Anda di halaman 1dari 6

Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling) 2 (1), 32 – 37 | 2018

ISSN: 2580-216X (Online)


Available online at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SNBK/index

Konseling realitas: meningkatkan sikap toleran siswa terhadap keragaman


budaya
Tati Yusra
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
tati12001197@webmail.uad.ac.id

Kata Kunci / Abstrak / Abstract


Keyword
Konseling Realita, Sikap toleransi berarti sikap yang bisa menerima, menghargai dan
Sikap Toleran, menghormati perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat istiadat
Keragaman Budaya kelompok lain. Sikap toleran ini sangat penting ditingkatkan dalam diri
siswa sejak dini karena negara Indonesia adalah negara yang
multicultural. Dengan meningkatkan sikap toleransi pada diri siswa,
maka masalah-masalah yang berkaitan dengan keberagaman sosial
budya akan dapat dikendalikan, sehingga tidak mengarah pada
pertentangan sosial yang dapat mengancam diisintegrasi nasional
khususnya di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Konselor atau
guru bimbingan dan konseling sebagai fasilitator dalam membantu
siswa di sekolah harus mampu meningkatkatkan kemampuan toleran
pada diri siswa terhadap keragaman budaya yang ada khususnya di
sekolah. Konseling realitas merupakan alternatif yang bisa
dikembangkan dan diterapkan dalam usaha meningkatkan kemampuan
sikap toleran siswa terhadap keragaman budaya. Makalah ini
memberikan pengantar awal konselor sekolah tentang konsep dan
penerapan konseling realitas di sekolah.

Tolerance is an attitude that can accept, respect and respect different


ethnic, racial, linguistic, religious, and customary tribes of other
groups. This tolerant attitude is very important to be improved in
students since early age because Indonesia is a multicultural country.
By improving students' tolerance, the issues related to cultural diversity
will be controlled, so as not to lead to social disagreements that could
threaten national disintegration, especially in schools in Indonesia.
Counselors or guidance and counseling teachers as facilitators in
assisting students in schools should be able to increase students'
tolerant abilities to cultural diversity, especially in schools. Reality
counseling is an alternative that can be developed and applied in an
effort to improve students' tolerant attitude toward cultural diversity.
This paper provides an early introduction to school counselors on the
concept and application of reality counseling in schools.

PENDAHULUAN setidaknya ada enam agama yang diakui


Indonesia dikenal dan dikagumi secara resmi oleh pemerintah. Keenam
sebagai bangsa yang majemuk karena agama tersebut meliputi agama Islam,
menyimpan akar keberagaman dalam hal Katholik, Protestan, Hindu, Budha, dan
agama, tradisi, dan budaya. Dalam Kong Hu Cu. Salah satu bentuk keragaman
kaitannya dengan masalah agama, yang boleh dikatakan menonjol pada

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 32


masyarakat Indonesia adalah keragaman disisi lain perbedaan kerap kali melahirkan
dibidang agama. Keragaman dibidang kesalahpahaman interpersonal yang
agama dapat dijumpai pada berbagai menghambat proses komunikasi sebagai
macam level lembaga, masyarakat, syarat mutlak interaksi sosial. Sering
kelompok, dan lain-lain. dijumpai adanya kelompok-kelompok di
Keragaman masyarakat ini pada sekolah.
akhirnya saling berinteraksi antara satu Siswa yang berasal dari daerah hanya
dengan yang lain. Suatu interaksi sosial akan bergaul dengan siswa yang sedaerah
akan terjadi apabila setiap individu saja, siswa yang pintar dengan yang pintar
memiliki sikap toleran yang baik terhadap saja, tanpa terkecuali siswa yang seagama
keragaman tersebut. Dalam kehidupan pun juga begitu. Melihat kenyataan ini,
yang beragam dan perbedaan itulah betapa sebuah perbedaan dapat
idealnya manusia dapat saling menghargai, menimbulkan potensi konflik, hal ini
menerima, dan menghormati perbedaan terjadi karena tidak ada rasa saling bisa
yang ada agar kemudian tercipta rasa aman menerima. Hal ini kemudian dapat
dan damai. memecah belah masyarakat untuk
Namun demikian belakangan ini, kepentingan kelompok.
Indonesia yang dikagumi sebagai bangsa Layanan Bimbingan dan konseling
yang majemuk sedang mengalami begitu bagi siswa yang kurang memiliki sikap
banyak ujian terkait dengan toleransi toleran terhadap keragaman budaya yang
sehingga menyebabkan interaksi sosialnya ada di sekolah sangat perlu diberikan.
sedikit terganggu. Bangsa Indonesia Pemberian layanan konseling ini adalah
melakukan reformasi sosio-politik ke suatu upaya untuk meningkatkan sikap
dalam sistem yang demokratis, akan tetapi toeran terhadap keragaman budaya
sering terjadi konflik sosial yang terkait khususnya yang ada di sekolah. Konseling
dengan agama. Di sekolah, siswa tidak realitas memandang bahwa Reality
hanya mempelajari pengetahuan dan therapypada dasarnya tidak mengatakan
keterampilan, melainkan sikap, nilai dan bahwa perilaku individu itu sebagai
norma-norma sehingga sekolah dapat perilaku yang abnormal.Konsep perilaku
mempengaruhi kepribadian siswa. Oleh menurut konseling realitas siswa yang
sebab itu, penting kiranya pengembangan diharapkan mampu berperilaku yang
sikap toleransi di kalangan siswa agar tepatagar dapat memiliki sikap toleran
mereka dapat lebih menghormati dan yang baik terhadap keragaman budaya
menerima perbedaan yang ada, yang ada di sekolah.
menghargai kebebasan fundamental siswa
lainnya, tanpa perendahan diri, apalagi
menghilangkan hak-hak individu dirinya. PEMBAHASAN
Hal ini menunjukkan bahwa sekolah Sikap Toleran Siswa Terhadap
bertujuan mempersatukan semua agama Keragaman Budaya
dan pandangan hidup yang dianut oleh Sikap toleransi dapat tumbuh sejak
siswa agar mampu hidup berdampingan, usia dini jika siswa memiliki toleransi
rukun dan damai. Namun tidak jarang titik baik. Toleransi dapat diajarkan lebur di
temu perbedaan menjadi potensi konflik dalam pembelajaran mata pelajaran.
pada kalangan siswa. Namun demikian, Pendidikan toleransi dapat dikatakan

