Anda di halaman 1dari 11

ANALISA JURNAL ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS HIPERTENSI

Nama : Ayu Lestari Manullang


Nim : P2021150
Stase : Keperawatan Gerontik

ASUHAN KEPERAWATAN

AUTHOR,
NO. HASIL ANALISA
TAHUN, JUDUL
1 Sumaryati, Maria. Pada jurnal ini dilakukan penelitian kepada satu
2018. Studi Kasus Objek individu dengan pengkajian,tindakan hingga
Asuhan Penelitian evaluasi yang menggambarkan secara umum
Keperawatan tentang studi kasus penyakit hipertensi
Gerontik Pada Menurut artikel ini, pasien yang mengalami
Keluarga Ny “M” hipertensi sering mengkonsumsi garam yang
dengan Hipertensi berlebih, mengonsumsi ikan asin dan tidak
di Kelurahan pernah mengikuti senam hipertensi dan
Barombong berolahrga, dan menyatakan bahwa penyebab
Kecamatan hipertensi sesuai dengan menurut (Brunner &
Tamalate Kota Suddart, 2015) yaitu gangguan emosi, obesitas,
Makassar konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat-
obatan, faktor keturunan, peyempitan arteri
Pengkajian renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai
obat, disfungsi organ, tumor, kehamilan. Lain
hal nya menurut (Black & Hawks, 2014)
faktor-faktor risiko hipertensi yang tidak dapat
diubah yaitu riwayat keluarga, usia, jenis
kelamin dan etnis. Sedangkan faktor-faktor
resiko yang tidak dapat diubah yaitu diabetes
mellitus, stres, obesitas, nutrisi (mengonsumsi
garam yang berlebih) dan penyalahgunaan
obat.
Diagnosa pertama ini terdapat kesenjangan
antara teori dimana dalam teori menyebutkan
penanggulangan secara nonfarmakologi dari
hipertensi menurut (Brunner & Suddart, 2015)
Diagnosa yaitu dengan cara menurunkan berat badan,
pembatasan alkohol, naitrium dan tembakau,
latihan dan relaksasi merupakan intervensi
wajib yang harus dilakukan pada setiap anti
hipertensi.
Intervensi Dalam artikel ini adapun intervensi yang
dilakukan berupa :
1. merawat anggota keluarga dengan cara
mendemonstrasikan teknik relaksasi (nafas
dalam)
2. melakukan konseling dan memotivasi
keluarga untuk dapat memodifikasi
lingkungan yang nyaman
3. mengenal masalah dengan cara mengakaji
pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut
dari hipertensi
4. mendiskusikan akibat lanjut dari hipertensi
5. mengambil keputusan dengan
mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi masalah dalam
keluarga
6. merawat anggota keluarga dengan cara
mendemonstrasikan obat tradisional
(parutan sari mentimun)
7. melakukan konseling dan memotivasi
untuk dapat memodifikasi lingkungan
yang nyaman
8. memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah Hipertensi

