjadi, naikkan tubuh si kecil ke atas atau miringkan tubuhnya, lalu tepuk-tepuk
punggung bayi dengan lembut. Biasanya bayi akan memuntahkan sebagian susu yang telah
ditelannya, sehingga merasa lega.
2.      Alergi makanan
Gejala ini sering terjadi pada anak yang menggunakan susu formula dan telah
mengonsumsi makanan tambahan. Biasanya makanan yang memicu alergi adalah telur, ikan,
tomat, coklat, dan kacang-kacangan. Saat si kecil terkena alergi, gejalanya adalah kulit
merah-merah, pembengkakan pada mulut, atau kulit sekeliling mata, sakit perut, diare, atau
munculnya serangan asma (untuk bayi yang memiliki asma).
Penanganannya:
Agar terhindar dari alergi, untuk itu orangtua harus mengenali makanan yang dapat memicu
alergi anak, sehingga dapat menghindarinya. Andai telanjur salah makan, berikan obat
antihistamin untuk menghentikan gejalanya.
3.      Kolik
Adalah rasa sakit yang dialami anak di daerah saluran pencenaan bagian bawah yang
membuat bayi menangis hebat. Kolik ini dapat terjadi pada anak usia bayi hingga 5 th. Kolik
pada bayi disebut juga kram usus, jenis kolik ini umumnya terjadi pada bayi berusia 2-4
minggu. Untuk melihat bayi kolik sangatlah mudah. Bayi yang terserang kolik cirinya
menangis dengan keras sambil menggesek-gesek kedua belah kakinya.
Menurut Yafri, ada tiga penyebab kolik yang sering terjadi. Pertama karena ketidakmampuan
tubuh menerima laktosa susu, ini biasanya terjadi pada anak yang hipersensitif (alergi
makanan), sehingga usus menegang dan perut terasa kembung. Penyebab kedua, akibat
toleransi susu sapi yang sulit dicerna bayi (tak cocok susu formula). Ketiga karena daya kerja
usus bayi yang belum sempurna.
Penanganannya:
Beri obat kolik yang dapat dibeli di toko obat atau apotik. Atau kompres perut bayi dengan
botol air hangat atau handuk hangat. Bila penanganan ini tak membantu si kecil, segera
membawanya ke dokter.
4.      Diare
Diare Adalah kadaan di mana anak kehilangan cairan. Karena telah buang air besar lebih dari
3 kali clan berupa cairan. Penyebab diare ini dikerenakan banyak hal. Dapat karena infeksi
virus, bakteri (wadah makanan yang kotor), kuman, ketiiakcocokan pada susu atau keracunan
makanan. Bisa juga karena adanya suatu penyakit lain pada anak. Jika diare pada anak tak
ditangani dengan benar, dalam waktu 6 jam anak bisa terkena dehidrasi berat (kekurangan
cairan tubuh) hingga napasnya sesak, muntah-muntah dan tubuh mengalami syok. Hingga
anak harus dirawat di rumah sakit
Gejalanya:
Anak dikatakan diare jika buang air besar lebih encer dari biasanya dan frekuensinya sering.
Misalnya biasanya 3 kali sehari, maka yang dikatakan diare, andai buang air besar lebih dari
3 kali. Selain itu bentuk tinja yang keluar pun berupa cairan. Jika Anda mendapati si kecil 6
kali mengalami buang air, segeralah membawanya ke dokter.
Penanganannya:
Cara menangani anak diare cukup mudah, yakni dengan memberinya oralit atau campuran
larutan gula dan garam. Berikan oralit sebanyak mungkin: semampu anak, untuk
menggantikan cairan yang hilang. Kemudian jangan mengonsumsi makanan yang