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 33


sebagai silabus tersembunyi. Mustari nurani menentukan pilihan selama tidak
(2011:41) memberikan bermacammacam mengganggu hak orang lain dan sikap
toleransi yang dapat dikembangkan pada menghargai keragaman manusia, berbagai
pembelajaran. Ada lima pendidikan nilai positif, serta bermacam peran
toleransi yang dapat menjadi landasan manusia yang memiliki latar belakang,
meningkatkan sikap yaitu bertanggung suku, agama, negara, dan budaya yang
jawab, disiplin, kerja keras, berpikir logis, berbeda. Sikap toleransi tersebut perlu
kritis, kreatif dan inovatif, mandiri, dan ras diajarkan kepada setiap siswa sejak dini
ingin tahu. sehingga ketika dewasa kelak akan
Azwar (2010:5) menyatakan bahwa menjadi pribadi yang toleran terhadap
sikap merupakan konstelasi keragaman budaya, agama, suku, ras,
komponenkomponen kognitif, afektif, dan golongan serta gender di sekeliling tempat
konatif yang saling berinteraksi dalam tinggal. Guru perlu melakukan intervensi
memahami, merasakan, dan berperilaku sehingga sikap toleran ini dapat menjadi
terhadap suatu objek. Jadi sikap tidak bagian kehidupan siswa sejak usia dini.
berdiri sendiri tetapi merupakan Pengembangan sikap toleransi
sekumpulan pengetahuan atau kognitif dan berhubungan erat dengan sikap sosial.
konatif yang kemudian menimbulkan Untuk menjelaskan perilaku sosial
sikap. Sikap terbentuk karena adanya seseorang dapat dikaji sebagai sesuatu
pengetahuan dan pemahaman. proses yang (1) instinktif, (2) karena
Pengetahuan dan pemahaman ini kebiasaan, dan (3) juga yang bersumber
kemudian menjelma menjadi konatif. dari proses mental. Mereka semua tertarik,
Pembelajaran sikap toleransi akan dan dengan cara sebaik mungkin lalu
menjelma menjadi tindakan dalam menguraikan hubungan antara masyarakat
kehidupan sehari-hari jika guru dengan individu.
memberikan pengetahuan memadai arti James dan Dewey seperti dikutip oleh
penting sikap toleransi terhadap sesama. Boerree (2000:215) menyatakan bahwa
Sikap toleransi siswa terpupuk dengan menekankan pada penjelasan kebiasaan
baik jika siswa mampu mengelola emosi individual, tetapi mereka juga mencatat
dengan baik pula. Guru memiliki peran bahwa kebiasaan individu mencerminkan
penting dalam pembelajaran emosi. Guru kebiasaan kelompok - yaitu adat-istiadat
dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat - atau strutur sosial. Struktur
siswa untuk mengambila keputusan sosial terdiri atas jalinan interaksi antar
sendiri. Guru dalam hal ini hanya manusia dengan cara yang relatif stabil.
memberikan dampak terhadap keputusan Kita mewarisi struktur sosial dalam satu
yang diambil. Semakin dini anak diajarkan pola perilaku yang diturunkan oleh satu
berani mengambil keputusan semakin dini generasi ke generasi berikutnya, melalui
pula anak untuk belajar bersikap. Lickona proses sosialisasi. Disebabkan oleh
(2008:225) seperti dikutip Borba struktur sosial, kita mengalami kehidupan
menyatakan bahwa toleransi sebagai sosial yang telah terpolakan. James
kebajikan etis mempunyai dua aspek. menguraikan pentingnya dampak struktur
Kedua aspek tersebut yaitu sikap rasa sosial atas "diri" (self) - perasaan kita
hormat terhadap martabat manusia dan hak terhadap diri kita sendiri. Masyarakat
asasi setiap orang termasuk kebebasan hati mempengaruhi diri – self.

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 34


Untuk mencapai tujuan tersebut maka objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu
diperlukan pengembangan konseling sesuai dengan realitasnya, tidak dapat
realitas. Jadi pada layanan konseling melakukan atas dasar kebenaran, tanggung
realitas merupakan satu kesatuan utuh jawab dan realitas. Pendekatan realitas
tidak terpisahkan. Guru BK/Konselor perlu menekankan kesadaran atas tingkah laku
memahami layanan konseling realitas saat ini. Pendekatan realitas juga tidak
secara baik dan benar sehingga tidak bergantung pada pemahaman untuk
terjadi kesalahan ketika melakukan mengubah sikap, tetapi menekankan
pelayanan kepada siswa. Pengintegrasian bahwa perubahan sikap mengikuti
antara layanan dengan aspek setiap perubahan tingkah laku.
masalah tentu lebih memudahkan siswa Wubbolding (2005) menjelaskan
untuk menerima dan menyerap tidak hanya praktek terapi realitas terdiri dari dua
tentang pengetahuan tentang sikap toleran komponen utama: (1) lingkungan
tetapi juga mengaplikasikan sikap toleran konseling (2) prosedur spesifik yang
pada kehidupan sehari-hari. menyebabkan perubahan dalam perilaku.
Pemberian layanan konseling realitas Dua elemen sebagai siklus konseling.
ini sesuai dengan sesuai dengan Siklus menggambarkan bahwa ada urutan
perkembangan psikologis siswa. Ini keseluruhan untuk menerjemahkan teori
disebabkan layanan konseling realitas terapi realitas kedalam praktek. Konseling
berbasis pada pengembangan keterampilan realitas diharapkan dapat membantu
berpikir, sikap dan keterampilan motorik konseli untuk dapat bertanggungjawab atas
yang harus dikuasai sesuai dengan tingkat semua tindakan yang dilakukan. Konselor
perkembangan sosial dan emosional siswa. menggunakan sistem intervensi konseling
Pemberian layanan konseling realitas juga realitas dalam pemberian layanan
sesuai dengan teori perkembangan siswa. konseling individual.
Karena berdasarkan bahan pembelajaran Konseling bertujuan untuk
diambil dari sekeliling lingkungan siswa. mempelajari tingkah laku baru sebagai
Konseling Realitas upaya untuk memperbaiki tingkah laku
Glasser dalam Corey mengemukakan malasuai, perilaku yang sukses dapat
bahwa konseling realitas adalah suatu dihubungkan dengan pencapaian
sistem yangdifokuskan pada tingkah laku kepribadian yang sukses, yang dicapai
sekarang. Corey (2009) memandang dengan menanamkan nilai-nilai
bahwa Reality therapy padadasarnya tidak adanyakeinginan individu untuk
mengatakan bahwa perilaku individu itu mengubahnya sendiri, dan terapi
sebagai perilaku yang abnormal. ditekankan pada disiplin dan
Konsepperilaku menurut konseling realitas tanggungjawab atas kesadaran sendiri. Ada
lebih dihubungkan dengan berperilaku empat sistem intervensi, yaitu want
yang tepat atauberperilaku yang tidak (eksplorasi keinginan), Doing Direction
tepat. (Tindakan), evaluation (evaluasi) dan plan
Menurut Glasser, bentuk dari perilaku (rencana).
yang tidak tepat tersebut disebabkan Kerangka WDEP melibatkan
karena ketidakmampuannya dalam pendekatan kolaboratif di mana terapis dan
memuaskan kebutuhannya, akibatnya klien bergabung bersama dalam
kehilangan sentuhan dengan realitas menentukan tujuan dan rencana aksi

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 35


(Wubbolding & Brickell, 2005).Want (W) Rencana terbaik pertama adalah
konselor realitas membantu klien dalam rencana yang diinisiatifkan oleh individu/
menemukan keinginan, kebutuhan, konseli. Rencana terbaik kedua adalah
persepsi, harapan, dan impian. Mereka salah satu yang diprakarsai olehkonselor
bertanya, "Apa yang kau inginkan?" dan konseli. Dan rencana terbaik ketiga
Melalui introgasi terampil terapis/ adalah salah satu yang diinisiasi oleh
konselor, klien didorong untuk mengenali, konselor (Wubbolding, 2000, 2009).
mendefinisikan, dan kembali mencari Setelah konseli menyebutkan perencanaan
bagaimana mereka ingin memenuhi mereka dengan jelas, konselor dan konseli
kebutuhan mereka. membuat sebuah komitmen dengan jelas.
Doing and Direction (D) Setelah
konseli/ klien mengetahui apa yang SIMPULAN
mereka (ingin) dan butuhkan, mereka Layanan Bimbingan dan konseling
diminta untuk melihat perilaku mereka bagi siswa yang kurang memiliki sikap
saat ini untuk menentukan apakah apayang toleran terhadap keragaman budaya yang
akan mereka lakukan untuk mendapatkan ada di sekolah sangat perlu diberikan.
apa yang mereka inginkan. Wubbolding Pemberian layanan konseling ini adalah
(1991)mengemukakan bahwa, tahapan ini suatu upaya untuk meningkatkan sikap
membutuhkan kesadaran yang tinggi dan toeran terhadap keragaman budaya
self-insight adalahlangkah kunci menuju khususnya yang ada di sekolah. Konseling
membuat perubahan. Evaluation (E) realitas memandang bahwa Reality
dalam tahapan ini konselor membantu therapypada dasarnya tidak mengatakan
konseli dalam mengeksplorasi perilaku bahwa perilaku individu itu sebagai
total. Konseli/ klien tidak akan mengubah perilaku yang abnormal. Konsep perilaku
perilaku mereka atau membuat pilihan menurut konseling realitas siswa yang
yanglebih baik sampai mereka diharapkan mampu berperilaku yang
mengevaluasi perilaku mereka sendiri dan tepatagar dapat memiliki sikap toleran
membuat penentuan bahwa yang baik terhadap keragaman budaya
program/tindakan mereka saat ini tidak yang ada di sekolah.
membantu (Wubboling, 2011). Sikap toleransi siswa terpupuk dengan
Evaluasi diri merupakan halterpenting baik jika siswa mampu mengelola emosi
dalam prosedur terapi realitas. Setelah dengan baik pula. Guru memiliki peran
konseli membuat evaluasi tentang penting dalam pembelajaran emosi. Guru
kualitasperilaku dirinya, konseli dapat dapat memberikan kesempatan kepada
menentukan hal apa yang mungkin siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
berkontribusi terhadap kegagalan dan Guru dalam hal ini hanya memberikan
perubahan apa yang dapat meningkatkan dampak terhadap keputusan yang diambil.
keberhasilan. Planning (P) Setelah Semakin dini anak diajarkan berani
seseorang telah membuat evaluasi tentang mengambil keputusan semakin dini pula
perilakunya dan memutuskan untuk anak untuk belajar bersikap.
mengubahnya, konselor berada dalam Glasser dalam Corey mengemukakan
posisi untuk membantu konseli dalam bahwa konseling realitas adalah suatu
mengembangkan rencana untuk perubahan sistem yang difokuskan pada tingkah laku
perilaku. sekarang. Corey (2009) memandang

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 36


bahwa Reality therapy pada dasarnya tidak
mengatakan bahwa perilaku individu itu
sebagai perilaku yang abnormal. Konsep
perilaku menurut konseling realitas lebih
dihubungkan dengan berperilaku yang
tepat atau berperilaku yang tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice
of Counseling and Psychotherapy.
Belmont,CA:Brooks/Cole
Corey, Gerald. 2013. Case Approach to
Counseling and Psychotherapy
(8thed). Belmont, CA:Brooks/Cole.
Mutuwally. (2018). Konseling Realitas:
Tantangan Bagi Konselor Dalam
Menangani Nomophobia Di
Kalangan Siswa. Prosiding,
Seminar Nasional. yang
diselenggarakan oleh Program
Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Pekanbaru.
Tanggal 27-29 April 2018.
Pekanbaru
Radjiman, Ismail. (2017). Meningkatkan
Sikap Toleransi Siswa Melalui
Pembelajaran Tematik (Penelitian
Tindakan Pada Siswa Kelas Iii
Sekolah Dasar Di Wilayah
Kecamatan Kota Ternate Utara).
Ternate Utara. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
2(1).
Wubbolding, R. 1991. Understanding
Reality Therapy. New York:
Harper & Row (Perennial)
Wubbolding, R., & Brickell, J. 2005.
Reality Therapy in Recovery.
Directions in Addiction

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 37

Anda mungkin juga menyukai