Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN

CVA atau STROKE

Dosen Pembimbing :

HARTIN SUIDAH, S Kep Ns, M

Disusun oleh :
Bella Feby Dwi Nur Ika Sari (0118008)
Dewi Fatimatus Syahro (0118010)
Nurul Wilkyis (0118030)
Sabilar Rizqi Putri Fanani (0118036)
Vida Khumaidah (0118042)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan CVA” tepat pada waktunya. Makalah
ini kelompok kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Dan kami berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik atau saran
untuk makalah ini.

Mojokerto, 24 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

- KONSEP PENYAKIT CVA / STROKE


- KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
- CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA dengan CVA

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf atau deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian
otak. Secara sederhana stroke didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya
suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas atau
lumpuh sesaat atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke
bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik).
Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam
setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya
menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif.
Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, sangatlah penting bagi
usia muda untuk mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga
mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit
stroke. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya
mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga
sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di
Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah
sakit.
Stroke hingga kini masih merupakan penyebab kematian nomor wahid di
berbagai rumah sakit di Tanah Air. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan
terbanyak pada kelompok usia dewasa yang masih produktif. Tingginya kasus
stroke ini salah satunya dipicu oleh rendahnya kepedulian masyarakat dalam
mengatasi berbagai risiko yang menimbulkan stroke melalui pola hidup
sehat.Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan, angka kejadian stroke
menurut data dasar rumah sakit 63,52 per 100.000 penduduk usia di atas 65 tahun.
Sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa.
Diperkirakan, hampir setengah juta penduduk berisiko tinggi terserang stroke.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Penyakit CVA atau Stroke ?
2. Bagaimana Konsep Keluarga ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Konsep Penyakit CVA atau Stroke
2. Untuk mengetahui tentang Konsep Keluarga

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP PENYAKIT CVA / STROKE

A. DEFINISI
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global
akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa
tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang
seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron).
Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke
dapat terjadi karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli
yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin,
2001).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
gangguan peredaran darah otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan
bila gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian sebagian sel
saraf.
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke
hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada stroke
hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan
stroke iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan
oksigen dan nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011),
antara lain sebagai berikut :
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah
yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya
adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam
darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau
pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.
Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam
pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan
tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan
terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan
lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami
kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan
oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark,
stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian
jaringan otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011)
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya
berlangsung kurang dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan
oleh thrombus atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA dapat
ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar 50
% pasien sudah terkena infark.
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam,
biasanya RIND akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang
dimana terlihat semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit
neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi
berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhagic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak
berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami
infark.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan
menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada
otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga
genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila
ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian.
Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena
penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh
(aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia
(degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik).
Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding
pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi
apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke
hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu :
a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)
Kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini
biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau
arteri meningens lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah
mengalami cedera untuk dapat mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut)
Hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga
pembentukan hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid)
Dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab
paling sering adalah kebocoran aneurisma.
d. Hemoragi interaserebral
Hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak yang paling umum
terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena
perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah.

B. ETIOLOGI
1. Stroke Iskemik
a) Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosis serebral yang merupakan penyebab paling umum
dari stroke. Tanda-tanda thrombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah
onset yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan
kognitif, atau kejang dan beberapa mengalami onset yang tidak dapat
dibedakan dari hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum,
thrombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba ; dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegic, atau parastesia pada setengah tubuh dapat mendahului
onset paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
b) Embolisme serebral
Embolisme biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis atau
hemiplegic tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan kesadaran
pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari
embolisme serebral.

2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga
menyebabkan iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Penyebab
stroke himoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteriovenosa ( hubungan yang abnormal).

C. PATOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat) pada
gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai factor penyebab infark pada otak. Thrombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah
mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kogestri disekitar area. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah
maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisme pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan hipartensi
pembuluh darah.perdarahan intrasirebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskular, karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi masa otak,peningkatan tekanan intracranial dan
yang lebih berat dapat mengakibatkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat
foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,henisfer otak,dan
perdarahan sibatang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke bataang
otak.Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nucleus kaudatus,thalamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang enuksia serebral.perubahan
yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk waktu 4 sampai 6 menit. Perubahan
irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkin otak,akibat volume perdarahan yang relativ banyak
akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial dan penurunan tekanan perfusi
otak serta gangguan drainase otak. Elemen-eleman vaso aktiv darah yang keluar dan
kaskade iskemik akibat menurunya tekanan perfusi,menyebabkan saraf di area yg
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari
60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada
perdarahan logar. Sedangkan jika terjadi perdarahan seregral dengan volume antara
30 sampai 60cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%, namun volume
darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
D. PATHWAY

Faktor-faktor risiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, miokard Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, artetis infark, endokarditis, fibrasi arteriovenous

Tromosis serebral Penyumbatan pembuluh darah otak Pendarahan intraserebral


oleh bekuan darah, lemak dan udara

Pembuluh darah okulasi, Emboli serebral Pembesaran darah ke parenkim


iskemik jar otak, edema dan otak, penekanan jar otak, infrak
kongesti jar sekitar Stroke otak, edema, hemiasi otak

Defisit neurologis

Infrak serebral Kehilangan Risiko Kerusakan lobus Disfungsi bahasa,


kontrol volunter peningkatan frontal kapasitas, dan komunikasi
TIK memori/fungsi
1. Perubahan Hemiplegi intelektual Disartria,
perfusi jaringan dan Herniasi falk kortikal afasia, apraksia
serebral hemiparesis serebri dan ke
foramen magrum
3. Kerusakan
2. Kerusakan komunikasi
mobilitas fisik Kompresi batang verbal
otak
4. Defisit Kehilangan
perawatan diri tonus otot Depresi saraf
kardiovaskuler
koma dan pernafasan

Kegagalan
Kelemahan
Intake nutrisi kardiovaskuler
fisik umum
tidak adekuat dan pernapasan
Penurunan
tingkat kematian
5. Perubahan kesadaran
pemenuhan
nutrisi Penekanan
jaringan
setempat

6. Resiko kerusakan
integritas kulit
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-
rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut gejala klinis
meliputi :
 Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul secara
mendadak.
 Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
 Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
 Afasia (kesulitan dalam bicara)
 Disatria (bicara cadel atau pelo)
 Gangguan penglihatan, diplopia
 Ataksia
 Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala.

F. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko stroke adalah faktor yang memperbesar kemungkinan seseorang
untuk menderita stroke. Ada 2 kelompok utama faktor risiko stroke. Kelompok
pertama ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang
normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Riwayat stroke dalam keluarga serangan
e. Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.

Kelompok yang kedua merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat
dimodifikasi. Faktor risiko utama yang termasuk kelompok kedua menurut
Bounameaux, et al.,1999 yaitu :

a. Hipertensi
b. Diabetes Mellitus
c. Merokok
d. Hiperlipidemia
e. Intoksikasi alkohol

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Harsono (1996) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penderita stroke adalah sebagai berikut :
a. CT scan bagian kepala
Pada stroke non-hemoragi terlihat adanya infark, sedangkan pada stroke
hemoragi terlihat perdarahan.
b. Pemeriksaan lumbal Pungsi
Pada pemeriksaan lumbal pungsi untuk pemeriksaan diagnostic diperiksa
kimia sitology, mikrobiologi, dan virologi. Di samping itu, dilihat pula tetesan
cairan serebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warnanya, dan
tekanan yang menggambarkan proses terjadi di intraspinal. Pada stroke non-
hemoragik akan ditemukan tekanan normal dari cairan cerebrospinal jernih.
Pemeriksaan fungsi sisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi
lumbal. Prosedur ini dilakukan dengan supervise neurology yang telah
berpengalaman.
c. Elektrokardiografi (EKG)
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan sampai ke otak.
d. Elektro Encephalo Grafi
Mengidentifikasikan masalah berdasarkan gelombang otak, menunjukan area
lokasi secara spesifik.
e. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, kekentalan darah,
jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal, dan mekanisme
pembekuan darah.
f. Angiografi serebral
Membantu secara spesifik penyebab stroke seperti perdarahan atau obstruksi
arteri, memperlihatkan secara tepat letak onkulsi atau rupture.
g. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
Menunjukan darah yang mengalami infark, hemoragi, Malformasi Arterior
Vena (MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibandingkan CT scan.
h. Ultrasonografi Dopler
Dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyakit MAV.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Harsono (1996), kematian dan deteriosasi neurologis minggu pertama
stroke iskemia terjadi karena adanya edema otak. Edema otak timbul dalam beberapa
jam setelah stroke iskemik dan mencapai puncaknya 24-96 jam. Edema otak mula-
mula cytofosic karena terjadi gangguan pada metabolism seluler kemudian terdapat
edema vasogenik karena rusaknya sawar darah otak setempat. Menurut Harsono
(1996), untuk menurunkan edema otak dilakukan hal-hal berikut ini :
a. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-300
b. Hindarkan pemberian nutrisi cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan
hipotonik.
c. Pemberian osmoterapi seperti berikut ini :
 Bolus marital 1gr/kgBB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan
dosis 0,25 gr/kgBB setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam. Target osmolaritas
300-320 mmol/liter.
 Gliserol 50% oral 0,25-1 gr/kgBB setiap 4 sampai 6 jam atau gliserol 10%
intravena 10 ml/kgBB dalam 3-4 jam ( untuk edema serebral ringan,sedang).
 Furosemida 1 mg/kgBB intravena.
d. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai PCO2 =
29-35 mmHg.
e. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supra tentoral 8,
dengan pergesaran linea mediarea atau serebral infark disertai efek rasa.
f. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serebral karena di
samping menyebabkan hipergilkemia juga naiknya resiko infeksi.
 Penatalaksanaan Stroke di Ruang UGD
a. Dokter akan mengevaluasi berbagai hal berikut :
- Menentukan awitan stroke (sejak kapan menderita stroke)
- Menentukan tingkat kesadaran
- Menentukan jenis stroke
- Menentukan lokasi stroke
- Menentukan derajat beratnya stroke
b. Hal-hal lain yang diakses dokter UGD sebagai berikut :
- Mencari faktor risiko
- Bila stroke terjadi akibat hipertensi, juga mendeteksi adanya kelainan
organ target hipertensi yang lain.
- Mencegah komplikasi dan penyulit akut
- Menentukan awitan stroke
 Tindakan Medis di UGD
Beberapa hal berikut adalah tindakan medis yang mungkin (relatif) akan
dilakukan oleh  tim UGD, yaitu :
a) Pemberian oksigen
Jaringan otak mengalami gangguan sirkulasi oksigen, dengan pemberian
oksigen diharapkan dapat membantu oksigenasi jaringan. Pemberian oksigen
dengan cara menempelkan selang oksigen ke hidung penderita stroke.
b) Pemasangan mayo
Jalan nafas selain melalui hidung juga dapat melalui mulut. Nafas melalui
mulut dapat terhalang apabila lidah jatuh ke belakang. Dengan menggunakan
mayo yang dipasang di dalam rongga mulut maka jalan nafas tidak akan
terganggu.
c) Pemasangan NGT (Nasogastric Tube)
Penderita stroke dapat mengalami penurunan kesadaran serta hilangnya
kontrol refleks muntah. Selain itu juga dapat terjadi ketidakmampuan menelan.
Apabila penderita muntah maka muntahan sangat berbahaya bila masuk ke
paru-paru (aspirasi). Sifat muntahan adalah asam yang dapat merusak jaringan
paru dan menimbulkan komplikasi yang serius. Untuk mencegah muntah maka
dipasang NGT ('Naso Gastric Tube') yang dimasukan melalui hidung hingga
mencapai lambung. NGT juga merupakan akses masuknya obat-obatan dan
makanan cair.
d) Pemasangan infus
Tujuan pemasangan infus adalah :
- Terapi cairan dan nutrisi, sehubungan penderita strok mungkin tidak
makan dan minum.
- Akses masuknya obat-obatan
e) Pemasangan kateter urine
Penderita serangan strok dapat kehilangan fungsi berkemih (pipis). Maksud
pemasangan kateter urine :
- Membantu proses berkemih
- Menghitung keseimbangan kebutuhan cairan dengan melihat jumlah air
kemih.
f) Lainnya
- Pemasangan alat-alat lainnya, misalnya peralatan untuk monitoring.
- Pemeriksaan yang mungkin akan dilakukan di IGD (relatif).
- Pemeriksaan darah lengkap, termasuk elektrolit dan gula darah.
Pemeriksaan darah bermanfaat untuk mengetahui banyak hal.
- EKG, yaitu pemeriksaan sadapan jantung. Untuk mengetahui adanya
faktor risiko kelainan jantung.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) adalah sebagai berikut :
a. Kompikasi dini (0-48 jam pertama)
- Edema serebri : deficit neurologis cenderung memberat, dan
mengakibatkan peningkayan TIK, herniasi dan akhirnya menimbulkan
kematian.
- Infark miokard : Penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
- Pnemonia : akibat imobilisasi lama
- Infark miokard
- Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke, sering kali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
- Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat
c. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuen,infrak miokard, gangguan vascular lain : Penyakit vascular
perifer. Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke
yaitu :
- Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberikan oksigenasi
- Penurunan darah serebral
- Embolisme serebral