merangsang pencemaannya. Supaya kondisi tubuhnya tetap kuat, berikan susu yang
diencerkan. Jika menggunakan ASI teruskan pemberiannya.
5.      Sembelit
Masalah yang satu ini kerap terjadi pada kebanyakan anak. Sembelit adalah keadaan di mana
anak sulit mengalami buang air besar, karena feces (tinja) yang dikeluarkan sangat keras.
Bisanya sembelit tidak berlaku pada bayi yang masih menyusu dengan ibunya. Keadaan
sembelit ini seringkali terjadi pada bayi yang menyusu formula, penyebabnya kandungan zat
besi yang berlebihan atau bayi yang hipersensitif /alergi pada makanan.
Penanganannya:
Biasanya deugan diberi cairan atau buah seperti pepaya ataupun makanan yang banyak
mengandung serat, problem sembelit ini akan hilang. Sedangkan untuk bayi yang belum
mendapat makanan tambahan bisa diberi sup. Tapi Jika tak berangsur membaik, dan keadaan
sembelit berlangsung selama 4 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Ini berarti kondisi
tubuhnya perlu penanganan lebih lanjut. Dokter akan memberi obat, baik itu diminum atau
yang dimasukkan ke dalam anus untuk melunakkan feces.
6.      Cegukan
Penyebab cegukan adalah peregangan diagframa karena ada rangsangan yang membuatnya
meregang. Seperti orang dewasa, bayi pun mengalami cegukan, walaupun tidak berbahaya
tapi keadaan ini sangat tak menyenangkan bagi anak. Cegukan bisa diatasi dengan memberi
cairan yang banyak pada bayi
Penanganannya:
Telungkupkan si bayi atau peluk si kecil ke dibahu Anda, lalu tepuk-tepuk pantatnya.
7.      Bayi Kuning
Yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir mereka sering tampak kuning. Hal ini terjadi
karena tak seimbangnya proses pemecahan sel darah merah pengangkut bilurubin dalam
darah ke hati. Hal ini menyebabkan penumpukan bilurubin di dalam darah yang
menyebabkan wama kuning. Selain itu, bayi kuning juga dapat terjadi karena
ketidakcocokannya darah ibu dan anaknya. Misalnya si bayi berdarah 0 sedang si ibu
berdarah A.Masalah bayi kuning umumnya sudah terdeteksi sejak lahir, sehingga paramedis
segera menanganinya. Karena kebanyakan kuning muncul 2×24 jam setelah bayi lahir. Tapi
ada pula bayi kuning muncul setelah pulang ke rumah. Ciri bayi kuning adalah kulit, mata,
selaput lendir tampak kuning, perut bayi kembung dan warna urinnya cokelat.
Penanganannya:
Untuk mencegah bayi kuning berikan ASI sebanyak mungkin pada bayi untuk mencegah
meningkatnya kadar bilurubin. Jika Anda merasa kuning pada bayi tak normal segera
membawanya ke rumah sakit, agar bayi mendapat penyinaran lampu biru. Atau jemur bayi
pada pukul 6-10 pagi selama 15 menit.
8.      Ruam Popok
Ruam popok adalah kelainan kulit yang sering terjadi pada bayi dan anak, terutama pada
anak yang menggunakan popok sekali buang. Radang akibat air seni ini bisa disembuhkan,
caranya menjaga agar bokong si kecil tetap kering.
Penangannya:
Rajin menganti popok dan membersihkan bagian bokong dengan baik, serta memberinya
salep untuk membantu melindungi bayi dari ruam. Sebab jika ruam diabaikan ia akan
menyebar menjadi jamur.