Implementasi Adapun tindakan keperawatan yang dilakukan


dalam penelitian ini yaitu mengkaji
pengetahuan keluarga tentang nyeri dan
mendiskusikan penyebab nyeri yang dirasakan,
selanjutnya memutuskan tindakan yang akan
dilakukan, yaitu berupa mendemonstrasikan
teknik relaksasi (nafas dalam) yang berfungsi
untuk merelaksasikan otot-otot skelet yang
mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami spasme dan iskemik. Teknik
relaksasi nafas dalam dipercayai mampu
merangsang tubuh untuk melepaskan opioid
endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Saat
endorphin dikeluarkan oleh otak dapat
mengurangi nyeri dan mengaktifkan system
parasimpatik untuk relaksasi tubuh dan
menurunkan tekanan darah, respirasi dan nadi.
Implementasi selanjutnya melakukan
demonstrasi obat tradisional parutan sari
mentimun. Timun sendiri mengandung kadar
sodium yang cenderung kecil. Dalam satu
buahnya, timun hanya mengandung 6 mg
sodium. Sedangkan kandungan kaliumnya
sangat tinggi, yakni 442 mg. Zat itulah yang
bertanggung jawab atas terkontrolnya tekanan
darah seseorang. Zat kalium yang mengatur
kontraksi serta relaksasi otot jantung, sehingga
tidak ada masalah dalam pembuluh darah
(pembuluh darah cenderung melebar) dan
berdampak pada normalnya tekanan darah.
Evaluasi keperawatan dalam penelitian ini
menilai keberhasilan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatannya sehinga
memiliki produktivitas yang tinggi dalam
mengembangkan setiap anggota keluarga.
Evaluasi
Sebagai komponen kelima dalam proses
keperawatan, evaluasi adalah tahap yang
menetukan apakah tujuan yang telah ditetapkan
akan menentukan mudah atau sulitnya dalam
melaksanakan evaluasi (Sugiharto,2012).
2 Ibrahim. 2011. Berdasarkan jurnal tersebut ditemukan angka
Objek
Asuhan prevelansi hipertensi di Indonesia (Riskesdas,
Penelitian
Keperawatan pada 2007) mencapai 30% dari populasi
Lansia dengan Pengkajian Menurut artikel ini, pengkajian yang dapat
Hipertensi ditemukan pada pasien lansia dengan kasus
hipertensi, yaitu:
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko,
antara lain: kegemukan, merokok, kebiasaan
konsumsi alkohol, hiperkolesterolemia
2. Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih,
nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda:
frekuensi jantung meningkat, perubahan
irama jantung, takipnea.
3. Sirkulasi, Tanda: kenaikan TD, nadi
denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, takikardi, kulit pucat, sianosis, suhu
dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ bertunda.
4. Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan
kepribadian, ansietas, faktor stress multiple.
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, otot
muka tegang.
5. Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini
atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu).
6. Makanan/cairan, gejala: makanan yang
disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah
dan perubahan BB dan riwayat penggunaan
diuretik. Tanda: berat badan normal atau
obesitas, adanya edema, glikosuria.
7. Neurosensori, gejala: keluhan pening
pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, sub
oksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontan setelah
beberapa jam), gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: status mental, perubahan
keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses pikir, penurunan kekuatan
genggaman tangan.
8. Nyeri/ketidaknyamanan, gejala: angina
(penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung), sakit kepala.
9. Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan
dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok. Tanda: distress
pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasan bunyi nafas tambahan.
(krakties/mengi), sianosis.
Diagnosa yang terdapat dalam artikel ini
meliputi :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventrikular.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Diagnosa kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri (sakit
kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
4. Potensial perubahan perfusi jaringan:
serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
Intervensi yang dilakukan berdasarkan
diagnosa yang di ambil
Pada diagnosa :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventrikular.
a. Pantau TD ukur kedua tangan,
gunakan manset dan tehnik yang
tepat.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi
napas.
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu
dan masa pengisian kapiler.
e. Catat edema umum.
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas
seperti istirahat ditempat tidur/kursi.
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan
diri sesuai kebutuhan.
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt
pijatan punggung dan leher.
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan.
k. Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah.
l. Berikan pembatasan cairan dan diet
natrium sesuai indikasi.
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-
obatan sesuai indikasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
a. Kaji toleransi pasien terhadap
aktivitas dengan menggunkan
parameter: frekuensi nadi 20 per
menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatanTD, dipsnea, atau
nyeridada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat,pusig atau
pingsan. (Parameter menunjukan
respon fisiologis pasienterhadap
stress, aktivitas dan indicator derajat
pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan
aktivitas contoh : penurunan
kelemahan / kelelahan, TD stabil,
frekwensi nadi, peningkatan perhatian
padaaktivitas dan perawatan diri.
(Stabilitas fisiologis pada
istirahatpenting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual).
c. Dorong memajukan aktivitas /
toleransi perawatan diri.
(Konsumsioksigen miokardia selama
berbagai aktivitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah
peningkatantiba-tiba pada kerja
jantung).
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan
anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk
dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan
energi dan sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen).
e. Dorong pasien untuk partisifasi dalam
memilih periode aktivitas.(Seperti
jadwal meningkatkan toleransi
terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri (sakit
kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
a. Pertahankan tirah baring lingkungan
yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan
rangsangan.
c. Batasi aktivitas.
d. Hindari merokok atau menggunakan
penggunaan nikotin.
e. Beri obat analgesic dan sedasi sesuai
pesanan.
f. Beri tindakan yang menyenangkan
sesuai indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, tehnik relaksasi,
bimbingan imajinasi, hindari
konstipasi
4. Potensial perubahan perfusi jaringan:
serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
a. tinggikan kepala tempat tidur.
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada
kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
c. Pertahankan cairan dan obatobatan
sesuai pesanan.
d. Amati adanya hipotensi mendadak.
e. Ukur masukan dan pengeluaran.
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin
sesuai pesanan.
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari
kelelahan.
Pada artikel ini tidak terdapat implementasi
Implementasi
yang dilakukan.
Dalam artikel ini evaluasi yang dilakuakan
adalah :
1. Mempertahankan perfusi jaringan yang
adekuat: tekanan darah dalam rentang
yang dapat diterima dengan pengobatan
terapi diet dan perubahan gaya hidup,
tidak menunjukkan gejala angina,
palpitasi atau penurunan penglihatan,
kadar BUN dan kreatinin serum stabil,
dan teraba denyut nadi perifer.
2. Mematuhi program asuhan dini: minum
obat sesuai resep dan melaporkan setiap
ada efek samping, mematuhi aturan diet
sesuai yang dianjurkan: pengurangan
natrium, kolesterol dan kalori, berlatih
secara teratur dan cukup, mengukur
Evaluasi tekanan darahnya sendiri secara teratur,
berhenti mengkonsumsi tembakau, kafein
dan alkohol, menepati jadwal kunjungan
klinik atau dokter.
3. Bebas dari komplikasi: tidak terjadi
ketajaman penurunan penglihatan, dasar
mata tidak memperlihatkan perdarahan
retina, kecepatan dan irama denyut nadi
dan kecepatan napas dalam batas normal,
tidak terjadi dispnu atau edema, menjaga
haluaran urin sesuai dengan masukan
cairan, pemeriksaan fungsi ginjal dalam
batas normal, tidak memperlihatkan
defisik motorik, bicara atau sensorik, dan
tidak mengalami sakit kepala, pusing atau
perubahan cara berjalan (Tucker, et al,
1999).
Dalam artikel ini, adapun yang perlu untuk
dilakukan pendokumentasian adalah:
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan
Dokumentasi perifer, catat edema umum, pantau respon
terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah,
ukur masukan dan pengeluaran, dan pantau
elektrolit, BUN, kreatinin.

ANALISA JURNAL PEMBERIAN TINDAKAN PADA PASIEN


LANSIA DENGAN KASUS HIPERTENSI

Nama : Ayu Lestari Manullang


Nim : P2021150
Stase : Keperawatan Gerontik

AUTHOR.
N
TAHUN DAN METODOLOGI HASIL ANALISA
O
JUDUL
1 Akhriansyah, Penelitian ini Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa
Mareta. 2018. menggunakan desain beberapa teknik non farmakologis yang
Pengaruh Quasi Experimental dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi
Progressive Pre-Post Test With pada lansia yaitu teknik relaksasi napas
Muscle Control Group dengan dalam, relaksasi aroma terapi mawar, terapi
Relaxation Relaksasi Otot mandi uap, pijat refleksi kaki, hipnoterapi
(PMR) terhadap Progresif dan relaksasi otot progresif (Progressive
Penurunan (PMR), pengambilan Muscle Relaxation). Peneliti menggunakan
Tekanan sampel dengan teknik penanganan pada hipertensi dengan non
Darah pada purposive sampling farmakologis yaitu dengan menggunakan
Lansia dengan jumlah teknik relaksasi otot progresif (Progressive
Hipertensi di responden sebanyak Muscle Relaxation), beberapa kelebihan dan
Panti Sosial 30 orang dibagi keistimewaan dari teknik relaksasi otot
Tresna Wherda menjadi 2 kelompok progresif ini yaitu menurunkan ketegangan
Palembang sebagai kelompok otot, kecemasan, nyeri leher, sakit kepala,
Provinsi perlakuan dan sakit punggung, frekuensi jantung, frekuensi
Sumatera Selatan kelompok kontrol. pernapasan laju metabolic, menurunkan
Tahun 2018 Kedua kelompok denyut nadi, menurunkan tekanan
tersebut sedang Darah sistolik dan diastolik serta
melakukan mengurangi stress pada lansia, menurunkan
pengukuran kecemasan dan depresi dengan
tekanan darah. meningkatkan control diri (sucipto, 2014).
Efek dari teknik relaksasi pada tekanan
darah tinggi telah dikonfirmasi positif, lebih
kurang 60-90% klien konsultasi ke dokter
keluarga yang terkait dengan stress,
sejumlah besar memiliki tekanan darah
tinggi. Akibat manajemen stress mempunyai
posisi penting pengobatan anti-hipertensi
yang efektif digunakan. Teknik relakasi
yang tepat adalah relaksasi otot progresif¸
latihan aoutogenik, pernapasan dan
visualisasi (Schwickert, 2006). Indikasi
terapi ini adalah lansia yang mengalami
insomnia, stres, ansietas, depresi dan
ketegangan fisik/otot-otot (Setyoadi, 2011).
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan
bahwa PMR adalah salah satu terapi
relaksasi yang dapat digunakan untuk
mengatasi ansietas dan insomnia pada
lansia.
2 Rahayu, Sri Penelitian ini Pelaksanaan tindakan Teknik Relaksasi
Mulyati. 2020. menggunakan Pra Otot Progresif pada artikel ini dilakukan
Pengaruh Teknik Eksperimental dengan kepada lansia yang mengalami penyakit
Relaksasi Otot pendekatan One hipertensi. Tindakan yang dilakukan sejalan
Progresif Group Pretest dengan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap Posttest, sampel (Rusnoto & Alviana, 2017) yang
Tekanan Darah penelitian mengatakan bahwa ada pengaruh relaksasi
Lansia dengan menggunakan otot progresif terhadap penurunan tekanan
Hipertensi Purpposive Sampling darah. Teknik relaksasi otot progresif ini
berjumlah 22 lansia. dilakukan sebanyak 2 minggu secara
Analisis berturut-turut yang akan menyebabkan
menggunakan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis
univariat dengan sehingga neurotransmitter asetilkolin akan
frekuensi dan dilepas, dan asetilkolin tersebut akan
persentase, bivariat mempengaruhi aktifitas otot rangka dan
menggunakan otot polos di sistem saraf perifer
Wilcoxon test. neurotransmitter asetilkolin yang
dibebaskan oleh neuron kedinding
pembuluh darah akan merangsang sel-sel
endothelium pada pembuluh tersebut untuk
mensitesis dan membebaskan NO (oksida
