Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Bella Feby Dwi Nur Ika Sari (0118008)
Dewi Fatimatus Syahro (0118010)
Nurul Wilkyis (0118030)
Sabilar Rizqi Putri Fanani (0118036)
Vida Khumaidah (0118042)
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan CVA” tepat pada waktunya. Makalah
ini kelompok kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Dan kami berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik atau saran
untuk makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf atau deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian
otak. Secara sederhana stroke didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya
suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas atau
lumpuh sesaat atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke
bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik).
Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam
setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya
menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif.
Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, sangatlah penting bagi
usia muda untuk mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga
mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit
stroke. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya
mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga
sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di
Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah
sakit.
Stroke hingga kini masih merupakan penyebab kematian nomor wahid di
berbagai rumah sakit di Tanah Air. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan
terbanyak pada kelompok usia dewasa yang masih produktif. Tingginya kasus
stroke ini salah satunya dipicu oleh rendahnya kepedulian masyarakat dalam
mengatasi berbagai risiko yang menimbulkan stroke melalui pola hidup
sehat.Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan, angka kejadian stroke
menurut data dasar rumah sakit 63,52 per 100.000 penduduk usia di atas 65 tahun.
Sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa.
Diperkirakan, hampir setengah juta penduduk berisiko tinggi terserang stroke.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Penyakit CVA atau Stroke ?
2. Bagaimana Konsep Keluarga ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Konsep Penyakit CVA atau Stroke
2. Untuk mengetahui tentang Konsep Keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global
akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa
tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang
seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron).
Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke
dapat terjadi karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli
yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin,
2001).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
gangguan peredaran darah otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan
bila gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian sebagian sel
saraf.
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke
hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada stroke
hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan
stroke iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan
oksigen dan nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011),
antara lain sebagai berikut :
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah
yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya
adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam
darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau
pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.
Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam
pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan
tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan
terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan
lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami
kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan
oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark,
stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian
jaringan otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011)
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya
berlangsung kurang dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan
oleh thrombus atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA dapat
ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar 50
% pasien sudah terkena infark.
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam,
biasanya RIND akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang
dimana terlihat semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit
neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi
berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhagic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak
berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami
infark.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan
menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada
otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga
genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila
ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian.
Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena
penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh
(aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia
(degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik).
Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding
pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi
apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke
hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu :
a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)
Kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini
biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau
arteri meningens lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah
mengalami cedera untuk dapat mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut)
Hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga
pembentukan hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid)
Dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab
paling sering adalah kebocoran aneurisma.
d. Hemoragi interaserebral
Hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak yang paling umum
terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena
perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah.
B. ETIOLOGI
1. Stroke Iskemik
a) Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosis serebral yang merupakan penyebab paling umum
dari stroke. Tanda-tanda thrombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah
onset yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan
kognitif, atau kejang dan beberapa mengalami onset yang tidak dapat
dibedakan dari hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum,
thrombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba ; dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegic, atau parastesia pada setengah tubuh dapat mendahului
onset paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
b) Embolisme serebral
Embolisme biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis atau
hemiplegic tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan kesadaran
pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari
embolisme serebral.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga
menyebabkan iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Penyebab
stroke himoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteriovenosa ( hubungan yang abnormal).
C. PATOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat) pada
gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai factor penyebab infark pada otak. Thrombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah
mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kogestri disekitar area. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah
maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisme pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan hipartensi
pembuluh darah.perdarahan intrasirebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskular, karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi masa otak,peningkatan tekanan intracranial dan
yang lebih berat dapat mengakibatkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat
foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,henisfer otak,dan
perdarahan sibatang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke bataang
otak.Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nucleus kaudatus,thalamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang enuksia serebral.perubahan
yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk waktu 4 sampai 6 menit. Perubahan
irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkin otak,akibat volume perdarahan yang relativ banyak
akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial dan penurunan tekanan perfusi
otak serta gangguan drainase otak. Elemen-eleman vaso aktiv darah yang keluar dan
kaskade iskemik akibat menurunya tekanan perfusi,menyebabkan saraf di area yg
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari
60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada
perdarahan logar. Sedangkan jika terjadi perdarahan seregral dengan volume antara
30 sampai 60cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%, namun volume
darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
D. PATHWAY
Defisit neurologis
Kegagalan
Kelemahan
Intake nutrisi kardiovaskuler
fisik umum
tidak adekuat dan pernapasan
Penurunan
tingkat kematian
5. Perubahan kesadaran
pemenuhan
nutrisi Penekanan
jaringan
setempat
6. Resiko kerusakan
integritas kulit
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-
rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut gejala klinis
meliputi :
Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul secara
mendadak.
Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
Afasia (kesulitan dalam bicara)
Disatria (bicara cadel atau pelo)
Gangguan penglihatan, diplopia
Ataksia
Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala.
F. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko stroke adalah faktor yang memperbesar kemungkinan seseorang
untuk menderita stroke. Ada 2 kelompok utama faktor risiko stroke. Kelompok
pertama ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang
normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Riwayat stroke dalam keluarga serangan
e. Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Kelompok yang kedua merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat
dimodifikasi. Faktor risiko utama yang termasuk kelompok kedua menurut
Bounameaux, et al.,1999 yaitu :
a. Hipertensi
b. Diabetes Mellitus
c. Merokok
d. Hiperlipidemia
e. Intoksikasi alkohol
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Harsono (1996) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penderita stroke adalah sebagai berikut :
a. CT scan bagian kepala
Pada stroke non-hemoragi terlihat adanya infark, sedangkan pada stroke
hemoragi terlihat perdarahan.
b. Pemeriksaan lumbal Pungsi
Pada pemeriksaan lumbal pungsi untuk pemeriksaan diagnostic diperiksa
kimia sitology, mikrobiologi, dan virologi. Di samping itu, dilihat pula tetesan
cairan serebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warnanya, dan
tekanan yang menggambarkan proses terjadi di intraspinal. Pada stroke non-
hemoragik akan ditemukan tekanan normal dari cairan cerebrospinal jernih.
Pemeriksaan fungsi sisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi
lumbal. Prosedur ini dilakukan dengan supervise neurology yang telah
berpengalaman.
c. Elektrokardiografi (EKG)
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan sampai ke otak.
d. Elektro Encephalo Grafi
Mengidentifikasikan masalah berdasarkan gelombang otak, menunjukan area
lokasi secara spesifik.
e. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, kekentalan darah,
jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal, dan mekanisme
pembekuan darah.
f. Angiografi serebral
Membantu secara spesifik penyebab stroke seperti perdarahan atau obstruksi
arteri, memperlihatkan secara tepat letak onkulsi atau rupture.
g. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
Menunjukan darah yang mengalami infark, hemoragi, Malformasi Arterior
Vena (MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibandingkan CT scan.
h. Ultrasonografi Dopler
Dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyakit MAV.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Harsono (1996), kematian dan deteriosasi neurologis minggu pertama
stroke iskemia terjadi karena adanya edema otak. Edema otak timbul dalam beberapa
jam setelah stroke iskemik dan mencapai puncaknya 24-96 jam. Edema otak mula-
mula cytofosic karena terjadi gangguan pada metabolism seluler kemudian terdapat
edema vasogenik karena rusaknya sawar darah otak setempat. Menurut Harsono
(1996), untuk menurunkan edema otak dilakukan hal-hal berikut ini :
a. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-300
b. Hindarkan pemberian nutrisi cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan
hipotonik.
c. Pemberian osmoterapi seperti berikut ini :
Bolus marital 1gr/kgBB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan
dosis 0,25 gr/kgBB setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam. Target osmolaritas
300-320 mmol/liter.
Gliserol 50% oral 0,25-1 gr/kgBB setiap 4 sampai 6 jam atau gliserol 10%
intravena 10 ml/kgBB dalam 3-4 jam ( untuk edema serebral ringan,sedang).
Furosemida 1 mg/kgBB intravena.
d. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai PCO2 =
29-35 mmHg.
e. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supra tentoral 8,
dengan pergesaran linea mediarea atau serebral infark disertai efek rasa.
f. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serebral karena di
samping menyebabkan hipergilkemia juga naiknya resiko infeksi.
