Kebijakan Ppi
Kebijakan Ppi
TENTANG
DI RUMAH SAKIT
enimbang : a. bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehata
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
b. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang prima dan
profesional, khsusunya dalam upaya pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit diperlukan adanya suatu kebijakan.
c. bahwa Kebijakan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit ditetapkan dengan
Peraturan Direksi.
engingat : 1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya.
3. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di Indonesia, Dirjen P2M & Penyehatan Lingkungan Dan Diejen
Pelayanan Medik Depkes R1, 2002
4. Buku Pedoman dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya, DEPKES RI, 2007.
5. Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan Lainnya, DEPKES RI, 2007
Menetapkan :
KEDUA
sampai ada
KETIGA
: Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Semarang
: 09 Rabiul Awwal
Tanggal 1435.H
11 Januari 2014.M
RUMAH SAKIT
Direktur Utama
Tembusan Yth :
2. Unit terkait
3. Arsip
TANGGAL :
PENGERTIAN :
Kebersihan Tangan adalah suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan
sabun / antiseptik dibawah air mengalir atau dengan menggunakan handrub berbasis alkohol.
TUJUAN :
adalah untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara.
KEBIJAKAN :
Kebersihan tangan harus dilakukan dengan benar sesuai standar WHO yaitu 6 langkah, baik
menggunakan Handrub maupun sabun dibawah air mengalir.
Waktu melakukan kebersihan tangan (The Five Moments for Hand Hygiene)
adalah :
1. Keringkan dari punggungg tangan ke dalam dan sebaliknya menggunakan handuk kertas untuk
membantu mengangkat bakteri.
Yaitu kebersihan tangan yang dilakukan secara prosedural baik sebelum atau sesudah melakukan
tindakan dengan menggunakan sabun PH netral dibawah air mengalir.
2. Kebersihan Tangan Prosedural
Yaitu kebersihan tangan yang dilakukan secara prosedural baik sebelum atau sesudah melakukan
tindakan dengan menggunakan sabun antiseptic dengan kandungan chlorhexidin 2% dibawah air
mengalir jika tangan terlihat kotor, atau terkena cairan tubuh pasien, atau menggunakan handrub
berbasis alkohol jika tangan tidak terlihat kotor / tidak terkena cairan tubuh pasien.
Yaitu kebersihan tangan yang dilakukan secara prosedural baik sebelum atau sesudah melakukan
tindakan medis dengan menggunakan handrub berbasis alkohol , jika tangan tidak terlihat kotor
atau tidak terkena cairan tubuh pasien.
b. Tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dimana mencuci tangan dibawah aliran air dari
batas ujung jari sampai kesiku / 1/3 bawah lengan atas dengan menggunakan bahan-bahan
pencuci tangan (sabun desinfektan /chlorhexidin 4 %, handrub).
Tujuan :
3. Cost Effectif.
PENGERTIAN :
Antibiotika adalah obat yang diberikan kepada pasien yang menderita infeksi bakteri. Pemberian
antibiotika yang tidak tepat dapat menimbulkan pemborosan dan juga menimbulkan resistensi
bakteri terhadap antibiotika tertentu.
TUJUAN :
Untuk memberikan antibiotik yang rasional berdasarkan therapy empiric / sesaat dan
pertimbangan cost effective.
KEBIJAKAN :
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi bekerjasama dengan Farmasi dan terapi dalam :
1. Membuat Standar Terapi Rumah Sakit dan Formularium Rumah Sakit yang mengacu pada aturan
penggunaan antibiotik.
2. Pemantauan terhadap pola kepekaan/daya sensitivitas mikroba di setiap unit perawatan di rumah
sakit.
4. Penyediaan informasi yang teratur mengenai penggunaan obat melalui program konsultasi obat
dan pemberian informasi obat.
5. Jenis-jenis antibiotika yang digunakan di rumah sakit adalah antibiotika yang sudah masuk dalam
daftar formularium obat yang telah ditetapkan oleh Direktur rumah sakit.
1. Tepat pasien
2. Tepat dosis
4. Tepat jenis
PENGERTIAN :
Disinfektan adalah suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan mikroorganisme, bacteri,
parasit, fungi dan sejumlah spora pada peralatan medis / objek dengan menggunakan cairan
disinfekatan.
TUJUAN :
bersih, terhindar bakteri sehingga aman untuk digunakan pasien, selain itu untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial bisa juga dengan membiasakan melakukan kebersihan tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
KEBIJAKAN :
3. Dalam pemilihan Desinfektan harus memenuhi sifat – sifat zat kimia yang akan
digunakan seperti konsentrasi, bentuk formulasi dan kepekaan mikroorganisme terhadap kerja zat
kimia serta lingkungan desinfektan digunakan.
4. Setiap ada vendor masuk / penawaran disinfektan, akan dilakukan uji laborat di rumah sakit.
DI RS
7
8 Bayclin Klorin 0, 5% Desinfeksi linen di laundry
9 Hand Saniter (DETTOL) - Alkohol Denat Membunuh kuman secara cepat
- Aqua, PEG/PPG17/6 Copolymer tanpa air.
- propylene glaycol Meninggalkan kesegaran pada
- Acrylates/ C 10-30Alkyl acrylate tangan.
- Crosspolymer, Tetrahydroxypropyl
- Ethylenediamine, parfum,
limonene
10 3M Handrub Antiseptic 0, 5 % CHG Antiseptik kering untuk pembersih
kulit tangan
11 Anios Gel 85 Handrub Etanol (N CAS 64-17-5: 700mg/g Untuk perawatan higienik dan
desinfeksi untuk bedah dengan
menggosok tangan .
12 Softa – Man - Bahan Aktif: dalam 100 ml -Antiseptik kering
Mengandung 45g etanol 100% dan -Pembersih tangan dari
18g propanol. kuman
- Bahan pengisi:aqua, disopropyl
Adipate, PEG-6 Caprylic/capric
Glyceride, dexpanthenol, Bisabolol,
perfume(terdiri dari Irmoneng
imalool), Allantoin.
13 Hibiscrub -Chlorhexidine Gluconate 4% b/v Antiseptik kulit sebelum dan
(setara dengan chlorhexidine Sesudah operasi.
Gluconate soluhon 20% b/v ph Eur.
14 Dermanios scrub -Chlorhexidine digluconat (CAS Sabun cuci tangan higienis dan
NO18472-51-0:40mg/g), bahan pengisi desinfeksi bedah untuk cuci tangan.
15 Mikrozid AF 100g mikrozid AF mengandung
25g ethanol (94%), 35g 1- propanol,
bahan pengisi dan pengharum.
16 Sterilinge SA Didecyidi methylammonium chloride Mendesinfeksi kain yang
(NO CAS 7173-51-5:60mg/g), bahan terkontaminasi seblum dicuci, dalam
pengisi wadah perendam, dalam wadah
yang statis/dalam mesin yang
berputar.
17 Anioszym DD1 N, Nadidesil-N-methil-poli Pembersih yan diperkuat dan pre-
(oksiotil)ammonium propronate desinfeksi medikomshumenbedah,
(C.A.S NO94667-33-1:63 mg/g Poli peralatan medis dan alat endoskopy
(hexamethilen biguanide),
hidrokhlorida (C.AS N0 27083-27-8:9,
6 mg/g) bahan pengisi
18 Steranios 2 % Glutaraldehidda (N0 CAS 111-30-8:20 Desinfeksi tingkat tinggi / sterilisasi
mg/g) bahan pengisi dingin untuk alat-alat medis, alat
bedah, endoskopi dan alat-alat yang
sensitif terhadap panas
8
PENGERTIAN :
Sterilisasi adalah suatu proses menghilangkan / memusnahkan semua bentuk mikroorganisme pada
peralatan medis / obyek termasuk endospora yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi
dengan menggunakan alat sterilisator.
TUJUAN :
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit dan menjamin
kualitas sterilisasi.
KEBIJAKAN :
1. Sterilisasi sebaiknya dilaksanakan disuatu unit tersendiri yang disebut pelayanan sterilisasi
sentral (CSSD).
2. Dekontaminasi, pembersihan, dan disinfeksi dapat dilakukan di ruangan atau di unit pelayanan
sterilisasi sentral (CSSD).
c. Menjaminkualitas sterilisasi
KLASIFIKASI DISINFEKSI
1. High Level Disinfection (HDL) / disinfeksi tingkat tinggi (DTT)Dapat membunuh semua
mikroorganisme kecuali endospora.
2. Intermmediate Level Disinfection (ILD) / disinfeksi tingkat sedang. Disinfeksi ini akan
membunuh mikroorganisme bakteri, fungi, virus, namun tidak mempunyai aktifitas membunuh
spora
3. Low Level Disinfection (LLD) / disinfeksi tingkat rendah disinfeksi ini tidak daya untuk
membunuh mikroorganisme fungi, bakteri, virus
1. Bagan organisasi yang jelas, menggambarkan alur tanggung jawab dan komunikasi dengan unit-
unit yang memerlukan pelayanan sterilisasi.
2. Unit sterilisasi harus dipimpin oleh seorang yang memahami tentang seluruh prosedur
pemrosesan alat.
3. Ada prosedur tertulis mengenai proses dekontaminasi, pencucian, pengemasan, dan sterilisasi
semua alat medis.
4. Ada loket terpisah antara penerimaan alat medis kotor dan penyerahan alat medis steril.
5. Ada ruangan tempat penyimpanan alat kotor, bersih dan peralatan steril yang terpisah
8. Upayakan tidak ada pipa, kabel yg menonjol untuk menghindari timbunan kuman
9. Hanya petugas penyimpanan barang yang boleh masuk.Distribusi stok barang dengan Sistem
FIFO.
10. Ada meja kerja yang cukup memadai (stainless steel) untuk memproses alat medis dan alat-alat
tenun / linen.
15. Mesin sterilisator diperiksa secara teratur.Sebaiknya memiliki dua pintu depan dan belakang.
18. Jadual dan tata kerja diatur sedemikian rupa agar unit sterilisasi dapat berfungsi di luar jam kerja.
5. Proses cepat.
PENGEMASAN
1. Kegiatan pra sterilisasi untuk menjaga keamanan dan efektifitas alat-alat medis pada saat
digunakan untuk perawatan pasien.