KELAINAN-KELAINAN PADA BAYI BARU LAHIR


1.      Down's syndrome
Down's syndrome atau sindroma Down (SD) ditemukan oleh John Langdon Down,
seorang dokter Inggris pada tahun 1966. Penyebabnya adalah 'kelebihan jumlah' kromosom
nomor 21 pada sel tubuh anak. Normalnya, tubuh manusia memiliki miliaran sel yang
masing-masing mempuyai pusat informasi genetika yang disebut kromosom. Sebagian besar
sel tubuh mengandung 23 pasang kromosom. Dalam kasus SD, kromosom nomor 21
jumlahnya tidak sepasang, melainkan tiga.Istilah medisnya Trisomy 21. Kelebihan kromosom
ini menimbulkan guncangan sistem metabolisme dalam sel, yang mengakibatkan SD. SD
sendiri memunculkan kelambatan mental pada penderita, meski tak tertutup kemungkinan
penderita memiliki kecerdasan normal atau bahkan di atas rata-rata. SD adalah kelainan
kromosom yang paling sering terjadi. Di Indonesia saja terdapat 300 ribu kasus. Dari hasil
penelitian, SD menimpa satu dari 700 kelahiran, dan umumnya terjadi pada kelahiran saat ibu
berusia di atas 30 tahun. Semakin tinggi usia ibu, semakin tinggi pula kemungkinan
terjadinya SD. Ada tiga jenis SD ditilik dari kelebihan kromosom 21 tersebut. SD primer
adalah kelebihan kromosom 21 pada seluruh sel tubuh anak. Kebanyakan peristiwa ini
ditemukan pada sel telur wanita yang hamil di atas usia 30 tahun. SD sekunder terjadi jika
salah satu kromosom 21 yang berlebih itu menempel pada kromosom lain (misal, kromosom
12, 13, 14, atau 22). Penempelan ini menyebabkan bayi menjadi carrier atau pembawa
kelainan, sehingga keturunannya kelak bisa menderita SD. Terakhir, SD tertier atau mosaik,
adalah kelebihan kromosom 21 yang tak terjadi di seluruh sel tubuh. Ada sel-sel yang normal,
sehingga tetap berfungsi normal dan sehat. Bila kebetulan sel otak normal, taraf kecerdasan
anak pun niscaya tak terganggu.
2.      Anencephalus
Anenchepalus adalah keadaan di mana bayi lahir tanpa tulang tengkorak bagian atas,
yang disertai tak sempurnanya pembentukan sebagian besar otak. Ini lantaran proses
pembentukan tabung saraf yang tak sempurna. Karena kecacatannya cukup berat, bayi
tersebut tak akan mampu bertahan hidup lebih lama, sehingga akan meninggal dunia segera
setelah dilahirkan.Angka kejadiannya cukup jarang, kurang lebih satu dari 1.000 kelahiran.
Sampai saat ini, penyebabnya yang pasti belum dapat ditemukan. Tapi kemungkinan besar
terkait erat dengan kelainan genetika atau kelainan kromosom. Dijumpai pula hubungan
dengan kekurangan asupan asam folat pada ibu hamil, sehingga penambahan asupan asam
folat sejak hamil sangat dianjurkan. Anenchepalus juga dapat timbul pada janin akibat ibu
menderita diabetes mellitus. Keadaan ini disebut embrio diabetik.Meski penyebabnya belum
diketahui pasti, penting untuk mengamati kondisi janin pada kehamilan berikutnya. Sebab,
ada 5% kemungkinan kasus anenchepalus berulang. Pengamatan dapat dilakukan dengan
USG atau pemeriksaan kadar alfa-fetoprotein (AFP) pada darah ibu atau cairan ketuban.
3.      Cacat Jantung Bawaan
Dari setiap 100 bayi, ditemukan satu bayi yang lahir dengan jantung tak normal. Kelainan
semacam ini disebut 'cacat jantung bawaan'. Ada bermacam-macam jenisnya. Misalnya,
kegagalan pemisahan empat bilik pada jantung dan pembuluh besar yang dihasilkannya. Pada
beberapa bayi, terbentuk lubang di sekat pemisah yang seharusnya masif, pembuluh darah
yang seharusnya tertutup ternyata terbuka, atau pembuluh darah yang salah sambung. Jenis
cacat jantung bawaan lainnya: ruang jantung terlalu sempit, arteri utama hampir tertutup,
katup jantung tak normal dan bocor, serta penyempitan aorta atau batang nadi. Pada kasus
penyempitan aorta atau batang nadi, aorta sangat menyempit pada satu tempat. Akibatnya,
pasokan darah beroksigen ke seluruh tubuh menurun. Bilik jantung sebelah kiri dipaksa
bekerja lebih keras, sehingga timbullah tekanan darah tinggi. Banyak kasus yang tak serius
dan tak disadari sepanjang hidup. Kasus lainnya sembuh sendiri, tetapi sebagian lagi dapat
mengancam nyawa dan harus diperbaiki dengan teknik operasi - mulai dari jahitan sederhana
sampai penggantian bagian yang tak berfungsi dengan benda sintetis. b Rahmi Hastari/Dari
berbagai sumber.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrautern. Beralih dari ketergantungan mutlak
pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi
dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh
kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan
mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan cepat
berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber
glukosa
B.     Saran
Ibu dan keluarga diharapkan dapat memiliki kemandirian fisiologis dalam
mempersiapkan dan menghadapi bayi baru lahir dan dapat mendeteksi dini jika
ditemukan kelainan serta melakukan perawatan yang baik untuk bayinya

DAFTAR PUSTAKA

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com
DepKes RI, 2005 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga
JNPK-KR/POGI, APN, (2007)
Sulisyawati,Ari,dkk. 2010. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta : salemba
medika
Sudarti, M.Kes,2010. Asuhan kebidanan neonates, bayi, dan anak balita.yogyakarta :
nuha medika

Anda mungkin juga menyukai