J. JENIS - JENIS TERAPI


 Terapi Stroke Akut
Salah satu tugas penting tenaga medis sewaktu menghadapi defisit neurologis
akut, fokal dan nonkonvulsif adalah menentukan apakah kausanya perdarahan
atau iskhemik-infark. Terapi darurat untuk kedua tipe stroke tersebut berbeda,
karena terapi untuk pembentukan thrombus dapat memicu pendarahan pada CVA
Hemoragik. Pendekatan pada terapi darurat memiliki 3 tujuan :
a. Mencegah cidera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik
noninfark.
b. Membalikan cedera syaraf sedapat mungkin.
c. Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel di daerah
penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamate.

Terapi yang terbukti efektif dalam memulihkan fungsi otak dan memperkecil
kerusakan neuron setelah stroke iskemik adalah :

a. Aspirin yang diberikan dalam 48 jam


b. Terapi trombolitik yang diberikan dalam 3 jam
c. Perawat intensive di unit stroke khusus

Karena stroke akut sering berkaitan dengan disfungsi jantung dan aritmia,
maka dilakukan pemantauan EKG saat pasien dimasukan ke perawatan intensive.
Telah dibuktikan bahwa , pada stroke iskemik atau hemorargik dari sedanng
sampai besar, interval QT sering memanjang, suatu temukan mengemukakan
berhubungan dengan distramia fatal. Dengan demikian, pemberian obat yang
meningkatkan interval QT dikontraindikasikan pada pasien dengan stroke akut.

 Terapi Medis
a) Neuroproteksi
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar
cedera jaringan neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan
adalah tujuan dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Hipotermi
adalah terapi neoroprotektif yang sudah lama digunakan pada kasus trauma
otak dan terus diteliti pada stoke. The Cleveland Clinic telah meneliti
pemakain selimut dingin dan mandi air es dalam waktu 8 jam awitan gejala
dan mempertahankan hipotermi ke suhu 89,6o F selama 12 sampai 72 jam
sementara pasien mendapat bantuan untuk mempertahankan kehidupan.
Selama rehabilitasi, pasien yang diberikan terapi hipotermi cenderung
mengalami lebih sedikit kecacatan dan darah infark yang lebih kecil daripada
kelompok control (Abou-Chebl et al.,2001).
Pendekatan lain untuk mempertahankan jaringan adalah pemakain obat
neuroprotektif. Banyak riset stroke meneliti obat yang dapat menurunkan
metabolisme neuron, mencegah pelepasan zat-zat toksik dari neuron yang
rusak, atau memperkecil respon hipereksitatorik yang merusak dari neuron-
neuron di penumbra iskemik yang mengelilingi daerah infark pada stroke.
Berbagai agen telah diuji, termasuk nitroksida. Suatu obat neuroprotektif yang
menjanjikan, sereblolisin (CERE) memiliki efek pada metabolism kalsium
neuron dan juga memperlihatkan efek neurotrofik (Ladurner,2001).Saat ini
terdapat beragam obat dan senyawa untuk mencegah dan mengobati secara
akut stroke yang berada dalam berbagai tahap perkembangan.
b) Antikoagulasi
The European Stroke Initiative (2000) merekomendasikan bahwa
antikolagen oral (INR 2,0 sampai 3,0) diindikasikan pada stroke yang
disebabkan oleh fibrilasi atrium.
c) Trombolisis Intravena
Satu-satunya obat yang disetujui oleh the US Food and Drug
Administration (FDA) untuk terapi stroke Iskemik akut adalah activator
plasminogen jaringan (TPA) bentuk rekombinan. TPA dapat digunakan untuk
menghindari cedera otak. Keberhasilan ini mendorong diidentifikasikannya
upaya-upaya untuk menyuluh masyarakat dan petugas kesehatan bahwa stroke
adalah suatu kedaduratan dan bahwa gejala stroke akut harus segera diterapi
seperti layaknya luka tembak. Dengan demikian, terapi dengan TPA intravena
tetap menjadi standar perawatan untuk stroke akut dalam tiga jam pertama
setelah awitan awal.

 Terapi Bedah
Dekompresi Bedah adalah suatu intervensi drastic yang masih menjalani uji
klinis dan dicadangan untuk stroke yang paling massif. Pada prosedur ini, salah
satu sisi tengkorak diangkat (suatu hemikraniaektomi) sehingga jaringan otak
yang mengalami infark dan edema mengembang tanpa dibatasi oleh struktur
tengkorak yang kaku.Dengan demikian prosedur ini mencegah tekanan dan
distorsi pada jaringan yang masih sehat dan struktur batang otak.