4. Mudah digunakan.
10
8. Masa kadaluarsa.
PENYEGELAN KEMASAN
2. Segel harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila dibuka fungsi segel menjadi hilang.
1. Linen
2. Kertas
3. Plastik film
4. Kombinasi plastic film dan kertas.
1. Linen
2. Kertas
3. Plastik film
- Dikombinasikan dengan kertas pada salah satu sisinya (steripouches) apabila untuk Sterilisasi uap.
- Bahan PVC (Polyvinyl Chloride) tidak menyerap EO tidak direkomendasikan untuk sterilisasi EO.
METODE STERILISASI
- Ethylene Oxide
11
- Liquid Paracetic Acid
STERILISASI UAP
1. Metode sterilisasi paling tua, aman, efektif, relative tidak mahal, bersifat non toksik.
1. Keuntungan :
2. Kelemahan :
1. Penggunaan untuk :
1. Untuk sterilisasi alat medis yang sensitive terhadap panas dan uap.
4. Keuntungan :
- non korosif terhadap plastic, metal, karet.
- tidak berbau
5. Kelemahan :
waktu lama (2-5jam), biaya tinggi, bersifat toksik, mutagenic, karsinogenik, iritasi Saluran
pernafasan, dalam konsentrasi tinggi dapat menimbulkan pusing, mual, muntah.
12
PENGERTIAN :
Disposible Safety Box adalah tempat kotak berwarna kuning terbuat dari bahan kardus yang
sudah standar digunakan khusus untuk pembuangan limbah benda tajam di rumah sakit atau di
pelayanan kesehatan lainnya.
Limbah terbanyak adalah limbah infeksius yang memerlukan penanganan khusus, salah satunya
adalah limbah benda tajam. Limbah benda tajam adalah semua benda yang mempunyai
permukaan tajam dan dapat melukai atau memotong jaringan permukaan kulit atau bagian tubuh
sehingga menyebabkan luka. Oleh karena itu memerlukan tempat khusus yang mengacu pada
standar internasional yaitu Disposible Safety Box.
TUJUAN :
Disposible Safety Box sangat berguna sesuai dengan fungsinya sebagai kotak pengaman
penampungan limbah benda tajam infeksius sebelum dimusnahkan. Di setiap pelayanan
kesehatan wajib menggunakan disposible safety box untuk pembuangan limbah benda tajam.
KEBIJAKAN :
Petugas kesehatan Rumah Sakit pada khususnya harus mematuhi tentang pengelolaan limbah benda
tajam dengan cara sebagai berikut :
1. Petugas kesehatan diwajibkan membuang limbah benda tajam pada tempat yang telah disediakan
yaitu safety box.
2. Petugas kesehatan tidak dianjurkan membuang limbah benda tajam sembarangan atau bercampur
dengan limbah yang lain.
3. Petugas kesehatan tidak dianjurkan melakukan penutupan ulang jarum yang telah digunakan
untuk mencegah kemungkinan terkena jarum / luka tusuk.
4. Petugas kesehatan wajib menutup / di plester tutup safety box jika sudah terisi 2/3 (ada tanda
garis merah)pada safety box.
6. Petugas khusus mengambil safety box tersebut yang sudah siap untuk dibawa ke Incenerator, dan
selanjutnya untuk dimusnahkan /di bakar.
Mohon membaca peringatan pengamanan berikut ini dengan seksama untuk mencegah terjadinya
tertusuk alat suntik bekas pakai dan infeksi silang. Pencegahan yang tercantum dibawah ini
menerangkan tata cara penggunaan Disposafe Safety Box yang benar dan aman.Terdiri dari 2
bagian yaitu bagian
13
Peringatan dan bagian Pengamanan.Bacalah setiap bagian dengan teliti dan amati
”tanda seru” !
! PERINGATAN
1. Masukan alat suntik bekas pakai ke dalam disposafe safety box dengan posisi tegak Lurus melalui
lubang yang telah disediakan.
2. Dilarang menggunakan kembali alat suntik atau hanya dengan cara mengganti Jarumnya.
3. Dilarang memisahkan, memotong, melepas jarum suntik dari alat suntiknya atau menutup kembali
jarum suntik.
4. Dilarang memegang jarum suntik yang telah digunakan tanpa proteksi yang aman.
8. Jangan tarik atau pisahkan handle (pegangan tali) dari Disposafe Safety Box.
! PENGAMANAN
1. Simpanlah ditempat yang aman serta jauhkan dari jangkauan anak-anak, orang yang Tidak
berkepentingan serta hewan.
5. Selalu musnahkan Disposafe Safety Box pada tempat pembakaran atau dengan cara pembakaran
sendiri.
3. Mulailah untuk merakit Disposafe Safety Box dari bagian bawah dengan melipat dari bagian A
ke dalam.
5. Tekan bagian C ke dalam sehingga bagian A dan bagian B terkunci.Lalu tekan dari dalam untuk
mendorong semua bagian yaitu A, B dan C sehingga bagian bawah Disposafe menjadi rata.
