Anda di halaman 1dari 11

TUGAS DISKUSI KELOMPOK TM 15

Kelompok 11

Dhabitha Ghassani

Santi Andryani 25000119130233

Nur Aziza 25000119140229

Lu'lu Hanifah

Silvia Chafifah Tri Habsari

Kelas C 2019

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro

Semarang

2021
Kasus: Bersahabat dengan Rob

Air menggenang adalah suatu hal yang biasa.

Banjir rob sudah jadi langganan saat cuaca buruk melanda Laut Jawa. Menurut data
BPBD Kabupaten Demak terdapat 22 desa yang menjadi langganan rob. Desa tersebut
tersebar di Kecamatan Sayung, Karangtengah, Bonang dan Wedung.

Salah satu contoh desa yang menjadi langganan rob adalah Desa Tugu di Kecamatan
Sayung. Desa ini berjarak 5 kilometer (km) dari bi­bir pantai dan 5 km dengan jalan nasional
pantura. Kebanyakan rumah warga di Desa Tugu terendam air asin dari siang hingga malam
hari akibat perairan Laut Jawa yang belum bersahabat. Kebanyakan warga penghuni daerah
daerah langganan rob sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. Menurut pengakuan warga
rumah mereka terendam rob setinggi 50 sentimeter setiap hari. Di saat musim angin barat,
banyak nelayan yang tidak bisa melaut, dan tambak serta pekarangan terendam rob, bahkan
banyak lantai rumah tergenang air sampai setinggi lutut, sehingga tempat tidur dan dapur
harus dinaikkan agar tidak terkena luapan air. Kondisi yang menyedihkan ini harus diterima
oleh penduduk dengan pasrah, karena mereka umumnya tidak bisa pindah ke lokasi lain,
karena rumah dan pekerangan adalah tempat tinggal satu-satunya yang dimiliki. Banjir rob
ini kemungkinan disebabkan oleh air laut yang sedang pasang dan didukung dengan wilayah
dataran yang lebih rendah daripada wilayah lautan. Setiap tahun harus mendirikan pondasi
rumah, memperbaiki pelataran rumah, dan juga kendaraan bermotor yang sering rusak karena
terkena air rob. Mereka mengaku pasrah dengan keadaan rob yang sudah sering terjadi
ditempat tinggal mereka. “Kami sudah sangat bersahabat dengan rob” katanya.

Kejadian yang paling parah dari luapan rob terjadi di awal tahun ini. Bertepatan
dengan pucak musim hujan ada dua RW di lokasi yang paling rendah terendam air sampai
setinggi orang dewasa. Sebanyak 90 KK yang terdiri dari 210 orang dewasa dan 175 anak
remaja dan usia sekolah, 80 balita dan 10 bayi harus meninggalkan rumah mereka karena
tidak mungkin ditinggali lagi. Kondisi ini adalah yang terparah dalam 10 tahun terakhir.
Mereka mengungsi dan ditampung di balai kelurahan dan sisanya untuk sementara ditampung
di gedung sekolah dasar yang kebetulan sedang tidak ada kegiatan tatap muka selama
pandemic covid 19. Kondisi sungguh mereka menyedihkan, sekitar satu persen pengungsi
mengalami diare dan lebih dari sepertiga anak memiliki tubuh pendek (stunting). Hampir
semua pengungsi tidak memiliki cadangan makanan yang cukup dan membutuhkan bantuan
makanan dan pangan.
Diskusikan bersama-sama dengan kelompok (5 mahasiswa/kelompok) menggunakan media
MS-Teams/Zoom untuk menjawab pertanyaan berikut ini:

1. Tipe/jenis bencana apa yang terjadi pada kasus?


2. Mengapa bencana tersebut terjadi?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasinya?
4. Apakah risiko masalah gizi dan kesehatan yang akan terjadi pada kondisi
tersebut?
5. Apakah penyebab dari munculnya masalah gizi dan kesehatan yang terjadi
(sesuai point 4) ?
6. Apakah kondisi masalah gizi dan kesehatan para pengungsi korban bencana
pada kasus termasuk serius atau berisiko? (jelaskan alasannya)
7. Bagaimana sebaiknya mitigasi bencana (pra bencana) yang harus dilakukan
agar masalah gizi dan kesehatan tidak terjadi atau dapat dikurangi?
8. Jika kelompok Anda diminta untuk mengorganisasi bantuan pangan dan
penyelenggaraan makanan massal, bagaimana tahapan rencana aksi yang akan
dilakukan ?
9. Apa saja dan berapa banyak kebutuhan pangan, tenaga, anggaran, dan input
lain yang dibutuhkan untuk rencana aksi yang akan anda lakukan (poin 8) ?

Catatan: Video rekaman diskusi kelompok dan laporan kelompok dikumpulkan secara
bersamaan.
JAWABAN:

1. Tipe/jenis bencana apa yang terjadi pada kasus?

Jenis bencana pada kasus diatas adalah bencana banjir (Banjir Rob) yang
dikategorikan sebagai bencana alam.

2. Mengapa bencana tersebut terjadi?

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya banjir rob secara umum, diantaranya:

a. Pemanasan Global

Kenaikan muka air laut (Sea Level Rise) menjadi salah satu dampak dari
pemanasan global yang berpengaruh pada kehidupan di pesisir.

b. Penurunan Muka Tanah

Penurunan muka tanah yang berlangsung terus menerus menyebabkan ketinggian


topografi semakin rendah. Kemudian wilayah yang berbatasan dengan laut ini
juga menyebabkan wilayah tersebut sering tergenang oleh banjir rob.

c. Ketinggian Gelombang Laut

Gelombang pasang surut merupakan salah satu bentuk gelombang yang terjadi
akibat fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi oleh gaya gravitasu benda-benda
luar angkasa seperti bulan dan matahari. Ketika terjadi peristiwa pasang naik
maka air laut membutuhkan ruang yang lebih luas dari keadaan normal. Peristiwa
tersebut dapat menyebabkan daerah di sekitar pantai yang memiliki elevasi
rendah tergenang oleh air laut.

d. Intensitas Abrasi

Proses abrasi yang terjadi menyebabkan luas daratan di perairan semakin


berkurang. Hal tersebut menyebabkan wilayah yang memiliki elevasi yang
rendah mudah mengalami genangan rob.

e. Kerusakan Drainase

Kerusakan drainase di beberapa titik menyebabkan air laut sulit untuk mengalir
kembali menuju laut. Sehingga menyebabkan wilayah tersebut tergenang oleh air
laut dalam jangka waktu yang relatif lama.

Jika berdasarkan kasus banjir rob di Kecamatan Sayung, banjir rob ini kemungkinan
disebabkan oleh air laut yang sedang pasang dan didukung dengan wilayah dataran
yang lebih rendah daripada wilayah lautan. Kondisi rob yang cukup tinggi ini juga
disebabkan karena sejumlah proyek belum selesai digarap di Jawa Tengah. Proyek ini
merupakan program Tol Laut yang dimana menjadi proyek pengendalian banjir rob di
Kabupaten Demak khususnya Kecamatan Sayung yang merupakan langganan banjir
rob.

3. Bagaimana solusi untuk mengatasinya?

Solusi untuk mengatasi masalah banjir rob tersebut yaitu mencegah banjir itu terjadi
dengan beberapa cara antara lain :

● Melakukan pemanenan air hujan di daerah atas, pembuatan pompa untuk daerah
bawah, dan membendung air laut yang masuk ke daratan.
● Membuat sumur resapan sehingga air yang berada dipermukaan tanah bisa
menambah volume air bawah tanah.
● Melakukan konsep water front city, yaitu menjadikan air sebagai bagian
kehidupan sehari- hari dari masyarakat. Konsep ini dapat diterapkan di daerah
yang mempunyai tingkat penurunan tanah yang tinggi. Konsep ini secara tidak
langsung menghendaki masyarakat untuk membuat rumah panggung dengan
kondisi sekelilingnya adalah air bersih.
● Melakukan konsep tidal gate, yaitu meletakkan pintu air atau pintu pasang surut
di daerah muara dengan tujuan untuk mencegah air laut yang datang dan masuk
ke sungai terlalu besar.
● Pembangunan polder, yaitu pembuatan kolam kecil yang digunakan untuk
menampung rob. Polder- polder tersebut harus ditata sedemikian rupa dan
dilakukan secara terpadu, serta menjadi bagian dari drainase kota.
● Mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi pemakaian kendaraan
bermotor dan barang-barang elektronik yang meningkatkan lepasnya gas rumah
kaca.
● Menanam mangrove. Akar mangrove dapat berperan sebagai jaring yang
menjerat sedimen sehingga mengurangi dampak abrasi akibat adanya banjir rob.

4. Apakah risiko masalah gizi dan kesehatan yang akan terjadi pada kondisi
tersebut?

Risiko masalah gizi dan kesehatan yang kemungkinan akan terjadi pada kondisi
tersebut yaitu:

● Kurangnya pasokan air bersih yang bisa didapat di pengungsian. Air bersih
merupakan kebutuhan yang sangat penting, apabila air bersih tidak tercukupi
maka akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti diare yang telah
terjadi pada sekitar satu persen pengungsi
● Terdapat kurangnya asupan bahan makanan selama di pengungsian, sehingga ada
sepertiga anak memiliki tubuh pendek (stunting)

● Timbulnya penyakit lain mungkin seperti DBD, penyakit kulit, dsb.


5. Apakah penyebab dari munculnya masalah gizi dan kesehatan yang terjadi
(sesuai point 4) ?

● Masalah diare diakibatkan kurangnya pasokan air bersih yang disebabkan karena
banyaknya saluran air bersih yang tercemar akibat adanya banjir bandang,
sehingga hampir semua sumber air bersih tercemar dan mengandung
mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan
● Kurangnya asupan/persediaan bahan makanan disebabkan karena adanya akses
ke lokasi pengungsian yang sulit dan manajemen penyediaan bahan makanan
yang kurang

● Timbulnya penyakit DBD terjadi akibat adanya genangan air banjir sehingga
akan banyak nyamuk yang muncul. Akibatnya akan ada risiko terkena DBD.
selain itu, timbulnya penyakit kulit diakibatkan karena kurangnya asupan air
bersih dan lingkungan sekitar akibat banjir itu kotor.

6. Apakah kondisi masalah gizi dan kesehatan para pengungsi korban bencana
pada kasus termasuk serius atau berisiko? (jelaskan alasannya)

Kondisi masalah gizi dan kesehatan para pengungsi korban bencana banjir rob ini
termasuk kedalam masalah yang serius dan berisiko. Melihat pada kejadian banjir rob
yang terjadi di awal tahun ini diketahui menyebabkan hampir semua pengungsi tidak
memiliki cadangan makanan yang cukup dan membutuhkan bantuan makanan dan
pangan. Dari kasus tersebut terlihat jelas bahwa masalah ini berisiko terhadap
penurunan status gizi para pengungsi yang nantinya hal ini menjadi masalah yang
serius. Kurangnya cadangan makanan bagi para pengungsi ini juga berisiko
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh yang dimana dapat memudahkan
terserangnya penyakit. Selain itu sekitar 1% pengungsi mengalami diare dan lebih
dari sepertiga anak memiliki tubuh pendek (stunting). Hal tersebut juga
memperlihatkan bahwa kondisi kesehatan para pengungsi menjadi masalah yang
serius dan harus segera ditangani.

7. Bagaimana sebaiknya mitigasi bencana (pra bencana) yang harus dilakukan


agar masalah gizi dan kesehatan tidak terjadi atau dapat dikurangi?

Penanganan gizi pada pra bencana pada dasarnya adalah kegiatan antisipasi terjadinya
bencana dan mengurangi risiko dampak bencana. Kegiatan yang dilaksanakan antara
lain:

● Pengumpulan data awal daerah rentan bencana (komposisi penduduk, kejadian


penyakit yang ada, dll)
● Membuat peta geomedik di daerah yang rawan bencana
● Menyusun rencana kontijensi
● Mengadakan sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat dan petugas kesehatan,
seperti manajemen gizi bencana, penyusunan rencana kontinjensi kegiatan gizi,
konseling menyusui, konseling MP-ASI, dll
● Pembinaan teknis dan pendampingan kepada petugas terkait dengan manajemen
gizi bencana dan berbagai kegiatan terkait lainnya.
● Inventarisasi sumber daya (seperti sarana prasarana kesehatan, stok makanan,
hygiene kit, dll) sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi dan kondisi
masyarakat sekitar

8. Jika kelompok Anda diminta untuk mengorganisasi bantuan pangan dan


penyelenggaraan makanan massal, bagaimana tahapan rencana aksi yang akan
dilakukan ?

Dalam penyelenggaraan makanan, disesuaikan dengan jumlah pengungsi, jenis


kelamin, umur, dan juga memperhatikan kelompok rentan, yaitu bayi, balita, ibu
hamil, ibu menyusui, dan lanjut usia. Dengan tahapan sebagai berikut:

1. Fase I (Tahap tanggap darurat awal)

Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai berikut:
korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, petugas
belum sempat mengidentifikasi korban secara lengkap,bantuan pangan sudah
mulai berdatangan dan adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan.
Fase ini maksimum sampai dengan hari ke-5, Fase ini bertujuan memberikan
makanan kepada masyarakat agar tidak lapar. Sasarannya adalah seluruh
pengungsi, dengan kegiatan:

● Pendataan awal: jumlah pengungsi, jenis kelamin, golongan umur


● Pemberian makanan jadi dalam waktu sesingkat mungkin yang bertujuan
agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya
● Penyelenggaraan dapur umum (merujuk ke Depsos), dengan standar minimal

2. Fase II (Tahap tanggap darurat awal)

Fase ini untuk memudahkan pembagian bahan makanan, dapat dilakukan


berdasarkan hasil analisis Rapid Health Assessment (RHA) dan standar ransum
yang telah ditetapkan sebelumnya. Standar ransum ditetapkan dengan mengacu
pada kebutuhan energi, protein dan lemak agar dapat mempertahankan kehidupan
dan beraktivitas, dengan menggunakan bahan makanan yang difortifikasi agar
kebutuhan zat gizi mikro juga terpenuhi. Setiap orang pengungsi membutuhkan
2.100 kkal, 50 gr protein, dan 40 gr lemak. Pada tahap ini juga dilakukan
penyusunan menu berdasarkan jenis bahan yang tersedia.

3. Fase III (Tahap tanggap darurat lanjut)


Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci tentang keadaan pengungsi, seperti
jumlah menurut golongan umur dan jenis klamin, keadaan lingkungan, keadaan
penyakit, dan sebagainya. Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini

● Analisis faktor penyulit berdasarkan Rapid Health Assessment (RHA)


● Pengumpulan data antropometri balita (BB, TB), ibu hamil dan ibu menyusui
(LiLa)
● Menghitung proporsi status gizi balita kurus dan jumlah ibu hamil risiko
KEK
● Menganalisis adanya faktor penyulit seperti diare, campak, demam berdarah,
dll
● Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplemen gizi

4. Pendistribusian

Kegiatan pendistribusian dilakukan berdasarkan daftar penerima dan sesuai


dengan sasaran. Penentuan titik distribusi diusahakan sedekat mungkin dengan
penampungan dengan akses yang aman dan mudah. Perencanaan, jumlah, dan
kualitas bantuan diinformasikan sebelumnya.