K. DETEKSI DINI STROKE


Deteksi dengan menggunakan Cincinnati Pre-Hospital Stroke Scale yang
terdiri dari FAST!!!!
a. F : Facial drop → Pasien diminta tersenyum/ menunjukkan gigi (abnormal bila
satu sisi wajah tidak bergerak sesuai sisi lainnya.
b. A : Arm drift → Pasien diminta mengangkat kedua tangan 900 selama beberapa
saat (abnormal bila tidak mampu bertahan/ salah satu sisi tidak naik setinggi sisi
lainnya.
c. S : Slurred Speech → Pasien diminta mengulang kalimat sederhana (abnormal
bila pengucapan tidak jelas, kalimat tidak sesuai, atau tidak mampu bicara.
d. T : Time → segera minta bantuan medis untuk pertolongan lebih lanjut.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Asuhan Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan (Depkes RI,1998).
Asuhan Keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu
sebagai anggota keluarga (Mubarok,dkk, 2006).
Sedangkan pengertian yang lain perawatan keluarga adalah tingkat keperawatan
kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan
yang dirawat. Dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau
penyalur (Effendi,1998).
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan suatu pendekatan
yang sistematik yaitu dengan keperawatan kesehatan keluarga. Pendekatan ini
digunakan dalam rangka mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi keluarga dimulai dari pengkajian, penemuan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
B. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan Khusus
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat
dalam mengatasi masalah kesehatan para anggota keluarganya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarganya.
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
(Effendi,1998)
C. SASARAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga yang menjadi prioritas utama
adalah keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi :
1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut :
 Tingkat social ekonomi rendah.
 Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
 Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit
keturunan.
2. Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan. Waktu hamil :
 Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun)
 Menderita kekurangan gizi atau anemia.
 Menderita hipertensi.
 Primepara atau multipara.
 Riwayat persalinan dengan komplikasi.
3. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi,karena :
 Lahir premature/BBLR
 Berat badan sukar naik.
 Lahir dengan cacat bawaan.
 Asi ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
 Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau
anaknya.
4. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
 Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.
 Tidak ada kesesuain pendapat antara anggota keluarga dengan sering
timbul cekcok dan ketegangan.
 Ada anggota keluarga yang sering sakit.
 Salah satu orangtua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari meninggalkan
keluarga. (Effendi,1998)
D. STRUKTUR KELUARGA
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a) Struktur komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur, selalu
menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif, dan tidak mengulang-ulang isu
dan pendapat sendiri.
b) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan sebagainya. Tetapi
kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri dirumah.
c) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif.
d) Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

E. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :
a) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
b) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi keluarga.
c) Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan
tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung
pada perceraian.
e) Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

F. TUGAS KESEHATAN KELUARGA


Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, 1998 :
a) Mengenal masalah kesehatan
b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d) Memodifikasi lingkungan (menciptakan dan mempertahankan suasana rumah
yang sehat)
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

G. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-
individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut,
keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-
tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman, 1998) adalah :
1) Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.
2) Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak
pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
3) Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai ketika anak pertama
berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun.
4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah
berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13
tahun, awal dari masa remaja.
5) Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak pertama melewati
umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
6) Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda, ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”
ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih
tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan
oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
7) Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai dengan salah stu
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan
meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.

CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA dengan CVA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA TN.S DENGAN STROKE

DI RT 08 RW XIII KELURAHAN TANDANG

I. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA MENURUT


FRIEDMAN
Pengkajian dilakukan mulai hari Sabtu, tanggal 7 Januari 2006 sampai hari
Senin, tanggal 9 Januari 2006 di rumah keluarga Ny.M

A. Data Umum
1. Nama KK : Tn.S
2. Umur : 60 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Sopir
5. Alamat : RT 08 RW XIII Kelurahan Tandang
6. Daftar Anggota Keluarga
No Nam Hubunga Umu L/ Status Pendidika Pekerjaa Ket.
. a n dengan r P Perkawina n n Imunisas
KK n i
1. Tn.S KK 60 th L Kawin SD Sopir -
2. Ny.M Istri 55 th P Kawin SD IRT -
3. Tn.Y Anak 23 th L Kawin SMK Swasta -
4. Nn.S Anak 20 th P Belum SMK Belum -
kawin bekerja

Genogram 3 generasi :
Keterangan :

: Laki - laki

: Perempuan

: Tinggal serumah
: Klien

: Meninggal

: Pisah

7. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny.M adalah single parent

8. Budaya
 Suku bangsa : Jawa
 Bahasa yang digunakan : Bahasa Jawa
 Pantangan
Ny.M mengatakan, “Kami tidak mempunyai pantangan apa-apa.”

 Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan


Keluarga tidak mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan
dengan kesehatan. “Kami biasanya tidur jam 21.00 sampai jam 05.00
WIB.”

9. Kegiatan rutin keagamaan di rumah


Ny.M mengatakan, “Kami semua anggota keluarga beragama Islam,
tapi sejak sakit saya tidak melaksanakan sholat 5 waktu, kalau anak saya
aktif mengikuti pengajian remaja.”

10. Status social ekonomi keluarga


a) Pekerjaan Anggota Keluarga
Ny.M mengatakan, “Saya tidak bekerja, anak saya yang kecil juga
belum bekerja. Hanya setiap hari saya dijatah suami saya yang bekerja
sebagai sopir 20.000 setiap hari dan kadang-kadang anak saya yang
pertama kirim uang tapi tidak tentu.”

b) Penghasilan Anggota Keluarga


Tidak ada penghasilan, hanya jatah dari suami setiap hari 20.000
kadang tidak tentu.

c) Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari


Ny.M mengatakan, “Penghasilan tersebut hanya cukup untuk
kebutuhan makan sehari-hari sama buat bayar rewang, karena kadang
anak saya tidak di rumah.”

d) Tabungan/Asuransi
11. Kebutuhan Rekreasi
a) Rekreasi yang digunakan di dalam rumah
Ny.M mengatakan ia tidak pernah rekreasi kemana-mana. “Kami
hanya menonton TV, la gimana.. saya tidak bisa pergi kemana-mana.”

b) Rekreasi yang digunakan di luar rumah


“Kami tidak pernah rekreasi bersama, paling anak saya pergi ke
rumah neneknya di Kediri.” Ny.M mengatakan bahwa itu rumah nenek
dari ayahnya.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


12. Tahapan perkembangan keluarga
Keluarga Ny.M sekarang pada tahap perkembangan keluarga dengan
lanjut usia. Tugas perkembangan keluarga yang seharusnya dilalui oleh
keluarga adalah mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan,
adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan, mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
dan melakukan “life review.”
Ny.M pisah rumah dengan Tn.S sudah sejak sakit lumpuh kurang lebih
9 tahun yang lalu. “Bapak punya istri lagi mbak sejak saya sakit lumpuh
seperti ini.”