14
9. Lalu dilanjutkan dengan memasukan bagian romawi IV ke dalam celah yang tersedia.
10. Tekan dan pastikan bagian romawi IV telah masuk ke dalam celah yang tersedia serta mengunci
dengan sempurna.
11. Dan yang terakhir adalah dengan memasukan lidah penutup ke dalam celah yang telah di
sediakan.
12. Pastikan lidah penutup menutupi seluruh lubang apabila Disposafe Safety Box tidak sedang
digunakan.
! Hanya buka lidah penutup apabila hendak membuang alat suntik / limbah medis tajam bekas pakai
dan segera tutup kembali setelah selesai.
PENGERTIAN :
Pelatihan Pengendalian Infeksi adalah pelatihan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan
khusus tentang infeksi di rumah sakit.
TUJUAN :
Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan mampu melaksanakan pengetahuan tersebut khusus
di bidang pengendalian infeksi.
KEBIJAKAN :
1. Pelatihan eksternal, meliputi seminar, workshop, simposium dll yang dilakukan oleh instansi lain.
2. Rumah sakit mengirim karyawan yang berminat atau khusus anggota / tim PPI untuk mengikuti
pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan.
4. Pelatihan dilakukan untuk seluruh karyawan dengan metode training, sosialisasi diskusi,
pelatihan di laksanakan di rumah sakit.
16
Baju seragam atau baju kerja adalah baju yang dipakai hanya pada saat bekerja di rumah sakit.
Infeksi Nosokomial atau infeksi rumah sakit, yang saat ini disebut sebagai Healthcare Associated
Infection ( HAIS ) yaitu infeksi yang berhubungan dengan asuhan pelayanan kesehatan, Menurut
data WHO sekitar 3% - 21% atau rata-rata 9% terjadi infeksi di institusi pelayanan kesehatan.
TUJUAN :
2. Untuk memutus siklus penularan dan melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
masyarakat.
KEBIJAKAN :
1. Baju seragam / baju kerja dipakai hanya pada saat bekerja di rumah sakit.
2. Baju seragam tidak boleh dipakai dari rumah dan segera dilepas sebelum pulang (setelah selesai
bekerja).
3. Baju seragam setiap hari harus berganti (tidak boleh dipakai 2x dalam waktu dua hari secara
berurutan).
4. Baju seragam yang terkena cairan tubuh pasien (darah, urine, atau cairan tubuh yang lainnya)
harus segera dicuci dengan menggunakan cairan disinfektan heviklir, dengan cara dilakukan
perendaman selama 15 menit.
PENGERTIAN :
Pasien pertama datang atau pasien baru masuk dengan dasar kriteria klinis sebelum hasil
pemeriksaan laborat dapat mengkonfirmasi diagnosis untuk mencegah kontaminasi silang
sebelum diagnosis diketahui.
TUJUAN :
adalah memahami tata cara penempatan pasien, pemindahan pasien yang dirawat di ruang isolasi,
pemulangan pasien, pemulasaraan jenazah.
KEBIJAKAN :
Perawatan pasien di ruang isolasi adalah pasien yang sangat infeksius sebaiknya ditempatkan di
kamar tersendiri dengan tekanan negatif.
3. Siapapun yang masuk kamar harus memakai APD (Alat Pelindung Diri )lengkap.
4. Siapkan sebuah troli berisi APD diluar pintu – di kamar depan (anteroom).
5. Bersihkan kamar tiap hari petugas kebersihan harus memakai APD secara lengkap. Siapkan
bahan pembersih ( desinfektan ).
10. Cuci alat makan dan minum dengan sabun dan air panas.
3) Gunakan APD
18
PENGERTIAN :
Limbah rumah sakit adalah sumber penularan penyakit, mengancam lingkungan, gangguan
estetika, infeksi rumah sakit. Oleh karena itu harus dilakukan pengelolaan yang efektif dan
efisiensi sebelum di buang ke lingkungan.
TUJUAN :
Pencegahan dan pengendalian infeksi bertujuan utuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan
masyarakat kontaminasi limbah infeksius. Untuk itu semua unit terkait harus bertanggungjawab
terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi dalam hal ini adalah setiap individu petugas
rumah sakit, di setiap unit kerja. Semuanya ini harus dilaksanakan secara terintegrasi.
KEBIJAKAN :
Limbah rumah sakit adalah limbah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah sakit. Jenis
limbah rumah sakit adalah limbah INFEKSIUS dan NON INFEKSIUS, limbah benda tajam,
limbah zat kimia, limbah cair, limbah radio aktif.
1. Limbah Infeksius
Limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus, parasit dan jamur) dalam jumlah yang
cukup untuk menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan meliputi :
- Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit menular.
- Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi.
2. Limbah Patologis
Limbah patologis adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia meliputi :
- Organ tubuh
- Janin
- Darah
- Jaringan tubuh yang tampak nyata ( anggota badan dan plasenta yang tidak melalui penguburan ).
Limbah dengan materi padat yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk meliput :
- Jarum suntik
19
- Infus set
4. Limbah Genotoksik
Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik, karsinogenik meliputi :
- Obat-obatan sitostatika
- Muntahan, urin/tinja pasien diterasi dengan obat-obatan sitostatik, zat kimia, maupun radioaktif
- Formaldehid
5. Limbah Kimiawi
Yaitu limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari aktifitas diagnostik, pemeliharaan
kebersihan dan pemberian desinfektan meliput :
- Reagensia
- Solven dan lain-lain
6. Limbah Farmasi
- Produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tumpahan obat dan lain-lain
- Obat-obat kadaluarsa, obat yang dikembalikan oleh pasien dan limbah yang dihasilkan selama
peraciakn / produksi obat.
- Termasuk sarung tangan, masker, botol / kotak yang berisi residu dan lain-lain
Limbah medis yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam sub
kategori limbah berbahaya dan biasanya sangat toksik meliputi :
- Limbah logam merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran ( termometer dan stetoskop
)
- Tambal gigi
Yaitu limbah medis yang berasal dari kegiatan di instalasi kesehatan yang memerlukan gas
meliputi :
- Cartridge
20
2. Pasien
3. Tenaga pendukung pelayanan, misal Binatu, Cleaning service, Pengelola limbah, masyarakat,
pemulung
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58 / MenLH / 12 / 1995 tentang kualitas limbah
( efluen ) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 /MenLH / 3 / 1995 tentang standar limbah gas
( emisi ) dari pengolahan, pemusnahan limbah medis padat dengan insenerator
4. PP no. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 ( Limbah Klinis, Produk Farmasi
Kadaluarsa, Peralatan Laboratorium Terkontaminasi, Kemasan, Produk Farmasi, Limbah
Laboratorium, Residu dari Proses Insenerasi )
21
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi rumah sakit (PPI-RS) atau Healthcare Associated
Infections (HAIs) ditujukan untuk :
1. Pasien
2. Petugas Kesehatan
Semua petugas kesehatan berisiko terkena penularan penyakit infeksi saat melakukan
pekerjaannya.
TUJUAN PROGRAM
PEMERIKSAAN KESEHATAN
a. Suhu tubuh dipantau 2x/hari untuk petugas yang merawat pasien flu burung
b. Bila timbul demam, petugas dipindah tugaskan perawatan, dan manjalani uji diagnostic
c. Jika penyebab tidak dapat diidentifikasi, dianjurkan petugas mendapatkan pengobatan antiviral
PEMBERIAN IMUNISASI
1. Imunisasi Hepatitis B
2. Pemberian vaksin Flu musiman yang dianjurkan WHO - Jika kontak dengan pasien penyakit
Menular melalui udara (airborne)
22
1. Alat Pelindung Diri (APD) harus tersedia cukup diruang perawatan dan tindakan
2. Indikasi pemakain dan cara melepaskan APD harus dipahami dengan baik oleh Petugas.
PENYEBAB KECELAKAAN
3. Meremehkan risiko kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai ketentuan
PENYEBAB KECELAKAAN
- Lingkungan kerja.
- Proses kerja.
- Sifat pekerjaan.
- Cara kerja.
2. Perbuatan Berbahaya
-5 Terpajan percikan cairan tubuh yang tercemar melalui mukosa -1 Terpajan melalui tusukan
dan percikan
23
TERPAJAN
JENIS TINDAKAN %
(n=282)
Pemasangan Infus 74 26, 2
4. Segera hubungi dokter yang berwenang untuk untuk melakukan perawatan pasca pajanan
5. Lapor ke Komite / Tim PPI, Komite K3RS atau sesuai alur Rumah Sakit
24
a. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam inkubasi tidak perlu tindakan khusus
untuk petugas terhadap HIV, HBV, HCV, tetapi bila petugas khawatir dapat dilakukan konseling.
b. Bila status pasien HIV, HBV, HCV positif maka tentukan status HIV, HBV, HCV petugas
kesehatan tersebut.
a. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap petugas yang terpapar harus dilkukan konseling
dulu.
c. Jika hasil pre test positif, jelas bahwa petugas sudah terinfeksi sebelumnya.
d. Jika hasil pre test negatif sementara sumber pasien positif HBV, maka diberikan imunisasi HBV,
bila pasien positif HIV Rujuk ke Tim AIDS.