Penatalaksanaan Stroke di Ruang UGD
a. Dokter akan mengevaluasi berbagai hal berikut :
- Menentukan awitan stroke (sejak kapan menderita stroke)
- Menentukan tingkat kesadaran
- Menentukan jenis stroke
- Menentukan lokasi stroke
- Menentukan derajat beratnya stroke
b. Hal-hal lain yang diakses dokter UGD sebagai berikut :
- Mencari faktor risiko
- Bila stroke terjadi akibat hipertensi, juga mendeteksi adanya kelainan
organ target hipertensi yang lain.
- Mencegah komplikasi dan penyulit akut
- Menentukan awitan stroke
Tindakan Medis di UGD
Beberapa hal berikut adalah tindakan medis yang mungkin (relatif) akan
dilakukan oleh tim UGD, yaitu :
a) Pemberian oksigen
Jaringan otak mengalami gangguan sirkulasi oksigen, dengan pemberian
oksigen diharapkan dapat membantu oksigenasi jaringan. Pemberian oksigen
dengan cara menempelkan selang oksigen ke hidung penderita stroke.
b) Pemasangan mayo
Jalan nafas selain melalui hidung juga dapat melalui mulut. Nafas melalui
mulut dapat terhalang apabila lidah jatuh ke belakang. Dengan menggunakan
mayo yang dipasang di dalam rongga mulut maka jalan nafas tidak akan
terganggu.
c) Pemasangan NGT (Nasogastric Tube)
Penderita stroke dapat mengalami penurunan kesadaran serta hilangnya
kontrol refleks muntah. Selain itu juga dapat terjadi ketidakmampuan menelan.
Apabila penderita muntah maka muntahan sangat berbahaya bila masuk ke
paru-paru (aspirasi). Sifat muntahan adalah asam yang dapat merusak jaringan
paru dan menimbulkan komplikasi yang serius. Untuk mencegah muntah maka
dipasang NGT ('Naso Gastric Tube') yang dimasukan melalui hidung hingga
mencapai lambung. NGT juga merupakan akses masuknya obat-obatan dan
makanan cair.
d) Pemasangan infus
Tujuan pemasangan infus adalah :
- Terapi cairan dan nutrisi, sehubungan penderita strok mungkin tidak
makan dan minum.
- Akses masuknya obat-obatan
e) Pemasangan kateter urine
Penderita serangan strok dapat kehilangan fungsi berkemih (pipis). Maksud
pemasangan kateter urine :
- Membantu proses berkemih
- Menghitung keseimbangan kebutuhan cairan dengan melihat jumlah air
kemih.
f) Lainnya
- Pemasangan alat-alat lainnya, misalnya peralatan untuk monitoring.
- Pemeriksaan yang mungkin akan dilakukan di IGD (relatif).
- Pemeriksaan darah lengkap, termasuk elektrolit dan gula darah.
Pemeriksaan darah bermanfaat untuk mengetahui banyak hal.
- EKG, yaitu pemeriksaan sadapan jantung. Untuk mengetahui adanya
faktor risiko kelainan jantung.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) adalah sebagai berikut :
a. Kompikasi dini (0-48 jam pertama)
- Edema serebri : deficit neurologis cenderung memberat, dan
mengakibatkan peningkayan TIK, herniasi dan akhirnya menimbulkan
kematian.
- Infark miokard : Penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
- Pnemonia : akibat imobilisasi lama
- Infark miokard
- Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke, sering kali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
- Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat
c. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuen,infrak miokard, gangguan vascular lain : Penyakit vascular
perifer. Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke
yaitu :
- Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberikan oksigenasi
- Penurunan darah serebral
- Embolisme serebral
Terapi yang terbukti efektif dalam memulihkan fungsi otak dan memperkecil
kerusakan neuron setelah stroke iskemik adalah :
Karena stroke akut sering berkaitan dengan disfungsi jantung dan aritmia,
maka dilakukan pemantauan EKG saat pasien dimasukan ke perawatan intensive.
Telah dibuktikan bahwa , pada stroke iskemik atau hemorargik dari sedanng
sampai besar, interval QT sering memanjang, suatu temukan mengemukakan
berhubungan dengan distramia fatal. Dengan demikian, pemberian obat yang
meningkatkan interval QT dikontraindikasikan pada pasien dengan stroke akut.
Terapi Medis
a) Neuroproteksi
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar
cedera jaringan neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan
adalah tujuan dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Hipotermi
adalah terapi neoroprotektif yang sudah lama digunakan pada kasus trauma
otak dan terus diteliti pada stoke. The Cleveland Clinic telah meneliti
pemakain selimut dingin dan mandi air es dalam waktu 8 jam awitan gejala
dan mempertahankan hipotermi ke suhu 89,6o F selama 12 sampai 72 jam
sementara pasien mendapat bantuan untuk mempertahankan kehidupan.
Selama rehabilitasi, pasien yang diberikan terapi hipotermi cenderung
mengalami lebih sedikit kecacatan dan darah infark yang lebih kecil daripada
kelompok control (Abou-Chebl et al.,2001).
Pendekatan lain untuk mempertahankan jaringan adalah pemakain obat
neuroprotektif. Banyak riset stroke meneliti obat yang dapat menurunkan
metabolisme neuron, mencegah pelepasan zat-zat toksik dari neuron yang
rusak, atau memperkecil respon hipereksitatorik yang merusak dari neuron-
neuron di penumbra iskemik yang mengelilingi daerah infark pada stroke.
Berbagai agen telah diuji, termasuk nitroksida. Suatu obat neuroprotektif yang
menjanjikan, sereblolisin (CERE) memiliki efek pada metabolism kalsium
neuron dan juga memperlihatkan efek neurotrofik (Ladurner,2001).Saat ini
terdapat beragam obat dan senyawa untuk mencegah dan mengobati secara
akut stroke yang berada dalam berbagai tahap perkembangan.
b) Antikoagulasi
The European Stroke Initiative (2000) merekomendasikan bahwa
antikolagen oral (INR 2,0 sampai 3,0) diindikasikan pada stroke yang
disebabkan oleh fibrilasi atrium.
c) Trombolisis Intravena
Satu-satunya obat yang disetujui oleh the US Food and Drug
Administration (FDA) untuk terapi stroke Iskemik akut adalah activator
plasminogen jaringan (TPA) bentuk rekombinan. TPA dapat digunakan untuk
menghindari cedera otak. Keberhasilan ini mendorong diidentifikasikannya
upaya-upaya untuk menyuluh masyarakat dan petugas kesehatan bahwa stroke
adalah suatu kedaduratan dan bahwa gejala stroke akut harus segera diterapi
seperti layaknya luka tembak. Dengan demikian, terapi dengan TPA intravena
tetap menjadi standar perawatan untuk stroke akut dalam tiga jam pertama
setelah awitan awal.
Terapi Bedah
Dekompresi Bedah adalah suatu intervensi drastic yang masih menjalani uji
klinis dan dicadangan untuk stroke yang paling massif. Pada prosedur ini, salah
satu sisi tengkorak diangkat (suatu hemikraniaektomi) sehingga jaringan otak
yang mengalami infark dan edema mengembang tanpa dibatasi oleh struktur
tengkorak yang kaku.Dengan demikian prosedur ini mencegah tekanan dan
distorsi pada jaringan yang masih sehat dan struktur batang otak.
E. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :
a) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
b) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi keluarga.
c) Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan
tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung
pada perceraian.
e) Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
A. Data Umum
1. Nama KK : Tn.S
2. Umur : 60 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Sopir
5. Alamat : RT 08 RW XIII Kelurahan Tandang
6. Daftar Anggota Keluarga
No Nam Hubunga Umu L/ Status Pendidika Pekerjaa Ket.
. a n dengan r P Perkawina n n Imunisas
KK n i
1. Tn.S KK 60 th L Kawin SD Sopir -
2. Ny.M Istri 55 th P Kawin SD IRT -
3. Tn.Y Anak 23 th L Kawin SMK Swasta -
4. Nn.S Anak 20 th P Belum SMK Belum -
kawin bekerja
Genogram 3 generasi :
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Klien
: Meninggal
: Pisah
7. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny.M adalah single parent
8. Budaya
Suku bangsa : Jawa
Bahasa yang digunakan : Bahasa Jawa
Pantangan
Ny.M mengatakan, “Kami tidak mempunyai pantangan apa-apa.”
d) Tabungan/Asuransi
11. Kebutuhan Rekreasi
a) Rekreasi yang digunakan di dalam rumah
Ny.M mengatakan ia tidak pernah rekreasi kemana-mana. “Kami
hanya menonton TV, la gimana.. saya tidak bisa pergi kemana-mana.”
C. LINGKUNGAN
16. Karakteristik Rumah
a) Status Rumah
Status rumah merupakan rumah dengan status hak milik atas nama
Tn.S.
MCK dapur
B T
K. Tidur
K. Tidur R.Tamu
8m
c) Keadaan Rumah
Kondisi lantai bersih, kondisi ruangan kurang teratur, lantai terbuat
dari plester, atap terbuat dari genting, tidak dipasang eternit.
g) Penggunaan Jamban
Keluarga memiliki jamban jenisnya kloset duduk yang letaknya
didalam rumah, tempat penampungan jamban tersebut dengan sumber
air jaraknya lebih dari 10 M.
h) Kondisi Air
Keluarga memakai sumber air dari sumur menggunakan sanyo
untuk pemenuhan kebutuhan sehari – hari, kondisi air bersih, tidak
berbau, berasa ataupun berwarna.
D. STRUKTUR KELUARGA
20. Pola Komunikasi Keluarga
“Kami selalu menyarankan agar saling terbuka dan saling membantu
bila ada masalah” Ny. M menerangkan.
E. FUNGSI KELUARGA
24. Fungsi Afektif
Ny.M sangat menyayangi anak-anaknya, sebenarnya Tn.S juga
menyayangi anaknya.tapi Ny.M mengatakan tidak mau berkumpul lagi
dengan Tn.S karena memili istri lagi.
IV. SKORING
1. Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.S khususnya
Ny.M berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
stroke.
PRIORITAS MASALAH
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektuf berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan stroke
2. Gangguan mobilitas fisik pada Ny.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan stroke
3. Resiko cedera pada keluarga Tn.S khususnta Ny.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
V. ANALISA DATA
N DATA PROBLEM ETIOLOGI
O
1. DS : Gangguan mobilitas fisik Ketidakmampuan
- Ny.M mengatakan dia pada Ny.M keluarga merawat
tidak bisa beraktivitas anggota keluarga yang
apa-apa, ia mau menderita stroke
beraktifitas nika ada
yang mau memapah
- Ny.M mengatakan
“saya dulu pernah
belajar berjalan
menggunakan
tongakat tapi semenjak
jatuh saya takut lagi,
semenjak itu kalau
tidak di papah saya
tidak mau berjalan
- Dulu pas sakit mulut
saya mencong mbak
DO :
- Ny.M hanya tiduran
ditempat tidur atau
duduk di kursi
- Tidak mau dilakukan
latihan ROM pasif
2. DS : Pemeliharaan kesehatan Ketidakmampuan
- Nn.S mengatakan tidak efektif keluarga merawat
“dulu rajin membawa anggota keluarga dengan
Ny.M ke rumash sakit stroke
atau dokter praktik,
karena tidak ada
kemajuan (Ny.M ingin
segera bisa jalan).
Akhirnya ibu minta
pengobatan dihentikan
- Ny.M mengatakan
menu makan sama
dengan yang dimakan
keluarga
DO :
- Keluarga tidak pernah
melatih klien untuk
mobilitas
- Lantai terbuat dari
plester
VII. SKORING
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.S khususnya
Ny.M berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarganya
yang sakit dirumah.
PRIORITAS MASALAH
4. Pemeliharaan kesehatan tidak efektuf berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
5. Gangguan mobilitas fisik pada Ny.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarganya yang sakit dirumah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah
otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di
otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel
saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke
(Junaidi, 2011).
Keluarga adalah dua atau lebih individu tergabung karena ikatan tertentu
untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengidentifikasi diri
mereka dari bagian keluarga (Friedman,1998).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dalam suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan ketergantungan (Depkes RI,2000).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya teman-teman
mahasiswa agar mencari reverensi lain selain dari makalah ini, dan penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat kami jadikan pedoman
dalam membuat makalah yang berikutnya.