nitrat), Pengeluaran NO akan memberikan
sinyal pada sel-sel otot polos untuk
berelaksasi sehingga kontraktilitas otot
jantung menurun, kemudian terjadi
vasodilatasi arteriol dan vena sehingga
tekanan darah akan menurun (Valentine et
al., n.d.) dan (Rosidin et al., 2019).
Selain itu setelah melakukan relaksasi
otot progresif para lansia merasakan
perasaan bahagia dan merasa tubuhnya
kembali bugar, perasaan bahagia yang
didapat tentunya juga akan merangsang zat-
zat seperti serotonin (sebagai vasodilator
pembuluh darah) dan hormon endorphin
yang bisa memperbaiki tekanan darah lebih
lancar dan berkontribusi pada penurunan
tekanan darah (Azizah, 2011) dan (Rosidin
et al., 2019) rah pada peserta prolanis.
Dengan adanya hasil penelitian yang
menunjukkan terdapat pengaruh teknik
relaksasi otot progresif terhadap tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi di
Puskesmas Bojong Soang Kabupaten
Bandung, maka artikel ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu intervensi yang dapat
dilaksanakan dalam penatalaksanaan
penderita hipertensi secara non farmakologi.
3 Upoyo, Arif Desain penelitian Pada penelitian ini sebagian besar pasien
Steyo. 2018. menggunakan quasi hipertensi berusia lebih dari 60 tahun dan
Pengaruh experimental. berjenis kelamin perempuan. Terdapat
Relaksasi Pelaksanaan perbedaan MAP bermakna sebelum dan
Genggam Jari penelitian di setelah intervensi teknik relaksasi genggam
dan Nafas Dalam Kecamatan Kembaran jari dan nafas dalam. Teknik relaksasi
terhadap Mean dan Purwokerto Timur genggam jari dan nafas dalam sama sama
Arterial Kabupaten Banyumas. efektif dalam menurunkan MAP pasien
Pressure Pasien Teknik pengambilan hipertensi primer. Kundu et al (2017)
Hipertensi sampel dengan mengungkakan bahwa MAP 105-119
Primer pendekatan simple menunjukkan hipertensi ringan dan 119-132
random sampling, hipertensi sedang. Berdasarkan hal tersebut
dengan jumlah sampel diketahui bahwa kedua intervensi
yaitu 50 menurunkan derajat hipertensi. Penurunan
orang yang terdiri dari MAP pada kedua kelompok disebabkan
25 orang mendapat karena intervensi yang diberikan baik
intervensi relaksasi genggam jari dan nafas dalam menimbulkan
genggam jari dan 25 respon relaksasi. Respon relaksasi
orang mendapat mempengaruhi sistem limbik untuk
intervensi relaksasi mensinkronisasikan gelombang otak menuju
nafas dalam. gelombang α yang menimbulkan perasaan
Instrumen yang tenang. Keadaan tersebut akan direspon oleh
digunakan adalah hipotalamus dengan cara menurunkan
tensimeter digital. sekresi Corticotropin Releasing Hormone
Analisis data (CRH), yang juga akan merangsang kelenjar
menggunakan paired t hipofisis anterior untuk menurunkan sekresi
test dan independent t Adrenocorticotropic Hormone (ACTH).
test. Penurunan rangsang simpatis akan
menurunkan frekuensi heart rate. Hasil
penelitian sejalan dengan penelitian
Perciavalle,V, et al (2017) yang
menyebutkan bahwa teknik relaksasi dapat
memperbaiki mood serta menurunkan heart
rate dan salivary corticol level. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Mason, et al,
(2013) yang menyatakan bahwa deep
breathing dapat mengaktifkan baroreseptor
yang dapat merangsang syaraf parasimpatis
sehingga dapat menurun heart rate
Penurunan tingkat stress dan heart rate
menimbulkan efek positif pada penderita
hipertensi. Kombinasi peningkatan stress
mental dan fisik dapat meningkatan tekanan
darah sistolik secara signifikan (Trapp,M.,et
al, 2014), sedangkan penurunan stress dapat
meningkatkan telomerase gene expression
dan menurunkan tekanan darah (Duraimani
S,et al, 2015). Hal-hal tersebut yang
menyebakan MAP pada kedua kelompok
menurun setelah intervensi.

Anda mungkin juga menyukai