5. Penilaian dan Pengawasan Penyelenggaraan Makanan

Yang perlu dimonitoring dan di tindak lanjut adalah sebagai berikut:


● Memperhatikan pengolahan makanan di wilayah bencana
● Proses pendistribusian logistik sampai ke tingkat rumah tangga
● Pengawasan khususnya pada kelompok rentan
● Kesadaran korban akan kewaspadaan dan mencegah masalah gizi yang
muncul kemudian

9. Apa saja dan berapa banyak kebutuhan pangan, tenaga, anggaran, dan input
lain yang dibutuhkan untuk rencana aksi yang akan anda lakukan (poin 8) ?

Terdapat 90 KK yang terdiri dari 210 orang dewasa, 175 anak remaja dan usia
sekolah, 80 balita dan 10 bayi.

a. Kebutuhan Pangan
- Bayi : PASI/susu formula (usia 0-6 bulan) dan MP-ASI (6-24 bulan) (250
g/hari)
- Ibu hamil dan ibu menyusui : minimal kebutuhan 2.100 kal, tambahan kalori
sebesar kurleb 300 kkal/hari (ibu hamil), sedangkan untuk ibu menyusui diberi
tambahan kalori sebesar kurleb 330-400 kkal/hari (ibu menyusui)
- Orang dewasa : makanan olahan (sesuai ketersediaan bahan pangan), paket
bantuan (ransum) disesuaikan dengan kebutuhan yaitu 2.100 kkal (protein 50 g
dan lemak 40 g)
b. Kebutuhan Tenaga
- 5 tenaga ahli gizi, 2 orang sanitarian, 5 juru masak, ketua penyelenggara, 5
petugas logistik
- Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan kegiatan gizi bencana,
seperti membantu menyalurkan, menyiapkan, dan memberi bantuan makanan.

c. Anggaran

No. Jenis Pangan Standar Kecukupan Gizi Harga Bahan Total


Per Hari Makanan

Bahan Makan/Minum

1. Beras 80 kg Rp11.080/kg Rp 886.400

2. Air mineral 50 galon Rp20.000/galon Rp 1.000.000

3. Ikan 40 kg Rp30.000/kg Rp 1.200.000

4. Telur 20 kg Rp25.000/kg Rp500.000

5. Minyak 50 liter Rp15.000/L Rp750.000

6. Mie Instan 10 karton Rp120.000/karton Rp1.200.000

6. Tahu/Tempe 400 potong/40 papan Rp10.000/papan Rp400.000

7. Sayur-sayuran 40 kg Rp20.000 Rp800.000

8. Buah-buahan 40 kg Rp30.000 Rp1.200.000


PASI

Susu Formula 30 kotak (900gr) Rp75.000/kotak Rp2.250.000

MPASI

1. Bubur bayi 3,6 kg (120 gr/sachet) Rp50.000x10 500.000


(instan, sachet)

Suplemen

1. Vitamin A 2 box Rp250.000/box Rp500.000

2. Tablet tambah 4 box Rp50.000/box Rp200.000


darah/Fe (mg/d) (100 tablet)

3. Makan untuk 54 box Rp15000/box Rp810.000


SDM/tenaga/hari

TOTAL Rp 12.196.400

d. Input Lain
- Pemberian suplemen tambah darah untuk remaja wanita
- Pemberian suplementasi zat gizi mikro (Vitamin A dan Fe) untuk ibu
hamil dan menyusui
- Penyediaan kebutuhan obat-obatan, seperti penyakit diare yang dapat
diberikan obat norit, lacto B, neo kaolana, Entrostop herbal anak, diapet
kapsul, dll.
REFERENSI

1. https://wanaswara.com/solusi-penanggulangan-banjir-rob/. Diakses 26 Mei 2021.


2. Wayansari, L., dkk. 2018. Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi.
diakses melalui
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Manajemen-S
istem-Penyelenggaraan-Makanan-Institusi_SC.pdf pada 26 Mei 2021

Anda mungkin juga menyukai