b. Bila hasil pre test HIV pasien negatif petugas tetap di konseling
d. Dapat minum obat ARV untukmemperkecil risiko penularan, jika luka tusuk < 4 jam
Tertusuk jarum
Terkontaminasi
↓
Cuci dgn air → Segera lapor
Mengalir atasan
↓
Terpajan cairan
tubuh
↓
← Cuci dgn air
mengalir
Buat laporan
↓
Infestigasi lapangan Tim PPI
↓
Petugas dan Sumber
Periksa darah HCV, HBV, HIV
↓
Perawatan & pengawasan dokter
25
Vaksinasi dan responStatus infeksi sumber pajanan
antibody dari petugasHBsAG + positif HBsAG negatif Tidak tahu/sarana pemeriksaan (-)
kesehatan
Belum di vaksinasi 1 dosis HBlg + seri Seri vaksinasi Seri vaksinasi hepatitis B sumber
vaksinasi hepatitis B hepatitis B pajanan yang berisiko tinggi →obati
seperti pada HBsAG positif
Pernah di vaksinasi
Diketahui sebagaiTidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP
responder
Diketahui sebagai non1 dosis HBlg +Tidak perlu PPP Sumber pajanan berisiko
responder ulangan serivaksinasi tinggi→obat seperti pada HBsAg
hepatitis B atau 2 positif
dosis HBlg
Tidak diketahui statusAnti-HBs terpajan→ Tidak perlu PPP Anti- HBs terpajan →
respon antibodinya √cukup – tidak perlu √cukup – tidak perlu PPP
PPP √tidak cukup – 1
√tidak cukup – 1
dosis HBlg + vaksin
boster
O Cairan Sinovial / pleura / periakardial / peritoneal / amnion Obat ARV harus diberikan dalam
waktu <4jam
RESIKO SEROKONVERSI+
• Luka Dalam
Sumber pajanan berupa darah, cairan berdarah, atau bahan lain yang berpotensi menularkan
infeksi (OPIM), atau alat kesehatan yang tercemar dari salah bahan tersebut ?
Ya
Tak Perlu
PPP
selaput mukosa
Tak perlu
Volume ? PPP Seberapa Berat ?
KP 1 KP KP 2 KP 3
Indinavir : 3 Kali Sehari @800 mg 1 jam Sebelum Makan Atau 2 Jam Setelah Makan dan Banyak
Minum, Diet Rendah Lemah
28
SUMBER SUMBER
PAJANAN SUMBER TIDAK POSISTIF POSITIF REJIMEN
DIKETAHUI RESIKO TINGGI
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP
Mukosa/ kulitPertinbangkan Berikan rjimen 2 Berikan rejimen 2 AZT 300 mg/12
tidak utuh rejimen 2 obat obat obat jam x 28 hari
Berikan rejimen
Tusukan bendaBerikan rejimen 2 2 Berikan rejimen 3 AZT 300 mg
tajam solid obat obat obat 3TC 150 mg
Berikan rejimen
Tusukan bendaBerikan rejimen 2 3 Berikan rejimen 3 Lop/r 400/100/12
tajam berongga obat obat obat jam x 28 hari
29
PENGERTIAN :
Kewaspadaan Universal adalah pedoman yang digunakan untuk mencegah penyebaran dari
berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh pasien di lingkungan rumah
sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.
TUJUAN :
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh,
sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.
KEBIJAKAN :
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.
Rumah sakit harus menyediakan Alat Pelindung Diri yang standar dan mencukupi. Penggunaan
APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost.
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Topi
6. Sepatu boot
1. Semua petugas kesehatan harus rutin menggunakan sarana yang dapat mencegah kontak kulit
dan selaput lendir dengan darah/cairan tubuh lainnya dari setiap pasien yang dilayani.
(Penggunaan APD).
2. Petugas kesehatan harus memahami penggunaan APD yang benar / sesuai indikasi.
3. Tangan dan bagian tubuh lain harus segera dicuci bersih bila terjadi kontamnasi oleh darah dan
cairan tubuh lainnya (Melakukan kebersihan tangan yang benar sesuai standar WHO / The Five
Moments for Hand Hygiene).
4. Semua petugas selalu waspada terhadap tertusuk jarum, pisau , dan benda tajam/alat lainnya
selama melaksanakan tindakan, saat membersihkan, dll.
30
5. Petugas yang mengalami perlukaan yang mengeluarkan cairan misal: menderita dermatitis basah
harus menghindari kontak langsung dengan peralatan bekas pakai pasien.
7. Petugas kesehatan harus memahami dan melaksanakan pemisahan sampah infeksius dan non
infeksius.
8. Petugas kesehatan / laundry harus memahami dan melaksanakan pemisahan linen infeksius dan
non infeksius.
9. Petugas kesehatan harus melaksanakn dekontaminasi alat kesehatan atau linen yang terinfeksius.
PENGERTIAN :
Pengamatanyang sistimatis, efektif dan terus – menerus terhadap timbulnya dan penyebaran
penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
meningkatnya atau menurunannya resiko terjadinya penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda / gejala atau tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit, apabila, tanda-tanda infeksi
sudah timbul sebelum 2 x 24 jam sejak mulai di rawat, maka perlu diteliti masa inkunbasi dari
infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganis penyebab sama tetapi lokasi infeksi
berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada waktu
masuk rumah sakit.
2. Infeksipada bayi baru lahir yang penularannya melalui placenta (seperti : tokso plasmosis, sifilis)
dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran.
1. Kolonisasi yaitu : adanya organisme mikro (pada kulit, selaput lender, luka terbuka) yang tidak
memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Inflamasi yaitu : suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zatnon infeksi
seperti zat kimiawi.
IFEKSI Nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain :
1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit, sehingga jumlah dan jenis kuman
penyakit
3. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh rendah, sehingga mudah tertular.
4. Di rumah sakit seringkali pasien dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana
seperti
32
5. pemberian obt suntikan sampai dengan tindakan yang lebih invasive sepertitindakan operasi.
6. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotika, akibat penggunaan
berbagai macam antibiotika yang seringkali tidakrasional.
7. Adanya kontak langsung antar pasien, antar petugas ke lingkungan yang dapat menularkan
kuman pathogen.
2. Pengunjung pasien.
5. Lingkungan.
TUJUAN :
4. Melindungi karyawan.
5. Meyakinkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang aman bagi pasien maupun karyawn.
KEBIJAKAN :
1. Infeksi Luka Infus ( ILI )
Infeksi Luka Infus adalah infeksi aliran darah akibat penggunaan alat intravaskuler dan
ditemukan organism dari kultur darah semi / quantitative dengan tanda klinis yang jelas serta
tidak disertai infeksi yang lain ( tanpa ada organ atau jaringan yang lain yang dicurigai sebagai
sumber infeksi) dan /atau dokter yang merawat menyatakan infeksi. Plebitis adalah pada daerah
local tusukan infuse ditemukan tanda-tanda merah seperti terbakar, bengkak dan sakit bila
ditekan, ulser skin sampai dengan purulent exudat, bengkak dan mengeluarkan cairan bila
ditekan.
KRITERIA INFEKSI :
• Demam ≥ 38Oc
• Menggigil
• Hipotensi
33
- Demam ≥ 38Oc
- Hipotermi ≤ 37Oc
- Apnoe
- Bradikardia
a. Semua pasien yang menggunakan alat intra vascular dengan kurun waktu 24 jam
Infeksi Rate:
Numerator
-------------- x 1000
Denominator
∑ kasus ILI
--------------- X 1000
Pencegahan ILI :
c. Ganti posisi insersi, selang infuse dan dressing setiap 3 hari sekali
d. Pengecekan daerah insersi tiap penggantian shift dan sebelum memberikan injeksi melalui intra
vena (IV).
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan Central Venous Catheter (CVC) jika obat atau
cairan diberikan dengan osmolaritas tinggi
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi yang terjadi akibat penggunaan alat intra vascular pada
Vena sentral seperti CVC, mahukar, Swanganz, vena/arteri umbilical cateter, Internal – Arterial Blood
Pressure (IABP) dan ditemukan organisme dari hasil kultur darah semi atau kuantitatif dengan tanda
klinis yang jelas serta tidak terjadi infeksi yang lain (tanpa ada organ atau jaringan
34
lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi) dan atau dokter yang merawat menyatakan infeksi.
Kriteria Infeksi :
- Hipotensi
b. Pasien pada berumur kurang dari atau sama dengan 1(satu) tahun paling
- Apnoe
- Bradikardia
a. Semua pasien yang menggunakan alat vena sentral catheter dengan kurun waktu 2 (dua) x 24
(dua puluh empat) jam
b. Lama penggunaan catheter , vena sentral, mahukar, swanganz, vena / arteri umbilical, kateter,
IABP
Infeksi Rate :
Numerator
---------------------- x 1000
Denominaror
Σ kasus IADP
----------------------X 1000
Pencegahan IADP :
35
d. Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak
diperlukan lagi
e. Pengecekan daerah inserasi tiap penggantian shift dan sebelum memberikan injeksi melalui
kateter vena sentral.
Merupakan infeksi yang terjadi pada tempat atau daerah insisi akibat suatu tindakan pembedahan.
Kategori Operasi :
a. Operasi Bersih
- Operasi dilakukan pada daerah / kulit yang pada kondisi pra bedah tidak terdapat peradangan dan
tidak membuka traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, orofaring, traktus urinarius, atau
traktus billier.
- Operasi berencana dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa pemakaian drain tertutup.
- Operasi yang membuka traktus digesivus , traktus billier, traktus urinarius, traktus respiratorius,
sampai dengan orofaring, atau traktus reproduksi kecuali ovarium.
- Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage), seperti operasi pada traktus billier, apendiks,
vagina atau orofaring.
c. Operasi Tercemar
Operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi masih dalam waktu emas (golden periode)
yaitu 6 jam.
- Perporasi traktus digestivus, traktus urogenetalis atau traktus respiratorius yang terinfeksi.
- Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian, terdapat jaringan luas atau kotor.
- Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor / terinfeksi.
Klasifikasi SSI :
a. Infeksi Isisional Superfisial
Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan), terjadi dalam 30 hari setelah operasi, dan bila
terdapat salah satu dari kriteria dibawah ini :
36
- Kultur positip dari cairan yang keluar atau jaringan yang diambil secara aseptic
- Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengak, kemerahan, kecuali bila hasil kultur
negatif.
Infeksi pada kulit insisi, terjadi dalam 30 hari pasca bedah atau sampai 1tahun bila ada implant
dan bila terdapat paling tidak satu keadaan dibawah ini :
- Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan berasal dari rongga / organ.
- Secara spontan mengalami dehisens atau dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah dan paling sedikit
- Satu dari tanda berikut : demam (>30 0C), nyeri lokal, kecuali hasil kultur negatife.
- Ditemukan abses atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai luka inisi pada pemeriksaan
langsung ( waktu pembedahan ulang), dwngan pemeriksaan histopatologis atau radiologis.
c. Infeksi organ/rongga
Infeksi yanf terjasi dalam 30 hari pasca operasi atau 1 tahun bila ada impian dan bila terdapat
paling sedikit menunjukan satu gejala berikut:
- Drainase purulen dari drain yang dipaang melalui luka inisi ke dalam rongga/organ.
- Ditemukan abses atau tanda infeksi lainnya yang mengenai organ/rongga, pada waktu pemeriksaan
37
Infeksi rate :
Numerator
---------------------- x 100
Denominaror
Σ kasus Infeksi
----------------------X 100
Σ kasus operasi
Pencegahan ILO :
1) Pra bedah
- Jika ditemukan ada tanda – tanda infeksi, sembuhkan terlebihdahulu infeksinya sebelum hari
opersi elektif dan perlu tunda hari opersi sampai tidak ada infeksi
- Jangan mencukur rambut, pencukuran hany dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat rambut
yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakuakn 1 jam sebelum operasi dengan
menggunakan alat cukur elektrik).
- Kendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes dan hindari kadar gula yang terlalu rendah
sebelum operasi
- Sarankan pasien untuk berhenti meroko, minimum 30 (tiga puluh) hati sebelum hari elektif opersi
- Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2% minimla 1 jam
sebelum opersi elektif
- Usahakan sesingkat mungkin hari rawat inap sebelum operasi dan waktu cukup untu persiapan operasi
yang memadai
- Lakukan cuci tangan bedah (sugrial scrub) dengan caiaran anti septic yang mengandung
chlorhexidine 4% setelah cuci tangan, tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari
tubuh supaya air mengalir dari ujung ke siku, keringkan tangan dengan handuk steril pakai gaun
dansarung tangan steril
Anjurakan tim bedah agar melaporkan jika memunyai tanda dan gejala penyakit infeksi dan
segera melaporkan ke petugas pelayanan kesehatan karyawan.
38
- Pemberian profilaksis anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah jenis anti mikroba yang
paing efektis terhadap patigen yang umum yang mnyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut atau
sesuia dengan rekomendasi.
sebelum operasi, sehingga pada saat operasi dimulai konsentrasi bakterida pada serm dan jarum
jaringan maksimal konsentrasinya. Pertahakan kadarnya dalam serum dan jaringan selama
berlangsung operasi dan maksimum sampai beberapa jam insisi ditutup.
2) Intra bedah
i. Ventilasi
• Pertahakan tekanalebih positif dalam kamar bedah dibandingkan dengan koridor dan ruangan di
sekitarnya
• Semua ydara harus disaring, baik udara segar maupaun udara hasil resirkulasi.
• Jangan menggunakan fogging dan sinar ultra violet di kamar operasi untuk mencegah infeksi ILO
• Pintu kamar bedah harus selalu ditutup, kecuali bila dibutuhkan untuk lewatnya peralatan,
petugas dan pasien.batasi jumlah orang masuk dalam kamar bedah
permukaan peralatan, lantai gunakan desinfeksi chlorine untuk membersihkannya sebelum opersi
dimulai
• Tidak perlu mengadakan pembersihan khusus atau penutup kamar bedah setelah selesai operasi
kotor
• Pel dan keringakan lantai kamar bedah dengn menggunakan larutan detergen normal.
• Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti
instrument yang jatuh saat operasi belangsung. Jangan melaksanakan
39
• Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar operasi saat operasi
berjalan, atau instrument steril sedang dalam keadaan terbuka. Pakai masker bedah selama
operasi berlangsung.
• Bagi anggota ti bedah yang telah cuci tangan bedah pakai gaun dan sarung tangan steril
• Ganti gaun bila tampak kotor, terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
• Lakukan teknik aseptic saat melakukan pemasangan intravaculer (CVP), kateter anastesi spinal atau
epidural atau bila menuang atau menyiapkan obat-obatan steril.
• Siapkan peralatan dan larutan steril sesaat sebelum
digunakan
• Perlakukan jaringan dengan lembut, lakukan hemostatis yang efektif, minimalkan jaringan mati
atau ruang kosong ( dead space) pada lokasi operasi
tertutup, letakan drain pada insisi yang terpisahkan dari insisi bedah, lepas drain sesegara
mungkin bila draintidak dibuthkan lagi.
3. Paska Bedah :
• Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera lakuakn penggantian verband
• Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
a. Masuknya kuman yang terdapat di meatus uretra bagian distal ke dalam kandung kemih saat
pemasangan kateter.
b. Kuman bermigrasi sepanjang permukaaan luar kateter di mukosa periuretra atau sepanjang
permukaan dalam kateter setelah terjadi
40
kontaminasi pada kantong penampung urine atau sambungan antara kantong penampung dengan
selang drainase.
a. Adanya bukti / tanda infeksi sebagai akibat dari pemasangan kateter > 48 jam
b. Adanya pyuria > 10 leucosit/LBP sedimen urine atau > 10 leucosit / ml atau >3 leucosit/LBP
d. Nitrit dan / atau leucosit esterase positif debfab cari celup (dipstick)