13. Tugas tahapan perkembangan yang belum terpenuhi


Ny.M mengatakan, “Saya pisah mbak dengan bapak, karena sejak saya
sakit dia punya istri lagi, sekarang dia tinggal di rumah istri mudanya.”

14. Riwayat keluarga inti


Menurut keterangan Ny.M “Saya asli Semarang, bapak asli Klaten.
Dari pertama nikah saya sudah tinggal disini.”

15. Riwayat keluarga sebelumnya


a) Riwayat hubungan keluarga
“Saya kadang-kadang masih bertemu dengan saudara-saudara saya
karena rumahnya dekat-dekat, tapi sama keluarga suami tidak pernah.”
Ny.M mengatakan saudara suami sudah meninggal semua.

b) Konflik antar pasangan


“Ya itu, sejak bapak punya istri lagi, dia tidak pernah tinggal disini.”
Ny.M mengatakan ia tidak mau tinggal serumah dengan Tn.S.

C. LINGKUNGAN
16. Karakteristik Rumah
a) Status Rumah
Status rumah merupakan rumah dengan status hak milik atas nama
Tn.S.

b) Perincian Denah Rumah


Jenis bangunan permanent dengan ukuran 15x10 meter, yang terdiri
dari : 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur. Lantai
diplester. Ruang tamu memiliki 1 jendela yang selalu dibuka. Atap
terbuat dari genting. Dapur terletak dibelakang dekat kamar mandi.
MCK terletak di dalam rumah, sumber air dari sumur dengan sanyo.
Keluarga memiliki tempat penampungan air.
Denah Rumah :

MCK dapur

B T
K. Tidur

K. Tidur R.Tamu
8m

c) Keadaan Rumah
Kondisi lantai bersih, kondisi ruangan kurang teratur, lantai terbuat
dari plester, atap terbuat dari genting, tidak dipasang eternit.

d) Kebiasaan keluarga dalam perawatan rumah


Ny.M mengatakan, “Biasanya anak saya atau kadang rewang saya
yang menyapu dan mengepel.”

e) Sistem Pembuangan Sampah


Menurut keterangan Ny.M “ Pembuangan sampah di taruh di tong
kemudian dibakar.”

f) Sistem Drainage Air


Keluarga Ny. M memiliki selokan untuk membuang limbah
keluarga dan selokan tersebut bermuara sampai ke sungai, selokannya
terbuka dan lancar.

g) Penggunaan Jamban
Keluarga memiliki jamban jenisnya kloset duduk yang letaknya
didalam rumah, tempat penampungan jamban tersebut dengan sumber
air jaraknya lebih dari 10 M.

h) Kondisi Air
Keluarga memakai sumber air dari sumur menggunakan sanyo
untuk pemenuhan kebutuhan sehari – hari, kondisi air bersih, tidak
berbau, berasa ataupun berwarna.

i) Pengetahuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang berkaitan


dengan Lingkungan
Ny. M mengatakan : “Ya kalau lingkungan kotor akan
mengakibatkan masyarakat mudah sakit.”

17. Karakteristik tetanggan dan Komunitas


a) Adat dan istiadat komunitas sekitar
Nn. S “Tetangga sekitar mempunyai kebiasaan mengaji bersama,
apabila ada salah satu tetangganya yang sakit mereka saling bantu-
membantu.”
“Setiap bulan pada minggu pertama diadakan pertemuan PKK
tingkat RT dan keesokan harinya dilakukan kerjabakti ibu-ibu
bersama untuk membersihkan lingkungan sekitar rumah masing –
masing dan membakar sampah di penampungan sampah umum.”

b) Pola pergaulan keluarga


Ny. M mengatakan tetangga baik- baik “Menurut saya hubungan
keluarga dengan tetangga baik-baik saja, tapi karena saya sakit saya
tidak pernah pergi kemana-mana. Saya dulu pernah belajar berjalan
menggunakan tongkat tapi semenjak jatuh saya takut lagi, semenjak itu
kalau tidak dipapah saya tidak mau berjalan.

c) Persepsi Keluarga terhadap komunitas


“Kami merasa nyaman hidup ditengah-tengah masyarakat, menurut
keluarga mereka layaknya keluarga sendiri, saling membantu jika ada
kesulitan” Ny.M menerangkan.

d) Pengetahuan Keluarga mengenai Masalah kesehatan Yang berkaitan


Dengan Komunitas
Ny. Tampak dengan kebingungan “Masalah kesehatan yang muncul
dalam kehidupan ditengah masyarakat secara khusus saya belum tahu,
tapi sekarang ini lagi musim demam berdarah ya.

18. Mobilitas Geografis Keluarga


a) Alat transportasi Di daerah
Menurut keterangan Ny.M alat transportasi yang ada didaerah
banyak seperti angkutan kota, bis namun untuk masuk sampai
rumahnya belum ada kendaraan umum yang masuk, jalan satu –
satunya adalah naik ojek atau jalan kaki.

b) Alat Transportasi yang biasa digunakan oleh keluarga


Ny. M mengatakan “ saya tidak pernah kemana-mana. Paling anak
saya kalau keluar pakai sepeda motor.”

19. Perkumpulan keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat


a) Peran serta keluarga Dalam perkumpulan di masyarakat
Ny. M mengatakan keluarganya tdak aktif dalam organisasi
kemasyarakatan apapun“Kami hanya warga biasa.”

b) Persepsi keluarga mengenai perkumpulan di masyarakat


Nn.S mengatakan “Perkumpulan di masyarakat memang banyak
manfaatnya selain berkumpul bersama bisa menjalin tali
silaturohmi yang lebih erat sambil cerita dan bercanda bersama.”

D. STRUKTUR KELUARGA
20. Pola Komunikasi Keluarga
“Kami selalu menyarankan agar saling terbuka dan saling membantu
bila ada masalah” Ny. M menerangkan.

21. Struktur Kekuatan keluarga


Menurut keterangan Ny. M “keputusan dengan musyawarah”. Tapi
keputusan tetap melibatkan Tn.S walaupun tidak tinggal serumah.

22. Struktur peran


Walau tidak tinggal dalam satu rumah Tn. S tetap berperan sebagai
pencari nafkah karena Ny.M tidak bisa bekerja dan anaknya belum
bekerja.

23. Nilai dan norma budaya


Ny. M mengatakan anaknya rajin mengikuti kegiatan keagamaan yang
ada diwilayah RT seperti pengajian bersama,kalau Ny.M tidak pernah
mengikuti. Keluarga mengatakan dalam keluarga menghormati satu sama
lain namun tetap menjaga agar suasana rumah bisa hidup dengan saling
menghargai namun jika ada masalah keluarga membicarakan dengan serius
antar anggota.

E. FUNGSI KELUARGA
24. Fungsi Afektif
Ny.M sangat menyayangi anak-anaknya, sebenarnya Tn.S juga
menyayangi anaknya.tapi Ny.M mengatakan tidak mau berkumpul lagi
dengan Tn.S karena memili istri lagi.

25. Fungsi Sosial


Ny. M mengatakn “Kami saling menyayangi, bapak juga sayang sama
anak-anak, tapi saya tidak mau dia tinggal disini, biar dia tinggal di rumah
istri mudanya.

26. Fungsi Reproduksi


“Saya sudah tidak menstruasi, dan suami saya sekarang tinggal dengan
istri mudanya, Ny.M mengatakan.

27. Fungsi sosialisasi.


Ny. M mengatakan “saya tidak pernah bergaul dengan tetangga ,
karena saya tidak bisa ke mana-mana, tetapi hubungna saya dengan
tetangga baik-baik saja, mereka juga mau membantu memapah saya jalan
bila tidak ada anak saya.

28. Fungsi Perawatan Kesehatan


a) Kemampuan keluarga Mengenal masalah kesehatan
Nn. S tahun penyakit yang diderita Ny.M adalah lumpuh, dan
kelarga tau sebenarnya Ny.M harus diterapi, tetapi Ny.M tidak mau
karena merasa putus asa.

b) Kemampuan keluarga Mengambil keputusan mengenai tindakan


keperawatan
Nn. S mengatakan kalau masalah biaya pengobatan selalu diusahan,
keluarga menyadari ada masalah dengan anggota keluarganya yaitu
Ny.M yang mengalami kelumpuhan.

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.


Nn. S mengatakan “Kami sebenarnya sudah mengupayakan untuk
kesembuhan ibu, kami membawa ke rumah sakit untuk dilatih gerakan,
tapi ibu akhirnya ndak mau, akhirnya saya memanggil seorang suster
untuk di lakukan perawatan di rumah dan ibu akhirnya bosan ibu
mintanya langsung bisa jalan”. Lalu keluarga mencoba melatih gerakan
sendiri seperti yang dilakkan oleh suster. Keluarga juga membawa
klien ke akupuntur tapi tidak ada perubahan.

d) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang sehat


Menurut keterangan Nn. S, Keluarga sudah membuatkan tempat
untuk BAB/BAK dengan menggunakan kursi yang di lobangi
tengahnya agar Ny.M tidak kesulitan.

e) Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan


Nn. Smengatakan, :”dulu rajin membawa Ny.M ke rumah sakit
atau dokter praktek, karena tidak ada kemajuan (Ny.M ingin segera
bisa jalan), Akhirnya ibu minta pengoobatan dihentikan.”

29. Fungsi Ekonomi


Ny. M mengatakan “Uang jatah dari bapak ya hanya cukup untuk
makan sehari-hari.

F. STRESS DAN COPING INDIVIDU


30. Stressor Jangka Pendek
Ny. M mengatakan anaknya sudah mencari kerja tapi bulum dapat.

31. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor


Nn. S sudah berusaha mencari kerja, “saya akan berusaha sungguh-
sungguh biar bisa membantu keuangan keluarga”.

32. Strategi Koping Yang Digunakan


Ny. M mengatakan “jika ada masalah keluarga kami lebih suka
berunding bersama, dan pasrah kepada Allah”.

33. Harapan Keluarga Pada Perawat


Ny. M dan Nn. S berharap bisa mendapatkan berbagai informasi
kesehatan dan mampu memberikan penyelesaian masalah kesehatan yang
dihadapi keluarga.

34. Persepsi Keluarga Terhadap Perawat


Ny. M dan Nn. S menganggap sosok perawat adalah seseorang yang
mampu membantu jika ada masalah kesehatan yang muncul.

35. Harapan Keluarga Terhadap Perawat Berhubungan Dengan Masalah Yang


Dihadapi
Ny. M dan Nn. S mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi
mengenai kesehatan demi menjaga kesehatan anggota keluarga.

G. Hasil Pemeriksaan Fisik Keuarga Ny. M tanggal 7 Januari 2006


No. Pemeriksaan Ny. M Nn. S
1. Kepala
RambBut Beruban, tidak rontok
Mata TTidak anemis Hitam, bersih tidak
Hidung SSimetris, tidak ada polip rontok
Telinga Aurikula simetris, bersih, Tidak anemis
tidak terdapat Simetris, tidak ada polip
penumpukan serumen Aurikula simetris,
Mulut Gigi sudah ada yang bersih, tidak terdapat
tanggal, mulut bersih, penumpukan serumen
Leher tidak ada lesi Gigi utuh, mulut bersih,
Tidak terdapat tidak ada lesi
pembesaran kelenjar Tidak terdapat
Dada tiroid, tidak ada kesulitan pembesaran kelenjar
Bentuk menelan. tiroid, tidak ada
Paru kesulitan menelan.
Inspeksi Simetris
Auskultasi Simetris
Perkusi Gerakan dada ritmis
Palpasi Wheezing terdengar Gerakan dada ritmis
Jantung Redup Suara dasar Vesikuler
Fremitus positif Sonor
Suara dasar Vesikuler
Tidak tampak ictus cordis
Abdomen suara S1-S2 terdengar Tidak tampak ictus
normal, Sonor cordis suara S1-S2
Bentuk terdengar normal, Sonor
Inspeksi Datar
Auskultasi Gerakan nafas ritmis Datar
Peristaltik terdengar 10-20 Gerakan nafas ritmis
Perkusi kali/menit Peristaltik terdengar 8-
Palpasi Redup 15 kali/menit
Tidak teraba hepar dan Redup
Ekstremitas atas dan tidak ada nyeri tekan. Tidak teraba hepar dan
bawah Mengalami keterbatasan tidak ada nyeri tekan.
pergerakan pada tangan
kanan dan kaki kanan, ROM maksimal
kekuatan tonus otot 1, kekuatan sama. ROM
tidak ada edema maksimal, tidak ada
edema, kekuatan sama,
dan tidak ada
Tanda-tanda Vital kelemahan anggota
Tek. Darah 140 gerak.
Suhu badan 140/90 mmHg.
Nadi 3636,5˚ C
Pernafasan 120/80 mmHg.
Tinggi badan 88 88 kali/menit 36,8˚ C
Berat badan 20 kali/menit 80 kali/menit
143 Cm 20 kali/ menit
60 Kg 150 Cm
43 Kg
II. ANALISA DATA
N DATA PROBLEM ETIOLOGI
O
1. DS : Gangguan mobilitas fisik Ketidakmampuan
- Ny.M mengatakan dia pada Ny.M keluarga merawat
tidak bisa beraktivitas anggota keluarga yang
apa-apa, ia mau menderita stroke
beraktifitas bila ada
yang mau memapah
- Ny.M mengatakan
“saya dulu pernah
belajar berjalan
menggunakan
tongakat tapi semenjak
jatuh saya takut lagi,
semenjak itu kalau
tidak di papah saya
tidak mau berjalan
- Dulu pas sakit mulut
saya mencong mbak
DO :
- Ny.M hanya tiduran
ditempat tidur atau
duduk di kursi
- Tidak mau dilakukan
latihan ROM pasif
2. DS : Pemeliharaan kesehatan Ketidakmampuan
- Nn.S mengatakan tidak efektif keluarga merawat
“dulu rajin membawa anggota keluarga dengan
Ny.M ke rumash sakit stroke
atau dokter praktik,
karena tidak ada
kemajuan (Ny.M ingin
segera bisa jalan).
Akhirnya ibu minta
pengobatan dihentikan
- Ny.M mengatakan
menu makan sama
dengan yang dimakan
keluarga
DO :
- Keluarga tidak pernah
melatih klien untuk
mobilitas
- Lantai terbuat dari
marmer
3. DS : Resiko cedera pada Ketidakmampuan
- Ny.M mengatakan Ny.M keluarga memodifikasi
pernah jatuh lingkungan
DO :
- Lantai kamar mandi
licin
- Penerapan kurang
- Belum ada pegangan
di kamar mandi

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.S khususnya Ny.M berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan stroke.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan stroke.
3. Resiko cedera pada keluarga Tn.S khususnya Ny.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.

IV. SKORING
1. Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.S khususnya
Ny.M berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
stroke.

No Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat masalah : tidak sehat 3/3x1 1 Masalah adalah aktual karena sudah
terjadi
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Tingkat pengetahuan keluarga yang
dapat diubah : sebagaian kurang dan Ny.M tidak mau
dilakukan terapi, tapi keluarga sudah
berusaha untuk mengobati
3. Kemungkinan masalah 1/3x1 1/3 Masalah sudah berjalan lama, dan
dapat dicegah : rendah sudah terjadi gangguan pada Ny.M
4. Menonjolnya masalah : 0/2x1 0 Masalah gangguan mobilitas fisik
masalah tidak dirasakan tidak dirasakan oleg keluarga karena
sudah berjalan lama
Jumlah 2 1/3

2. Diagnosa Keperawatan : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan stroke

No Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat masalah : Tidak sehat 3/3x1 1 Masalah pemeliharaan kesehatan
tidak efektif adalah aktual
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Karena pengetahuan keluarga
dapat diubah : sebagian tentang pemeliharaan kesehatan
kurang, sementara sumber daya
kurang cukup
3. Kemungkinan masalah 2/3x1 2/3 Penyakit sudah berjalan lama, sudah
dapat dicegah : cukup mengalami gangguan gerak,
keluarga sekarang tidak
mengupayakan kegiatan mencari
kesehatan
4. Menonjolnya masalah : 1/2x2 1/2 Keluarg menganggap sakitnya Ny.M
tidak perlu segera merupakan masalah, tapi tidak
ditangani memerlukan penanganan segera
karena sudah berjalan lama
Jumlah 3 1/6

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko cedera pada keluarga Tn.S khususnya Ny.M


berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga memodifikasi lingkungan.

No Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat masalah : Ancaman 2/3x1 2/3 Masalah belum terjadi tetapi ada
kesehatan tidak sehat riwayat pernah jatuh, sehingga
diperlukan upaya pencegahan
supaya tidak terjadi cedera
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Masalah tidak terlalu mudah di ubah
dapat diubah : sebagian karena dana dan kemauan keluarga
untuk mengatasi masalah
3. Kemungkinan masalah 2/1x1 2/3 Dalam masalah ini keluarga telah
dapat dicegah: cukup melakukan sebagaian upaya
pencegahan cedera dengan membuat
wc duduj dari kursi
4. Menonjolnya masalah : 1/2x1 1/2 Ny.Mpernah jatuh dan menimbulkan
masalahberat harus segera trauma psikologis
ditanda tangani
Jumlah 2 5/6

 PRIORITAS MASALAH
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektuf berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan stroke
2. Gangguan mobilitas fisik pada Ny.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan stroke
3. Resiko cedera pada keluarga Tn.S khususnta Ny.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

V. ANALISA DATA
N DATA PROBLEM ETIOLOGI
O
1. DS : Gangguan mobilitas fisik Ketidakmampuan
- Ny.M mengatakan dia pada Ny.M keluarga merawat
tidak bisa beraktivitas anggota keluarga yang
apa-apa, ia mau menderita stroke
beraktifitas nika ada
yang mau memapah
- Ny.M mengatakan
“saya dulu pernah
belajar berjalan
menggunakan
tongakat tapi semenjak
jatuh saya takut lagi,
semenjak itu kalau
tidak di papah saya
tidak mau berjalan
- Dulu pas sakit mulut
saya mencong mbak
DO :
- Ny.M hanya tiduran
ditempat tidur atau
duduk di kursi
- Tidak mau dilakukan
latihan ROM pasif
2. DS : Pemeliharaan kesehatan Ketidakmampuan
- Nn.S mengatakan tidak efektif keluarga merawat
“dulu rajin membawa anggota keluarga dengan
Ny.M ke rumash sakit stroke
atau dokter praktik,
karena tidak ada
kemajuan (Ny.M ingin
segera bisa jalan).
Akhirnya ibu minta
pengobatan dihentikan
- Ny.M mengatakan
menu makan sama
dengan yang dimakan
keluarga
DO :
- Keluarga tidak pernah
melatih klien untuk
mobilitas
- Lantai terbuat dari
plester

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


4. Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.S khususnya Ny.M berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit
dirumah.
5. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

VII. SKORING
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.S khususnya
Ny.M berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarganya
yang sakit dirumah.

No Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat masalah : tidak sehat 3/3x1 1 Masalah adalah aktual karena sudah
terjadi
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Tingkat pengetahuan keluarga yang
dapat diubah : sebagian kurang dan klien tidak mau
dilakukan terapi
3. Kemungkinan masalah 1/3x1 1/3 Masalah sudah berjalan lama, sudah
dapat dicegah : rendah terjadi kerusakan
4. Menonjolnya masalah : 0/2x1 0 Masalah gangguan mobilitas fisik
masalah tidak dirasakan tidak dirasakan oleh keluarga karena
sudah berjalan lama
Jumlah 2 1/3

5. Diagnosa Keperawatan : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

No Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat masalah : Tidak sehat 3/3x1 1 Masalah pemeliharaan kesehatan
tidak efektif adalah aktual
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Karena pengetahuan keluarga
dapat diubah : sebagian tentang pemeliharaan kesehatan
kurang, sementara sumber daya
keluarga kurang cukup
3. Kemungkinan masalah 2/3x1 2/3 Penyakit sudah berjalan lama, sudah
dapat dicegah : cukup mengalami gangguan gerak,
keluarga sekarang tidak
mengupayakan kegiatan mencari
kesehatan
4. Menonjolnya masalah : 1/2x2 1/2 Keluarg menganggap sakitnya Ny.M
tidak perlu segera merupakan masalah, tapi tidak
ditangani memerlukan penanganan segera
karena sudah berjalan lama
Jumlah 3 1/6

 PRIORITAS MASALAH
4. Pemeliharaan kesehatan tidak efektuf berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
5. Gangguan mobilitas fisik pada Ny.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarganya yang sakit dirumah.

VIII. RENCANA KEPERAWATAN


No Tujuan Kriteria Standar Intervensi
.
DP
1. Setelah Verbal - Keluarga Ny.S 1. Kaji pengetahuan
dilakukan dapat keluarga tentang
tindakan memahami penyebab sesak
keperawatan keluhan yang napas yang dialai
keluhan sesak dialami Ny.S Ny.S
nafas Ny.S - Klien dan 2. Ajurkan kepada
berkurang keluarga dapat keluarga tentang
memahami cara cara
penghematan penghematan
energi untuk energi
mengurangi 3. Berikan latihan
sesak napas pernapasan
Ny.S efektif dan batuk
efektif untuk
mengeluarkan
dahak

Psikomotor - Keluarga dapat 4. Ajarkan keluarga


menyediakan untuk
tempat tidur menyiapkan
yang tempat tidur
kemungkinan dengan bantat
Ny.S tidur lebih tinggi dari
nyaman dan kepala
mengurangi
sesak nafasnya.
- Keluarga 5. Ajarkan keoada
mampumencari keluarga tentang
pertolongan tanda sesak nafas
pertama bila yang harus
anggota segera
keluarga (Ny.S) mendapatkan
mengalami pertolongan.
sesak nafas
dirumah
2. Setelah Verbal - Keluarga Ny.S 1. Jelaskan pada
dilakukan memahami cara keluarga bahwa
tindakan penularan Ny.S perlu
keperawatan, penyakit TB mendapatkan
pada akhir paru. perhatian
minggu ke 2 sejawatnya
Januari keluarga 2. Berikan
mempu pendidikan
mengupayakan kesehatan
pencegahan tentang cara
penularan penularan
penyakit TB penyakit TB paru
paru pada kepada keluarga
keluarga Ny.S Ny.S

Psikomotor - Keluarga 3. Jelaskan kepada


mampu keluarga tentang
memodifikasi cara mengatur
lingkungan dan lingkungan :
peralatan rumah kamar tidur, alat
tangga yang makan dan
dapat minum
meminimalisir
penularan 4. Berikan pujian
penyakit TB setiap
paru pada keberhasilan
keluarga Ny.S keluarga
3. Setelah Verbal - Keluarga 1. Jelaskan kepada
dilakukan mampu keluarga bahwa
tindakan memahami Ny.S
keperawatan kondisi Ny.S memerlukan
keluarga mampu yang bantuan anggota
menyediakan memerlukan keluarga lain.
dukungan yang bantuan anggota 2. Memberikan
cukup terhadap keluarga lain pertimbangan
kondisi Ny.S - Keluarga tidak kepada Nn.SH
meninggalkan untuk mengambil
Ny.S dengan kursus menjahit
cucunya yang di daerah yang
kecil dalam dekat dnegan
jangka lama (keluarga Ny.S)
Psikomotor - Keluarga 3. Meminta kepada
mempunyai Nn.SH agar
akses mempunyai
komunikasi alamat atau
dengan cucunya nomor telefon
yang akan yang bisa
pulang kerumah dihubungi
ibunya sewaktu-waktu
neneknya
mengalami
gangguan
kesehatan, bila
harus
meninggalkan
Ny.S dalam
waktu yang lama.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah
otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di
otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel
saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke
(Junaidi, 2011).
Keluarga adalah dua atau lebih individu tergabung karena ikatan tertentu
untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengidentifikasi diri
mereka dari bagian keluarga (Friedman,1998).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dalam suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan ketergantungan (Depkes RI,2000).

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya teman-teman
mahasiswa agar mencari reverensi lain selain dari makalah ini, dan penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat kami jadikan pedoman
dalam membuat makalah yang berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai