Anda di halaman 1dari 7

Resume Buku Analisis Problem Sosial

Menyelesaikan Masalah Masalah Sosial


Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Problem Sosial

Dosen Pengampu : Dr. Sitti Syahar Inayah, S.Ag.,M.Si

Deni Setiawan (1842014010)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SAMARINDA

2021
BAB lll

Pedekatan Individual Dan Pendekatan Sistem

1. Pengantar

Dalam pendekatan individual masalah sosial kondisi yang di anggap bermasalah lebih dilihat dari level
individu sebagai warga masyarakat. Sudah tentu yang lebih dilihat sebagai masalah adalah perilaku
individu. Dalam Pendekatan Sistem, yang dianggap bermasalah bukan perilaku orang perorang sebagi
individu, tetapi masyarakat sebagi totalitas, masyarakat sebagai sistem.
Berkaitan dengan hal ini, seperti sudah disinggung pada bab Il, Eitzen membedakan
adanya dua pendekatan yaitu person blame approach dan system blame approach. Pendekatan
pertama mencari masalah pada level individu sedangkan pendekatan yang kedua beranggapan bahwa
masalah sosial itu ada pada ada pada level sistem.

2. Perilaku Individu Sebagai Masalah Sosial yang Bersumber dari


Faktor Individual
a. Individu Sebagai Satuan Indentifikasi sekaligus sebagai sumber masalah
1. Membebaskan pemerintah, sistem ekonomi, struktur sosial, institusi soialal, sistem peradilan,
sistem pendidikan dari “tuduhan” sebagai sumber kesalahan.
2. Karena penyebab masalah adalah faktor individual maka dalam pemecahan masalah akan
lebih banyak akan bersifat sebagai bentuk konseling, modifikasi perilaku dan psikoterapi.
3. Memperkuat mitos sosial tentang peranan tentang kontrol individu terhadap nasib seseorang.
Dengan demikian juga memperkokoh pandangan Darwinism beranggapan bahwa penempatan
seseorang dalam stratifikasi sosial adalah merupakan fungsi dari kemampuan masing-masing.

b. Pandangan Biologis
Terdapat adanya pandangan yang menyatakan bahwa perilaku seseorang termasuk perilaku kriminal
banyak di pengaruhi oleh struktur tubuh individu yang bersangkutan.
Dalam kriminologi misalnya, sering dijumpai adanya teori fisiologis (teori faal tubuh) yang menyebutkan
bahwa sumber kejahatan adalah ciri-ciri jasmaniah dan bentuk jasmaninya (Kartono, 1983: 156).
Apabila teori ini digunakan untuk menggunakan untuk menjelaskan adanya warga masyarakat yang
jatuh miskin, maka akan sampai ke suatu tesis bahwa lapisan tersebut menjadi miskin karena mereka
tidak cukup fit. Kemiskinan adalah proses alamiah dari kondisi tidak sehat, kebodohan, lamban, kurang
semangat juang dan sebagainya.
Dalam pandangan terkini, sumber masalah dari kondisi biologis penyandang masalah lebih banyak
dilihat dari kondisi kesehatan. Dalam banyak kesempatan kesehatan dinyatakan sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.
c. Pandangan Psikologis
Pandangan Psikologis juga menjelaskan, bahwa bahwa sumber terjadinya perilaku individu yang
menyimpan. Berasal dari dalam deiri individu itu sendiri. Asumsi yang mendasarinya adalah psikologis
kondisi seseorang akan sangat besar pengaruh terhadap perilakunya.
Menurut pandangan psikoanalisis, devian adalah orang yang tidak dapat mengembangkan ego secara
wajar, untuk mengontrol Impuls deviand (the id). Essensi dari perilaku menyimpang tidak terletak pada
perilakunya itu sendiri, tetapi pada terjadinya ketidak seimbangan yang patologis di antara unsur-unsur
dinamis dalam kepribadian seseorang (the id dan super ego ) (Kauffman, 1989:69).
d. Pandangan Sosialisasi
Soekanto (1982:140) Mengatakan bahwa sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana
warga masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, menaati, dan menghargai norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Berdasarkan pandangan sosialisasi tadi, maka perilaku individu akan di identifikasi sebagai masalah
sosial apabila dia tidak berhasil dalam melewati proses belajar tersebut. Faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam proses sosialisasi adalah kemampuan memahami dan
menginterpretasikan nilai-nilai yang diserap.
Dalam hal ini perilaku menyimpan terjadi karena perbedaan interpretasi tentang batas-batas toleransi
suatu perilaku untuk disebut sebagai pelanggaran norma antara individu tertentu dengan masyarakat
pada umumnya.

3. Perilaku individu Sebagai Masalah Sosial yang Bersumber dari


Sistem
a. Individu Sebagai Satuan Indentifikasi, Sistem sebagai sumber masalah
System blame approach sumber masalah yang dilihat dari kesalahan sistem. Barangkali diagnosisnya
akan mengatakan bahwa tingginya angka drop out di sebabkan oleh tidak tepatnya sistem pendidikan
yang diterapkan, tidak seimbangnya beban kurikulum dengan kemampuan anak, kesalahan dalam
proses belajar mengajar.
Pendekatan ini melihat bahwa berbagai bentuk perilaku individu yang dianggap melanggar norma atau
tidak sesuai harapan, sebetulnya hanyalah merupakan simtom bukan masalah yang sebenarnya.
Untuk melihat masalah yang sebenarnya perlu dilihat dari sistem, struktur dan institusi sosialnya.
Pendekatan ini juga beranggapan bahwa penanganan masalah sosial yang di dasarkan pada diagnosis
yang hanya memperhatikan simtom tidak akan dapat memecahkan “masalah”, atau setidaknya hanya
memecahkan masalah hanya sementara dan tidak tuntas. Hal ini di sebabkan oleh karena sumber
masalahnya belum berubah, karena tidak di tangani secara serius.
b. Sumber Masalah Dari Cacat Struktur
Abraham Maslow mengidentifikasi kebutuhan tersebut sebagai berikut : shelter and sustenance, scurity,
group suport, esteem, respect, dan self actuallization. Atas dasar kenyataan tadi, Menjadi wajar
apabila setiap orang mencoba dan berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan nya.
Preatise merupakan kapasitas yang menginginkan seseorang seseorang mempunyai rasa percaya diri
terhadap orang lain. Power adalah kapasitas yang memperoleh apa yang diinginkan lebih sering dan
lebih dahulu dari orang lain.
c. Disorganisasi Sosial Sebagai Sumber Masalah
Disorganisasi sosial muncul berkaitan dengan Proses perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat.
Dengan demikian tidak berlebihan, apabila dikatakan bahwa disorganisasi sosial merupakan sumber
dan penyebab terjadinya disintegrasi individu. Sebagai mana telah dikatakan oleh Eitzen ( 1986:10),
bahwa seseorang dapat menjadi jelek oleh karena hidup di lingkungan masyarakat yang buruk.
Dalam masyarakat yang Disorganize, seringkali terjadi bukan sekedar ketidakpastian dan surutnya
kekuatan mengikuti norma sosial. Lebih dari itu perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi
sosial kemudian dianggap sebagai suatu yang biasa dan wajar.
Dalam masyarakat yang Disorganize dengan kondisi yang sering kali tidak menentu, mengakibatkan
tingkat kekhawatiran dan kecemasan warga masyarakat semakin tinggi (Elliot end Merril 1961: 53).
d. Pandangan Lebeling
Terjadinya deviasi oleh individu disebabkan oleh perbedaan interpretasi antara individu yang
bersangkutan dengan masyarakat. Individu masih beranggapan perilakunya dalam katagori normal,
sedangkan masyarakat sudah memberikan lebel sebagai deviasi. Dalam kenyataannya, memang
sering di jumpai adanya perbedaan interpretasi antara individu dan masyarakat tentang batas-batas
perilaku yang diperolehkan dan yang dilarang (Lemert, 1951:96).

4. Masalah Sosial Pada Level Sistem Yang Bersumber Dari


Individu
a. Sistem Sebagai Satuan Identifikasi, Individu Sebagai Sumber Masalah
Fokus perhatian untuk melihat adanya masalah sosial bukan pada orang perorang melainkan pada
masyarakat sebagai suatu sistem. Apabila masalah sosial dianggap suatu penyakit maka yang sakit
adalah anggota masyarakatnya, bukan perilaku orang perorang sebagai anggota masyarakat.
Walaupun masalah sosialnya terjadi pada level sistem akan tetapi sumber masalah dapat berasal dari
individu anggota masyarakat yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat
merupakan suatu kesatuan yang dibentuk oleh individu-individu.
Dari indikator tersebut dapat ditafsirkan, bahwa semakin banyak anggota masyarakat yang melakukan
tindakan dan perilaku yang menyimpang akan memberi; indikasi bahwa masyarakatnya dalam kondisi
yang tidak sehat atau mengalami Masalah sosial (Gilin and Gilin, 1954:742).
b. Disintegrasi Sosial karena Disorganisasi Individu
Disorganisasi sosial adalah proses melemahnya jaringan dan pola hubungan yang mengikat individu
bersama-sama dalam suatu kelompok. Perwujudan dapat berupa pecahnya kelompok-kelompok sosial
dan tidak serasinya hubungan timbal balik antarkomponen atau unsur yang membentuk kesatuan
hidup masyarakat, dan dapat pula tidak berfungsinya berbagai unsur dalam sistem kehidupan sosial.
Dalam studi lebih lanjut tentang disorganisasi sosial dan disorganisasi individual ini, kemudian juga
dinyatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan timbal balik (Elliot dan Merril, 1961:47).
Secara psikologis, seseorang yang gejala personal Disorganization akan mengalami kesulitan dalam
memahami peranan orang lain (Elliot and Merrill :51). Para ahli psikologi sering menyebut fenomena ini
sebagai lemahnya kemampuan atau daya empathy, yang merupakan untuk memahami kerangka
berpikir orang lain atau kemampuan identifikasi emosional dari seseorang terhadap orang lain.
Dalam proses sosialisasi, mungkin saja terjadi beberapa orang anggota masyarakat tidak conform
terhadap norma kelompok kondisi kurangnya confrom terhadap norma kelompok ini kemudian disebut
Deviasi, sedangkan individu yang melakukannya disebut Deviant.
Sementara itu ahli sosiologi mengatakan bahwa person adalah individu yang memiliki status tertentu
dalam kehidupan sosialnya. Status sosial ini akan menentukan bagaimana posisi seseorang dalam
masyarakat. Dari status yang dimiliki kemudian akan melekat peranan sosial yang diharapkan.
c. Deviasi Sistematik
Deviasi tingkah laku tidak pernah terjadi dalam kondisi isolasi dan kevakuman sosial, akan tetapi terjadi
dalam konteks sosiokultural dan hubungan antarpersonal. Lemert (1951:18) membagi deviasi dalam
tiga bentuk yaitu: Deviasi Individual, Deviasi Situasional dan Deviasi Sistematik.
Deviasi Sistematik pada dasarnya adalah suatu sistem tingkah laku yang disertai organisasi sosial
khusus, status, peranan, nilai, norma dan moral tertentu yang semuanya berbeda-beda dengan situasi
pada umumnya.
Deviasi Sistematik dapat berasal dari individu-individu yang menyimpang yang kemudian saling
bertemu dan kemudian saling menjalin interkomunikasi yang sangat itensif. Intensitas komunikasi
tersebut sering dilatarbelakangi oleh perasaan senasib, persamaan kepentingan, yang kemudian
mendorong mereka mengorganisasi diri sebagai bentuk pembelaan terhadap masyarakat makronya. Di
pandang dari kacamata masyarakat makro, munculnya Deviasi Sistematik tersebut jelas akan
merupakan masalah, karena akan menambah potensi konflik dan dikotomi masyarakat yang
bersangkutan.

5. Masalah Sosial Pada Level Sistem Yang Bersumber Dari


Sistem
a. Sistem Sebagai Satuan Identifikasi sekaligus sebagai sumber masalah
Furrer dan Myers (dalam weinberg, 1981:88), menyebut dalam tahap identifikasi ini sebagai tahap
awareness atau tahap untuk menarik perhatian masyarakat terhadap situasi yang dianggap sebagai
masalah, dan merupakan suatu langkah yang mengawali tehap policy determination dan tahap reform.
Pandangan ini mempunyai dasar berpikir bahwa dengan penelusuran sumber masalah pada level
sistem akan betul-betul diketemukan sumber permasalahannya bukan sekedar gejala atau simtomnya.
Pandangan ini tidak terlepas dari kelemahan dan mengandung “Bahaya” apabila penerapannya tidak
profesional. Tetap di landasi oleh kesadaran bahwa system blame approach hanya sebagian dari
kebenaran untuk dapat menjelaskan masalah yang cukup kompleks.
Pandangan ini dapat menyesatkan Seolah-olah individu sekedar robot yang sepenuhnya di kontrol oleh
sistem. Pandangan sistem yang ekstrim akan mengabaikan faktor responsibilitas dari masing-masing
individu atas berbagai tindakan mereka.
b. Sistem Yang Diskriminatif
Masalah sosial adalah bahwa masyarakat terbentuk dalam suatu bangunan struktur. Oleh sebab itu
melalui bangunan struktural tertentu dimungkinkan beberapa individu mempunyai kekuasaan,
kesempatan dan peluang yang lebih baik dari individu lainya (Parrillo 1987:28).
Kemiskinan alaminya adalah kemiskinan yang timbul pada sebab akibat sumber daya yang langka
jumlahnya atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.
c. Konflik Nilai
Masyarakat terdiri dalam berbagai kelompok dan saling berinteraksi dan masing-masing mempunyai
kepentingan dan nilai yang berbeda-beda. Apabila masing-masing mempunyai niali dan kepentingan
yang saling bertentangan tersebut, maka telah terjadi konflik yang disebut konflik nilai.
Konflik nilai ini dapat menjadi sumber masalah sosial. (Weinberg, 1981:89), yang beranggapan bahwa
masalah sosial bukan disebabkan oleh individu yang immoral atau disebabkan oleh kurangnya
koordinasi dan regulasi, melainkan lebih disebabkan oleh konflik alaminya diantara berbagai segmen
dalam masyarakat.
Masalah sosial akan timbul apabila dalam masyarakat tidak terdapat saluran yang mapan dapat
mengakomodasikan berbagai aspirasi, nilai dan kepentingan yang saling berbeda tersebut. Saluran
yang mampu berfungsi seperti itu akan dapat mencegah atau paling tidak mengurangi letupan
permusuhan yang bersifat terbuka.
d. Kelemahan Kultural
Dalam pandangan antropologi, kultural atau budaya tidak pernah lepas dari dalam suatu masyarakat.
Kebudayaan merupakan tata kelakuan dan hasil kelakuan manusia, masyarakat merupakan jaringan
kelompok-kelompok manusia yang mengaku berbudaya. Dengan demikian masyarakat merupakan
wadah dari kebudayaan (Koentjaraningrat, 1966:101).
Aspek-aspek kultural yang di maksud adalah sikap fatalisme, lemahnya achievement motivation kurang
berorientasi kedepan dan sebagainya. Contoh dalam pandangan ini masyarakat miskin dianggap sub
kultural dangan nilai-nalai yang berbeda dengan masyarakat lainnya.
Hipotesis ini sering mendapatkan kritik terutama melalui anggapan bahwa masyarakat miskin atau
kelompok miskin bagian integral dari masyarakat makronya. Apabila unsur-unsur kebudayaan dapat
dibedakan menjadi unsur kebudayaan materiail dan kebudayaan non materiil, maka demikian akan
lebih banyak merupakan kebudayaan adaptif yang menyesuaikan dengan perubahan materill, seperti
dengan pola kebiasaan, lembaga-lembaga sosial dan aturan-aturan sosial yang harus melakukan
penyesuaian terhadap perubahan fisik dan teknologi.

6. Menuju Pendekatan Yang Komprehensif

Untuk dapat mendorong upaya dan tindakan tersebut perlu didahului adanya kesadaran ( awareness )
akan keberadaan masalah sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu langkah awal dari penyelesaian
masalah sosial adalah identifikasi masalah yang untuk melakukannya dibutuhkan terhadap kepekaan
gejala sosial yang terjadi.
Hal yang sama untuk mendiagnosis masalah. Untuk menelusuri sumber masalah dapat digunakan
pendekatan individual (individual/person blame approach ) dan pendekatan sistem ( system blame
approach).
Mengintergrasikna kedua pendekatan tersebut sebetulnya dapat sejak tahap identifikasi masalah
terutama untuk meningkatkan terhadap kepekaan terhadap gejala yang ada. (Parrillo, 1987:16)
mengemukakan tiga hal guna meningkatkan kepekaan terhadap gejala pada saat tahap identifikasi.
Ketiga bentuk indentifikasi gejala tersebut adalah : incidence, prevalanve dan trend.
 Incidence merupakan untuk meningkatkan kepekaan melalui identifikasi atas berbagai kejadian
dan peristiwa yang merupakan kasus baru sehingga menarik perhatian untuk dicermati lebih
lanjut.
 Prevalanve merupakan suatu derajat yang menunjukkan sejauh mana suatu kondisi yang
membutuhkan perhatian sebagai masalah sosial.
 Trend merupakan upaya untuk mengidentifikasi masalah dengan melihat perkembangannya
dari waktu ke waktu.
Untuk memahami sumber masalah seperti personal stress dan perilaku menyimpang yang bersifat
individu tersebut juga dibutuhkan pemahaman dan kondisi latarbelakang sosialnya.
Dalam mendiagnosis masalah untuk memahami sumber masalahnya sudah diperhatikan baik faktor-
faktor individual maupun baik itu faktor yang berasal dari level sistem, maka dengan sendirinya
penanganan masalah yang kemudian di lakukan secara komprehensif karena menyangkut faktor-faktor
yang berkaitan dengan penyandang masalah sebagai individu maupun yang berkaitan dengan layar
belakang kondisi dam sistem sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai