Anda di halaman 1dari 6

UJIAN PRAKTEK PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM X SMA MODERN RIYADHUL JANNAH

KELOMPOK 10:
TEMA : PEMBOIKOTAN SECARA MENYELURUH
ANGGOTA : IRA DAN WAFA
Pemboikotan Nabi dan Kaumnya Secara Menyeluruh

Setelah kembali ke Makkah, orang-orang Quraisy langsung menanyakan tiga hal tersebut
kepada Nabi. Yaitu tentang sekelompok pemuda yang meninggalkan kaumnya pada masa
dahulu dan apa yang terjadi pada mereka.

Yakin wahyu akan turun, Nabi menjanjikan akan menjawab tiga pertanyaan mereka itu esok
harinya. Ternyata, besok wahyu tidak turun, bahkan sampai 15 hari tidak ada wahyu yang
turun dan Jibril pun tidak datang. Orang-orang Makkah mulai membicarakan janji
Muhammad yang tidak tepat itu.

Nabi sedih dan gelisah. Setelah 15 hari barulah Jibril datang membawa Surat al-Kahfi
menceritakan tentang Ashhabul kahfi, Zul Qarnain dan tentang ruh (Tafsir Ibn Katsir 5:149).
Tapi dalam Surat tersebut juga ada ayat yang menegur Nabi karena menjanjikan sesuatu
tanpa mengaitkannya dengan kehendak Allah.

Allah SWT berfirman:

َ ‫ن َربِّي أِل َ ۡق َر‬Cِ َ‫ك إِ َذا ن َِسيتَ َوقُ ۡل َع َس ٰ ٓى أَن يَ ۡه ِدي‬


‫ب ِم ۡن ٰهَ َذا َر َش ٗدا‬ َ ِ‫ل ٰ َذل‬ٞ ‫اع‬
َ َّ‫ك َغدًا إِٓاَّل أَن يَ َشٓا َء ٱهَّلل ۚ ُ َو ۡٱذ ُكر َّرب‬ ِ َ‫َواَل تَقُولَ َّن لِ َشاْ ۡي ٍء إِنِّي ف‬

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada
Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku
petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini”. (Q.S. Al-Kahfi 18: 23-24)

Ayat ini memberikan pelajaran kepada kita kaum Muslimin, apabila berjanji untuk
melakukan sesuatu hendaklah mengucapkan insya Allah. Segala sesuatu yang sekalipun
sudah direncanakan dengan sangat rapi tidak akan telaksana tanpa adanya izin dari Allah
SWT.

Setelah segala macam usaha menghentikan dakwah Muhammad gagal, maka pemuka kaum
Quraisy berkumpul di perkampungan Bani Kinanah di lembah Mukhashab merundingkan
langkah apa lagi yang akan dilakukan untuk menghentikan Muhammad. Sekarang mereka
tidak hanya berhadapan dengan Muhammad dan orang-orang yang sudah beriman
dengannya, tapi juga berhadapan dengan seluruh anggota Bani Hasyim dan Bani Muthalib
yang sudah bersepakat melindungi Muhammad, anggota suku mereka sekalipun mereka tidak
percaya dengan ajaran yang dibawa Muhammad.

Pertemuan di Lembah Mukhashab ini menyepakati melakukan pemboikotan total terhadap


Bani Hasyim dan Bani Muthalib sampai mereka bersedia menyerahkan Muhammad untuk
dibunuh. Mereka bersumpah tidak melakukan hubungan pernikahan, jual beli, berteman,
berkumpul, memasuki rumah, dan berbicara dengan mereka.

Mereka menuliskan pemboikotan itu dalam sebuah papan Piagam kemudian


menggantungnya di dalam Ka’bah. Dalam keyakinan kaum Quraisy tentu Bani Hasyim dan
Bani Muthalib yang tidak beriman dengan Muhammad akan goyah karena mereka tentu tidak
akan mau menanggung penderitaan akibat pemboikotan ini.

Dengan demikian Bani Hashyim dan Bani Muthalib akan terbelah sehingga akhirnya
kekuatan mereka melemah. Tapi rupanya keyakinan mereka itu meleset, Bani Hasyim dan
Bani Muthalib tetap bersatu membela Muhammad sekalipun harus menderita. Yang tidak
setuju hanya satu orang, yaitu Abu Lahab yang memang sejak awal memusuhi dan
menentang dakwah Nabi.

Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun terhitung sejak Muharam tahun ketujuh
kenabian. Selama itu pula Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, paman beliau Abu
Thalib dan seluruh anggota Bani Hasyim dan Bani Muthalib–sekalipun belum beriman, tapi
karena kekuatan solidaritas kesukuan–ikut menderita.

Mereka kekurangan makanan karena bahan makanan yang dibawa pedagang masuk kota
Makkah langsung diborong oleh kaum Quraisy yang memusuhi Nabi. Jika pun ada yang
tersiksa, harganya sudah melambung tinggi sehingga mereka tidak sanggup membeli. Sering
mereka merasakan kelaparan, terpaksa makan dedaunan dan kulit binatang.

Kadang-kadang ada pihak yang merasa kasihan, lalu secara sembunyi-sembunyi


mengantarkan makanan kepada Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Tapi kalau kepergok kaum
Quraisy makanan itu akan mereka rampas.

Pernah Hakim ibn Hizam membawakan gandum untuk bibinya Khadijah RA, dia dipergoki
oleh Abu Jahal. Abu Jahal berusaha mencegahnya, tetapi Hakim melawan sehingga terjadilah
perdebatan sengit. Untunglah muncul Abul Bakhtari menengahi sehingga Hakim bisa
mengantarkan gandum itu untuk bibinya.

Walaupun dalam keadaan menderita karena pemboikotan, tapi pada musim haji Nabi
Muhammad SAW dan kaum muslimin tetap keluar untuk bertemu banyak orang dan
mengajak mereka masuk Islam. Pemboikotan itu berhenti karena Quraisy terbelah.

Sebagian ingin pemboikotan terus berlangsung, tapi yang lain ingin menghentikannya. Yang
ingin menghentikan antara lain Hisyam ibn Amr dari Bani Amir.

Selama ini, Hisyam diam-diam sering menemui Bani Hasyim dan mengantarkan makanan
untuk mereka. Hisyam berinisiatif menghubungi Zuhair ibn Abu Umayyah al-Makhzumi,
Muth’im ibn ‘Adi, Abul Bakhtari ibn Hisyam, dan Zam’ah ibn al-Aswad.

Satu persatu berhasil diajaknya bergabung untuk menghentikan pemboikotan. Kelima orang
itu berkumpul di Hajun untuk merencanakan pembatalan pemboikotan. Mereka sepakat
Zuhair yang akan bicara pertama kali

Pagi harinya mereka pergi ke tempat orang-orang Quraisy berkumpul di dekat Ka’bah.
Zuhair datang lebih dahulu.

Setelah thawaf, Zuhair mendatangi sekumpulan orang dan berkata: “Wahai penduduk
Makkah, bisakah kita merasa enak makan dan berpakaian, sementara Bani Hasyim binasa dan
tidak bisa berniaga? Demi Allah aku tidak akan duduk diam sampai piagam perjanjian yang
kejam dan zalim itu dihancurkan”

Abu Jahal yang berada di salah satu sudut masjid berkata lantang, “Pembohong! Demi Allah,
piagam itu tidak boleh dihancurkan!”

“Engkau lebih pembohong!” Zam’ah menyergah. ”Sebenanya sejak dahulu pun kami tidak
pernah mendukung perjanjian seperti yang kau inginkan itu!”

 Abul Bakhtari angkat bicara: ”Zam’ah benar! Kami tidak mendukung apa yang tertulis di
situ, dan kami tidak ikut menetapkanya.”

Muth’im menukas, “Kalian berdua benar! Orang yang tidak berpendapat demikianlah yang
berdusta. Kami tidak terlibat dengan piagam itu berikut isinya.
Hisyam ibn Amr ikut-ikut pula mengatakan hal senada. Mendengar semua itu, Abu Jahal
menuduh, “Perkara ini pasti telah direncanakan tadi malam dan kalian bahas di suatu
tempat.”

Kala itu, Abu Thalib duduk di pojok masjid. Dia sengaja datang untuk membuktikan, sebab
Allah telah mengisyaratkan kepada Rasulullah perihal piagam perjanjian itu. Allah
mengirimkan rayap untuk memakan habis papan piagam berisi kesepakatan yang keji dan
zalim itu. Rayap hanya menyisakan nama Allah yang tertulis di sana.

Rasulullah menceritakan hal itu kepada pamannya Abu Thalib. Sang paman lalu
menyampaikan kepada orang-orang Quraisy bahwa kemenakannya mengabarkan ihwal
rayap-rayap yang menggerogoti papan piagam perjanjian itu.

“Jika kemenakanku itu berdusta,“ kata Abu Thalib, “Kalian boleh menyingkirkannya. Tetapi
jika dia benar, kalian harus mengakhiri boikot dan tidak lagi menzalimi kami”. Orang-orang
setuju, “Itu keputusan yang adil”.

Percakapan itu didengar oleh seluruh hadirin, termasuk Abu Jahal. Selanjutnya, Muth’im bin
Adi bangkit menuju tempat dimana papan itu digantungkan. 

Ternyata benar, rayap telah memakan habis papan pemboikotan tersebut, yang tersisa hanya
tulisan bismika allahumma. Pemboikotan pun berakhir. (ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 141-144).

Bersumber:

https://republika.co.id/share/qq48oa366

Anda mungkin juga menyukai